Anda di halaman 1dari 2

Pembahasan

Pada percobaan kali ini dilakukan pembuatan sediaan suppositoria dengan menggunakan bahan aktif
ketoprofen. Alasan di buat suppositoria ketoprofen kerena ketoprofen mampu menghambat fungsi
leukosit dan mempunyai efek samping mengiritasi saluran pencernaan. Ketoprofen merupakan salah
satu obat yang pemberian obatnya secara oral tidak akan diabsorpsi secara tepat dan baik. Karena
mampu menyebabkan mual dan muntah. Sehingga dibuat dalam bentuk sediaan suppositoria agar
langsung diabsorpsi oleh membran mukosa rektal menuju sistem sistemik tanpa mengalami
metabolismeoleh sistem hepatic dan akan memberikan efek terapetik yang cepat.

Pada formulasi suppositoria digunakan basis PEG (polietilen glikol), dimana basis PEG ini digolongkan
dalam basis yang dapat bercampur atau larut dalam air. Polietilen glikol merupakan polimer dari etilen
oksida dan air. Digunakan kombinasi antara PEG 1000 dan PEG 4000, digunakan kombinasi tersebut
karena basis tersebut mempunyai titik leleh rendah, dan bergun, digunakan kombinasi tersebut karena
basis tersebut mempunyai titik leleh rendah, dan berguna bila dibandingkan penghancuran yang cepat.
Penggunaan basis PEG 1000 karena basis ini memiliki titik lebur 37-40oC. dan kelembaban sekitar
0,585%. Dengan data tersebut digunakan PEG 1000 agar zat aktif mudah dilepaskan dalam cairan
rectum. Penggunaan PEG 4000 karena basis ini memiliki titik lebur 50-58 oC. dari data tersebut titik lebur
dan kelembaban dari PEG ini hampir sama dengan PEG 1000. Sehingga PEG 4000 ini dapat
dikombinasikan dengan PEG 4000.

Tidak digunakan basis PEG 200-600 karena PEG merupakan zat cair yang jika digunakan dengan basis
supositoria mudah mengeras. Dan jika digunakan basis PEG diatas 1000 tanpa dikombinasikan dengan
PEG lainnya akan menghasilkan pola suppositoria yang keras dan tidak mudah melepaskan zat aktif.

Lalu digunakan surfaktan yaitu Tween 80. Digunakan sufraktan karena dapat membantu mendispersikan
zat aktif ke dalam basis dengan menurunkan tegangan antar muka dari zat aktif.

Lalu dilakukan evaluasi suppositoria yang meliputi kestabilan fisik, keseragaman kandungan, keragaman
bobot, uji waktu hancur dan uji ketegaran.

Pada uji keragaman bobot rata- rata suppositoria yang dihasilkan adalah (2,208 ± 0,032)gram. Standar
deviasi yang kecil ini mencerminkan bahwa variasi bobot suppositoria tidak terlalu besar.

Pada uji kestabilan fisik suppositoria memiliki kestabilan fisik yang baik tidak terdapat rongga pada
bagian dalam sediaan yang dibuat.

Pada uji waktu hancur dilakukan dengan media air yang bersuhu 37oC yang mewakili suhu tubuh
manusia, suppositoria melarut pada 7. 31 menit menurut literature basis PEG memiliki waktu larut yang
lama di dalam tubuh, yaitu berkisar 13-18 menit. Dari data tersebut mneunjukkan bahwa ketoprofen
tidak termasuk kedalam rentang waktu hancur untuk basis PEG.

Pada uji keseragaman kandungan didapatkan kadar ketoprofen dalam sediaan yaitu 86,87% menurut
persyaratan farmakope iindonesia ketoprofen mengandung tidak kurang dari 98,5% dan tidak lebih dari
100,5% C16H14O dari data tersebut dapat diketahui bahwa kadar ketoprofen didalam sediaan tidak
memenuhi persyaratan farmakope Indonesia. Pada uji ketegaran suppositoria ketoprofen saat
ditambahkan massa terakhir agar suppositoria dapat meleleh yaitu pada waktu 22 detik

Anda mungkin juga menyukai