PENDAHULUAN
dalam hal strategi yang tepat agar dapat bersaing di lingkungan industri yang
dalam semua bidang fungsional. Salah satu hal yang harus diperhatikan oleh
eksis dan mampu berkompetisi dengan perusahaan lain. Untuk mampu tetap
keunggulan.
maka keberadaan Sumber daya lain tidak akan mampu memberikan manfaat
perusahaan bisa dilihat dari kinerja yang telah dicapai oleh karyawannya, oleh
kinerja yang optimal karena baik buruknya kinerja yang dicapai oleh karyawan
1
satu faktor yang keberadaannya perlu diperhatikan oleh sebuah organisasi
dalam upaya mengikuti perkembangan dan perubahan yang terjadi adalah faktor
Sumber daya manusia. (Hasibuan 2001: Robbins 1996). Sumber daya manusia
bakat, kinerja, dan motivasi yang dimilikinya. Maka faktor ini berperan sebagai
bagi sebuah organisasi (Grenberg dan Baron 2000; Mathis dan Jacson 2000).
Sumber daya manusia merupakan unsur yang sangat penting dan kunci
setiap kondisi yang dihadapi sehingga mampu memberikan yang terbaik bagi
manusia yang unggul bukan hanya seseorang yang mempunyai keilmuan (IQ)
saja tetapi Sumberdaya Manusia yang unggul juga seseorang yang memiliki
kemampuan mensikapi setiap kondisi yang dihadapi dengan arif dan bijaksana
(EQ), Sumberdaya manusia yang unggul juga haruslah seseorang yang juga
mempunyai kedekatan pada Allah selaku Tuhan semesta alam pada setiap
hanya ditentukan oleh Kecerdasan Intelektual (IQ) saja tetapi keberhasilan dan
Emosional (EQ) dan Kecerdasan Spiritual (SQ). Atas hal tersebut maka
EQ, SQ dalam segala bidang, mulai dari tujuan Pendidikan, kurikulum metode
mantan perdana mentri Singapura Goh Chok Tong (Patton, 1998) menyebutkan
bahwa :
Melinda Dee. Dia diduga mengaburkan transaksi dan pencatatan tidak benar
Dapat dilihat bahwa karyawan Citibank, lebih khusus Inong Malinda tidak dapat
spiritualnya dengan benar, hingga akhirnya dia tidak mampu menahan godaan
kartu kredit Citibank yang membengkak hingga Rp100 juta dari semula Rp48
juta. Sebelum meninggal, dia sempat diinterogasi penagih utang atau debt
tersebut pada dunia usaha, tentunya tidak dapat terlepas dari peranan para
karyawan dan staf kepegawaian mulai dari tingkat manajer sampai ke cleaning
beban tugas silih berganti dan semuanya harus dikerjakan sesuai target, tak
jarang hal ini dapat menyebabkan emosi jadi tidak stabil serta menjadi kurang
emosi sangat dibutuhkan untuk dapat berkinerja tinggi. Belum lagi karyawan
memberi arti bahwa kecerdasan intelektual menjadi salah satu variabel yang
memiliki pengaruh terhadap kinerja karyawan. Selain itu, dilihat dari tugas utama
menyalurkan dana tersebut pada dunia usaha, karyawan sangat dituntut untuk
rekening nasabah, hal ini juga menjadi salah satu variabel yang memiliki
dengan judul:
Manado.
a. Manfaat Teoritis
b. Manfaat Praktis
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
pendek maupun jangka panjang. Kinerja karyawan sebagai tujuan akhir dan
dan output yang dihasilkan sesuai dengan tujuan organisasi. Beberapa penelitian
karyawan.
terhadap kinerja karyawan, (3) terdapat pengaruh yang signifikan antara budaya
organisasi terhadap kinerja karyawan, dan (4) terdapat pengaruh yang signifikan
7
dengan menggunakan kuesioner. Teknik analisis data dalam penelitian ini adalah
dan budaya organisasi memiliki peran yang sama penting baik secara individu
dasarnya kinerja karyawan merupakan hasil proses yang kompleks, baik berasal
(external faktor), maupun upaya strategis dari perusahaan. Kinerja yang baik
tentu saja merupakan harapan bagi semua perusahaan dan institusi yang
karyawan baik maka kinerja perusahaan akan baik pula, demikian sebaliknya jika
kinerja karyawan tidak baik maka akan tidak baik pula kinerja perusahaan.
Penelitian ini untuk menguji beberapa faktor yang secara teoritis diduga memiliki
Kantor Wilayah, Kantor Pos Semarang, dan Kantor Mail Processing Center
8
Semarang. Sebanyak 120 karyawan terpilih sebagai responden dengan
bahwa seluruh hipotesis dalam penelitian ini telah terbukti secara signifikan.
emosional tidak kalah pentingnya untuk meraih kinerja yang diharapkan oleh
rumusan masalah yang diajukan, terdapat dua hipotesis yang akan diuji.
digunakan untuk menguji hipotesis adalah teknik analisis jalur (path analysis).
10
Tabel 2.1
Perbandingan Penelitian
Teknik
No Nama Popula Teknik Hasil
Judul Analisa
. Peneliti si Sampling Penelitian
Data
Penelitian
menemukan
bahwa
seluruh
Pengaruh
hipotesis
kecerdasa
dalam
n
penelitian ini
intelektual
telah
,
terbukti
komitmen
secara
organisasi
Regresi signifikan.
Meirnaya , dan Random
1. 95 Bergand Kecerdasan
ti (2005) budaya Sampling
a intelektual,
organisasi
komitmen
terhadap
organisasi
kinerja
dan budaya
karyawan
organisasi
Hotel
berpengaru
Horison
h positif dan
Semarang
signifikan
terhadap
kinerja
karyawan.
Penelitian
Pengaruh ini
kecerdasa menemukan
n beberapa
emosional kesimpulan
, penting
kompeten yaitu
si pertama
komunika Structur bahwa
si dan Disproportiona al seluruh
Laras budaya te Stratified Equatio hipotesis
2. 120
(2006) organisasi Random n dalam
terhadap Sampling Modelin penelitian ini
kinerja g telah
karyawan terbukti
PT. POS secara
Indonesia signifikan.
(Persero) Kedua,
Se Kota variabel
Semarang kompetensi
komunikasi,
kecerdasan
11
emosional
dan budaya
organisasi
berpengaru
h positif dan
signifikan
terhadap
kinerja
karyawan.
Ketiga,
variabel
budaya
organisasi
mempunyai
pengaruh
yang paling
besar
terhadap
kinerja
karyawan
dibandingka
n dengan
variabel
lainnya.
Implikasi
dari
penelitian ini
adalah
kompetensi
komunikasi,
kecerdasan
emosional
dan budaya
organisasi
mempunyai
peran yang
sama
penting
dalam
meningkatk
an kinerja
karyawan.
Pengaruh Berdasarka
kecerdasa n hasil
n spiritual analisis
terhadap dihasilkan
Cipta kinerja Random Path kesimpulan
3. 43
(2009) karyawan Sampling Analysis bahwa:
melalui (1)
kecerdasa kecerdasan
n spiritual
emosional mempunyai
12
sebagai pengaruh
variabel yang
intervenin signifikan
g pada terhadap
karyawan kinerja
PT. karyawan
Asuransi (2)
Takaful kecerdasan
Keluarga spiritual
Kantor mempunyai
Pemasara pengaruh
n tidak
Surabaya langsung
terhadap
kinerja
karyawan
melalui
kecerdasan
emosional.
Analisis
Pengaruh
kecerdasa
Kecerdasan
n
emosional,
emosional
kecerdasan
,
intelektual
kecerdasa
dan
n
Alicia Sensus Regresi kecerdasan
intelektual
4. Sumeng 69 (Sampling Bergand spiritual
, dan
e (2011) Jenuh) a secara
kecerdasa
signifikan
n spiritual
berpengaru
terhadap
h terhadap
kinerja
kinerja
karyawan
karyawan
PT. BRI
Kanwil
Manado
13
perilaku manusia dalam memainkan peran yang mereka lakukan di dalam suatu
Maksud dan tujuan kinerja adalah menyusun sasaran yang berguna, tidak
hanya bagi evaluasi kinerja pada akhir periode tertentu, melainkan hasil proses
pekerjaan dan kinerja tersebut pada dasarnya adalah hasil kerja seorang
“kinerja merupakan perbandingan antara hasil kerja yang secara nyata dengan
standar kerja yang ditetapkan dan kinerja itu sendiri lebih memfokuskan pada
hasil kerjanya.” sedangkan menurut Mathis dan Jackson (2002): “kinerja pada
dasarnya adalah apa yang dikerjakan dan yang tidak dikerjakan oleh karyawan.
kinerja dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu faktor intrinsik dan faktor
a. Kualitas
14
Kualitas merupakan tingkatan dimana hasil akhir yang dicapai mendekati
b. Kuantitas
c. Ketepatan waktu
yang diinginkan
d. Kemandirian
orang lain
e. Komitmen
terhadap pekerjaannya
sesorang yang dilihat kuantitas output, kualitas output, jangka waktu output,
sudah diberikan organisasi untuk dikerjakan oleh karyawannya, oleh karena itu
standar yang ada dan hasilnya harus dikomunikasikan kepada seluruh karyawan.
Mathis dan Jackson juga menjelaskan standar kinerja dapat berupa output
produksi atau lebih dikenal dengan standar kinerja numerik dan standar kinerja
non numerik.
Kinerja karyawan setiap periodik perlu dilakukan penilaian. Hal ini karena
suatu sistem formal dan terstruktur yang mengukur, menilai dan mempengaruhi
sifat-sifat yang berkaitan dengan pekerjaan, perilaku, dan hasil. Fokusnya adalah
potensi individu (Mathis dan Jackson, 2002). Hal yang sama juga diungkapkan
oleh Desler (1997) bahwa tiga tujuan dari penilaian kinerja yaitu memberikan
perilaku yang berhubungan dengan kerja bawahan dan untuk perencanaan dan
yang baik untuk meninjau rencana karir seseorang yang dilihat dari kekuatan dan
16
2.2.2. Perilaku Organisasi
studi dan aplikasi dari kekuatan sumber daya manusia positif dan kapasitas
psikologis yang dapat diukur, dikembangkan dan dikelola secara efektif untuk
didasarkan pada kekuatan dan kapasitas psikologis positif atau modal psikologis,
menarik.
diri/efikasi diri.
17
2.2.2.1. Kecerdasan Emosional
emosi secara efektif dalam mengelola diri sendiri dan mempengaruhi hubungan
mengontrol diri, memacu, tetap tekun, serta dapat memotivasi diri sendiri.
maupun negatif.
penggunaan emosi yang efektif akan dapat mencapai tujuan dalam membangun
Emosi, yaitu:
a. Self awareness
dirinya dan efeknya serta menggunakannya untuk membuat keputusan bagi diri
sendiri, memiliki tolak ukur yang realistis, atau kemampuan diri dan mempunyai
18
kepercayaan diri yang kuat lalu mengkaitkannya dengan sumber penyebabnya.
b. Self management
c. Motivation
membangkitkan semangat dan tenaga untuk mencapai keadaan yang lebih baik
serta mampu mengambil inisiatif dan bertindak secara efektif, mampu bertahan
orang lain, mampu memahami perspektif orang lain, dan menimbulkan hubungan
saling percaya serta mampu menyelaraskan diri dengan berbagai tipe individu
e. Relationship management
membedakan kualitas orang yang satu dengan orang yang lain (Joseph, 1978).
dipopulerkan kembali pertama kali oleh Francis Galton, seorang ilmuwan dan ahli
Wechsler seorang ilmuwan dari Anerika adalah orang yang membuat test
individu agar bisa bertindak secara terarah dan berpikir secara bermakna serta
bisa berinteraksi dengan lingkungan secara efisien (dalam Anastasi dan Urbina,
1997).
Kategori yang pertama adalah g factor atau biasa disebut dengan kemampuan
dan berpikir. Kategori yang kedua disebut dengan s factor yaitu merupakan
merupakan potensi dasar yang dimiliki oleh setiap orang unuk belajar dan
beradaptasi.
intelligensi yang dipengaruhi oleh lingkungan sehingga faktor s yang dimiliki oleh
orang yang satu akan berbeda dengan orang yang lain. Setiap faktor s pasti
mengandung faktor g.
bervariasi, tidak hanya oleh masyarakat umum tetapi juga oleh anggota-anggota
merupakan komposit dari berbagai fungsi. Istilah ini umumnya digunakan untuk
dan maju dalam budaya tertentu. Kemampuan intelektual ini dapat diukur dengan
20
suatu alat tes yang biasa disebut IQ (Intellegence Quotient). IQ adalah ekspresi
dari tingkat kemampuan individu pada saat tertentu, dalam hubungan dengan
norma usia yang ada (Anastasi, 1997). Eysenck (1981) menyebutkan bahwa ada
berbagai macam pengukuran inteligensi dan setiap tes IQ yang digunakan akan
kecerdasan yang diambil dari tes inteligensi yang dikembangkan oleh Peter
bentuk
bahasa
melihat dan mengerti hubungan benda dalam ruang, mengenali objek dengan
2. Baik ingatan
korelasi positif yang signifikan untuk semua hasil tes dari indikator kecerdasan
terhadap prestasi kerja dan variabel kemauaan, baik itu kecerdasan figural,
satu pengukuran tunggal. Para peneliti menemukan bahwa tes untuk mengukur
dengan tes yang sama, melainkan dengan menggunakan alat ukur yang lain. Hal
ini berlaku pula dalam pengukuran motivasi, emosi dan sikap (Moustafa dan
Miller, 2003).
cinta serta kemampuan setara untuk melihat kapan cinta dan pemahaman
sampai pada batasannya, juga memungkinkan kita bergulat dengan ihwal baik
dan jahat, membayangkan yang belum terjadi serta mengangkat kita dari
konteks makna yang lebih luas dan kaya, kecerdasan untuk menilai bahwa
tindakan atau jalan hidup sesorang lebih bernilai dan bermakna (Zohar dan
Marshal, 2000).
yang dalam terhadap keterhubungan dengan dunia luas didalam hidup kita.
menurut Ashmos dan Duchon (2000) memiliki tiga komponen yaitu kecerdasaan
spiritual sebagai nilai kehidupan dari dalam diri, sebagai kerja yang memiliki arti
dan komunitas.
sedangkan kecerdasan spiritual lebih terfokus pada suatu hubungan yang dalam
dapat memfasilitasi dialog antara pikiran dan emosi, antara jiwa dan tubuh. Dia
dan EQ, oleh karena itu istilah tersebut muncul sebab IQ dan EQ dipandang
hidup. Ada faktor lain yang ikut berperan yaitu kecerdasan spiritual yang lebih
menekankan pada makna hidup dan bukan hanya terbatas pada penekanan
orang yang memiliki prinsip dan visi yang kuat, mampu memaknai setiap sisi
kesakitan.”
a. Mutlak Jujur
Kata kunci pertama untuk sukses di dunia bisnis selain berkata benar dan
b. Keterbukaan
maka logikanya apabila sesorang bersikap fair atau terbuka maka ia telah
24
berpartisipasi di jalan menuju dunia yang baik
c. Pengetahuan diri
itulah orang harus pandai membangun kesadaran diri untuk lebih terfokus
pada kontribusi
suasana kerja yang tidak nyaman dan masalah hubungan dengan orang lain.
Masalah-masalah tersebut dalam dunia kerja bukanlah suatu hal yang hanya
tersebut kemampuan emosi atau kecerdasan emosi lebih banyak diperlukan. Bila
dengan emosinya maka dia akan menghasilkan kerja yang lebih baik. Agustian
25
(2001) berdasarkan penelitian dan pengalamannya dalam memajukan
akan membuat seorang karyawan menampilkan kinerja dan hasil kerja yang
lebih baik. Daniel Goleman, seorang psikolog ternama, dalam bukunya pernah
mengatakan bahwa untuk mencapai kesuksesan dalam dunia kerja bukan hanya
intelektualnya saja tetapi juga ditentukan oleh faktor emosinya. Seseorang yang
dapat mengontrol emosinya dengan baik maka akan dapat menghasilkan kinerja
yang baik pula. Hal ini sesuai dengan yang diungkapkan oleh Meyer (2004):
kemampuan teknis dan analisis untuk menghasilkan kinerja yang optimal.” Salah
satu aspek dalam kecerdasan emosi adalah motivasi. Salovey (dalam Goleman,
memiliki skor kecerdasan emosi yang tinggi akan menghasilkan kinerja yang
lebih baik yang dapat dilihat dari bagaimana kualitas dan kuantitas yang
baik tapi apabila dia memiliki sifat yang tertutup dan tidak berinteraksi dengan
26
orang lain secara baik maka kinerjanya tidak akan dapat berkembang.
lebih rendah. Hal tersebut karena mereka yang memiliki IQ tinggi lebih mudah
masalah yang berkaitan dengan pekerjaannya akan lebih baik (Eysenck, 1981).
bahwa kecerdasan yang lebih bersifat kognitif memiliki korelasi positif yang
yang dimiliki oleh seorang pekerja akan membawanya pada hasil yang lebih
kategori yaitu general cognitive ability dan spesifik ability. Kinerja seseorang
melaksanakan suatu pekerjaan juga akan lebih baik, meskipun demikian spesifik
kemampuan yang general saja. Ada kemampuan spesifik, yaitu biasa disebut
kriteria kerja dalam kinerja yang akan diukur, alat analisis yang dipakai adalah
multiple regresion analysis. Hasilnya adalah ternyata general cognitive abilty dan
merupakan hal penting yang mendasar dalam budaya yang modern dan maju
secara teknologis, karena itu skor pada sebuah tes inteligensi akademik juga
merupakan alat untuk memprediksi kinerja yang efektif dalam banyak industri
kerja. Hal tesebut menunjukkan bahwa orang yang memiliki skor inteligensi yang
cukup baik akan dapat berhasil dalam lingkungan kerjanya (Anastasi, 1997).
Orang yang memiliki EQ yang baik tanpa ditunjang dengan IQ yang baik pula
belum tentu dapat berhasil dalam pekerjaannya. Hal ini karena IQ masih
IQ tidak boleh dihilangkan begitu saja (Caruso, 1999). Hal yang sama yang juga
peramal yang paling baik untuk melihat kinerja sesorang di masa yang akan
datang (Hunter, 1996). Penelitian Moustafa dan Miller pada tahun 2003, juga
menunjukan hasil yang sama pula. Mereka meneliti tentang validitas tes skor
alat yang tepat dalam melakukan seleksi terhadap karyawan, sehingga tes
28
tersebut dapat memberikan keputusan bagi manajer untuk mendapatkan orang
tinggi pada saat seleksi ternyata menghasilkan kinerja yang lebih baik, terutama
pengetahuan dan keterampilan beru dari pelatihan yang dilakukan (Moustafa dan
Miller, 2003).
sendiri, orang lain dan alam semesta secara utuh. Pada saat orang bekerja,
untuk mengekspresikan seluruh potensi diri sebagai manusia. Hal tersebut akan
dapat muncul bila seseorang dapat memaknai setiap pekerjaannya dan dapat
kinerja yang baik maka dibutuhkan kecerdasan spiritual (Ningky Munir, 2000).
dunia kerja. Seseorang yang membawa makna spiritualitas dalam kerjanya akan
29
merasakan hidup dan pekerjaannya lebih berarti. Hal ini mendorong dan
dalam karir ia dapat berkembang lebih maju. Hasil penelitian ini sama dengan
mereka yang memiliki kecerdasan spiritual yang bagus, serta dapat membawa
demikian akan lebih dihargai oleh para bawahannya, sehingga hasil kerja yang
dihasilkan akan lebih baik karena setiap orang dapat belajar saling memahami
agar dapat mendorong perilaku kerja karyawan mereka supaya lebih baik,
sehingga setiap karyawan dapat memunculkan kinerja yang lebih optimal. Alat
kecerdasan tersebut dapat berfungsi secara efektif maka dia akan menampilkan
Saat ini dunia kerja membawa lebih banyak konsentrasi pada masalah
spiritual. Para pekerja mendapatkan nilai-nilai hidup bukan hanya dirumah saja,
tetapi mereka juga mencari setiap makna hidup yang berasal dari lingkungan
kerja mereka. Mereka yang dapat memberi makna pada hidup mereka dan
menjadi orang yang lebih baik, sehingga kinerja yang dihasilkan juga lebih baik
2002).
Kecerdasan spritual yang dimiliki setiap orang tidaklah sama. Hal tersebut
pada hidupnya. Kecerdasan spritual lebih bersifat luas dan tidak terbatas pada
31
BAB III
yang dilakukan oleh Meirnayati, Laras dan Cipta. Selengkapnya kerangka pikir
32
Gambar 3.1
Kerangka Proses Berpikir
Hipotesis
Uji Statistik
Tesis
33
berpengaruh signifikan terhadap kinerja karyawan.
Kecerdasan
Emosional
Kecerdasan KINERJA
Intelektual
Kecerdasan
Spiritual
Gambar 3.2
Model Penelitian
3.2. Hipotesa
karyawan.
karyawan.
karyawan.
METODE PENELITIAN
ganda, objek tunggal, dan pola hubungan atau pengaruh. Dalam penelitian ini
Intelektual (X2), Kecerdasan Spiritual (X3), dan Kinerja (Y); sedangkan untuk
objek penelitian terdiri atas satu objek yaitu karyawan PT. Bank Rakyat
Indonesia Kantor Wilayah Manado; dan untuk pola yang digunakan dalam
sering berlangsung dipusat kota ini. Alasan peneliti memilih PT. Bank Rakyat
Indonesia Kanwil Manado, karena peneliti ingin mengetahui apakah PT. Bank
sumber daya manusia yang unggul dan bukan hanya dalam keilmuan (IQ) saja
tetapi sumber daya manusia yang unggul sebagai seseorang yang memilki
kemampuan menyikapi setiap kondisi yang dihadapi dengan arif dan bijaksana
(EQ) serta sumber daya manusia yang unggul yang memiliki ketenangan diri
dalam menjalankan tugas (SQ). Jadi kinerja karyawan Bank Rakyat Indonesia
Kantor Wilayah Manado ini akan dilihat melalui beberapa karakteristik tersebut.
Kemudian akan dikembangkan sesuai dengan keadaan yang ada di Bank Rakyat
35
Indonesia (BRI) Kanwil Manado sesuai dengan keadaan yang ada di perusahaan
tersebut saat ini. Penelitian ini akan melihat bagaimana ketiga kecerdasan yang
ada di Bank Rakyat Indonesia Kanwil Manado sesuai dengan kinerja dari para
karyawan Bank Rakyat Indonesia Kanwil Manado. Hasil yang ada nantinya dapat
dilihat apakah dari berbagai macam kecerdasan yang ada telah berjalan baik
atau belum terhadap kinerja karyawan Bank Rakyat Indonesia Kanwil Manado
saat ini.
mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk
dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Populasi
penelitian ini adalah keseluruhan Karyawan pada PT. Bank Rakyat Indonesia
karyawan sebagai sampel ditambah 8 orang kabag dan 1 orang wakil pimpinan
kinerja 60 karyawan akan dinilai oleh 8 orang kabag dari masing-masing bagian.
kabag akan dinilai oleh 1 orang wakil pimpinan wilayah. Selanjutnya kecerdasan
emosional, kecerdasan intelektual, dan kinerja dari wakil pimpinan wilayah akan
dinilai oleh pimpinan wilayah BRI Kanwil Manado. Dari jumlah populasi secara
secara sensus.
36
Untuk jelasnya, matriks sebaran jumlah populasi pada masing-masing
Tabel 4.1
MATRIK SEBARAN SAMPEL
3. Kepala Bagian 8 8
4. Sekertaris 1 1
5. Bag. BISTEL 12 12
6. Bag. ADK 12 12
7. Bag. ARK 4 4
8. Bag. Mikro 7 7
9. Bag. SDM 6 6
Total 70 69
sampel.
37
4.4. Jenis dan Sumber Data
Adapun jenis data yang diperlukan dalam penelitian ini, yaitu sebagai
berikut :
a. Data Primer
b. Data Sekunder
sebagai berikut :
a. Metode Kuesioner
merupakan orang yang paling tahu tentang dirinya, dan pernyataan subyek
yang diberikan adalah benar dan dapat dipercaya. Metode kuesioner yang
dipakai dalam penelitian ini adalah jenis kuesioner tertutup karena jawaban
38
b. Metode Dokumentasi
dengan data mengenai PT. Bank Rakyat Indonesia Kantor Wilayah Manado.
orang tentang fenomena sosial. Instrumen dibuat dalam bentuk pilihan ganda
sebagai berikut :
emosional adalah kemampuan mengontrol diri, memacu, tetap tekun, serta dapat
39
a. Kesadaran diri (Self awareness) merupakan kemampuan karyawan BRI
tindakan sehari-hari.
efektif pada lingkungan yang kompleks dan selalu berubah serta dipengaruhi
oleh faktor genetik Sedangkan menurut Mujib dan Mudzakir (2000) indikator
40
c. Mudah menangkap hubungan percakapan-percakapan, merupakan
hal
dengan cepat
dan hidup kita dalam konteks makna yang lebih luas dan kaya, kecerdasan untuk
menilai bahwa tindakan atau jalan hidup sesorang lebih bernilai dan bermakna.
41
d. Fokus pada kontribusi merupakan sikap dan kemampuan karyawan untuk
tersebut pada dasarnya adalah hasil kerja seorang karyawan selama periode
pekerjaan
42
Untuk lebih jelasnya, definisi operasional variabel dan indikator dapat
Tabel 4.1
a. Self Awareness
1
b. Self Management
2
Kecerdasan Emosional c. Motivation
3
(X1) d. Social Awareness
4
e. Relationship
5
Management
a. Mudah Dalam
6
Menggunakan Hitungan
b. Baik Ingatan
7
c. Mudah Menangkap
8
Hubungan Percakapan
e. Cepat Dalam
10
Mengamati
f. Cakap Dalam
Memecahkan Berbagai
11
Masalah
a. Mutlak jujur
1
Kecerdasan Spiritual
b. Keterbukaan
2
(X3)
c. Pengetahuan diri
3
43
d. Fokus pada kontribusi
4
a. Kualitas Kerja
1
b. Kuantitas Kerja
2
Kinerja Karyawan (Y) c. Ketepatan waktu
3
d. Kemandirian
4
e. Komitmen
5
Sumber : Lampiran I Kuesioner Penelitian
penelitian ini dicari dengan criteria internal yaitu mengkorelasikan skor masing-
masing dengan skor totalnya. Cara yang digunakan untuk menghitung korelasi
mengetahui konsistensi alat ukur. Uji reliabilitas dalam penelitian ini dilakukan
kemudian data yang didapat dianalisis dengan menggunakan uji statistik dalam
hal ini yaitu menggunakan alpha cronbach dengan rumus sebagai berikut :
44
Jika koefisien alpha cronbach > 0,60 maka konstruk variabel dikatakan
Teknik analisis yang dipakai dalam menguji hipotesis penelitian ini adalah
berikut :
Keterangan
Y = Kinerja karyawan α = Konstanta
X1 = Kecerdasan intelektual β = Koefisien regresi variabel X
X2 = Kecerdasan Emosi e = Error disturbance
X3 = Kecerdasan Spiritual
Dalam analisis regresi perlu dilakukan pengujian asumsi klasik agar hasil
analisis regresi dapat memenuhi kriteria best, linear dan supaya variabel
independent sebagai estimator atas variabel dependent tidak bias. Uji asumsi
klasik ini terdiri atas uji autokorelasi, uji heterokesdastistas, uji multikolinearitas
45
4.8.4.1. Uji Multikolinearitas
Menurut Ghozali (2001) uji ini dilakukan untuk menguji apakah dalam model
regresi yang baik tidak terjadi multikolinearitas. Untuk mendeteksi ada atau
tinggi ( > 0,90 ) maka hal ini menunjukkan indikasi multikolinearitas dengan
menunjukan nilai tolerance dan Variance Inflation Factors (VIF). Indikator adanya
multikolinearitas yang relevan dapat dilihat dari nilai koefisien korelasi antar
independent variabel akan tetapi tidak ada atau sangat sedikit penguji yang
model.
46
homokedastik atau tidak terjadi heteroskedastik. Heteroskedastik terjadi apabila
independent.
minimum dan convidence interval melebihi sehingga hasil uji statistik tidak valid.
Ada beberapa cara yang dapat dilakukan untuk melakukan koreksi karena
untuk menguji apakah dalam model regresi variabel independent dan dependent
memiliki distrik normal atau tidak. Model regresi yang baik adalah memiliki
distribusi normal atau mendekati normal. Untuk mengetahui normal atau tidak
maka dilakukan uji normalitas menurut Kolmogarof Smirnov satu arah dan
dengan distrik kumulatif dari distribusi normal dalam hal ini distribusi normal akan
47
4.8.5. Penilaian Goodness of Fit Suatu Model
Ketepatan fungsi regresi sampel dalam menaksir nilai aktual dapat diukur
melalui goodness of fit-nya. Secara statistika, setidaknya ini dapat diukur dari
dilakukan unit pada tingkat 95%. Pengujian dilakukan dengan melihat nilai t-
hitung yang dibandingkan dengan t-tabel pada alpha 0,05 (5%). Apabila nilai t
hitung lebih besar dari t tabel maka Ho ditolak, hal ini berarti ada hubungan
dengan melihat nilai F-hitung yang dibandingkan dengan F-tabel pada alpha 0,05
(5%). Jika F hitung lebih besar daripada F tabel maka seluruh variabel
dalam tesis penelitian Clara Lamba, 2011). Melalui koefisien determinasi (R2)
48
dapat diketahui derajat ketetapan dari analisis regresi linier berganda. Koefisien
semakin besar nilai koefisien determinasi (R2), maka semakin tepat model
regresi yang dipakai sebagai alat untuk peramalan, karena total variasi
49
BAB V
Manado. Responden yang dijadikan sampel, yaitu para karyawan tetap Bank
Berikut ini disajikan gambaran umum responden yang menjadi sampel dalam
Tabel 5.1
(14,49%), dan responden yang berusia lebih dari atau sama dengan 50 tahun
50
5.1.2. Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
Tabel 5.2
Tabel 5.3
Strata Satu yaitu berjumlah 43 orang (62,32%), dan tingkat pendidikan Strata
51
5.1.4. Karakteristik Responden Berdasarkan Masa Kerja
Tabel 5.4
Tabel 5.4 menunjukan responden dengan masa kerja < 2 tahun sebanyak
18 0rang (26,09%), masa kerja 2,1 tahun s/d 10 tahun sebanyak 26 orang
tahun s/d 30 tahun sebanyak 12 orang (17,4%), dan masa kerja > 30 tahun
instrument penelitian yang valid bila terdapat kesamaan antara data yang
terkumpul dengan data yang sesungguhnya terjadi pada obyek yang diteliti. Valid
korelasi Spearman Rho dengan level signifikansi 5% dengan nilai kritisnya. Bila
probabilitas hasil korelasi lebih kecil dari 0,05 (5%) maka item instrument
dinyatalan valid dan sebaliknya dinyatakan tidak valid. Berikut ini adalah hasil uji
52
Tabel 5.5
Alpha Cronbach. Instrumen dapat dikatakan andal (reliabel bila memiliki koefisien
53
Tabel 5.6
item adalah reliabel karena memiliki nilai alpha cronbach di atas 0,6.
54
5.3.1.1. Kesadaran Diri (X1.1)
Tabel 5.7
Menyadari 39 56,5
Kurang Menyadari 0 0
S. Kurang Menyadari 0 0
Jumlah 69 100
pekerjaan.
berikut
55
Tabel 5.8
Setuju 38 55,1
Netral 3 4,3
Jumlah 69 100
setuju, dan 38 responden (55,1%) menjawab setuju. Dari data ini menunjukkan
menghadapi permasalahan.
56
Tabel 5.9
Setuju 33 47,8
Netral 5 7,2
Tidak Setuju 0 0
Jumlah 69 100
57
Tabel 5.10
Memahami 26 37,7
Kurang Memahami 0 0
S. Kurang Memahami 0 0
Jumlah 69 100
besar karyawan (89,9%) sangat memahami dan memahami kondisi orang lain.
sebagai berikut:
58
Tabel 5.11
Setuju 31 44,9
Netral 5 7,2
Kurang Setuju 0 0
Jumlah 69 100
sangat setuju. Dari data ini menunjukkan sebagian besar karyawan (92,7%)
59
Tabel 5.12
HITUNGAN (X2.1)
Mudah 31 44,9
Netral 6 8,7
Sulit 0 0
Sangat Sulit 0 0
Jumlah 69 100
Dari data menunjukkan sebagian besar karyawan (91,3%) sangat mudah dan
60
Tabel 5.13
Baik 24 34,8
Kurang Baik 0 0
Jumlah 69 100
baik. Dari data menunjukkan sebagian besar (85,5%) sangat baik dan baik dalam
61
Tabel 5.14
(X2.3)
Setuju 32 46,4
Netral 8 11,6
Kurang Setuju 0 0
Jumlah 69 100
Dari data menunjukkan (88,4%) dapat dengan mudah mengerti hubungan kata-
62
Tabel 5.15
Setuju 36 52,2
Netral 8 11,6
Jumlah 69 100
sebagian besar karyawan (85,5%) dapat dengan mudah bahkan sangat mudah
63
Tabel 5.16
Setuju 30 43,5
Netral 10 14,5
Kurang Setuju 0 0
Jumlah 69 100
Dari data ini menunjukkan sebagian besar karyawan (85,5%) cepat bahkan
64
Tabel 5.17
MASALAH (X2.6)
Setuju 30 43,5
Netral 14 20,3
Kurang Setuju 0 0
Jumlah 69 100
65
Tabel 5.18
Setuju 27 39,1
Netral 1 1,4
Kurang Setuju 0 0
Jumlah 69 100
Dari data menunjukkan sebagian besar karyawan (98,5%) setuju bahkan sangat
66
Tabel 5.19
Setuju 22 31,9
Netral 0 0
Jumlah 69 100
sangat setuju. Dari data menunjukkan sebagian besar karyawan (98,6%) setuju
67
Tabel 5.20
Setuju 15 21,7
Netral 0 0
Kurang Setuju 0 0
Jumlah 69 100
karyawan (100%) setuju bahkan sangat setuju bahwa pengetahuan diri (cara
68
Tabel 5.21
Setuju 18 26,1
Netral 1 1,4
Kurang Setuju 0 0
Jumlah 69 100
Dari data menunjukkan sebagian besar karyawan (98,6%) setuju bahkan sangat
69
Tabel 5.22
Setuju 17 24,6
Netral 1 1,4
Kurang Setuju 0 0
Jumlah 69 100
Dari data menunjukkan sebagian besar karyawan (95,8%) setuju bahkan sangat
70
Tabel 5.23
Sesuai 16 23,2
Kurang Sesuai 0 0
Jumlah 69 100
sangat sesuai. Dari data menunjukkan sebagian besar karyawan (95,7%) sudah
sesuai bahkan sangat sesuai dengan beban tugas (sesuai dengan unit kerja)
71
Tabel 5.24
Baik 14 20,3
Jumlah 69 100
72
Tabel 5.25
Jumlah 69 100
menjawab tepat waktu. Dari data menunjukkan sebagian besar karyawan tepat
73
Tabel 5.26
Sanggup 33 47,8
Kurang Sanggup 0 0
Jumlah 69 100
74
Tabel 5.27
Jumlah 69 100
terhadap pekerjaannya.
(VIF). Multikolinearitas tidak terjadi apabila VIF < 10 (Ghozali, 2006). Dari tabel
5.28 Nilai VIF yang didapatkan pada masing-masing variabel bebas < 10, hal ini
sehingga dapat dikatakan bahwa tidak ada korelasi yang kuat antar variabel-
variabel bebas.
75
Tabel 5.28
adanya multikolinearitas.
grafik scatter plot. Jika titik-titik tersebut membentuk pola tertentu maka regresi
Gambar 5.1
76
Hasil pengujian menunjukkan tidak terdapat gejala
bawah ini:
Gambar 5.2
77
hasil analisis tersebut diperoleh nilai-nilai yang disajikan pada tabel 5.29 sebagai
berikut:
Tabel 5.29
kecerdasan emosional (X1) sebesar 0,000. Nilai ini lebih kecil dari nilai
78
0,449. Koefisien regresi yang bertanda positif menunjukkan pengaruh yang
intelektual (X2) sebesar 0,001. Nilai ini lebih kecil dari nilai signifikan yang
searah antara kecerdasan spiritual (X3) dengan kinerja karyawan (Y). Artinya
apabila kecerdasan spiritual (X3) meningkat maka kinerja karyawan (Y) akan
sebesar 0,004. Nilai ini lebih kecil dari nilai signifikan yang telah ditentukan
(Y).
4. Nilai koefisien korelasi berganda (R) dari persamaan regresi linier berganda
diatas adalah sebesar 0,852 artinya terdapat hubungan yang kuat antara
“Suatu persamaan regresi memiliki hubungan yang kuat bila angka R diatas
5. Nilai koefisien determinasi (R2) dari persamaan regresi linier berganda di atas
terhadap variabel terikat, digunakan uji F. Apabila p>0,05 maka H0 diterima dan
Ha ditolak. Demikian sebaliknya. Nilai signifikansi F= 0,000. Jadi p < 5% (0,000 <
variabel bebas secara parsial terhadap variabel terikat, digunakan uji t. apabila
p>0,05 maka H0 diterima dan Ha ditolak. Demikian sebaliknya. Dari nilai thitung
menunjukkan bahwa :
71,4%. Artinya bahwa variabel kinerja karyawan (Y) dipengaruhi sebesar 71,4%
kecerdasan spiritual (X3) sementara 28,6% dipengaruhi oleh variabel lain diluar 3
Tabel 5.30
pengujian Uji F. Sedangkan besarnya proporsi variasi dari kinerja karyawan yang
kecerdasan spiritual (X3) ditunjukkan oleh nilai Koefisien Determinasi Ganda (R2).
(X2), dan kecerdasan spiritual (X3) dengan kinerja karyawan (Y). 71,4% variasi
manajemen (Fink, 1992, dalam Agustina, 2002; dalam tesis Clara Lamba, 2011).
karyawan dilakukan uji t atau digunakan probabilitas kesalahan kurang dari 5%.
oleh nilai koefisien korelasi parsial (r2). Sedangkan besarnya perubahan atau
Karyawan (Y)
ini sangat beralasan karena pada dasarnya saat bekerja mereka dapat
harus dikerjakan sesuai target, tak jarang hal ini dapat menyebabkan emosi jadi
tidak stabil, dan dari hasil penelitian karyawan dapat mengendalikan emosinya,
diperlukan, sehingga hal ini menjadi salah satu indikator penting dalam
orang lain serta kemampuan untuk berinteraksi (bekerja sama) dengan orang
lain juga menjadi indikator penting pada variabel ini, karena apabila karyawan
tidak mampu memahami kondisi orang lain dan tidak mampu untuk berinteraksi
maupun bekerja sama dengan orang lain, yang bersangkutan akan menjadi
orang yang pasif dan tidak akan puas dengan hasil kerjanya. Namun dari hasil
Karyawan (Y)
(X2) adalah sebesar 0,449. Koefisien regresi yang bertanda positif menunjukkan
kinerja karyawan (Y) akan meningkat dan sebaliknya. Nilai signifikan pada
kecerdasan intelektual (X2) sebesar 0,001. Nilai ini lebih kecil dari nilai signifikan
oleh Ree, Earles dan Teachout (1994), mereka mengatakan bahwa kinerja
general factor. Seseorang yang memiliki kemampuan general cognitive yang baik
maka kinerjanya dalam melaksanakan suatu pekerjaan juga akan lebih baik,
Miller (2003) yang memberikan simpulan bahwa tes inteligensi merupakan alat
yang tepat dalam melakukan seleksi terhadap karyawan, sehingga tes tersebut
sebelumnya dilakukan oleh (Hunter : 1996) juga mengatakan hal yang sama
bahwa kemampuan kognitif dalam hal ini kecerdasan intelektual merupakan alat
peramal yang paling baik untuk melihat kinerja sesorang di masa yang akan
datang, sehingga bila seseorang memiliki kecerdasan intelektual yang baik maka
(Y)
kinerja karyawan. Nilai koefisien regresi variabel kecerdasan spiritual (X 3), adalah
yang searah antara kecerdasan spiritual (X3) dengan kinerja karyawan (Y).
Artinya apabila kecerdasan spiritual (X3) meningkat maka kinerja karyawan (Y)
sebesar 0,004. Nilai ini lebih kecil dari nilai signifikan yang telah ditentukan
mengekspresikan seluruh potensi diri sebagai manusia. Hal tersebut akan dapat
berarti. Hal ini mendorong dan memotivasi dirinya untuk lebih meningkatkan
86
BAB VI
6.1. Kesimpulan
karyawan.
karyawan.
karyawan.
6.2. Saran
Solving.
87
3. Manajemen perusahaan dapat mengadakan pelatihan yang dapat
jumlah sampel yang lebih besar agar ditemukan komparatif studi yang
88
DAFTAR PUSTAKA
PT.Prehanllindo, Jakarta
Avis Johnson, and Fred Luthans, 2006, “The Relationship Between Leadership
of Harvard University
188
Boyatzis, R,E, Ron, S, 2001, Unleashing the Power of Self Directed Learning,
89
Carruso, D, R, 1999, Applying The Ability Model Of Emotional Intelligence To
Eysenck, H.J, and Kamin, L, 1981, Intelligence : The Batle For The Mind, Pan
90
--------------, 2001, Emotional Intelligence Untuk Mencapai Puncak Prestasi,
Alih Bahasa : Alex Tri K.W, PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta
Joseph, G, 1978, Interpreting Psychological Test Data, Vol.1, New York VNR
Kale, S.H, and Shrivastava, S, 2003, The Ennegram Syestem For Enhancing
No.4, pp.308-328
Manado
Mathis, R,L, dan Jackson, 2002, Manajemen Sumber Daya Manusia, Jilid 1 dan
Desember 2004
Mitroff, L.I, and Denton, E,A, 1999, A Study of Spiritualty in The Work Place,
Moustafa, K,S, and, Miller, T, R, 2003, Too Intelligent For The Job ? The Validity
Ningky Munir, 2000, Spiritualitas dan Kinerja, Majalah Manajemen, Vol.124, Juli
2000
p.518-524
92
Schuller, R,S, dan Jackson, SL, 1996, Manajemen Sumber Daya Manusia :
Menghadapi Abad 21, Ed.6, jilid.2, Alih Bahasa : Abdul Rosyid SS,
Erlangga, Jakarta
Kemauan dan Prestasi Kerja, Jurnal Psikologi, Vol.11, No1, Maret 2003
YKPN, Yogyakarta
pp.497-520
http:/www.depdiknas.org.2001.
Bandung
93