Anda di halaman 1dari 10

PANDUAN MEMINTA PENDAPAT LAIN

(SECOND OPINION)

Disusun oleh:
Bidang Pelayanan Medis
Rumah Sakit Umum Universitas Muhammadiyah Malang

RUMAH SAKIT UMUM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG


Alamat: Jl. Raya Tlogomas No. 45 Malang
65144 Telp. (0341) 561666, 561627
hospital@umm.ac.id
2022
Rumah Sakit Umum Universitas Muhammadiyah Malang | i
DAFTAR ISI

Halaman Judul........................................................................................................................i
Peraturan Direktur.................................................................................................................ii
Daftar Isi..................................................................................................................................iv
BAB I DEFINISI.....................................................................................................................1
BAB II RUANG LINGKUP..................................................................................................3
BAB III KEBIJAKAN............................................................................................................4
BAB IV TATA LAKSANA...................................................................................................5
BAB V DOKUMENTASI.....................................................................................................6

Rumah Sakit Umum Universitas Muhammadiyah Malang | iv


LAMPIRAN 1
PERATURAN DIREKTUR
RUMAH SAKIT UMUM UNIVERSITAS
MUHAMMADIYAH MALANG
NOMOR:133/PER/DIR/RSU-UMM/I/2022
TENTANG PANDUAN MEMINTA
PENDAPAT LAIN (SECOND OPINION)
RUMAH SAKIT

BAB I
DEFINISI

Partisipasi pasien dan keluarga dalam proses asuhan melalui pengambilan


keputusan tentang asuhan, bertanya soal asuhan, minta pendapat orang lain (second
opinion), dan menolak prosedur diagnostik atau tindakan. Saat pasien minta second
opinion, diharapkan rumah sakit tidak menolak, mencegah atau menghalanginya,
sebaliknya rumah sakit diminta memfasilitasi permintaan tersebut dengan jalan pasien
diberi informasi tentang kondisinya, hasil tes, diagnosis, rekomendasi tindakan, dan
sebagainya. Rumah sakit tidak boleh menyembunyikan informasi ini jika pasien
meminta second opinion. Rumah sakit menetapkan regulasi untuk mengatur hak
pasien untuk mencari second opinion tanpa rasa khawatir memengaruhi proses
asuhannya.
Rumah sakit mendorong pasien dan keluarga terlibat dalam seluruh aspek
pelayanan. Seluruh staf sudah dilatih melaksanakan regulasi dan perannya dalam
mendukung hak pasien serta keluarganya untuk berpatisipasi di dalam proses
asuhannya.
1. Opini Medis adalah pendapat, pikiran, atau pendirian dari seorang dokter atau
ahli medis terhadap suatu diagnosis, terapi, dan rekomendasi medis lain terhadap
penyakit seseorang.
2. Meminta Pendapat Lain (Second Opinion) adalah pendapat medis yang diberikan
oleh dokter lain terhadap suatu diagnosis atau terapi maupun rekomendasi medis
lain terhadap penyakit yang diderita pasien. Mencari pendapat lain bisa dikatakan
sebagai upaya penemuan sudut pandang lain dari dokter kedua setelah pasien
mengunjungi atau berkonsultasi dengan dokter pertama.
Second opinion hanyalah istilah, karena dalam realitanya di lapangan kadang pasien
bisa jadi menemui lebih dari dua dokter untuk dimintakan pendapat medisnya.
Meminta pendapat lain atau second opinion juga diatur dalam Undang Undang no.
44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit, bagian empat pasal 32 poin H tentang hak pasien,
disebutkan bahwa "Setiap pasien memiliki hak meminta konsultasi tentang penyakit
yang dideritanya kepada dokter lain yang mempunyai Surat Izin Praktik (SIP) baik di
dalam maupun di luar Rumah Sakit".

Rumah Sakit Umum Universitas Muhammadiyah 1


Pasien dan keluarga pasien dilibatkan dalam semua aspek perawatan dan
tata laksana medis melalui edukasi, dan diberikan kesempatan untuk
berpartisipasi dalam proses pengambilan keputusan mengenai perawatan
serta tata laksananya. Pasien dan keluarganya ikut berperan serta dalam proses
perawatan dengan membuat keputusan mengenai perawatan, mengajukan pertanyaan
tentang perawatan, dan bahkan menolak prosedur diagnostic dan tata laksana. Agar
pasien dan keluarga dapat berpartisipasi dalam keputusan perawatan, mereka
memerlukan informasi dasar mengenai kondisi medis yang dijumpai dalam
pemeriksaan, diagnosis, rencana pengobatan dan rencana tindakan serta perawatan.
Rumah sakit memastikan mereka dapat berpartisipasi dalam pengambilan keputusan
terkait perawatan termasuk untuk melakukan perawatan sendiri di rumah.
Selama proses perawatan, pasien juga memiliki hak untuk diberitahu
mengenai kemungkinan hasil yang tidak dapat diantisipasi dari terapi dan perawatan.
Selain itu, ketika suatu peristiwa atau kejadian yang tidak terduga terjadi selama
perawatan dilakukan.
Pasien dan keluarga pasien memahami jenis keputusan yang harus diambil
terkait perawatan dan bagaimana mereka berpartisipasi dalam pengambilan
keputusan tersebut. Ketika pasien meminta pendapat kedua, rumah sakit tidak boleh
menghambat, mencegah ataupun menghalangi upaya pasien yang mencari pendapat
kedua, namun sebaliknya, rumah sakit harus memfasilitasi permintaan akan pendapat
kedua tersebut dan membantu menyediakan informasi mengenai kondisi pasien,
seperti informasi hasil pemeriksaan, diagnosis, rekomendasi terapi, dan sebagainya.
Rumah sakit mendukung dan menganjurkan keterlibatan pasien dan keluarga
dalam semua aspek perawatan. Seluruh staf diajarkan mengenai kebijakan dan
prosedur serta peranan mereka dalam mendukung hak pasien dan keluarga untuk
berpartisipasi dalam proses perawatan.

Rumah Sakit Umum Universitas Muhammadiyah 2


BAB II
RUANG LINGKUP

Permasalahan kesehatan yang memerlukan Second Opinion:


a. Keputusan dokter tentang tindakan operasi, apalagi yang akan membuat
perubahan anatomis permanen pada tubuh pasien dan tindakan operasi lainnya.
b. Keputusan dokter tentang pemberian obat jangka panjang lebih dari 2 minggu,
misalnya pemberian obat TB jangka panjang, pemberian antibiotika jangka
panjang dan pemberian obat-obat jangka panjang lainnya.
c. Keputusan dokter dalam pemberian obat yang sangat mahal, baik obat minum,
antibiotika, susu mahal atau pemberian imunisasi yang sangat mahal.
d. Kebiasaan dokter memberikan terlalu sering antibiotika berlebihan pada kasus
yang tidak seharusnya diberikan, seperti infeksi saluran napas, diare, muntah,
demam virus, dan sebagainya. Biasanya dokter memberikan diagnosis infeksi
virus tetapi selalu diberi antibiotika.
e. Keputusan dokter dalam pemeriksaan laboratorium dengan biaya sangat besar.
f. Keputusan dokter tentang suatu penyakit yang berulang diderita, misalnya
penyakit tifus berulang.
g. Keputusan diagnosis dokter yang meragukan. Biasanya dokter tersebut
menggunakan istilah “gejala” seperti gejala tifus, gejala ADHD, gejala demam
berdarah, gejala usus buntu. Atau diagnosis autis ringan, ADHD ringan dan
gangguan perilaku lainnya.
h. Ketika pasien didiagnosis penyakit serius seperti kanker, maka pasien pun
biasanya diizinkan meminta pendapat lain.
i. Keputusan pemeriksaan dan pengobatan yang tidak direkomendasikan oleh
institusi kesehatan nasional atau internasional, seperti pengobatan dan terapi
bioresonansi, terapi antibiotika yang berlebihan dan tidak sesuai dengan indikasi.

Rumah Sakit Umum Universitas Muhammadiyah 3


BAB III
KEBIJAKAN

Hak dan kewajiban pasien dan keluarga merupakan elemen dasar dari semua
kontak di rumah sakit, staf, serta pasien dan keluarganya. Dengan berlakunya
peraturan perudang-undangan yang mengatur mengenai hak dan kewajiban pasien,
maka rumah sakit berkewajiban menjamin bahwa ada mekanisme pemenuhan hak dan
kewajiban pasien dan keluarga di RSU UMM. Peraturan perundang-undangan yang
dimaksud di antaranya adalah Undang-Undang nomor 44 tahun 2009 tentang Rumah
Sakit, Undang- Undang nomor 29 tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran dan
beberapa peraturan negara lainnya.
Rumah sakit menetapkan regulasi untuk mengatur hak pasien untuk mencari
second opinion tanpa rasa khawatir memengaruhi proses asuhannya.

Rumah Sakit Umum Universitas Muhammadiyah 4


BAB IV
TATA LAKSANA

Permasalahan kesehatan yang memerlukan Second Opinion:


1. Keputusan dokter tentang tindakan operasi, apalagi yang akan membuat
perubahan anatomis permanen pada tubuh pasien dan tindakan operasi lainnya.
2. Keputusan dokter tentang pemberian obat jangka panjang lebih dari 2 minggu,
misalnya pemberian obat TB jangka panjang, pemberian antibiotika jangka panjang
dan pemberian obat-obat jangka panjang lainnya.
3. Keputusan dokter dalam pemberian obat yang sangat mahal, baik obat minum,
antibiotika, susu mahal atau pemberian imunisasi yang sangat mahal.
4. Kebiasaan dokter memberikan terlalu sering antibiotika berlebihan pada kasus yang
tidak seharusnya diberikan, seperti infeksi saluran napas, diare, muntah, demam
virus, dan sebagainya. Biasanya dokter memberikan diagnosis infeksi virus tetapi
selalu diberi antibiotika.
5. Keputusan dokter dalam pemeriksaan laboratorium dengan biaya sangat besar.
6. Keputusan dokter tentang suatu penyakit yang berulang diderita, misalnya
penyakit tifus berulang.
7. Keputusan diagnosis dokter yang meragukan. Biasanya dokter tersebut
menggunakan istilah “gejala” seperti gejala tifus, gejala ADHD, gejala demam
berdarah, gejala usus buntu. Atau diagnosis autis ringan, ADHD ringan dan
gangguan perilaku lainnya.
8. Ketika pasien didiagnosis penyakit serius seperti kanker, maka pasien pun biasanya
diizinkan meminta pendapat lain.
9. Keputusan pemeriksaan dan pengobatan yang tidak direkomendasikan oleh
institusi kesehatan nasional atau internasional, seperti pengobatan dan terapi
bioresonansi, terapi antibiotika yang berlebihan dan tidak sesuai dengan indikasi.

Rumah Sakit Umum Universitas Muhammadiyah 5


BAB V
DOKUMENTASI

1. Panduan Hak & Kewajiban Pasien


2. Formulir Permintaan Pendapat Lain (Second Opinion)
3. SPO meminta pendapat lain (second opinion)

Rumah Sakit Umum Universitas Muhammadiyah 6

Anda mungkin juga menyukai