Anda di halaman 1dari 5

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Pembuatan ekstrak

 Dididihkan 10g simplisia dengan 150 ml air selama 30 menit.


 Didinginkan dan dipindahkan dalam labu takar 250 ml, kemudian ditambahkan air
hingga tanda batas.
 Disaring padatan yang mengendap
 50 ml ekstrak diambil kedalam cawan uap yang telah dioven dan ditara.
 Dikeringkan pada tangas air lalu dioven 105o C hingga bobot tetap.

3.2 Penentuan jumlah bahan yang tidak terikat kulit

 Ditambahkan 6g serbuk kulit pada 80 ml ekstrak lalu dikocok selama 60 menit.


 50 ml filtrat disaring dan diuapkan, dimasukan kecawan uap yang telah ditara,
dikeringkan di tangas air kemudian dioven 105o C hingga bobot tetap.

3.3 Penentuan kelarutan kulit

 Diambil 6g serbuk kulit, ditambahkan 80 ml air, dikocok selama 60 menit.


 Disaring dan diuapkan, dimasukan kecawan uap yang telah ditara pada tangas air
kemudian dioven 105o C hingga bobot tetap.
[𝑇1−(𝑇2−𝑇0)] 𝑥 500
 Dihitung kadar tanin dalam persen 𝑊

3.4 Metode MMI

 Dipanaskan 2g serbuk simplisia dengan 50 ml air mendidih pada tangas air selama 30
menit sambil diaduk.
 Didiamkan dan disaring melalui segumpal kapas kedalam labu takar 100 ml.
 Dibilas ampas dengan air mendidih, didinginkan dan ditambahkan air sampai tanda
batas.
 Diambil 50 ml ekstrak,dimasukan kedalam labu takar dan ditambahkan asam indigo
sulfonat 5 ml kemudian ditambahkan air sampai tanda batas.
 Dititrasi dengan kalium permanaganat 0,1 N
3.5 Pembuatan asam indigo sulfonat

 Dilarutkan 1 g indigo carmin dalam 25 ml asam sulfat P


 Ditambahkan 25 ml asam sulfat P dan diencerkan dengan air hingga 1000 ml
 Dilakukan pengenceran dengan menunang larutan asam pada sebagian besar air .

3.6 Pembakuan larutan baku sekunder KMnO4 0,1 N

 Dipipet 10 ml larutan baku primer H2C2O4 . 2H2O 0,1 N kedalam labu erlenmeyer.
 Ditambahkan 10 ml asam sulfat 2 N
 Dititrasi dengan KMnO4 0,1 N sebanyak 3 tetes, kemudian dihangatkan hingga suhu
70oC dilanjutkan titrasi hingga timbul warna merah jambu yang tetap.
 Dihitung normalitas larutan KMnO4
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil standarisasi

A. Penetapan Kadar Tanin (Teh Hijau)

Titrasi % Kadar Tanin


1 6,6%
2 7,578%
Rata-rata 7,089% ± 0,6915

B. . Penetapan Kadar Tanin (Simplisia)

Titrasi % Kadar Tanin


1 3.66%
2 4,392%
Rata-rata 4,026% ± 0,5176

4.2 Pembahasan

Metode yang digunakan untuk menetapkan kadar tanin ini adalah dengan metode
gravimetri. Analisis dengan menggunakan metode gravimetri adalah cara analisis kuantitatif
berdasarkan berat tetap (berat konstan)-nya. Simplisia yang menjadi sampel untuk penetapan
kadar tanin ini adalah daun teh (sebagai pembanding) dan daun afrika (sampel).

Analisis tanin dari daun afrika ini bertujuan untuk mengetahui ada atau tidaknya tanin
pada daun afrika. Cara kuantitatif dilakukan dengan cara permanganometri. Analisis
diharapkan dapat digunakan sebagai salah satu metode standarisasi dalam sediaan herbal
terstandar dan fitofarmaka yang dilakukan dengan mengidentifikasi adanya tanin serta untuk
menghitung kadar tanin total dari daun afrika menggunakan metode permanganometri.
Analisis dilakukan dengan menentukan kadar tanin total dari daun afrika (Vernonia
Amygdalina) secara permanganometri. Prinsipnya yaitu berdasarkan proses oksidasi reduksi
atau redoks dimana Kalium Permanganat sebagai zat pengoksidator dan sebagai larutan
standard primer zat pereduksi adalah asam oksalat serta indigo sulfat sebagai indikator (TAT)
pada penetapan kadar tanin yang ditunjukan dengan warna larutan berubah menjadi warna
kuning keemasan.

Pada permanganometri, titran yang digunakan adalah kalium permanganat.


Kalium permanganat mudah diperoleh dan tidak memerlukan indikator kecuali
digunakan larutan yang sangat encer serta telah digunakan secara luas sebagai
pereaksi oksidasi selama seratus tahun lebih. Setetes permanganat memberikan suatu
warna merah muda yang jelas kepada volume larutan dalam suatu titrasi. Warna ini
digunakan untuk menunjukkan kelebihan pereaksi.

Ekstraksi dilakukan dengan menggunakan pelarut air. Digunakan pelarut air karena
tanin dapat larut dalam air. Setelah air mendidih, sampel teh atau simplisia sebanyak 2 gram
dimasukkan dan dilakukan maserasi selama 30 menit. Hal ini dilakukan agar semua tanin
dapat terekstrak sempurna dalam air. Kemudian dilakukan penyaringan dengan menggunakan
kapas untuk memisahkan ekstrak dengan ampas. Ekstrak teh kemudian didinginkan terlebih
dahulu sebelum dilakukan analisis.

Pada penetapan kadar tanin ditambah asam indigo sulfonat dimaksudkan untuk
memberi suasana asam (mengandung H2SO4), dan berfungsi sebagai indikator. Sebenarnya
titrasi dengan metode permanganometri tidak memerlukan indikator sebab KMnO4 bersifat
sebagai autoindikator tetapi TAT (Titik Akhir Titrasi) permanganometri berwarna merah
muda sekali sedangkan sampel berwarna kecokelatan jadi TAT sulit untuk diamati. Dengan
penambahan asam indigo sulfonat, sampel akan berwarna biru tua dan pada saat TAT,
kelebihan KMnO4 akan bereaksi dengan asam indigo sulfonat ini yang menghasilkan warna
kuning keemasan. Asam indigo sulfonat dibuat dengan melarutkan satu gram indigo karmin P
ke dalam 25 mL asam sulfat P, ditambah 25 mL asam sulfat P lagi dan diencerkan dengan air
secukupnya hingga 1000 ml. Pengenceran dilakukan dengan menuangkan larutan ke dalam
sebagian besar air, kemudian diencerkan dengan air secukupnya hingga 1000 ml. Pada
percobaan kadar tanin dilakukan, didapatkan rata-rata % kadar tanin yang ada dalam
simplisia sebesar 4,026% ± 0,5176, Sedangkan rata-rata % kadar tanin yang ada dalam teh
sebesar 7,089% ± 0,6915. Berdasarkan literatur, seharusnya kadar tanin dalam daun teh
adalah sebesar 8,16-26,13%. Kadar yang di peroleh (7,089 %) tidak memenuhi rentang
standar persentase kadar tanin dalam teh. Hal ini dapat disebabkan oleh kurangnya proses
ekstraksi yang dilakukan sehingga masih ada tanin yang tersisa di serbuk daun teh.

Anda mungkin juga menyukai