Anda di halaman 1dari 197

Perancangan

Kolom Distilasi
Abdul Wahid Surhim

2015
Rujukan
• Towler and Synnott. 2008. Chemical Engineering Design. Chapter
11 SEPARATION COLUMNS (DISTILLATION, ABSORPTION, AND
EXTRACTION)
• Champbell. 1992. Gas Conditioning and Processing. Volume 2.
Chapter 17 Fractionation and Absorption Fundamentals.\.
• Kister. 1992. Distillation Design. McGraw-Hill, Inc.
• Lydersen et al. Bioprocess Engineering: Systems, Equipment and
Facilities. Chapter 14. Sub Chapter 14.4.12 Distillation
Kerangka Pembelajaran
• Jenis-jenis Distilasi
• Pemilihan Jenis Kolom Distilasi
• Basis Perancangan
• Efisiensi Talam
• Perancangan Mekanik Kolom Distilasi
Alternatif Distilasi Komponen Jamak
Jenis Distilasi
1. Distilasi SEDERHANA: TUMPAK (Batch
Distillation)
2. Distilasi FRAKSIONASI (minyak bumi)
3. Distilasi KUKUS (Steam Distillation)
4. Distilasi REAKTIF (Reactive Distillation)
Distilasi Sederhana
KELEBIHANNYA
1. Kolom tunggal (single column)
• Campuran tunggal (biner atau
komponen jamak) menjadi
beberapa produk (single
separation duty)
• Campuran jamak (biner atau
komponen jamak) menjadi
sejumlah produk (multiple
separation duty)
2. Satu tahapan operasi (one
sequence of operation)
3. Waktu pengoperasiannya lebih
cepat
DISTILASI TUMPAK (BATCH DISTILLATION)

Conventional Batch Distillation (CBD) Semi-batch (Semi-continuous) Distillation Column


Fraksionator
KOLOM
DISTILASI
(Total Condenser)
Partial Condenser
DISTILASI KUKUS (STEAM DISTILLATION)
• untuk menyuling
• Produk-produk yang
sensitif terhadap
panas (heat-sensitive
products)
• Campuran yang titik
didihnya tinggi
• Contoh
• Ekstraksi minyak dari
bahan tumbuhan
(minyak atsiri)
DISTILASI REAKTIF
Keuntungan Distilasi Reaktif
1. Pembatasan kesetimbangan kimia teratasi:
produk dihilangkan sesaat ia terbentuk
2. Penghematan energi: panas reaksi dapat
digunakan untuk distilasi
3. Biaya modal terkurangi: hanya perlu satu bejana
saja
• Contoh: Produksi MTBE dan metil asetat
Jenis Modifikasi Distilasi

dividing-wall distillation internal heat-integrated distillation column cyclic operation of distillation column
Jenis-jenis Kolom Distilasi Fraksionator
1. Distilasi atmosferik
2. Distilasi vakum
3. Distilasi hidrokarbon ringan
Posisi 3 Distilasi Minyak Bumi
Produk Distilasi
Distilat HK
Ringan

Crude Oil
Distilasi
Atmosferik

Produk Distilasi
Bottom Vakum
Posisi 3 Distilasi
Contoh Ketiga Jenis Distilasi
• Haryoso, Untung. 1995. Tugas Akhir: Perancangan Proses dan
Mekanik Kolom Distilasi Atmosferik Jenis Pumpback Refluks
Menggunakan Crude Assay Arab Saudi. Jurusan Teknik Gas dan
Petrokimia, FTUI
• Susanto, Bambang Heru. 1996. Tugas Akhir: Perancangan Proses
dan Mekanik Awal Kolom Distilasi Vakum Residu Atmosfir Minyak
Bumi Jenis Fuels-Pitch. Jurusan Teknik Gas dan Petrokimia, FTUI
• Abdurrafiq, Mohamad. 1997. Skripsi: Studi Awal Perancangan
Kolom Depropanizer Menggunakan Talam dan Bahan Isian
(Sebuah Perbandingan). Jurusan Teknik Gas dan Petrokimia, FTUI
Jenis-jenis Distilasi HK Ringan
DISTILASI ATMOSFERIK
• LANGKAH PERTAMA pemisahan minyak bumi menjadi berbagai
macam fraksi
• Fraksi-fraksi ini dapat berupa produk langsung atau mungkin
sebagai umpan unit pengolahan atau proses lainnya
• Pada distilasi atmosferik
• Minyak bumi dipanaskan sampai suhu maksimum yang diijinkan
pada tekanan atmosfir
• Hasilnya BUKAN komponen murni, tetapi pada rentang titik didih
tertentu
• Tidak dapat memisahkan campuran minyak yang titik didihnya
tinggi sekali atau gas-gas ringan yang mudah menguap
3 Jenis Distilasi Atmosferik

1. Jenis U (Unreflux)
2. Jenis A (pump Around
reflux)
3. Jenis R (pump back
Reflux)
Jenis U (Unreflux)
• Pengambilan kalor hanya pada kondensor puncak dengan
suhu yang rendah
• Ini menyebabkan
• lalu lintas uap dan cairan yang melintasi kolom membesar
secara tajam dari bawah ke puncak kolom
• Ukuran kolom berdasarkan aliran bahan pada piring
puncak menjadi besar
• Diameter kolom jenis ini paling besar dibanding jenis A dan
R
Jenis A (pump Around reflux)
• Penarikan aliran di antara dua aliran produk
• Aliran tersebut didinginkan dan
dimasukkan kembali kedalam kolom

• Keuntungan jenis A: pemanfaatan kalor yang dikeluarkan oleh


pendinginan refluks untuk memanaskan minyak bumi
• Kerugiannya: pengembalian aliran itu memerlukan TIGA PIRING
yang dianggap sebagai satu piring efektif
• Ini untuk menjaga kesetimbangan kolom fraksionasi
• Karena cairan yang dikembalikan kedalam kolom asing untuk
zona yang dimasuki
Jenis R (pumpback Reflux)
• Pendinginan refluks dilakukan bersamaan dengan keluaran produk
samping
• Refluks ini adalah cairan dalam kesetimbangan pada piring yang
dimasuki
• Keuntungannya:
• selain pemanfaatan kalor refluks untuk memanaskan umpan,
• juga tidak memerlukan piring tambahan untuk keperluan
fraksionasi pada daerah yang dimasuki refluks sehingga jenis ini
PALING EKONOMIS
DISTILASI VAKUM
• Distilasi lanjutan dari distilasi atmosferik
• Hasilnya
• Gas oil ringan dan berat
• Tar vakum
• Produk-produk tersebut perlu ditingkatkan nilainya ada unit-unit
selanjutnya
• Terjadi pada tekanan vakum untuk menjaga suhu agar tidak
melebihi yang diijinkan sehingga terhindar dari perengkahan
• Suhunya tergantung spesifikasi umpan
Produk Distilat dan Residu
• Pemanfaatan distilat dan residu tergantung
• Kandungan umpan minyak buminya
• Jenis kilang
• Unit proses lanjutan
• Penjualan produknya
• Beberapa contoh
• Gas oil untuk umpan unit catalytic cracking
• Umpan untuk hydrotreater dan hydrocracker
• Sebagai bahan bakar dan aspal
• Fungsi umum kolom vakum ini adalah
• memanfaatkan secara maksimal residu yang mungkin dari minyak bumi
• Mendapatkan spesifikasi produk pada residu sebaik pada distilat atmosferik
DISTILASI HIDROKARBON RINGAN
• Produk distilat atmosferik masih berupa campuran yang tidak
memenuhi standar sehingga nilai jualnya rendah atau menyulitkan
bila akan diproses selanjutnya
• Prosesnya berlangsung pada TEKANAN TINGGI
• Besar tekanannya tergantung pada jenis pendingin yang
digunakan dan suhu dekomposisi komponen-komponennya
• Produknya: LPG (LPG propana atau LPG butana)
Jenis Kontak dalam Kolom
• Distilasi dapat dibagi juga berdasarkan jenis
permukaan kontak dalam kolom distilasi
• Ada dua jenis
• Kolom TALAM (tray column)
• Kolom ISIAN atau UNGGUN (packed column)
KOLOM TALAM
• Media untuk memperluas permukaan kontak fasa
uap dan cair adalah talam
• Pada talam ini terjadi proses pemisahan antar
komponen dalam kolom distilasi
• Fasa cair melalui talam-talam ini ke bagian
bawah secara vertikal dan horisontal
• Fasa uap mengalir menuju ke atas kolom
melalui talam-talam ini secara vertikal
• Terjadi kontak antara uap yang mengalir dari
bawah dan cairan yang ada di talam
• Ada dua jenis talam: umum dan khusus
Jenis Tray
• Jenis Umum
• Bubble cap tray
• Sieve tray
• Dual-flow tray
• Valve tray
• Jenis khusus
• Flexytray (Koch)
• Ballast tray (Glitsch)
Pemilihan Jenis Talam
Table 6.1 KISTER (1992)
NO Kondisi DIsain Sieve Valve Bubble-cap Dual-flow
1 Kapasitas T T - ST M ST SR : Sangat Rendah
R : Rendah
2 Jatuh Tekanan M M T R-M M : Menengah
3 Rasio Turndown M T ST R T : Tinggi
ST : Sangat Tinggi
4 Efisiensi T T M R
5 Fouling Tendency R R-M T SR
6 Harga R M T R
7 Perawatan R R-M T R
8 Korosifitas R R-M T SR
9 Informasi ST M ST M
Bubble Cap Tray (BCT)
• Talam yang memiliki lubang-lubang
atau perforated tray dengan cap (topi)
sebagai tudung dari lubang-lubang
pada talam
• Topi-topi itu biasanya terpasang dengan beberapa slot atau lubang
tempat uap keluar
• Fasa cair terperangkap di atas talam pada ketinggian yang sejajar
dengan ketinggian weir dan uap yang mengalir melalui cairan
tersebut menimbulkan gelembung yang memungkinkan talam ini
bekerja pada tekanan rendah sekalipun
Penggunaan BCT
• Semua aplikasi, kecuali pada proses
• yang mudah terbentuk pengarangan (coking),
• pembentukan polimer dan
• yang memiliki faktor pengotor (fouling factor) yang tinggi
• Diutamakan untuk laju alir cairan yang sangat rendah
Sieve Tray
• Talam berlubang-lubang
tempat uap keluar menuju
atas kolom yang memberikan
efek MULTI-ORIFIS
• Kecepatan aliran uap menjaga aliran cairan agar tidak
mengalir melalui lubang
• Biaya turn down sieve tray dapat dipermurah dengan
menggunakan laju alir uap yang rendah, sehingga cairan
mengalir melalui lubang lalu aliran ini di-bypass melalui
beberapa talam, tapi ini menurunkan efisiensi
• Cairan akan mengalir melalui talam dan melewati outlet
weir, lalu turun melalui downcomer menuju talam di
bawahnya
Penggunaan Sieve Tray
• Sistem pemisahan kontinyu dengan kapasitas aliran sangat tinggi
yang mengutamakan kemudahan perawatan
• Bisa digunakan untuk sistem pemisahan yang mengandung
endapan padat
• Tidak dapat digunakan untuk pemisahan yang mengandung garam
dan dioperasikan pada keadaan panas dan kering, karena dapat
menyebabkan lubang (hole) tersumbat
Dual-flow Tray
• Dual-flow tray adalah sieve tray tanpa downcomer
• Talam ini beroperasi dengan uap naik ke atas melalui lubang pada talam dan
kontak dengan cairan
• Cairan secara berlawanan melalui lubang menuju talam di bawahnya
• Aliran cairan terjadi secara acak melalui lubang dan tidak terbentuk aliran cairan
yang terus-menerus melalui lubang yang sama
• Penggunaan: pada sistem dengan kapasitas aliran yang tinggi dan sistem yang
mengandung endapan kristal dan padatan yang kecil
Valve Tray
• Talam dilengkapi dengan katup-katup
• Bukaan katup diatur oleh laju alir uap yang mengalir
• Batas tertinggi bukaanya dikendalikan oleh struktur dudukan pada bagian
bawah katup
• Bila laju uap jatuh, bukaan katup akan berkurang atau bahkan menutupi hole 
mencegah cairan membasahi lubang
• Valve tray sangat baik digunakan untuk laju alir yang rendah sehingga
didapatkan harga turndown (daerah operasi untuk sistem agar dapat berjalan
normal) yang tinggi
• Penggunaan: baik untuk operasi dengan laju cairan yang rendah dan rasio
turndown tinggi
Flexytray (Koch)
• Jenis valve tray dengan katup-katup yang dapat diangkat yang
beroperasi seperti check valve
• Kapasitasnya melebihi kapasitas sieve tray dan dapat beroperasi
dengan efisiensi konstan pada rentang operasi yang besar
• Keuntungannya: kapasitasnya besar, efisiensi yang tinggi pada
rentang operasi yang lebih luas, dan dapat digunakan lebih lama
pada sistem yang mengalami fouling
Ballast Tray (Glitsch)
• Sejenis valve tray yang telah dimodifikasi dengan ditambah flush seated,
sehingga dapat mengurangi problem ketidakstabilan pada penggunaan valve
tray
• Ketidakstabilan valve tray terjadi pada laju alir uap yang rendah; uap dapat
menyelinap melalui bukaan katup yang cukup lebar di daerah aerasi yang
sempit
• Penggunaan flush seated pada talam satu pass dapat mem-bypass-kan cairan
di sekeliling daerah aerasi
• Pada talam dua pass, satu sisi dari talam dapat benar-benar tidak aktif, atau
dapat menukar aktivitas antara satu sisi dan sisi lainnya
Keuntungan Ballast Tray
• Dapat beroperasi dengan utilitas minimum pada rentang laju alir umpan yang
lebar karena adanya derajat fleksibilitas dari kolom jenis ini
• Efisiensi yang tinggi, sehingga utilitas dan perlengkapan tambahan yang
digunakan lebih efektif
• Efisiensi yang tinggi pada kondisi load pertengahan dapat digunakan untuk
memperbaiki kualitas produk, seperti untuk mengurangi rasio refluks sehingga
utilitas yang digunakan lebih hemat atau untuk mengurangi jumlah talam
• Untuk sistem vakum, kombinasi antara jatuh tekanan yang rendah dan efisiensi
yang tinggi menjadikan jatuh tekanan yang lebih rendah
KOLOM ISIAN (PACKED COLUMN)
• Kolom isian adalah kolom distilasi yang di dalamnya berisi unggun
tempat terjadinya kontak antara fasa uap dan cair secara kontinyu
dan berlawanan arah (counter-current)
• Kolom ini berbentuk vertikal yang sudah diisi dengan unggun
(packing)
• Kinerja kolom ini bergantung pada jenis material isian dan
karakteristik dari fluida (uap dan caiaran)
Tujuan Penggunaan Isian
• Tujuannya adalah untuk memaksimalkan efisiensi dan kapasitas
pemisahan dengan cara
1. Memaksimalkan luas permukaan kontak
2. Meningkatkan keseragaman distribusi uap dan cairan pada
permukaan kontak
3. Meminimalkan cairan yang tergenang
4. Mempermudah proses pemisahan yang berlangsung
Kolom Isian
Jenis Material Isian
1. Random packing atau damped packing
• Rasching rings
• Lessing rings
• Pall rings
• Berl saddle
• Intalox saddle
2. Structure packing
• Wire-mesh structured packing
• Corrugated structured packing
Pemilihan Isian
JENIS APLIKASI
Rasching • Jenis paling awal
Rings • Harga per unit relatif murah
• Efisiensi rendah dibandingkan jenis acak lainnya
Pall Rings • Jatuh tekanan (pressure drop) yang lebih
rendah dari Rasching rings (hampir
setengahnya)
• Harga HTU rendah
• Batas flooding lebih tinggi
• Distribusi cairan baik, kapasitas tinggi,
efisiensinya tinggi
• Dapat terbuat dari logam, plastik, dan keramik
Pemilihan Isian
JENIS APLIKASI
Lessing • Kinerjanya lebih baik dibandingkan rasching
Rings rings
• Jatuh tekanannya sedikit lebih tinggi
• Memiliki side wall trusht lebih tinggi
Berl Saddle • Efisiensinya lebih tinggi dari rasching rings
dalam banyak aplikasi, tetapi lebih mahal
• Memiliki HTU dan jatuh tekanan yang rendah
• Mudah pecah dari pada rasching rings
Pemilihan Isian
JENIS APLIKASI
Intalox • Salah satu jenis isian dengan efisiensi yang paling baik, tetapi
Saddle harganya lebih mahal
• Batas flooding yang tinggi
• Mampu membuat aliran mengalir dengan merata
• Jatuh tekanan dan HTU lebih rendah dari rasching rings dan berl
saddle
• Lebih mudah pecah dalam kolom dibandingkan rasching rings
Wire mesh • Hanya terbuat dari bahan logam saja
packing • Baik digunakan untuk kolom distilasi dengan diameter besar
maupun kecil, absorpsi, scrubbing, dan liquid extraction
• Memiliki efisiensi yang tinggi
• HETP rendah
• Jatuh tekanan rendah
PEMILIHAN JENIS KOLOM
Pemilihan Jenis Kolom
• Pertimbangan jenis kolom perlu dilakukan dengan
• membandingkan biaya tiap-tiap disain atau
• berdasarkan pengalaman ataupun percobaan melalui pilot
plant
agar mendapatkan hasil yang optimum
Kriteria Pemilihan
1. Kolom talam dapat didisain untuk menangani rentang laju alir cairan
dan uap yang lebih lebar
2. Distribusi cairan akan lebih baik menggunakan talam bila laju alir
cairan kecil, kecuali dengan diameter yang relatif kecil pada kolom
isian
3. Lebih mudah untuk mengatur suhu pada kolom talam, karena dapat
dengan mudah disisipkan pada jarak antar-talam
Kriteria Pemilihan (2)
4. Disain menggunakan side-stream, lebih mudah menggunakan
kolom talam
5. Cairan yang menyebabkan fouling, harus ada man-way pada kolom
talam, sedangkan pada kolom dengan diameter kecil lebih baik
menggunakan kolom isian
6. Untuk cairan yang mudah menimbulkan korosi lebih baik
menggunakan kolom isian
Kriteria Pemilihan (3)
7. Kolom isian lebih cocok untuk menangani sistem yang berbuih
8. Jatuh tekanan per tahapan kesetimbangan lebih rendah pada
kolom isian dari pada kolom talam. Kondisi operasi vakum lebih
cocok dengan kolom isian
9. Pemasangan instrumen area kontak uap-cair pada kolom isian
lebih mudah dari pada kolom talam
Perbandingan Bahan Isian
Perbanding Jenis Talam
Langkah Perhitungan
Neraca
Spesfikasi Kondisi
Massa dan
Produk Operasi
Energi

Diameter Efisiensi
Jumlah Tray
Kolom Tray

Diameter Panjang
Tray Weir
Kasus 1: CRUDE ASSAY ARAB SAUDI (ALC:
Arabian Light Crude)
• Jenis minyak bumi : 33.5 oAPI ALC
• Laju alir umpan : 100,000 BPSD
• Suhu maks keluar reboiler : 650 oF
• Suhu operasi refluks : 120 oF, minimum
• Spesifikasi produk :
• Penentuan produk didasarkan pada penentuan crude
break-up yang dilakukan oleh disainer kolom distilasi
(lihat Tabel di tayangan berikutnya)
• Overflash : 2 volume % umpan
minyak bumi
Spesifikasi Produk
Produk EP Spes. Gap ASTM
ASTM oF (5-95) oF
Overhead 307 20 – 30
Nafta berat 381 25 – 50
Distilat ringan 541 0 – 10
Distilat berat 603
Kondisi Operasi Kolom
• Tekanan : atmosferik
• Jumlah piring : 31
• Umpan masuk : piring 4
Dasar Disain Mekanik
• Kolom puncak
• Umpan, pengambilan produk samping, atau titik tempat ada
penambahan atau penarikan panas
• Dasar kolom
• Titik-titik pada kolom ketika laju uap atau cairan mencapai puncak
Hasil Neraca Massa dan Energi
1. Laju alir cairan : tinggi
2. Tekanan : tinggi (750 kPa)
3. Jatuh tekanan : sedang (0.175 psia per
piring)
4. Turndown ratio : diharapkan tinggi
5. Foaming : sedang
6. Korosifitas : tinggi (sulfur)
Hasil Neraca Massa dan Energi
7. Endapan padat : kemungkinan terjadi
endapan padat besar
(minyak mentah)
8. Produk samping : 3 buah aliran
9. Viskositas : sedang
10.Polimerisasi : tidak ada
11.Fouling : tinggi (minyak mentah)
Pemilihan Jenis Kolom sesuai Kondisi
Operasi
NO Kondisi DIsain Kolom Talam Kolom Isian
1 Kapasitas 3 1
2 Tekanan 3 1
3 Turndown 3 1
4 Foaming 2 2
5 Pressure drop 2 1
6 Endapan padat 2 1
7 Produk samping 3 0
8 Korosifitas 2 3
9 Terjadinya fouling 1 3
21 14
Pemilihan Jenis Talam
NO Kondisi DIsain Sieve Valve Bubble-cap
1 Kapasitas 2 3 1
2 Jatuh Tekanan 3 3 2
3 Rasio Turndown 1 2 3
4 Efisiensi 3 3 2
5 Fouling Tendency 3 2 1
6 Harga 3 2 1
7 Perawatan 3 2 1
8 Korosifitas 3 2 1
9 Informasi 3 2 3
24 21 15
Spesifikasi Produk
Penentuan Kondisi Operasi
Neraca Massa dan Energi
Perhitungan Jumlah Tray

BASIS PERANCANGAN
JENIS-JENIS SPESIFIKASI
• Tekanan uap kadang digunakan sebagai spesifikasi di
komposisi
• Fraksi produk dapat dibuat menggunakan prosedur di Bab
17 buku Campbell Vol. 2
• Dalam beberapa kasus, khususnya menara yang sudah
ada, satu spesifikasinya dapat berupa laju refluks, reboiler
duty atau condenser duty
Kasus 1
Recovery yang dispesifikasi
• Sebuah depropanizer memiliki spesifikasi umpan seperti pada Tabel 1.
Diinginkan untuk mengambil kembali 81% propana di distilat dan 99.4%
isobutana di bottom
• Tentukan laju alir dan komposisi di D dan B

Komponen Mol Umpan


C2 0.2
C3 8.9
iC4 63.3
nC4 27.6
100.0
Solusi Kasus 1
Distilat Bottom
Mol
Komponen %
Umpan Mol Mol % Mol
Mol
C2 0.2
C3 8.9 (0.81)(8.9) = 7.2 8.9-7.2= 1.7
iC4 63.3 63.3-62.9= 0.4 (0.994)(63.3)=62.9
nC4 27.6
100.0
Solusi Kasus 1
Asumsi: Komponen yang bukan kunci tidak terganggu
Mol Distilat Bottom
Komponen
Umpan Mol % Mol Mol % Mol
C2 0.2 0.2 0.0
C3 8.9 7.2 1.7
iC4 63.3 0.4 62.9
nC4 27.6 0.0 27.6
100.0 7.8 92.2

100.00
Solusi Kasus 1
Normalisasi komposisi di D dan B
Mol Distilat Bottom
Komponen
Umpan Mol % Mol Mol % Mol
C2 0.2 0.2 2.6 0.0 0.0
C3 8.9 7.2 92.3 1.7 1.8
iC4 63.3 0.4 5.1 62.9 68.3
nC4 27.6 0.0 0.0 27.6 29.9
100.0 7.8 100.0 92.2 100.0
Kasus 2
Komposisi yang dispesifikasi

• Menggunakan Tabel 1, tentukan komposisi


overhead dan bottom yang menghasilkan
produk D yang mengandung paling tidak
95% propona dan produk B yang
mengandung lebih sedikit dari 1% propana
Solusi Kasus 2
Mol Distilat Bottom
Komponen
Umpan Mol % Mol Mol % Mol
C2 0.2
C3 8.9 95.0 1.0
iC4 63.3
nC4 27.6
100.0
Laju alir D didapat dari rasio D/F:
D xF  xB 8.9  1.0
   0.084 D = 8.4 mol
F xD  xB 95.0  1.0
Solusi Kasus 2
Asumsi: Komponen yang bukan kunci tidak terganggu
Mol Distilat Bottom
Komponen
Umpan Mol % Mol Mol % Mol
C2 0.2 0.2 0.0
C3 8.9 (8.4)(0.95)= 7.98 95.0 8.9-7.98= 0.92 1.0
iC4 63.3 8.4-(0.2+7.98)= 0.22 63.3-0.22= 63.08
nC4 27.6 0.0 27.6
100.0 8.4 91.6
Solusi Kasus 2
Normalisasi komposisi di D dan B
Distilat Bottom
Komponen Mol Umpan
Mol % Mol Mol % Mol
C2 0.2 0.2 2.4 0.0 0.0
C3 8.9 7.98 95.0 0.92 1.0
iC4 63.3 0.22 2.6 63.08 68.9
nC4 27.6 0.0 0.0 27.6 30.1
100.0 8.4 100.0 91.6 100.0
Kasus 3
Recovery dan komposisi yang dispesifikasi

• Menggunakan Tabel 1, kita ingin mengambil


kembali 95% propana di produk D dengan
kemurnian 94%
• Tentukan laju alir dan komposisi di D dan B
Solusi Kasus 3
Mol Distilat Bottom
Komponen
Umpan Mol % Mol Mol % Mol
C2 0.2
C3 8.9 (0.95)(8.9) = 8.46 94.0
iC4 63.3
nC4 27.6
100.0 8.46/0.94= 8.99
Solusi Kasus 3
Mol Distilat Bottom
Komponen
Umpan Mol % Mol Mol % Mol
C2 0.2 0.2 0.0
C3 8.9 8.9-8.46=
8.46 94.0
0.44
iC4 63.3 8.99- 63.3-0.33=
(0.2+8.46)= 0.33 62.97
nC4 27.6 0.0 27.6
100.0 8.99 91.01
Solusi Kasus 3
Normalisasi komposisi di D dan B
Distilat Bottom
Komponen Mol Umpan
Mol % Mol Mol % Mol
C2 0.2 0.2 2.2 0.0 0.0
C3 8.9 8.46 94.0 0.44 0.5
iC4 63.3 0.33 3.7 62.97 69.2
nC4 27.6 0.0 0.0 27.6 30.3
100.0 8.99 100.0 91.01 100.0
PENENTUAN KONDISI OPERASI
Ptop=? P
Ttop=?
P=?
Dew point T = 54oC
Calculation Bubble-point
Calculation

Poperasi=Pf=Ptop
Tf=?

P=Pop
T=?
Bubble point Calculation
Contoh Penentuan Kondisi Operasi
• Tentukan tekanan operasi depropanizer untuk
Kasus 1 menggunakan total kondenser yang
beroperasi pada 54oC.
• Tentukan suhu bagian atas kolom dan suhu di
bottom
K-values
for
Hydrocarbons

Ref. 1, hlm. 467


(SUHU RENDAH)
K-values
for
Hydrocarbons

Ref. 1, hlm. 468


SUHU TINGGI
Estimasi Titik-didih dan Titik-embun
• Bubble point calculation

 y  K x
i i i  1.0

• Dew point calculation


yi
 xi   K  1.0
i

• Gunakan ‘‘De Priester charts’’ untuk


menentukan nilai K.
• K = konstanta kesetimbangan untuk komponen
tertentu pada suhu dan tekanan tertentu
Solusi Contoh 1
Bubble-point Calculation pada Condenser

Koreksi:
Harga K seperti pada Tabel di atas terjadi pada tekanan 2100 kPa
Tekanan Kolom
• Untuk total condenser, tekanan akumulator ditentukan dengan
melakukan perhitungan titik didih (bubble-point calculation); dew-
point calculation untuk partial condenser
• Asumsikan: ∆P = 100 kPa antara akumulator dan kolom, tekanan
kolom (tekanan keluar kondenser + ∆P) menjadi 1928 kPa
Dew point Calculation
pada Atas Kolom

Koreksi:
Karena tekanan pada akumulator 2100 kPa dan DP = 100 kPa,
maka tekanan pada kolom 2200 kPa dan hasilnya
Suhu Kolom
• Uap dari talam atas memiliki komposisi yang sama seperti produk D
saat total condenser digunakan
• Saat partial condenser digunakan, kondenser akan beroperasi
dew-point dari distilat
• Pada kasus manapun, pemisahan uap-cairan dalam kolom berada
pada dew-point dari distilat
• Suhunya adalah 61oC dengan dew-point calculation
Bubble-point Calculation
pada Bottom

Koreksi:
Tekanan operas 2200 kPa, maka suhu bottomnya adalah 108 oC
Suhu Umpan
• Dari sudut pandang fraksionasi, operasi kolom yang optimum
diperoleh saat suhu umpan masuk ke kolom berada pada titik
didihnya
• Asumsikan bahwa umpan ke kolom berada pada titik didihnya untuk
depropanizer, suhunya turun ke 100 oC
Bubble-point Calculation
pada Umpan

Koreksi:
Tekanan operas 2200 kPa, maka suhu umpannya adalah 100 oC
Suhu di Bottom
• Suhu bagian bawah kolom (suhu reboiler) didapatkan dengan
bubble-point calculation pada produk bawah
• Untuk depropanizer, suhu bawah adalah 105 oC seperti ditunjukkan
oleh bubble-point calculation
PENENTUAN KONDISI OPERASI
Ptop=1928 kPa P = 100 kPa
Ttop= 61 oC
P= 1828 kPa
Dew point T = 54oC
Calculation Bubble-point
Calculation

Poperasi= 1928 kPa


Tf= 100 oC

P= 1928 kPa
T= 105 oC
Bubble point Calculation
Contoh
• Tentukan suhu operasi dari sebuah pemisah butana-pentana
dioperasikan pada 8.3 bar dengan komposisi umpan sebagai
berikut:
K-value
Komposisi di D dan B
• Untuk memperkirakan titik embun dan titik didih, asumsinya tidak ada komponen yang lebih
berat dari pada HK yang muncul di distilat dan tidak ada yang lebih ringan dari LH di bottom.
• For a specification of not more than 1 mol of the light key in the bottom product and not more
than 1 mol of the heavy key in the top product, and a reflux ratio of 2.5,
Perhitungan Titik-Didih
Perhitungan Titik-Embun
Perhitungan Titik-Didih Umpan
PENENTUAN KONDISI OPERASI
Ptop=8.3 bar P = 0.14 bar
Ttop= 60 oC
P= 8.44 bar
Dew point
Calculation Bubble-point
Calculation

Poperasi= 8.3 bar


Tf= 85 oC

P= 8.3 bar
T= 120 oC
Bubble point Calculation
Membuat MODEL UNISIM
Masukkan Pilih FLUID Pilih SHORT CUT Kondisi Operasi
KOMPONEN PACKAGES DISTILLATION FEED

Set Pilih
HASIL: Jumlah
Buat Aliran F, D, PARAMETER: DISTILLATION
Tray dan Suhu
B, Qc dan Qr LK, HK, Tekanan COLUMN (di Hlm
Qc, Qr
Qc dan Qr, R yang SAMA)

Set NT, NF, P Qc


Buat Aliran D2,
Set FEED = F dan Qr, T Qc dan RUN  HASIL
B2, Qc2 dan Qr2
Qr, R
Buat Aliran F, D, B, Qc dan Qr
Set PARAMETER: LK, HK, Tekanan Qc dan
Qr, R
HASIL: Jumlah Tray dan Suhu Qc, Qr
Set FEED = F
Buat Aliran D2, B2, Qc2 dan Qr2
Set NT, NF, P Qc dan Qr, T Qc dan Qr, R
Set NT, NF, P Qc dan Qr, T Qc dan Qr, R
Set NT, NF, P Qc dan Qr, T Qc dan Qr, R
Set NT, NF, P Qc dan Qr, T Qc dan Qr, R
RUN  HASIL
DISAIN TRAY (PLATE)
COLUMN
2015
NERACA MASSA DAN ENERGI
Neraca Massa dan Energi
Lewis-Sorel Method (Equimolar Overflow)
• Lewis (1909) menyederhanakan asumsi yang dapat menghilangkan keperluan
untuk menyelesaikan persamaan neraca energy di tahapan (stage energy
balance equation)
• Kondisinya disebut EQUIMOLAR OVERFLOW: aliran uap dan cair molar di
setiap tahapan adalah tetap
• Kondisi ini hanya benar apabila:
• Panas laten molar komponen dari penguapan adalah sama
• Bersama dengan panas jenis, keduanya tetap pada rentang suhu dalam
kolom
• Tidak ada panas pencampuran yang signifikan
• Kehilangan panas diabaikan
• Secara substansi, kondisi ini terjadi saat KOMPONEN-KOMPONENNYA
MEMBENTUK CAMPURAN CAIRAN YANG MENDEKATI IDEAL
Penentuan Jumlah Tray Sistem Biner (Dua Komponen)
NO KONDISI PERMASALAHAN SOLUSI PENEMU CONTOH
1 Kesetimbangan - Metode McCabe-Thiele McCabe and
Thiele (1925)
2 Konsentrasi Produk Diagram McCabe- Memplot kembali bagian Alleva (1962) Example 11.2
Sangat Rendah Thiele menjadi atas atau bawah dengan
sangat kecil dan skala yang lebih besar
sulit untuk diplot ATAU pada kertas LOG-
LOG
3 Konsentrasi Produk Diagram McCabe- Persamaan Robinson and Robinson and Example 11.3
Sangat Rendah dengan Thiele menjadi Gilliland Gilliland
GARIS OPERASI DAN sangat kecil dan (1950)
KESETIMBANGANNYA sulit untuk diplot
LURUS
4 Relative Volatility-nya Diagram McCabe- Persamaan Smoker Smoker Example 11.4
TETAP Thiele tidak dapat (persamaan ini dapat (1938)
digunakan digunakan juga jika relative
volatility-nya kecil, seperti
pada separation of close
boiling isomers
McCabe-Thiele Diagram
Prosedur Penggambaran McCabe-Thiele
1. Plot kurva kesetimbangan uap-cair dari data yang tersedia pada tekanan
operasi kolom. Nyatakan sebagai fungsi relative volatility ():
𝛼𝑥
𝑦=
1+ 𝛼−1 𝑥
dengan  adalah geometric average relative volatility dari komponen yang
lebih ringan (lebih volatile, cepat menguap) dibandingkan dengan komponen
yang lebih berat (sulit menguap):
𝑡𝑒𝑘𝑎𝑛𝑎𝑛 𝑢𝑎𝑝 𝑘𝑜𝑚𝑝𝑜𝑛𝑒𝑛 𝑙𝑒𝑏𝑖ℎ 𝑟𝑖𝑛𝑔𝑎𝑛
𝛼=
𝑡𝑒𝑘𝑎𝑛𝑎𝑛 𝑢𝑎𝑝 𝑘𝑜𝑚𝑝𝑜𝑛𝑒𝑛 𝑙𝑒𝑏𝑖ℎ 𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡
Umumnya dan untuk menghindari kerancuan, gunakan skala yang sama untuk
sumbu x dan y
2. Buatlah neraca massa dari kolom untuk menentukan komposisi atas (xd) dan
bawah (xb), dari data yang diketahui
Prosedur Penggambaran McCabe-Thiele
3. Garis operasi atas dan bawah berpotongan secara diagonal pada
xd dan xb; tandai titik ini pada diagram tersebut
4. Titik perpotongan dua garis operasi tersebut tergantung pada
kondisi fasa (suhu) dari umpannya. Garis terjadinya perpotongan
tersebut disebut q line. Garis q ditemukan dengan cara sebagai
berikut:
i. Hitung harga rasio q dengan:
𝑝𝑎𝑛𝑎𝑠 𝑢𝑛𝑡𝑢𝑘 𝑚𝑒𝑛𝑔𝑢𝑎𝑝𝑘𝑎𝑛 1 𝑚𝑜𝑙 𝑑𝑎𝑟𝑖 𝑢𝑚𝑝𝑎𝑛
𝑞=
𝑝𝑎𝑛𝑎𝑠 𝑙𝑎𝑡𝑒𝑛 𝑚𝑜𝑙𝑎𝑟 𝑑𝑎𝑟𝑖 𝑢𝑚𝑝𝑎𝑛
ii. Plot garis q, slope = q/(q – 1), memotong diagonal pada zf
(komposisi umpan)
Prosedur Penggambaran McCabe-Thiele
5. Pilih rasio reflux dan tentukan titik tempat garis operasi atas
yang dipanjangkan memotong sumbu y:
𝑥𝑑
∅= (11.24)
1+𝑅
6. Gambar pada garis operasi atas, dari xd pada diagonal ke

7. Gambar pada garis operasi bawah, dari xb pada diagonal
ke titik perpotongan dari garis operasi atas dan garis q
8. Memulai dari xd atau xb, buat gambar tahapan-tahapannya
Kasus 2: EXAMPLE 11.2 (Metode ALLEVA)
• Acetone is to be recovered from an aqueous waste stream by
continuous distillation. The feed will contain 10% w/w acetone.
Acetone of at least 98% purity is wanted, and the aqueous effluent
must not contain more than 50 ppm acetone. The feed will be at 20
oC. Estimate the number of ideal stages required.

• Solution
• There is no point in operating this column at other than atmospheric pressure.
• The equilibrium data available for the acetone-water system were discussed
in Chapter 8, Section 8.4.
The equilibrium curve can be drawn with sufficient accuracy to determine the
stages above the feed by plotting the concentrations at increments of 0.1. The
diagram would normally be plotted at about twice the size of Figure 11.7.
Persamaan Robinson-Gilliland: Stripping
Persamaan Robinson-Gilliland: Rectifying
Example 11.3
• For the problem specified in Example 11.2,
estimate the number of ideal stages
required below an acetone concentration of
0.04 (more volatile component) using the
Robinson-Gilliland equation.
Persamaan Smoker
Persamaan Smoker
Contoh
A column is to be designed to separate a mixture
of ethyl-benzene and styrene. The feed will
contain 0.5 mole fraction styrene, and a styrene
purity of 99.5% is required, with a recovery of
85%. Estimate the number of equilibrium stages
required at a reflux ratio of 8. Maximum column
bottom pressure 0.20 bar.
Azeotrop
• Azeotrop adalah campuran dari dua atau lebih komponen
yang memiliki titik didih yang konstan.
• Azeotrop dapat menjadi gangguan yang menyebabkan hasil
distilasi menjadi tidak maksimal.
• Komposisi dari azeotrope tetap konstan dalam pemberian
atau penambahan tekanan
• Akan tetapi ketika tekanan total berubah, kedua titik didih
dan komposisi dari azeotrop berubah
Azeotrop
• Sebagai akibatnya,
• azeotrop bukanlah komponen tetap, yang komposisinya harus
selalu konstan dalam interval suhu dan tekanan,
• tetapi lebih ke campuran yang dihasilkan dari saling memengaruhi
dalam kekuatan intramolekuler dalam larutan
• Azeotrop dapat didistilasi dengan menggunakan tambahan
pelarut tertentu, misalnya
penambahan benzena atau toluena untuk memisahkan air
Azeotrop
• Air dan pelarut akan ditangkap oleh penangkap
Dean-Stark
• Air akan tetap tinggal di dasar penangkap dan pelarut
akan kembali ke campuran dan memisahkan air lagi
• Campuran azeotrop merupakan penyimpangan
dari hukum Raoult
Jenis-jenis Azeotrop
Jenis-jenis Azeotrop
KOMPONEN JAMAK
• Tentu lebih kompleks dari pada komponen biner
• Untuk menyederhanakan ditentukan KOMPONEN KUNCI (“key component”):
• Komponen ringan (light component, LK)
• Komponen terringan di produk bawah (bottom product)
• Komponen berat (heavy component, HK)
• Komponen terberat di produk atas (top product)
• Komponen NONKEY dibagi dua:
• Komponen yang terdapat di produk atas dan bawah disebut DISTRIBUTED components
• Komponen yang TIDAK terdapat di produk atas dan bawah disebut NONDISTRIBUTED
components
• Solusi normal: menyelesaikan persamaan MESH (Material balance, Equilibrium relationships,
Summations of mole fractions, and Heat balance) tahap demi tahap (stage-by-stage)
• SHORTCUT method
• RIGOROUS method
Metode Shortcut
• Metode shortcut dibagi dua:
1. Simplifikasi prosedur rigorous stage-by-stage dengan perhitungan
tangan atau grafis:
• SMITH AND BRINKLEY (1960)
• HENGSTEBECK (1976)
2. Empirik, didasarkan pada kinerja kolom operasi atau hasil dari
rigorous design
• Korelasi GILLILAND
• Korelasi ERBAR-MADDOX
Rigorous Method
1. BP (boiling-point) methods
2. SR (sum-rates) methods
3. 2N Newton methods
4. Global newton or SC (simultaneous correction) methods
5. Inside-out methods
6. Relaxation methods
7. Homotopy-continuation methods
8. Nonequilibrium models
EFISIENSI TALAM
EFISIENSI TALAM
• Asumsi pada setiap talam adalah bahwa
keadaan uap-cair adalah SETIMBANG
(equilibrium)
• Kenyataannya tidak demikian  lebih kecil
 berapa efisiensinya?
1. Murphree plate efficiency (MPE)

ye = komposisi uap yang berada pada kesetimbangan


dengan cairan yang meninggalkan talam
Stage Efficiency
2. Point Efficiency (Murphree Point
Efficiency)
• Jika komposisi uap dan cairan diambil pada titik di talam, maka
persamaan MPE sebelumnya menjadi efisiensi lokal atau titik Emv

3. Efisiensi Kolom Menyeluruh (Overall Column


Efficiency, OCE)
• Disebut juga Efisiensi Talam Menyeluruh
Hubungan OCE dan MPE
• Pada keadaan ideal sehingga garis operasi dan kesetimbangan
lurus, maka hubungan antara OCE dan MPE adalah seperti
disebutkan oleh Lewis:
Memprediksi Efisiensi Talam: Distilasi Biner
Efisiensi Talam Komponen Jamak (Toor and
Burchard, 1960) dari Data Biner
1. Jika komponennya mirip, efisiensi komponen jamak akan mirip juga
dengan komponen biner
2. Jika efisiensi yang diprediksi untuk pasangan biner tinggi, efisiensi
komponen jamak tinggi
3. Jika resistensi terhadap perpindahan massa terutamanya pada fase
cair, perbedaan antara efisiensi biner dan komponen jamak adalah
kecil
4. Jika resistensi terhadap perpindahan massa terutamanya pada fase
uap, perbedaan antara efisiensi biner dan komponen jamak adalah
besar
Komponen Jamak: Korelasi O’Connel
Contoh 11.10
• Using O’Connell’s correlation, estimate the overall column efficiency
and the number of real stages required for the separation given in
Example 11.5.
Solusi
Korelasi Van Winkle
Metode AIChE

NG = bilangan satuan perpindahan fasa gas


NL = bilangan satuan perpindahan fasa cair
Hubungan antara Point Efficiency dan
Jumlah Satuan Perpindahan Cair dan Uap
Degree of Mixing
• EmV = Emv terjadi hanya jika terjadi pencampuran sempurna
• Nyatanya tidak demikian, sehingga perlu ada perhitungan derajat
pencampuran
• Bilangan Pecklet (Pe) mengkarakterisasi derajat pencampuran suatu
sistem
• Pe = 0  Pencampuran sempurna
• Pe = ∞  Plug flow
• De untuk bubble cap dan sieve:
Hubungan
EmV = Emv
Entrainment
• Metode AIChE dan Van Winkle memprediksi MPE “kering”
• Kenyataannya ada cairan yang terperangkap dan naik ke atas kolom
terbawa oleh aliran uap  mengurangi efisiensinya
• Colburn memberikan rumus koreksi:
• Ukuran kolom menyeluruh dapat dibuat
kalau jumlah talam aktual diketahui
• Ini diperlukan untuk estimasi biaya modal
(cost of capital) saat evaluasi proyek

• Plate spacing
• Column diameter

APPROXIMATE COLUMN SIZING


Jarak Talam
• Tinggi kolom keseluruhan tergantung dari jarak talam
• Normalnya: 0.15 m (6 in.) – 1 m (36 in.)
• Jaraknya tergantung dari diameter kolom dan kondisi
operasi
• JARAK DEKAT
• Diameter kecil
• Ruangan terbatas (jika kolom dipasang di dalam
gedung)
Jarak Talam
• Contoh: Diameter kolom di atas 1 m
• Normal jarak talam: 0.3 - 0.6 m
• Estimasi awal: 0.5 m
• Estimasi ini bisa direvisi, bila perlu, saat disain detailnya
sudah dibuat
• JARAK JAUH
• Mengakomodasi aliran umpan dan produk samping
• Manways
Diameter Kolom
• Faktor mendasar yang menentukan diameter kolom adalah LAJU
ALIR UAP
• Laju alir uap harus di bawah kondisi yang menyebabkan terjadinya
entrainment dan tingginya jatuh tekanan
• Persamaan Souder and Brown:
Diameter Kolom

Diameter yang sudah diestimasi bisa direvisi saat desain


rinci talam sudah diambil
1. Rentang operasi
2. Prosedur disain talam
3. Luas talam
4. Diameter
5. Pengaturan Aliran-cairan
6. Entrainment
7. Weep point
8. Weir liquid crest (Puncak tanggul cairan)
9. Dimensi tanggul
10. Luas lubang (perforated area)
11. Ukuran lubang (hole size)
12. Hole pitch
13. Dydraulic gradient
14. Liquid throw
15. Jatuh tekanan talam
16. Disain downcomer

DISAIN HIDROLIKA TALAM


Kebutuhan Mendasar
• Kebutuhan mendasar dari talam tempat terjadi kontak uap-cair:
• Menyediakan kontak uap-cair yang baik
• Menyediakan holdup cairan yang cukup untuk perpindahan massa
yang baik (efisiensi tinggi)
• Memiliki luas dan jarak yang cukup untuk menjaga entrainment
dan ∆P dalam batas yang dapat diterima
• Memiliki luas downcomer yang cukup agar cairan mengalir bebas
dari talam ke talam
Disain Downcomer
Nozzle
Rentang Operasi
Beberapa Kejadian
• Flooding (Banjir)
• Laju alir uap melebihi batas
• Terjadi penurunan tajam pada efisiensi dan kenaikan pada ∆P
• Penyebabnya: cairan terbawa secara berlebihan ke talam berikutnya karena entrainment
atau cairan kembali lagi ke downcomer
• Weeping
• Laju uap air terlalu rendah sehingga tidak cukup untuk menjaga level cairan pada talam
• Coning
• Laju cairan terlalu rendah sehingga uap menekan cairan kembali melalui lubang
• Kontaknya buruk
Prosedur Disain Talam
1. Calculate the maximum and minimum vapor and liquid flow rates, for the
turndown ratio required.
2. Collect or estimate the system physical properties.
3. Select a trial plate spacing (Section 11.11).
4. Estimate the column diameter, based on flooding considerations (Section
11.13.3).
5. Decide the liquid flow arrangement (Section 11.13.4).
6. Make a trial plate layout: downcomer area, active area, hole area, hole size, weir
height (Sections 11.13.8 to 11.13.10).
7. Check the weeping rate (Section 11.13.6); if unsatisfactory, return to step 6.
Prosedur Disain Talam
8. Check the plate pressure drop (Section 11.13.14); if too high, return to step 6.
9. Check downcomer backup; if too high, return to step 6 or 3 (Section 11.13.15).
10.Decide plate layout details: calming zones, unperforated areas. Check hole pitch; if
unsatisfactory, return to step 6 (Section 11.13.11).
11.Recalculate the percentage flooding based on chosen column diameter.
12.Check entrainment; if too high, return to step 4 (Section 11.13.5).
13.Optimize design: repeat steps 3 to 12 to find smallest diameter and plate spacing acceptable
(lowest cost).
14.Finalize design: draw up the plate specification and sketch the layout.
This procedure is illustrated in Example 11.11.
Perhitungan DIAMETER KOLOM
INPUT: Kondisi Laju Alir
Luas Kolom +
operasi, Reflux, Volumetrik
Downcomer
Slope (Lw/Vw) Maksimum

Sifat-sifat Fluida: uf (Flooding Vel)


densitas (uap dan Diameter Kolom
cair) dan surface
tension ()

FLV (liquid-vapor K1 Terkoreksi


flow factor) Panjang Weir
Figure 11.29
Figure 11.33
Plate Areas
Diameter
FLV
Example 11.11
• Aseton (C3H6O, MW = 58,08 g/mol) diambil kembali dari aliran
limbah cair dengan distilasi kontinyu.
• Umpannya mengandung 10% berat aseton. Aseton diinginkan
memiliki kemurnian paling sedikit 98%, dan effluent cairnya harus
mengandung tidak lebih dari 50 ppm aseton. Umpan pada suhu 20
oC. Estimasikan jumlah tahapan ideal yang diperlukan.

• Laju alir umpan 13,000 kg/h. Use sieve plates.


• Number of stages = 16
• Slope of the bottom operating line = 5.0
• Slope of top operating line = 0.57
• Top composition 94% mol. 98% w/w.
• Bottom composition—essentially water.
• Reflux ratio = 1.35
Mole Fraction of Acetone
Flow rates
Physical Properties
• Estimate base pressure, assume column efficiency of 60%, and take
reboiler as equivalent to one stage
Column Diameter
Column Diameter
Liquid Flow Pattern
Figure 11.33
Liquid Flow Pattern

Anda mungkin juga menyukai