Anda di halaman 1dari 6

Pleistosen Akhir dan Holosen Paleonenvironment di Golfo San Jorge,

Patagonia: bukti moluska

1. Pendahuluan

Kumpulan moluska pada Kuarter Akhir pada endapan di Golfo San Jorge (San
Jorge Basin), Patagonia, Argentina digunakan untuk merekontruksi paleoenvironment.
Pada platform laut Holosen maupun Pleistosen Akhir makrofauna terdistribusi secara luas
di sepanjang garis pantai yang didominasi oleh gastropoda dan bivalvia (Gambar 1).
Gambar 1. Daerah Pleistosen dan Holosen akhir di Golfo San Jorge, Patagonia pusat

Kontribusi paling besar terhadap studi pada endapan ini adalah monograf
Ferugulio(1950) yang menjelaskan pertama kali tentang pengangkatan pantai pantagonia.
Ia memberikan formasi tentang evolusi pesisir dalam pola yang kompresensif dari teras
laut yang terbagi menjadi 6 teras laut dengan memperhitungkan ekstensi geografis
distribusi spasial posisi topografi yang signifikan dengan kandungan moluska dan fosil
invertebrata lain.

Tujuan dari paper ini adalah untuk membuktikan adanya perubahan paleoekologi
dengan menggunakan kumpulan fosil yang ada dan mengintrepretasikan umur dan
lingkungan pengendapan dari lokasi studi .

Moluska yang diidentifikasi terdapat diantara Caleta Cordova (Chubut Province)


dan Bahia Langara (Santa Cruz Province). Karena daerah ini merupakan celah besar
dalam pengetahuan tentang persebaran molusca terutama tentang perbandingan antara
pleitosen akhir dan pertengahan holosen serta kumpulan moluska modern. Lokasi fosil
dipilih karena mereka sebelumnya belajar dari geologi dan sudut pandang geokronologis
dan terutama karena mereka menunjukkan pelestarian yang baik dan tepat untuk
perbandingan palaeoenvironmental. Di daerah ini moluska sangat baik untuk terendapkan,
sedangkan pada bivalvia dianggap lebih dapat dijadikan untuk dating dan indikator
palaeoekologi, misalnya tipe substrat, kedalaman, dan persyaratan suhu. Namun, pada
Kerang epifanal taksa diwakili oleh jumlah bivalvia yang lebih tinggi namun tidak
lengkap atau rusak pada cangkang gastropoda yang lebih banyak terkena kerusakan
daripada infaunal moluska untuk proses tafonomis, seperti fragmentasi dan abrasi, dan
sebagai akibat dari lingkungan pengendapan yang sangat energik.

2. Hasil dan Pembahasan

Terdapat banyak moluska yang umumnya gastropoda dan bivalvia pada teras laut
V. Moluska ini berasosiasi dengan mikrofauna lain seperti cnidaria, brachiopoda,
crustacea, dan regular echinoidea. Terdapat 27 moluska yang teridentifikasi yaitu 15 taksa
gastropoda dan 12 taksa bivalvia. Kelimpahan terbanyak dari kelas bivalvia kelompok
Mytilids adalah Mytilus , Brachidonte, dan Aulacomya. Dan dari kelompok Venerid yaitu
Prorothaca, dan Eurhomalaea.Gastropoda dan bivalvia modern berkumpul dalam zona
litoral yang berdekatan dan memiliki kesamaan taksonomi pada fosil bed dan dicatat
dalam fosil indeks.

Semua spesies yang ditemukan masih ada hingga sekarang, terutama di Antillean,
Argentina atau provinsi Magellanean. Kebanyakan hidup pada temperatur hangat,
beriklim dingin, ataupun dingin secara eksklusif pada massa air. Distribusi moluska bentik
modern dari Patagonia tergantung pada faktor yang ada. Sedangkan untuk organisme yang
hidup di daerah coastal , di antaranya kebanyakan dipengaruhi oleh faktor suhu air laut,
salinitas, arus, substrat, oksigen, nutrisi, produktivitas dan kondisi ekologis umum. Suhu
di sini diasumsikan dominan oleh faktor pengendali. Tiga kelompok spesies utama
dikenali sesuai dengan rentang geografis modern mereka, seperti pada pendekatan
sebelumnya yang terlihat sama:

1. Kelompok I; eurythermal atau kosmopolitan (Mytilus edulis, Hiatella arctica; Crepidula


dilatata);
2. Kelompok II; hangat dan spesies yang beriklim hangat (tipe tropis, subtropis atau
temperatur massa air yang hangat, Brachidontes rodriguezi, Solen tehuelchus; Crepidula
protea, Crepidula aculeata, Trophon varians; Brachidontes globulosus);
3. Kelompok III; temperatur dingin dan spesies dingin (kelompok predominan yang biasanya
tinggal di Provinsi Argentina dan Magellanean, yaitu Protothaca antiqua, Trohon
geversianus, Adelomelon beckii),
4. kelompok IV: beberapa spesies khas atau eksklusif dari Provinsi Magellanean seperti P.
delicatissima, atula Tegula, Pareuthria plumbea.
Beberapa spesies sesuai dengan Kelompok II ada selama transgresi ‘entrerriense’ Miosen.

Fauna moluska di wilayah yang diteliti dalam penelitian ini merupakan kumpulan
fosil yang terdiri

dari tiga elemen utama yaitu:

(1) Elemen gastropoda epifaunal (Trophon, Adelomelon, dll.);


(2) Elemen infaunal berpasir (bivalvia seperti Protothaca antiqua dan Eurhomalaea exalbida)
(3) Elemen bagian keras-bawah (patelliform gastropods dan penggerek bivalve Hiatella
arctica).

Dua jenis substrat awalnya tersedia sepanjang daerah pesisir yaitu: yang substrat
keras, berbatu substrat untuk epifauna dan penggerek dan substrat berpasir lunak,
lingkungan bawah untuk infauna. Hasil analisis membuktikan bahwa paleoenvironment
untuk habitat asli selama Holosen dikarakteristikan oleh substrat yang keras, mempunyai
energi tinggi, dan merupakan perairan laut dangkal. Perbandingan antara Plistosen Akhir
dan Holosen Tengah atas dasar kelimpahan moluska dari area Golfo San Jorge dan area
Bonaerensian membutuhkan tambahan dating yang dipilih dari fosil yang baik dan
spesimen paleoekologi yang berpengaruh.

Pada pertengahan Holosen dari Golfo San Jorge dapat dibedakan oleh aspek umum
seperti preservasi, sejarah taponomi dan komposisi. Komposisi fauna dan perbedaan
spesimen dari Holosen Patagonian yang berada di Golfo San Jorge lebih rendah daripada
area Bonaerensian. Pada Plistosen Akhir di teras laut V di Golfo San Jorge menunjukan
kesamaan umur radiokarbon yang minimum dengan Bonarensian dan Uruguayan.

Feruglio (1950) dalam Aguirre(2003) mengintrepretasikan teras laut VI sebagai


holosen, didalamnya terdapat sisa sisa fauna yang tersusun atas semua jenis moluska yang
masih ada, yang tinggal diperbatasan litoral yang diendapkan selama transgresi kuarter
akhir. Sementara teras laut V mengandung moluska air dingin yang dikontrol oleh arus
dingin Malvinas, yang dikorelasikan dengan akhir fase glasial selama akhir plistosen
dengan perbatasan holosen awal. Sedangkan teras laut IV mengandung fosil moluska yang
memiliki perpindahan kontemporer kearah utara selama interglasial akhir yang
mengidentifikasi kumpulan moluska air hangat.

3. Contoh Penggunaan Kelompok Fosil yang Sama di Indonesia

Moluska adalah salah satu organisme yang mempunyai peranan penting dalam
fungsi ekologis dalam suatu lingkungan laut. Moluska yang diantaranya adalah Gastropoda
dan Bivalvia merupakan salah satu filum dari makrozoobentos yang dapat dijadikan
sebagai bioindikator pada ekosistem perairan (Macintos, Aston dan Havanon, 2002: 332).
Moluska memiliki kemampuan adaptasi yang cukup tinggi pada berbagai habitat, dapat
mengakumulasilogam berat tanpa mengalami kematian dan berperan sebagai indikator
yang baik dalam menentukan lingkungan (Cappenberg, Aziz dan Aswandy, 2006).
Moluska digunakan sebagai fosil indeks di Indonesia. Persebaran fosil sebagai
penentu lingkungan pengendapan. Fosil indeks disusun sebagai pembagian jenjang
Neogene pulau Jawa. Dalam penggunaaannya, digunakan fosil gastropoda famili
Turitellidae. Fosil ini dipilih karena perkembangannya cukup baik di Indonesia yang
memiliki iklim tropis. Persebaran fosil moluska di jawa, diidentifikasi oleh fosil moluska
holotipe jenjang Cirebonian.

4. Kesimpulan

Distribusi geografi dan stratigrafi dari fauna moluska pada Kuarter Akhir pada teras
laut V yang mengendap di Golfo San Jorge ditinjau secara sistematis terhadap 15 taksa
gastropoda dan 12 taksa bivalvia. Semua spesimen tersebut masih ada dan hidup di
Antillean, Brasil, Argentina atau Provinsi Magellanean. 27% dari total taksa yang tercatat
pada Pleistosen akhir dan Holosen di daerah pesosor Golfo San Jorge sudah ada selama
transgresi Miosen. Tidak ada kemunculan taksa yang signifikan dan punah pada Plistosen
Akhir di daerah ini.
Fauna moluska Plistosen Akhir pada daerah studi memiliki sedikit keragaman dan
didominasi oleh kerang besar Mulinia edulis dan taksa fauna air dingin. Hal ini
menunjukkan suhu permukaan laut yang lebih dingin dan substrat yang lebih halus. Pada
endapan Plistosen Akhir dibandingkan himpunan moluska dari perbedaan ketinggian dari
area di Argentina untuk kontrol kronologinya.

5. Daftar Pustaka

 Aguirre, M.2002. Late Pleictocene and Holocene paleoenvironments in Golfo San


Jorge, Patagonia : mulluscan evidence. Marine Geology 194 (2003) 3-30
 Cappenberg,H.A.W., Aziz,A. Dan Aswandy,I.2006. Komunitas Moluska di
Perairan Teluk Gilimanuk, Bali Barat. Oseanologi dan Limnologi di Indonesia.
 Macintosh, D.J., Ashton, E.C. dan Havanon, S.2002.Mangrove
RehabilitationandIntertidal Biodiversity: A Study in theRanong Mangrove
Ecosystem, Thailand. Estuarine, Coastal and Shelf Science
 Suyarso. 2010. Melacak Perubahan Muka Laut Masa Lampau Berdasarkan Fosil
Kerang di Pulau Belitung. Ilmu Kelautan vol. 15 (3) 135-142

Anda mungkin juga menyukai