Anda di halaman 1dari 8

PANDUAN

MENCARI PENDAPAT KEDUA ( SECOND OPINION )

Disusun Oleh :

Tim Akreditasi Rumah Sakit Umum Daerah Gandus

RUMAH SAKIT UMUM DAERAH GANDUS PALEMBANG

TAHUN 2020
BAB I

DEFINISI

A. latar Belakang

Pelayanan kesehatan yang diberikan oleh suatu rumah sakit bukan merupakan
jaminan akan memberikan hasil akhir yang terbaik dan memuaskan kepada pasien dan
keluarga. namun demikian,setiap rumah sakit termasuk dalam hal ini rumah sakit Umum
Daerah Gandus sangat menghargai dan menghormati dalam menentukan proses pengobatan.

Mendapatkan Second Opinion terhadap pengobatan pasien adalah hak pasien dan
keluarga yang merupakan harapan bagi pasien dan kelaurga sehingga Rumah Sakit Umum
Daerah Gandus sesuai kemampuan dan kewenanangan selalalu memfasilitasi kepada pasien
dan keluarga untuk mencari Second Opinion dalam pengobatan.

Maksud dari hak pasien untuk mendapatkan Second Opinion adalah konsulatasi
tentang penyakit yang diderita oleh pasien kepada dokter lain yang mempunyai surat ijin
praktek ( SIP ) baik didalam ataupun diluar rumah sakit dan mendapatkan informasi yang
meliputi diagnosis dan tatacara tindakan terhadap penyakit pasien tersebut.

B. Tujuan
a. Mendapatkan penjelasan secara lengkap tentang diagnosis.
b. Memintak pendapat dokter atau dokter gigi lain.
c. Mendapatkan pelayanan sesuai dengan kebutuhn medis.
d. Menolak tindakan medis.
e. Mendapatkan isi rekam medis.

C. Pengertian
Opini Medis adalah pendapat, pikiran atau pendirian dari seorang dokter atau ahli
medis terhadap suatu diagnose, terapi dan rekomendasi medis lain terhadap penyakit
seseorang.
Meminta Pendapat Lain (Second Opinion) adalah pendapat medis yang diberikan
oleh dokter lain terdahap suatu diagnose atau terapi maupun rekomendasi medis lain
terhadap penyakit yang diderita pasien. Mencari pendapat lain bisan dikatakan sebagai
upaya penemuan sudst panang lain dari dokter kedua setelah pasien mengunjungi atau
berkonsultasi dengan dokter pertama.
Second Opinion hanyalah istilah, karena dalam relaitanya dilapangan, kadang pasien
bisa jadi menemui lebih dari 2 dokter untuk dimintakan pendapat. Second Opinion atau
mencari pendapat kedua yang berbeda adalah merupakan hak seseorang pasien dalam
memperoleh jasa kesehatanya. Hak pasien ini adalah hak mendapatkan pendapat kedua
(Second Opinion) dariv dokter lainnya.di indonesia misalnya ada Undang-Undang No. 44
Tahun 2009 tentang Rumah Sakit, bagian emat Pasal 32 poin H tentang hak pasien
menyebutkan
“setiap pasien memiliki hak memintak konsultasi tentang penyalit yang diderita
nya kepada dokter lain yang mempunyai Surat Izin Praktek (SIP) baik didalam
maupun diluar rumah sakit”.
Suah menjadi hak pasien untuk mendapatkan second opinion. Yang dimaksud
dengan second opinion disini adalah pandangan dokter lain terhadap masalah kesehatan
yang dihadapi pasien. Misalnya kita berobat ke dokter A jika anda ragu tentang pendapat
dokter tersebut sebelum mengambil obat atau terapi yang disaran kan dokter A tidak ada
salahnya mengunjungi dokter B untuk mendapatkan pendapat kedua dari dokter B.
Kadang ada pasien yang ragu dengan kondisi medisnya, namun mungkin terlalu
sungkan untuk menanyakan pad adokter lain. Atau ketika bertemu dengn dokter kedua tidak
menyebutkan riwayat bahwa dia telah berkonsultasi sebelum nya dengan dokter yang
pertama. Padahal riwayat konsultasi atau terapi sebelumnya sangat penting bagi dokter
manapun untuk menyelami kondisi kesehatan pasien yang sebenarnya.
Tidak ada larangan memang bagi pasien untuk bertemu dokter manapun sesuai
dengna pilihannya dan deberapa banyak dokter yang ditemui. Namun tidak ada salah nya
memintak pada dokter yang memeriksa sebelumnya, seandainya Anda menemukan
keraguan, agar dirujukan atau diberikan pengantar berkonsultasi pada dokter lain yang
mungkin dapat membantu Anda. Dalam beberapa kasus mungkin, dokter Anda sendiri yang
akan menyarankan untuk mencari pendapat kedua, terutama dokter yang lebih ahli tentang
maslah kesehatan yang Anda derita.
Jangan heran jika pendapat dair sejumlah dokter akan berbeda, setiap penyakit
memiliki persentasi yang berbeda-beda ketika hadir diruang periksa, pendekatan dan
pertimbangan masing-masing dokter akan berbedah tergantung spesipikasi keilmuan dan
pengalaman yang dimiliknya.
BAB II

RUANG LINGKUP

1. Umum

Second Opinion atau mencari pendapat kedua yang berbeda adalah merupakan hak
seseorang pasien dalam memperoleh jsa pelayanan kesehatannya. Hak yang dipunyai pasien
ini adalah hak mendapatkan pendapat kedua (Second Opinion) dari dokter lainnya. Untuk
mendapatkan pelayanan yang optimal. Pasie tidak usah ragu untuk mendapatkan “Second
Opinion “ tersebut mememang biaya yang dikeluarkan menjadi banyak, tetapi paling tidak
bermanfaat untuk mengurangi resiko kemungkinan komplikasi atau biaya lebih besar yang
akan di alami nya. Misalnya pasien sudah divonis operasi Caesar atau operasi usus buntuh
tidak ada salahnya melakukan masukan pendapat dokter lain dalam melakukan “Second
Opinion” tersebut sebaiknya dilakukan terhadap keluarga dokter yang sama kopentensinya.
Misalnya tindakan operasi Caesar harus minta “Second Opinion” kepada sesama dokter
kandungan bukan ke dokter umum atau apabila pemeriksaan laboratorium yang dianjurkan
dokter sangat banyak dan mahal

2. Prinsip

Dalam mendukung hak pasien untuk mendapatkan second opinion harus


memperhatikan:

a. Berikan kebebadssan kepada pasien / keluarga untuk mencari second opinion dalam
pengobatannya.
b. Tidak mencampuri atau intevensi dengan keputusan dan hasil yang didapat dari second
opinion.
c. Berikan penjelasan sesuai kewenangan bila diperlukan terhadap hasil yang didapat.

3. Keputusan Second Opinion

Beberapa keputusan dalam pelayanan :

1. Keputusan dokter tentang tindakan operasi diantara nya operasi usus buntuh, operasi
amandel, ( tonselektomi), operasi Caesar, operasi hordeolum ( bintitan ), operasi
lagisi ductus lacrimalis ( mata belekan dan berair terus ) dan tindakan operasi lainnya.
2. Keputusan dokter tentang pemberian obat jangka panjang lebih dari 2 minggu,
misalnya pemberian obat TBC jangka panjang. Pemberian anti biotika jangka panjang
dan pemberian obat-obat jangka panjang lainnya.
3. Keputusan dokter dalam mengadviskan pemberian obat yang sangat mahal : baik obat
minum, antibiotika,susu mahal,atau pemberian imunisasi yang sangat mahal.
4. Kebiasan dokter memberikan terlalu sering anti biotika berlebihan pada kasus yang
tidak seharusnya diberikan : infeksi saluran nafas, diare, muntah, demam virus dan
sebagainya. Biasanya dokter memberikan diagnosis infeksi virus tetapi selalu
diberikan antibiotika
5. Keputusan dokter dalam mengadviskan pemeriksaan laboratorium dengan biaya
sangat besar dan tidak sesuai indikasi penyakit yang dideritanya.
6. Keputusan dokter tentang suatu penyakit yang berulang diderita, misalnya penyakit
tifus berulang pada kasus ini setring terjadi overdiagnosis tidak mengalami tifus tetapi
di obati tifus karena hasil laboratorium yang menyesatkan
7. Keputusan diagnosis yang meragukan: biasanya dokter tersebut mengunakan istilah “
gejala “ seperti gjala tifus,gejala ADHD, gejala demam berdarah, gejalah usus buntuh
atau diagnosis autis ringan, ADHD ringan dan gangguan prilaku lainnya.
8. Keputusan pemeriksaan dan pengobatan yang tidak direkomendasikan oleh isntitusi
kesehatan nasional atau internasional: seperti pengobatan dan terapi bioresonansi,
terapi antibiotika yang berlebihan dan tidak sesuai dengan indikasi.
1) Kewarganegaraan Rumah Sakit Umum Daerah Gandus Palembang Dalam Second
Opinion
Staf rumah sakit memberikan dukungan membantu pasien dalam proses second
opinion.
a. Petugas medis / perawat diruang perawatan menerima permintaan dari pasien /
keluarga untuk mendapatkan opini kedua dari dokter lain yang tidak merawat
dengan kopentesi yang sama didalam Rumah Sakit Umum Daerah Gandus
saja.
b. Petugas medis/ perawat yang menerima permintaan dari pasien/ keluarga
berkewajiban untuk memenuhi permintaan tersebut sebagai salah satu bagian
dari hal pasien dan keluarga dengan berpegangan pada aturan yang berlaku di
rumah sakit.
c. Bila penanggung jawab pasien aalah dokter spesialis selaku DPJP
d. Hal-hal yang perlu diperhatikan sebagai DPJP adalah :
1) Untuk dokter didalam RSUD Kota Palembang
a) Menginformasikan ke dokter umum / gigi/ spesialis yang merawat
dengan permintaan pasien bahwa pasien dan atau keluarganya
meminta difasilitasi keinginannya untuk mendapatkan second
opinion
b) Bila dokter yang diinginkan pasien itu tidak bertugas agar
disampaikan pada pasien keluarga dan selanjutnya diberikan daftar
nama dokter yang lain
c) Putugas menginformasikan ke dokter umum/gigi/spesialis yang di
inginkan pasien untuk memberikan second opinion
2) Dokter yang diluar Rumah Sakit Umum Daerah Gandus
a) Rumah Sakit Umum Daerah Gandus menyiapkan hak pasien dalam
memperoleh second opinion dari dokter yang ada di dalam Rumah
Sakit Umum Daerah Gandus saja
b) Jika pasien dan keluarga memintak second opinion dari dokter lain di
luar Rumah Sakit Umum Daerah Gandus maka dokter tersebut harus
mempunyi surat ijin praktek (SIP) dirumah sakit tempat dia prsktek
dan mempunyai kompetensi yang sama dengan dokter yang merawat
pasien dirujuk ke Rumah Sakit tempat dokter second tersebut.

2. Hak Pasien dan Keluarga Dalam Second Opinion

Pasien dan keluarga mempunyai hak untuk mengambil keputusan setelah


pendapat penjelasan dari dokter yang merawat dan dokter yang memberi
second opinion, segala akibat yang timbul dari keputusan tersebut
merupakan tanggung jawab pasien / keluarga.
BAB III

TATA LAKSANA

Dalam mencari hak pasien untuk mendapatkan second opinion juga perlu strategi supaya
kita mendapatkan pelayanan terbaik yaitu :

1. Carilah dokter yang sesuai kompentensinya atau keahlianya yang menurut anda lebih
bisa dipercaya. Mintak juga rekomendasi dari keluarga, tetangga atau teman dekat dokter
mana yang mereka rekomendasikan
2. Rekomendasi atau pengalaman keberhasilan pengobatan teman atau keluarga terhadap
dokter tertentu dengan kasus yang sama sangat penting untuk dijadikan referinsi. Karena
pengalaman yang sama tersebut sangatla penting dijadikan sumber refensi.
3. Carilah informasi sebanyak- banyak nya tentang permasalahan kesehatan tersebut. Jangan
mencari informasi sepotong sepotong, karena sering kali akursasinya tidak dipertanggung
jawabkan. Carilah sumber informasi yang kredibel seperti WHO,CDC,IDI atau organisasi
yang resmi lainnya.
4. Bila keadaan emergensi atau kondisi terentu maka keputusan second opinion juga harus
dilakukan dalam waktu singkat hari itu juga
5. Mencari second opinion terhadap dokter yang dapat menjelskan dengan mudah,
jelas,lengkap dan dapat diterima dengan logika. Biasanya dokter tersebut menjelaskan
dengan baik dan mudah diterima. Dokter yang cerdas dan bijaksanan biasanya tidak akan
perna menyalakan keputusan dokter sebelumnya atau tidak akan perna menjelek-jelekan
dokter sebelumnya atau menggangap dirinya paling benar.
6. Bila Second Opinion sebaiknya awalnya jangan dieritakan dulu pendapat dokter
7. Bila sudah memperoleh informasi tentang kesehatan, jangang menghurui dokter yang
anda dapat belum tentu benar. Tetapi sebainya anda diskusikan informasi yang anda
dapat kemudian mintakan pendapat dokter tersebut tentang hal itu.
8. Bila pendapat kedua dokter tersebut berbeda, maka biasanya penderita dapat memutuskan
salah satu keputusan tersebut berdasarkan argumen yang dapat diterima secara logika.
Atau dalam keadaan tertentu ikuti advis dari dokter tersebut bila terdapat perbaikan
bermakna dan sesuai penjelasan dokter maka keputusan tersebut bila terdapat perbaikan
bermakna dan sesuai penjelasan dokter maka keputusan tersebut mungkin dapat dijadikan
pilihan. Bila hal itu masih membingungkan tidak ada salahnya melakukan pendapat
ketiga. Biasa nya dengan berbagi pendapat tersebut penderita akan memutuskannya. Bila
pendapat ketiga tersebut masih sulit dipilih biasanya kasus yang dihadapi adalah kasus
yang sulit.
9. Keputusan second opinion terhadap terapi alternatif sebaiknya tidak dilakukan karena
pasti terjadi perbedaan pendapat dengan pemahaman tentang kasus yang berbeda dan
latar belakang keilmuan yang berbeda s
10. Kebenaran ilmiah dibilang kedokteran tidak harus berdasarkan senioritas dokter atau
gelar profesor yang disandang. Tetapi berdasarkan kepakaran dan landasan pertimbangan
kejadian ilmiah bebasis bukti penelitian di dalam bidang kedokteran.
BAB IV

DOKUMENTASI

A. Pendokumentasian
a. Keputusan yang dipilih oleh pasien dan keluarga, pasien menyetujui formulir second
opinion ditujukan sesuai permintaan pasien / keluarga di tanda tangani oleh DPJP.
b. Formulir second opinion ditujukan sesuai permintaan pasien / keluarga di tanda
tangani oleh DPJP
c. Perawat mencatat pada catatan perkembangan terintergrasi
d. Perawat / petugas yang merawat pasien mendokumentasikan dan mengarsipkan
kerekam medis pasien

B. Revisi dan Audit


a. Kebijakan ini akan dievaluasi dan disempurnakan setiap saat
b. Secara normatis kebijakan ini akan dikaji ulang dalam kurun waktu dua tahun.
Dengan ditetapkan nya panduan ini maka setiap personil Rumah Sakit Umum Daerah
Gandus dapat melaksanakan ketentuan dalam mendukung hak pasien dan keluarga
untuk mendapatkan second opinion dalam pengobatannya.

Anda mungkin juga menyukai