Anda di halaman 1dari 10

LO BLOK 16 SKENARIO 1

1. Klasifikasi hipertensi menurut ASA!


ASA I  <140/90
ASA II  140-160/90-95
ASA III  160-200/95-115
ASA IV  >200/115

Sumber: Buku Ajar Praktis Bedah Mulut, Google Books

2. Perbedaan anestesi pada anak dan dewasa?


3. Bagaimana mekanisme kerja anastesi?
Anestesi lokal mencegah pembentukan & konduksi impuls saraf. Tempat kerjanya di membran
sel. Dengan semakin bertambahnya efek anestesi lokal di dalam saraf, maka ambang rangsang
membran akan meningkat secara bertahap, kecepatan peningkatan potensial aksi menurun,
konduksi impuls melambat & faktor pengaman konduksi saraf juga berkurang. Faktor ini akan
mengakibatkan penurunan kemungkinan menjalarnya potensial aksi, dan dengan demikian
kegagalan konduksi saraf.

Penambahan epineprin pada anestesi lokal selain sebagai vasokonstriktor juga mengurangi
kecepatan absorpsi anestesi lokal sehingga akan mengurangi juga toksisitas sistemiknya
Mekanisme kerja anestesi lokal
 Anestesi Lokal mencegah timbulnya konduksi impuls saraf
 Meningkatkan ambang membran, eksitabilitas berkurang dan kelancaran hantaran
terhambat
 Anestesi Lokal juga mengurangi permeabilitas membran bagi ion Na & K dlm keadaan
istirahat
 Meningkatkan tegangan permukaan selaput lipid molekuler
Sumber : https://adifkgugm.blogspot.co.id/2012/09/tentang-anestesi-lokal.html
Obat bekerja pada reseptor spesifik pada saluran natrium, mencegah peningkatan permeabilitas
sel saraf terhadap ion natrium dan kalium, sehingga terjadi depolarisasi pada selaput saraf dan
hasilnya tak terjadi konduksi saraf. Konsentrasi minimal anestetika local dipengaruhi oleh:
ukuran, jenis dan mielinisasi saraf; pH (asidosis menghambat blockade saraf), frekuensi stimulasi
saraf.Lama kerja dipengaruhi oleh: ikatan dengan protein plasma, karena reseptor anestetika
local adalah protein; dipengaruhi oleh kecepatan absorpsi; dipengaruhi oleh ramainya
pembuluh darah perifer di daerah pemberian.
Sumber : https://fhastanti.wordpress.com/2010/08/27/anestetik-lokal/

4. Golongan obat anastesi, komposisi serta indikasi dan kontraindikasinya?


Anestetik local ialah gabungan dari garam larut dalam air dan alkaloid larut dalam lemak dan
terdiri dari bagian kepala cincin aromatic tak jenuh bersifat lipofilik, bagian badan sebagai
penghubung terdiri dari cincin hidrokarbon dan bagian ekor yang terdiri dari amino tersier
bersifat hidrofilik. Bagian lipofilik terdiri dari cincin aromatic (benzene ring) tak jenuh, misalnya
PABA (para-amino-benzoic acid). Bagian ini sangat esensial untuk aktifitas anestesi. Bagian
hidrofilik biasanya golongan amino tersier (dietil-amin). Obat baru pada dasarnya adalah obat
lama dengan mengganti, mengurangi atau menambah bagian kepala, badan dan ekor.

A. Golongan ester (COO-):


1. Kokain
Hanya dijumpai dalam bentuk topical semprot 4% untuk mukosa jalan napas atas.
Lama kerja 2-30 menit. Contoh: Fentanil
* Farmakodinamik: Kokain atau benzoilmetilekgonin didapat dari daun erythroxylon
coca. Efek kokain yang paling penting yaitu menghambat hantaran saraf, bila
digunakan secara lokal. Efek sistemik yang paling mencolok yaitu rangsangan
susunan saraf pusat.
* Efek anestetik lokal: kokain ini dapat menyebabkan terkelupasnya epitel kornea.
Maka penggunaan kokain sekarang sangat dibatasi untuk pemakaian topikal,
khususnya untuk anestesi saluran nafas atas. Kokain sering menyebabkan keracunan
akut. Diperkirakan besarnya dosis fatal adalah 1,2 gram. Sekarang ini, kokain dalam
bentuk larutan kokain hidroklorida digunakan terutama sebagai anestetik topikal,
dapat diabsorbsi dari segala tempat, termasuk selaput lendir. Pada pemberian oral
kokain tidak efektif karena di dalam usus sebagian besar mengalami hidrolisis.
2. Prokain (novokain)
Untuk infiltrasi: larutan 0,25-0,5%
Blok saraf: 1-2%
Dosis 15 mg/kg BB dan lama kerja 30-60 menit
Prokain disintesis dan diperkenalkan dengan nama dagang novokain. Sebagai
anestetik lokal, prokain pernah digunakan untuk anestesi infiltrasi, anestesi blok
saraf, anestesi spinal, anestesi epidural, dan anestesi kaudal. Namun karena
potensinya rendah, mula kerja lambat, serta masa kerja pendek maka
penggunaannya sekarang hanya terbatas pada anestesi infiltrasi dan kadang-
kadang untuk anestesi blok saraf. Di dalam tubuh prokain akan dihidrolisis menjadi
PABA yang dapat menghambat kerja sulfonamik.
3. Benzokain
Absorbsi lambat karena sukar larut dalam air sehingga relatif tidak toksik. Benzokain
dapat digunakan langsung pada luka dengan ulserasi secara topikal dan
menimbulkan anestesia yang cukup lama. Sediaannya berupa salep dan
supposutoria.
4. Ametokain
Ametokain tidak diadministrasikan melalui injeksi karena memiliki efek toksik. Zat ini
diedarkan dengan sediaan topikal berkadar 4% untuk kulit, dan dapat digunakan
sebagai sedasi intravena (premedikasi) atau pada anestesi general.
5. Tetrakain(pontocaine)
Tetrakain adalah derivat asam para-aminobenzoat. Pada pemberian intravena, zat
ini 10 kali lebih aktif dan lebih toksik daripada prokain. Obat ini digunakan untuk
segala macam anestesia, untuk pemakaian topilak pada mata digunakan larutan
tetrakain 0.5%, untuk hidung dan tenggorok larutan 2%. Pada anestesia spinal, dosis
total 10-20mg. Tetrakain memerlukan dosis yang besar dan mula kerjanya lambat,
dimetabolisme lambat sehingga berpotensi toksik. Namun bila diperlukan masa
kerja yang panjang anestesia spinal, digunakan tetrakain.

B. Golongan Amida (-NHCO-)


1. Lidokain (xtlocaine, lignocaine)
Konsentrasi efektif minimal 0,25%. Infiltrasi, mula kerja 10 menit, relaksasi otot
cukup baik. Kerja sekitar 1-1,5 jam tergantung konsentrasi larutan,
1-1,5% untuk blok perifer
0,25-0,5% + adrenalin 200.000 untuk infiltrasi
0,5% untuk blok sensorik tanpa blok motorik
1,0% untuk blok motorik dan sensorik
2,0% untuk blok motorik pasien berotot (muskular)
4,0% atau 10% untuk topikal semprot di faring-laring (pump spray)
5,0% bentuk jeli untuk dioleskan di pipa trakea
5,0% lidokain dicampur
Lidokain (xilokain) adalah anestetik lokal kuat yang digunakan secara luas dengan
pemberian topikal dan suntikan. Anestesi terjadi lebih cepat, lebih kuat, dan lebih
ekstensif daripada yang ditunjukkan oleh prokain pada konsentrasi yang sebanding.
Lidokain merupakan aminoetilamid dan merupakan prototik dari anestetik lokal
golongan amida.
Larutan Lidokain 0,5% digunakan untuk anestesi infiltrasi, sedangkan larutan 1-2%
untuk anestesia blok dan topikal. Anestetik ini lebih efektif bila digunakan tanpa
vasokonstriktor, tetapi kecepatan absorbsi dan toksisitasnya bertambah dan masa
kerjanya lebih pendek. Lidokain merupakan obat terpilih bagi mereka yang
hipersensitif terhadap anestetik lokal golongan ester. Sediaan berupa larutan 0,5-5%
dengan atau tanpa epinefrin (1:50000 sampai 1:200000).
Efek samping lidokain biasanya berkaitan dengan efeknya terhadap SSP, misalnya
mengantuk, pusing, parastesia, kedutan otot, gangguan mental, koma, dan
bangkitan. Lidokain dosis berlebihan dapat menyebabkan kematian akibat fibrilasi
ventrikel, atau oleh henti jantung. Lidokain sering digunakan secara suntikan untuk
anestesia infiltrasi, blokade saraf, anestesia spinal, anestesia epidural ataupun
anestesia kaudal, dan secara setempat untuk anestesia selaput lendir.
2. Mepivakain (carbocaine)
Anestetik lokal golongan amida ini sifat farmakologiknya mirip lidokain. Mepivakain
ini digunakan untuk anestesia infiltrasi, blokade saraf regional dan anestesia spinal.
Sediaan untuk suntikan berupa larutan 1 ; 1,5 dan 2%. Mepivakain lebih toksik
terhadap neonatus dan karenanya tidak digunakan untuk anestesia obstetrik. Pada
orang dewasa indeks terapinya lebih tinggi daripada lidokain. Mula kerjanya hampir
sama dengan lidokain, tetapi lama kerjanya lebih panjang sekitar 20%. Mepivakain
tidak efektif sebagai anestetik topikal.
3. Prilokain (citanest)
Anestetik lokal golongan amida ini efek farmakologiknya mirip lidokain, tetapi mula
kerja dan masa kerjanya lebih lama. Efek vasodilatasinya lebih kecil daripada
lidokain, sehingga tidak memerlukan vasokonstriktor. Toksisitas terhadap SSP lebih
ringan, penggunaan intravena blokade regional lebih aman. Prilokain juga
menimbulkan kantuk seperti lidokain. Sifat toksik yang unik dari prilokain HCl yaitu
dapat menimbulkan methemoglobinemia, hal ini disebabkan oleh kedua metabolit
prilokain yaitu orto-toluidin dan nitroso-toluidin. Methemoglobinemia ini umum
terjadi pada pemberian dosis total melebihi 8 mg/kgBB. Efek ini membatasi
penggunaannya pada neonatus dan anestesia obstetrik. Anestetik ini digunakan
untuk berbagai macam anestesia suntikan dengan sediaan berkadar 1,0; 2,0; dan
3,0%.
4. Bupivakain (Marcaine)
Konsentrasi efektif minimal 0,125%. Mula kerja lebih lambat dibanding lidokain
tetapi lama kerja sampai 8 jam.
Prosedur Konsentrasi % Volume
Infiltrasi 0,25-0,50 5-60 ml
Blok minor perifer 0,25-0,50 5-60 ml
Blok mayor perifer 0,25-0,50 20-40 ml
Blok interkostal 0,25-0,50 3-8 ml
Lumbal 0,50 15-20 ml
Kaudal 0,25-0,50 5-60 ml
Analgesi postop 0,50 4-8 ml/4-8 jam (intermitten) 0,125 15 ml/jam (kontinyu)
Spinal intratekal 0,50 2-4 ml
Struktur bupivakain mirip dengan lidokain, kecuali gugus yang mengandung amin
adalah butil piperidin. Merupakan anestetik lokal yang mempunyai masa kerja yang
panjang, dengan efek blokade terhadap sensorik lebih besar daripada motorik.
Karena efek ini bupivakain lebih populer digunakan untuk memperpanjang analgesia
selama persalinan dan masa pasca pembedahan. Pada dosis efektif yang sebanding,
bupivakain lebih kardiotoksik daripada lidokain.
Larutan bupivakain hidroklorida tersedia dalam konsentrasi 0,25% untuk anestesia
infiltrasi dan 0,5% untuk suntikan paravertebra. Tanpa epinefrin, dosis maksimum
untuk anestesia infiltrasi adalah 2mg/kgBB.
5. Dibukain (nupercaine)
Derivat kuinolin merupakan anestetik lokal yang paling kuat, paling toksik dan
mempunyai masa kerja panjang. Dibandingkan dengan prokain, dibukain kira-kira
15x lebih kuat dan toksik dengan masa kerja 3x lebih panjang. Sebagai preparat
suntik, dibukain sudah tidak ditemukan lagi, kecuali untuk anestesia spinal.
Umumnya tersedia dalam bentuk krim 0,5% atau salep 1%.
6. Ropivakain (naropin)
Mirip dengan bupivakain dan mempunyai indikasi yang sama dalam kegunaanya,
yaitu ketika anastesi dengan durasi panjang dibutuhkan. Seperti bupivakain,
ropivakain disimpan dalam sediaan botol kecil. Kedua obat tersebut merupakan
isomer bagian kiri dari bupivakain. Keuntungannya dibandingkan dengan bupivakain
adalah zat ini lebih rendah kardiotoksisitas. Zat ini tersedia dalam beberapa
formulasi. Konsentrasi 0,5% (dengan atau tanpa epineprin), 0,75% , dan 1% telah
digunakan pada bidang kedokteran gigi.
Ketika digunakan pada praktek medis khasiat dari ropivakain sama-sama efektif,
baik menggunakan epineprin maupun tidak. Pada dunia kedokteran gigi
penambahan epineprin meningkatkan efek anestesia dari ropivakain.
Konsentrasi efektif minimal 0.25%.
Sumber : https://belindch.wordpress.com/2010/12/24/macam-obat-anestesi-lokal/
dan https://fhastanti.wordpress.com/2010/08/27/anestetik-lokal/

5. Bagaimana cara Teknik anastesi yg baik dan benar?


6. Fungsi vasokonstriktor?
Vasokonstriktor adalah obat yang dapat mengkontraksikan pembuluh darah dan mengontrol
perfusi jaringan. Vasokonstriktor ditambahkan pada anestesi lokal untuk melawan efek
vasodilatasi anestesi lokal karena:
a. Dapat menurunkan perfusi (aliran darah) dari tempat administrasi karena mengkonstriksi
pembuluh darah.
b.Absorpsi anestesi lokal ke sistem kardiovaskuler melambat sehingga kadar dalam plasma juga
rendah.
c.Meminimalkan resiko toksisitas anestesi lokal karena kadar dalam plasma lebih rendah.
d. Meningkatkan durasi aksi anestesi lokal
e. Menurunkan perdarahan pada tempat injeksi sehingga berguna saat prosedur pembedahan
untuk mengantisipasi perdarahan.

 Alasan penggunaan:
a. Aman.
Potensi untuk reaksi toksik (overdosis) untuk anestesi dikurangi dengan memperlambat laju
masuknya sirkulasi.
b. Longevity
Durasi efek anestesi ditingkatkan.
c. Keefektifan
Kedalaman obat bius meningkat.
d. Hemostatis
Hanya jika obat ini diinjeksi secara langsung ke dalam area.
Larutan vasokonstriktor biasanya dinyatakan sebagai rasio (misalnya 1 hingga 1000,
ditulis sebagai 1:1000).Konsentrasi 1:1000 diartikan bahwa ada 1 gram (atau 1000 mg) obat
yang terdapat pada 1000 ml larutan.Sehingga larutan 1:1000 mengandung 1000 mg dalam 1000
ml atau larutan 1,0 mg/ ml (1000 mug/ ml).
Untuk menghasilkan konsentrasi 1:10.000, 1 ml dari larutan 1:1000 ditambahkan dengan 9 ml
pelarut (misalnya air steril) sehingga menjadi 1:10.000 = 0,1 mg/ ml.

Pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler dan penyakit tiroid, efek samping epinefrin yang
diabsorpsi harus diperhatikan. Epinefrin secukupnya dapat diabsorpsi sehingga mengakibatkan
reaksi simpatomimetik seperti ketakutan, takikardi, berkeringat dan palpitasi yang diistilahkan
sebagai “reaksi epinefrin”.

Bahan vasokonstriktor pada umumnya dibuat dari obat golongan simpatomimetik


(adrenalin, non-adrenalin, levonordephrine, phenilephrine). Bila diberikan pada organ efektor
bahan ini akan memberikan efek yang sama dengan keadaan bilamana serat saraf simpatik
adrenergik posganglionik mendapat rangsangan, sehingga bahan-bahan ini dapat menyebabkan
konstriksi pembuluh darah perifer
Bahan vasokonstriktor yang bukan termasuk golongan simpatomimetik yaitu
felypressin. (analog dengan hormon antidiuretik vasopressin). Bahan ini mempunyai efek aman
untuk digunakan pada penderita yang kontraindikasi terhadap adrenalin. Biasanya digabungkan
dengan larutan anestesi prilocaine. Untuk penderita hamil penggunaan bahan ini sangat
dinjurkan untuk berhati - hati , karena dapat menyebabkan supresi sirkulasi plasenta.
Sumber : http://choybuccuq.blogspot.co.id/2010/07/vasokonstriktor.html dan
http://inoelendute.blogspot.co.id/p/maksud-penambahan-vasokonstriktor.html

7. Hubungan hipertensi dan vasokonstriktor agen?


Vasokonstriktor yang ada pada bahan anestesi lokal secara kimia menyerupai mediator sistem
saraf simpatis , epinefrin dan non epineprin.
Ada dua reseptor adrenergik di dalam tubuh manusia yaitu alfa dan beta, yang dibagi lagi
menjadi α1, α2 dan β1, β2. Stimulasi reseptor α akan mengakibatkan vasokonstiktor pada
pembuluh darah perifir, α1 adalah pre sinapsis eksitasi dan α2 adalah post sinapsis inhibitor.
Sehingga stimulasi α cenderung meningkatkan tekanan darah tetapi tidak dramatik. Reseptor β1
akan meningkatkan frekuensi nadi jantung dan kekuatan kontraksi jantung sehingga akan
meningkatkan tekanan darah, sedangkan reseptor β2 menyebabkan vasodilatasi dan
bronchodilatasi. Berdasarkan tabel2 epineprin kira-kira empat kali lebih poten terhadap α
reseptor dibanding norepineprin. Epineprin mempunyai pengaruh terhadap reseptor β1 dan β2
yang hampir sama sehingga cenderung tidak akan meningkatkan tekanan darah yang dramatis.
Selain itu epineprin mempunyai pengaruh terhadap β2 lebih besar dibandingkan vasokonstriktor
lain. Felypressin adalah substansi simpatomimetik yang analog dengan hormon vasopressin yang
dikategorikan sebagai vasokonstriktor, namun bukan golongan simpatomimetik. Felypressin
beraksi langsung pada otot polos vaskuler dan dominan di venosus. Secara sistematik tidak
berpengaruh di kardiovaskuler dan sistem saraf pusat, oleh karena itu mungkin aman diberikan
kepada pasien hipertiroid namun mempunyai aksi oksitosin yang kontra indikasi pada pasien
hamil.

Bahan vasokonstriktor yang menjadi kontra indikasi pasien hipertensi adalah


noradrenalin dan levonordefrin, karena akan meningkatkan tekanan darah secara dramatis,
akibat merangsang reseptor β1 lebih banyak dan sedikit aktivitas di reseptor β2. Adrenalin lebih
aman digunakan untuk pasien dengan hipertensi (konsentrasi 1:80.000 – 1:200.000), karena
tidak akan meningkatkan tekanan darah secara dramatis akibat perangsangan pada reseptor β1
dan β2 yang hampir sama, selain itu waktu paruh adrenalin kurang lebih 1 menit dan akan
dieliminasi kira-kira 10 menit, oleh karena itu pengaruhnya cenderung hanya sesaat. Felypressin
adalah satu-satunya vasokonstriktor nonsimpatometik yang tidak memiliki efek pada dan
mungkin lebih aman untuk pasien-pasien hipertiroid, hipertensi, namun kemampuan
mengontrol hemostasis rendah.
Sudah ada bukti-bukti penelitian bahwa penggunaan bahan anestesi lokal yang
mengandung vasokonstriktor khususnya adrenalin dalam dosis yang dianjurkan, yaitu dosis
maksimal 0,2 mg untuk pasien sehat tiap kali kunjungan dan 0,04 mg direkomendasikan untuk
pasien dengan hipertensi. Lidocaine comp 2% dengan kadar adrenalin 0,025 mg per ampul
dapat diberikan untuk pasien dengan hipertensi maksimal dosis sebanyak 1,5 ampul.

Ada dua strategi dalam perawatan gigi pada pasien hipertensi yaitu strategi preventif dan kuratif
dan perhatian yang sangat besar harus diberikan khususnya ada kemungkinan komplikasi
terjadinya hipertensi akut/crisisis hypertension/emergent hipertensi yang terjadi selama
perawatan gigi. Tindakan preventif yang efektif untuk mengontrol tensi pasien meliputi kontrol
kecemasan dan stress, pemilihan anestesi , bahan anestesi, dan kontrol sakit setelah tindakan
selesai.

 Prosedur dental yang lama dan stressful sebaiknya dihindarkan.


 Pemberian sedatif peroral (Benzodiazepine 5 mg malam sebelum tidur dan 1 jam
sebelum tindakan perawatan) cukup membantu mengurangi stress,
 Penggunaan sedasi dengan Nitrou Oxide (N20) dapat menurunkan tekanan darah sistole
dan diastole sampai 10-15 mmHg kira-kira 10 menit setelah pemberian dan selanjutnya
dapat dilakukan anestesi lokal dengan atau tanpa vasokonstriktor.
 Anestesi lokal merupakan peilihan terbaik untuk pasien dengan hipertensi dibanding
anestesi umum, pemberian anestesi harus pelan dan penyuntikan intravaskuler harus
dihindari.

Tabel.4 Diagnosis dan perawatan krisis hipertensi di dalam perawatan gigi


Sumber : RESUME JURNAL Maj Ked Gi; Juni 2008; 15(1):75-80, PENGELOLAAN PASIEN
HIPERTENSI UNTUK PERAWATAN DI BIDANG KEDOKTERAN GIGI, Poerwati Soetji Rahajoe

8. Jelaskan anestesi local yg ada 3!


A. Anastesi Topikal
Beberapa klinis menyarankan penggunaan anastesi topikal sebelum injeksi. Sulit untuk
menentukan seberapa efektifnya cara ini namun memiliki nilai psikologis, karena dapat
memperkecil rasa sakit saat pemberian anastesi lokal, tetapi anastesi topikal tidak dapat
menggantikan teknik injeksi. Anastesi topikal efektif pada permukaan jaringan (kedalaman 2-3
mm).
Cara melakukan anastesi topikal adalah :
1. Membran mukosa dikeringkan untuk mencegah larutnya bahan anastesi
topikal.
2. Bahan anastesi topikal dioleskan melebihi area yang akan disuntik ± 15 detik (tergantung
petunjuk pabrik) kurang dari waktu tersebut, obat tidak efektif.
3. Pasien bayi dapat menggunakan syring tanpa jarum untuk mengoleskan
topikal aplikasi.
4. Anastesi topikal harus dipertahankan pada membran mukosa minimal 2 menit,
B. Anastesi Blok (Mandibular Anastesi)
Pencabutan molar tetap pada anak sama seperti orang dewasa nervus alveolaris inferior
harus diblok. Foramen mandibula pada anak terletak setingkat di bawah dataran oklusal gigi
sulung, oleh karena itu injeksi dibuat lebih rendah dan lebih posterior daripada pasien
dewasa.
Teknik : Ibu jari berada diatas permukaan oklusal gigi molar, dengan ujung ibu jari
berada pada tepi obligua interna Syringe diletakkan pada dataran gigi molar sulung pada sisi
berlawanan dari gigi yang akan dianastesi. Ukuran rahang yang lebih kecil mengurangi
kedalaman jarum berpenetrasi pada anastesi blok (mandibular anastesi).
Kedalaman insersi (masuknya jarum) bervariasi ( ± 15 mm sesuai ukuran mandibula)
perubahan proporsi yang tergantung usia pasien
Anastetikum dideponir sedikit ketika jarum telah masuk ke jaringan, jarum dimasukkan
menuju foramen mandibula dan anastetikum dideponir. Anastetikum untuk nervus
alveolaris inferior ± 1 ml, dan untuk nervus bukal, sejumlah anastetikum dideponir
sepanjang lipatan bukal . Sejumlah ( ± ½ cc) anastetikum dideponir saat penarikan jarum
setelah melakukan blok anastesi nervus alveolaris inferior, maka nervus lingualis akan
teranastesi.
C. Infiltrasi Anastesi
Tahap melaksanakan infiltrasi anastesi :
1. Keringkan mukosa dan aplikasikan bahan topikal anastesi selama 2 menit
2. Bersihkan kelebihan bahan topikal anastesi
3. Tarik mukosa
4. Untuk mengalihkan perhatian anak, drg dapat menekan bibir dengan tekanan ringan
menggunakan ibu jari dan jari telunjuk sehingga mukosa yang akan disuntik terlihat.
5. Masukkan jarum, jika menyentuh tulang tarik jarum keluar sedikit
6. Aspirasi
7. Suntikan bahan anastetikum 0,5 – 1,0 cc secara perlahan (15-30 detik)
Sumber : http://fairytoot.blogspot.co.id/2013/09/anastesi-lokal-definisi-indikasi-dan.html

9. Hubungan anastesi dengan penyakit sistemik?

Anda mungkin juga menyukai