Anda di halaman 1dari 11

SERI KAJIAN ILMIAH, Volume 15, Nomor 1, Januari 2013

___________________________________________________________________________

PERMODELAN PERGERAKAN TANAH PADA LERENG

Daniel Hartanto
Fakultas Tekni Unika Soegijapranata, Semarang

ABSTRACT

Soil movement often occur on the slopes natural or embankment. In the absence of natural slopes
non vegetation cover and slopes with vegetation cover became the main object of this research.
Rate is the final results obtained from laboratory scale experiment of the natural slopes of the
approach. Slope Angle is very influential to the movement rate of the soil. Angle of tilt 20
generating rate of land between: 15 cm/sec up to 66 cm/sec for compacted soil and 100 cm/sec for
non compacted soil. While the angle of 40 yield rate of the ground between: 100 cm/sec to 125
cm /sec for compacted soil and rate between : 85 cm/sec to 200 cm/sec for non compacted soil.

Key words: Rate,land cover, non land cover, embankment ,compacted soil and non compacted soil

PENDAHULUAN kelongsoran pada lereng tak terbatas


biasanya terletak dalam satu bidang yang
Pengertian Lereng sejajar dengan bidang lereng (Sunggono,
Lereng merupakan suatu kondisi di 1984). Lereng terbatas menurut Cristady
mana terdapat dua permukaan tanah (1994) merupakan kondisi di mana suatu
dengan ketinggian yang berbeda timbunan terletak di atas tanah asli yang
(Sunggono, 1984). Lereng dapat miring. Akibatnya timbunan akan longsor
digolongkan dalam dua tipe yaitu lereng di sepanjang bidang gelincir. Contoh
tak terbatas dan lereng terbatas (Sunggono, kondisi ini adalah jika tanah timbunan
1984). Menurut Cristady (1994) lereng tak diletakkan pada tanah asli yang miring di
terbatas merupakan kondisi di mana tanah mana pada lapisan tanah asli masih
yang mempunyai kedalaman tertentu terdapat lapisan lemah yang berada di
dengan permukaan miring, terletak di atas dasar timbunannya.
lapisan batu dengan kemiringan
permukaan yang sama. Disebut tak terbatas
karena mempunyai panjang yang sangat
besar dibanding kedalamannya. Jika
diambil elemen tanah dengan lebar
tertentu, gaya-gaya yang bekerja pada dua
bidang vertikalnya akan sama karena pada
lereng tak terbatas gaya-gaya yang bekerja
di setiap sisi bidangnya dapat dianggap Gambar 1. Tipe Lereng (Sunggono, 1984)
sama. Sifat-sifat tanah dan tegangan lereng
tak terbatas pada salah satu bidang yang Jenis-Jenis Gerakan Tanah
sejajar dengan lereng adalah sama maka

35
SERI KAJIAN ILMIAH, Volume 15, Nomor 1, Januari 2013
___________________________________________________________________________

Gerakan tanah dapat diklasifikasikan Gerakan ini dapat bersifat progresif


dalam banyak cara dan masing-masing dari lambat hingga amat lambat
memiliki kegunaannya dalam menekankan yang berarti bahwa keruntuhan
pentingnya kepada cara pengenalan, cara geser tidak terjadi seketika pada
penanggulangan, kontrol dan keperluan seluruh bidang gelincir melainkan
klasifikasi yang lain. Hal-hal yang merambat dari suatu titik. Massa
digunakan untuk kriteria identifikasi dan yang bergerak menggelincir di atas
klasifikasi adalah jenis gerakan, jenis lapisan batuan/ tanah asli dan
material, kecepatan gerakan, geometri, terjadi pemisahan (separasi) dari
penyebab longsoran/gerakan tanah dan kedudukan semula. (gambar 2).
kondisi aktivitasnya.
Berdasarkan jenis-jenis gerakannya,
lereng dibagi menjadi (Rahardjo, 2002):
1. Runtuhan (Falls)
Gerakan massa jatuh melalui udara
yang terlepas dari lereng curam dan
tidak ditahan oleh geseran dengan
material yang berbatasan. Pada
jenis runtuhan batuan umumnya
terjadi dengan cepat dan ada
kemungkinan tidak didahului
gerakan awal.
2. Pengelupasan (Topples)
Gerakan ini berupa rotasi keluar
dari suatu unit massa yang berputar
terhadap suatu titik akibat gaya
gravitasi atau adanya air dalam
rekahan.
3. Aliran Tanah (Earth Flow) Gambar 2. Jenis Pergerakan Tanah: (1)
Jenis gerakan tanah ini tidak dapat Runtuhan (2) Pengelupasan (3) Longsoran
dimasukkan ke dalam kategori di (4) Spread (5) Aliran Tanah
atas karena merupakan fenomena (Cruden & Varnes, 1992)
yang berbeda. Pada umumnya jenis
gerakan tanah ini terjadi pada Bila keruntuhan terjadi sepanjang
kondisi tanah yang amat sensitif bidang gelincir yang masih terletak dalam
atau sebagai akibat dari gaya batas lereng disebut keruntuhan lereng.
gempa. Bidang gelincir terjadi Bila keruntuhan terjadi, bidang gelincir
karena gangguan mendadak dan melewati ujung bawah lereng disebut
gerakan tanah yang terjadi keruntuhan dasar.
umumnya bersifat cepat tetapi
dapat juga lambat misalnya pada
rayapan/ creep . Penyebab Longsoran
4. Longsoran (Slides). Material yang membentuk lereng
memiliki kecenderungan tergelincir dibawa

10
SERI KAJIAN ILMIAH, Volume 15, Nomor 1, Januari 2013
___________________________________________________________________________

beratnya sendiri dan gaya-gaya luar yang Tabel 1. Hubungan Sudut Lereng dan
ditahan oleh kuat geser tanah dari material Jumlah Keruntuhan
tersebut. Gangguan terhadap kestabilan Sudut Lereng
Jumlah Keruntuhan
terjadi bila tahanan geser tanah tidak dapat (derajat)
mengimbangi gaya-gaya yang 12-14 2
menyebabkan gelincir pada bidang 15-18 12
19-20 10
longsor. Penyebab gerakan tanah dan 21-22 46
longsoran terdiri dari suatu seri kejadian 23-24 58
yang dapat berasal dari alam maupun oleh 25-26 73
manusia. Dalam banyak kasus, penyebab 27-28 76
tersebut sering tidak dapat dihindarkan 29-30 36
31-33 32
Penyebab yang paling umum adalah > 33 7
unsur geologi, topografi dan iklim. Jarang
Sumber : Zook dan
sekali penyebab gerakan ini bersifat
Bednar, 1975 diambil dari
tunggal tetapi pada umumnya kombinasi
Soedarmo, 1997
dari beberapa faktor. Penyebab gerakan
tanah dan longsoran ini harus lebih dulu
3. Pembongkaran dinding penahan tanah
dimengerti sebelum suatu tindakan
Dinding penahan tanah berguna untuk
pencegahan atau tindakan remedial
menahan massa tanah yang bergerak.
dilakukan.
Bila dinding dibongkar maka tidak ada
Terzaghi (1950) membagi penyebab
bangunan yang menahan kelongsoran
longsoran lereng terdiri dari 2 hal: akibat
tersebut.
pengaruh luar (external effect) dan
4. Beban bangunan dan konstruksi sipil
pengaruh dalam (internal effect). Pengaruh
yang lain
luar yaitu pengaruh yang menyebabkan
Peningkatan beban permukaan ini akan
bertambahnya gaya geser dengan tanpa
meningkatkan tegangan dalam tanah
adanya perubahan kuat geser dari
termasuk meningkatnya tegangan air
tanahnya. Contoh pengaruh luar (external
pori.
effect) yaitu:
5. Air hujan tertahan di atas lereng
1. Akibat kaki lereng tererosi oleh aliran
Perubahan kadar air baik karena air
air sungai/ hujan
hujan maupun resapan air tempat lain
Perubahan lereng suatu tebing secara
dalam tanah akan segera meningkatkan
alami karena erosi akan mengganggu
kadar air dan menurunkan kekuatan
stabilitas yang ada. Semakin terjal
geser dalam lapisan tanah. Aliran air
suatu lereng akan semakin besar
tanah akan mempercepat terjadinya
kemungkinan untuk longsor (tabel 1).
longsor karena air bekerja sebagai
2. Penggalian oleh manusia
pelumas. Bidang kontak antar butir
Penggalian terhadap bagian kaki lereng
akan melemah karena air dapat
dapat mengurangi daya dukung tanah.
menurunkan tingkat kelekatan butir.
6. Timbunan tanah
Suatu lereng yang baru saja ditimbuni
dengan tanah, di atasnya dibangun
sebuah bangunan misalnya rumah.
Lereng itu dapat mengalami

11
SERI KAJIAN ILMIAH, Volume 15, Nomor 1, Januari 2013
___________________________________________________________________________

kelongsoran karena belum kuat 1. Akibat adanya beban di atas


menahan beban di atasnya akibat permukaan tanah yang lebih
timbunan yang masih baru. tinggi
7. Getaran Beban di atas permukaan tanah
Pengaruh getaran berupa gempa, yang tinggi misalnya beban
ledakan dan getaran mesin dapat jalan di atas lereng, traksi rem
mengganggu kekuatan geser dalam dari kendaraan-kendaraan yang
tanah. lewat, tanaman-tanaman di tepi
jalan (Sunggono, 1984)
Pengaruh dalam yaitu longsoran yang 2. Akibat adanya tekanan air
terjadi dengan tanpa adanya perubahan tanah.
kondisi luar atau gempa bumi. Faktor- Air sering merupakan penyebab
faktor yang menyebabkan pengaruh dalam kelongsoran tanah, baik dengan
tersebut antara lain: mengikis lapisan air, melumasi
1. Kondisi awal batuan ataupun meningkatkan
a. Tergantung dari jenis tanah kadar air suatu lempung dan
b. Tergantung dari struktur geologi : mengurangi kekuatan geser.
lapisan berada di atas tanah Perpindahan air seringkali
lempung lunak; lapisan berselang- terjadi di dekat pekerjaan-
seling antara tanah yang pekerjaan tanah yang besar
berpermeabilitas rendah dengan seperti pada suatu bendungan
yang berpermeabilitas tinggi tanah atau galian di bawah
2. Pelapukan muka air tanah alam (Smith,
3. Perubahan berat volume dan tekanan 1984).
air pori 3. Akibat tekanan gravitasi dalam
a. Berat volume yang menjadi jenuh tanah itu sendiri
b. Kenaikan tekanan air pori (akibat Pada permukaan tanah yang
naiknya muka air tanah) karena tidak horizontal, komponen
hujan yang berkepanjangan, gravitasi cenderung untuk
pembangunan dan pengisian menggerakkan tanah ke bawah.
waduk, gangguan pada sistem Jika komponen gravitasi
drainase dan lain-lain sedemikian besar sehingga
perlawanan terhadap geseran
Akibat adanya perbedaan ketinggian pada yang dapat dikembangkan oleh
lereng maka akan menyebabkan terjadinya tanah pada bidang longsornya
gaya-gaya dalam tanah yang mendorong ke terlampaui maka akan terjadi
samping (horizontal). Gaya pendorong longsoran.
adalah gaya tangensial dari berat massa 4. Akibat faktor non teknis
tanah. Bekerjanya gaya-gaya ini akan Faktor non teknis misalnya
mengakibatkan tanah yang lebih tinggi lokasi bencana dekat dengan
bergerak ke arah bawah. Gaya-gaya mata air di mana binatang air
pendorong terjadinya kelongsoran ini dapat seperti kepiting suka membuat
timbul karena beberapa hal: sarang di dekat sungai maka
lama-kelamaan tanah di

12
SERI KAJIAN ILMIAH, Volume 15, Nomor 1, Januari 2013
___________________________________________________________________________

sekitarnya dapat mengalami Pengujian ini menggunakan alat bantu


kelongsoran. shower dengan kran kontrol dengan skala
tertentu. Air kran yang ada dialirkan
menggunakan selang ke kran kontrol,
DETAIL PERMODELAN LERENG kemudian air disemprotkan secara bebas
BUATAN oleh kepala shower ke bawah. Berikut
Metode penelitian yang kami pakai adalah skema dalam menentukan curah
adalah eksperimen laboratorium, untuk hujan buatan :
jelasnya dapat dilihat gambar 3.
Berikut langkah – langkah pengujian
hujan buatan:
Curah hujan buatan
dengan intensitas tertentu Langkah 1 :
Kran utama (kran di laboratorium –
tanah dengan vegetasi

Permodelan washbak) diputar full (buka penuh)


Tanah polos dan

Wadah kayu (talang) diisi tanah


kemudian kran kontrol
dipadatkan/tidak dibuat Langkah 2 :
kemiringan tertentu Ukur ketinggian dasar dan mulut
gelas ukur ke kepala shower
Langkah 3 :
Sensor elektronik & Putar kran utama posisi buka penuh
kelengkapan visual
(full), atur kecepatan seprotan air
lewat shower dengan mengatur atau
mengerakan kran kontrol digerakan
Pengamatan pergerakan tanah, rate
atau laju pergerakan tanah
sesuai dengan skala derajat sudut
yang ada pada busur derajat sebagai
Gambar .3 Skema Percobaan Pergerakan indikatornya.
Tanah Langkah 4 :
Amati ketinggian air pada gelas
ukur per 100 ml dan catat
HASIL PENGUJIAN waktunya.
Pengujian yang dilakukan di
laboratorium Mekanika Tanah Fakultas Ulangi langkah 4 sampai air
Teknik Unik Soegijapranata Semarang mencapai volume 1000 ml baru
meliputi 2 (dua) tahap yaitu : kran kontrol di putar pada 0
a. Pengujian curah hujan buatan (posisi off)
b. Permodelan pergerakan tanah Hasil yang didapat adalah tabel
hubungan antara volume dengan
Pengujian Hidrologi waktu. Hasil pengujian hujan
buatan dapat dilihat pada tabel 2.

13
SERI KAJIAN ILMIAH, Volume 15, Nomor 1, Januari 2013
___________________________________________________________________________

Tabel 2. Hasil Perhitungan Curah Hujan Buatan Trial ke - 1


Tuas
sudut ( ) rerata tan ml/min mm/jam
kran
10 28 33 34 34.5 32.38 0.6340 0.6340 38.04
20 30 33 31 30.5 31.13 0.6038 0.6038 36.23
30 43 43 45 43.67 0.9545 0.9545 57.27
40 29 28 33 36 31.50 0.6128 0.6128 36.77
50 30 29 29 30 29.50 0.5658 0.5658 33.95
60 33.5 32 31.5 28.5 31.38 0.6098 0.6098 36.59
70 34.5 33 32 31.5 32.75 0.6432 0.6432 38.59
80 38 37.5 33 28 34.13 0.6777 0.6777 40.66
90 33 34 33.42 0.6598 0.6598 39.59

Trial ke-1 :
Mengukur air yang menyemprot keluar shower tiap interval 10 sampai dengan 90
Trial ke-2 :
Mengukur air yang menyemprot keluar shower dengan sudut tuas kran kontrol 30 ,
45 ,60 dan 90

Hasil uji dari trial ke-2 yang diambil adalah 34.64 mm/jam dengan sudut kran kontrol
pada sudut 30 dan 41.24 mm/jam pada sudut kran kontrol pada sudut 90

Tabel 3. Hasil Perhitungan Curah Hujan Buatan Trial ke - 2


Tuas kran Sudut ( ) tan ml/min mm/jam

30 30.00 0.5774 0.5774 34.64

45 30.00 0.5774 0.5774 34.64

60 30.00 0.5774 0.5774 34.64

90 34.50 0.6873 0.6873 41.24

Permodelan Pergerakan tanah dengan menggunakan alat cangkul


Urutan Pengujian permodelan pergerakan dan linggis.
tanah Tanah tanpa vegetasi (soil non land
1. Pengambilan sampel tanah cover) merupakan tanah asli tanpa
terganggu (disturb sample) adanya akar – akar tanaman dan
dilakukan dengan 2 kondisi : batuan. Cara mengambil sampel
kondisi tanah tanpa vegetasi (soil tanah adalah : permukaan tanah
non land cover) dan kondisi tanah yang akan dibersihkan dulu dari
dengan vegeatasi dalam hal ini rumput dan akarnya dengan jalan
rumput (soil with land cover) bantuan cangkul. Tebal
pemangkasan lapisan permukaan

10
SERI KAJIAN ILMIAH, Volume 15, Nomor 1, Januari 2013
___________________________________________________________________________

tanah adalah ± 4 cm. Sampel tanah Posisikan talang dengan


diambil sebanyak 1 karung. kemiringan tertentu, dengan
Sedangkan tanah dengan vegeasi bantuan bandul dan busur derajat.
(soil with land cover), tanah Kemiringan yang setting adalah 20
dicangkul perlahan dan dengan dan 40 .
bantuan linggis, bongkahan tanah 3. Pasang 1 unit sensor gerak (3
berbentuk empat persegi diangkat sensor) di atas talang propotipe dan
ke atas dan diletakan dalam karung stel pergerakan masing–masing
pelastik. sensor. Jarak tiap sensor satu
2. Tanah dimasukan dalam talang dengan lainnya adalah 60 cm.
dengan 2 (dua) metode yaitu Jangan lupa diadakan test gerakan
dipadatkan dengan bantuan palu sensor dengan jalan disentuh dan
karet dan tanpa usaha pemadatan lihat bacaan di ECU – display.
(tanah hanya dipadatkan dengan Detail sensor dapat dilihat pada
bantuan kekuatan tangan) gambar 4.

Gambar 4. Permodelan Pergerakan Tanah

10
SERI KAJIAN ILMIAH, Volume 15, Nomor 1, Januari 2013
___________________________________________________________________________

4. Persiapan hujan buatan, tiang + bersamaan stopwatch dinyalakan.


shower diletakan didekat talang Pengamatan terhadap waktu dengan
yang telah berisi tanah. Selang kondisi :
dihubungkan ke kran washbak t1, tanah mulai bergerak,
kemudian kran kontrol di posisikan t2, massa tanah (bongkahan tanah)
90 . Sebelum semprotan air dari mulai meluncur turun
shower mengenai permukaan t3, semua massa tanah meluncur
sampel tanah, letakan ember persis turun
di atas permukaan sehingga jatuh dan amati display ECU pada saat
semprotan air betul – betul tanah meluncur turun (laju/rate)
mengenai permukaan tanah. dalam satuan cm/det. Pengamatan
5. Setelah langkah 3 dan 4, pergerakan tanah dan laju
selanjutnya persiapkan alat tulis, pergerakan tanah dapat di lihat
kertas, stopwatch, handycam dan pada tabel 4.
kamera. Aliran air dari kran dibuka
penuh, kran kontrol dibuka dan saat

Tabel 4. Laju Pergerakan tanah

Tanah tanpa adanya land cover terlihat kecepatan laju tanah (rate)
(non land cover) dan dipadatkan dengan sudut kemiringan lereng
terlihat kecepatan laju tanah (rate) buatan sebesar 40 dimana butir –
dengan sudut kemiringan lereng butiran tanah mulai bergerak (t1) =
buatan sebesar 20 dimana butir – 100 cm/det sedangkan tanah tanpa
butiran tanah mulai bergerak (t1) = pemadatan (t1) = 85 cm/det
2 cm/det sedangkan tanah tanpa sehingga selisih 15 cm/det.
pemadatan (t1) = 5 cm/det sehingga Tanah dengan land cover terlihat
selisih 3 cm/det. kecepatan laju tanah (rate) dengan
Tanah tanpa adanya land cover sudut kemiringan lereng buatan
(non land cover) dan dipadatkan sebesar 40 dimana butir–butiran

9
SERI KAJIAN ILMIAH, Volume 15, Nomor 1, Januari 2013
___________________________________________________________________________

tanah mulai bergerak (t1) = 11 3. Sudut talang 40 menghasilkan laju


cm/det hingga 44 cm/det . tanah antara : 100 cm/det sampai
125 cm/det untuk tanah padat.
Sedangkan tanah tanpa usaha
PENUTUP pemadatan laju : 85 cm/det sampai
200 cm/det.
Kesimpulan
1. Permodelan pergerakan tanah oleh Saran
curah hujan hujan buatan 1. Perlu adanya studi lebih lanjut
menghasilan laju atau rate untuk mementukan curah hujan
pergerakan tanah yang bervariasi. yang bervariasi
Kemiringan (sudut) talang 2. Perlu adanya sampel tanah yang
berpengaruh besar bagi laju atau diambil secara zona – zona
rate dari tanah tersebut 3. Perlu adanya variasi dari kondisi
2. Sudut talang 20 menghasilkan laju land cover seperti vegetasi perdu,
tanah antara : 15 cm/det sampai 66 bambu dan tamanan lainnya
cm/det untuk tanah padat. 4. Perlu adanya variasi slope lereng
Sedangkan tanah tanpa usaha
pemadatan laju : 100 cm/det

DAFTAR PUSTAKA

Abramson, Lee, Sharma, & Boyce, 1996, Slope Stability and Stabilization Methods, John
Wiley and Sons, New York

Bowles, Joseph E & Hainim, Johan K, 1991, Sifat-Sifat Fisis dan Geoteknis Tanah, Erlangga,
Jakarta

Carter, Michael & Bentley, Stephen, P, 1991, Correlations of Soil Properties, Pentech Press
Publishers, London

Cristady, Hary, 1994, Mekanika Tanah 2, PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

Djaja, Bustami Usman, 2001, Peta Kerentanan GerakanTanah dan Kebencanaan Beraspek
Geologi Lainnya Kota Semarang, Jawa Tengah, Direktorat Tata Lingkungan Geologi dan
Kawasan Pertambangan, Semarang.

Herianto, W, 1983, Analisa Kestabilan Lereng Seri Mekanika Tanah 1: Edisi I, Bandung.
Rahardjo, Salim & Widjaja, 2002, Manual Kestabilan Lereng, Geotechnical Engineering
Center Universitas Katolik Parahyangan, Bandung

Smith, M. J, 1984, Mekanika Tanah, Erlangga, Jakarta.

10
SERI KAJIAN ILMIAH, Volume 15, Nomor 1, Januari 2013
___________________________________________________________________________

Soedarmo, G. Djatmiko & Purnomo, S. J. Edy, 1997, Mekanika Tanah 2, Kanisius,


Yogyakarta

Sunggono, K. H, 1984, Mekanika Tanah, Nova, Bandung


Terzaghi, Peck, & Mesri, 1996, Soil Mechanics in Engineering Practise, John Wiley and
Sons, Inc., New York

Wesley, L. D, 1988, Mekanika Tanah, Yayasan Badan Penerbit Pekerjaan Umum, Jakarta

10
SERI KAJIAN ILMIAH, Volume 15, Nomor 1, Januari 2013
_______________________________________________________________________
____

Anda mungkin juga menyukai