Anda di halaman 1dari 19

Gimana sih gan cara Menguji Kandungan boraks dalam makanan ??

http://afief-ikhwanulmuslim.blogspot.com/2012/04/gimana-sih-gan-cara-menguji-
kandungan.html

BORAKS merupakan garam natrium yang banyak digunakan di berbagai industri nonpangan,
khususnya industri kertas, gelas, pengawet kayu, dan keramik. Ia tidak berwarna dan
gampang larut dalam air.
Asam borat (H3BO3) merupakan asam organik lemah yang sering digunakan sebagai
antiseptik, dan dapat dibuat dengan menambahkan asam sulfat (H2SO4) atau asam khlorida
(HCl) pada boraks. Asam borat juga sering digunakan dalam dunia pengobatan dan
kosmetika. Misalnya, larutan asam borat dalam air (3%) digunakan sebagai obat cuci mata
dan dikenal sebagai boorwater. Asam borat juga digunakan sebagai obat kumur, semprot
hidung, dan salep luka kecil. Namun, ingat, bahan ini tidak boleh diminum atau digunakan
pada luka luas, karena beracun ketika terserap masuk dalam tubuh.
Ironisnya, boraks digunakan masyarakat Indonesia untuk bahan baku pembuatan gendar
nasi, atau kerupuk gendar, bahkan menjadi zat pengenyal bakso. Jadi, boraks ada dalam
makanan, bahkan termasuk salah satu makanan kesukaan kita. Adapun cara-cara mudah
menguji kandungan boraks dalam makanan kesukaan kita, yaitu :
Langkah 1 Membuat Kertas Kunyit
Tambahkan 100 ml alcohol 80% dalam 1,5 – 2 gr turmeric / curcumin powder dalam
Erlenmeyer 250 ml bertutup. Kocok selama 5 menit, kemudian saring. Celupkan kertas saring
Whatman no 40 dalam larutan tersebut. Keringkan dengan diangin-anginkan. Setelah kering,
gunting dalam bentuk memanjang dan simpan dalam tempat yang rapat dan terhindar dari
cahaya.
Langkah 2 Membuat Larutan Standar Asam Borat
Larutkan 1 gr H3BO3; dalam aquades sampai 100 ml. Pipet 0,0 ml ; 0,1 ml ; 0,2 ml ; 0,5 ml ;
0,75 ml ; 1,0 ml ; 2,5 ml ; 5 ml larutan tersebut, masukkan dalam labu ukur 50 ml. Encerkan
dengan 10 ml aquades kemudian tambahkan 0,7 ml HCl pekat, tutup rapat, kocok. Standar ini
bernilai 0,00 ; 0,02 ; 0,04 ; 0,10 ; 0,15 ; 0,20 ; 0,50 dan 1,00 % H3BO3 dalam sample.
Langkah 3 Perlakuan Sampel
Larutkan 25 gr dalam 50 ml aquades, tutup dengan kaca arloji. Didihkan sebentar. Kemudian
masukkan dalam lemari pendingin selama ± 30 menit sampai lemaknya membeku. Saring
dengan menggunakan kertas saring biasa yang sudah dilapisi dengan kapas.
Pipet 10 ml filtrate, masukkan dalam tabung reaksi. Tambahkan 0,7 ml HCl, kocok.
Langkah 4 Pengujian
Celupkan kertas kunyit dalam larutan sample sampai setengah bagian. Angkat dan letakkan
diatas kertas putih. Gunakan pinset untuk memegang kertas saring tersebut. Lakukan juga
untuk larutan standar.
Setelah ± 1 jam pada suhu ruang maka kertas tersebut sudah cukup kering untuk uji
pembandingan. Lakukan pencocokan warna di tempat terang (bukan sinar lampu). Bila warna
kertas sample sama dengan salah satu kertas standar, maka kadar boraks dalam sample
dinyatakan sama dengan larutan standar tersebut. Bila warna kertas sample berada diantara 2
warna kertas standar, maka perkirakan nilainya. Bila warna keluar dari range standar, ulangi
uji sample dengan komposisi 5 ml filtrat, 5 ml aquades, 0,7 ml HCl dan hasil pembacaannya
nanti dikalikan 2.
Uji Boraks Sederhana
Mei24
http://lavista1.wordpress.com/2012/05/24/uji-boraks-sederhana/

Ada yang menarik dari perkuliahan Pengembangan Konsep Dasar IPA 2 yang diberikan hari
ini. Materi yang dibahas kali ini adalah Uji Boraks. Yah, boraks atau yang lazim sering kita
sebut dengan “bleng” dalam masyarakat, memang sudah tidak asing lagi di telinga kita.
Apalagi akhir-akhir ini sudah santer terdengar banyak sekali bahan makanan yang
mengandung boraks beredar di masyarakat.

Nah, kali ini saya akan sedikit memberi tips bagaimana menguji kandungan boraks yang
terdapat dalam makanan. Tidak perlu muluk-muluk pakai acara diuji laboratorium segala,
karena ternyata ada cara yang lebih simpel, murah, dan mudah untuk dilakukan. Hmm,
dengan cara apakah itu??
Caranya adalah dengan menggunakan kunyit. Iya, kunyit yang biasa kita gunakan sebagai
bumbu masakan.

Mengapa menggunakan kunyit? Yah, karena kunyit mengandung senyawa “kurkumin” yang
dapat menjadi zat detektor kandungan boraks yang terdapat dalam bahan makanan. Caranya
adalah dengan mengambil beberapa ruas kunyit yang tua (berwarna kuning tua), cuci bersih
kemudian parut dan peras parutan kunyit tersebut untuk mendapatkan sari kunyit asli. Ingat,
tidak perlu ditambahkan air.
kemudian, untuk mengetahui kadar boraks, teteskan beberapa tetes sari kunyit tersebut ke
bahan makanan yang akan kita uji. Biasanya bila bahan makanan itu mengandung boraks,
warnanya makanan akan berubah dari warna asli menjadi berwarna coklat atau merah bata.
Perubahan warna yang terjadi sesuai dengan kadar kandungan boraks yang terdapat
didalamnya, semakin tua warnanya semakin banyak kandungan boraksnya.

Dengan cara yang sederhana tersebut, paling tidak kita dapat meminimalisir dampak negatif
dari boraks bagi kesehatan kita. Selamat mencoba.
Anda Takut Keracunan Boraks? Kunyit Jalan Keluarnya

18 Mei 2011

Oleh: Diah Winarni, S. Ked

http://sibermedik.com/anda-takut-keracunan-boraks-kunyit-jalan-keluarnya

Dewasa ini boraks banyak sekali digunakan


dalam industri makanan, seperti: dalam pembuatan mie basah, lontong, ketupat, tahu, bakso,
sosis, bahkan dalam pembuatan kecap. Padahal zat kimia ini merupakan bahan beracun dan
bahan berbahaya bagi manusia sehingga sangat dilarang digunakan sebagai bahan baku
makanan. Boraks merupakan kristal lunak berupa garam Natrium Na2.B4O7.10H2O yang
berwarna dan mudah larut dalam air. Boraks seharusnya hanya digunakan dalam industri non
pangan, khususnya industri kertas, gelas, pengawet kayu, keramik, pengawet kayu, antiseptik
dan pembasmi kecoak.

Mengkonsumsi boraks tidak akan secara langsung menimbulkan efek buruk secara cepat,
namun akan terakumulasi dalam hati, otak dan testis. Boraks tidak hanya diserap melalui
pencernaan, namun juga melalui kulit. Boraks akan menganggu enzim-enzim metabolisme.
Jika penggunaan boraks terus dilakukan, dapat menyebabkan berbagai penyakit, terutama
kanker, dan bahkan kematian.

Tentunya tidak ada seorang pun yang akan mengonsumsi barang yang diketahui mengandung
zat berbahaya di dalamnya. Sayangnya, tidak semua orang mengetahui cara mendeteksi
adanya kandungan boraks dalam bahan makanan. Kebanyakan masyarakat mengira bahwa
mendeteksi boraks harus di laboratorium sehingga memerlukan biaya mahal. Hal ini
membuat masyarakat malas menguji dan langsung mengonsumsi barang yang dibeli. Padahal
jika dapat mengetahui cara yang benar dan mudah untuk mendeteksi boraks, pasti masyarakat
tidak akan kesulitan untuk melakukan sendiri.

Salah satu bahan alami yang berpotensi dapat digunakan untuk mendeteksi boraks adalah
kunyit. Kunyit dapat digunakan sebagai obat dan bumbu dalam berbagai resep makanan.
Cara mendeteksi boraks dengan kunyit sangat mudah dan cepat. Kita hanya memerlukan
kunyit, kertas saring, serta sedikit boraks sebagai kontrol positif. Mula-mula, kita membuat
kertas tumerik. Ambil beberapa potong kunyit ukuran sedang, kemudian menumbuk dan
menyaringnya sehingga dihasilkan cairan kunyit berwarna kuning. Kemudian, celupkan
kertas saring ke dalam cairan kunyit tersebut dan keringkan. Hasil dari proses ini disebut
kertas tumerik.

Selanjutnya, buat kertas yang berfungsi


sebagai kontrol positif dengan memasukkan satu sendok teh boraks ke dalam gelas yang
berisi air dan aduk larutan boraks, serta teteskan pada kertas tumerik yang sudah disiapkan.
Amati perubahan warna pada kertas tumerik. Warna yang dihasilkan tersebut akan
dipergunakan sebagai kontrol positif. Tumbuk bahan yang akan diuji dan beri sedikit air.
Teteskan air larutan dari bahan makanan yang diuji tersebut pada kertas tumerik. Amati
perubahan warna apa yang terjadi pada kertas tumerik. Apabila warnanya sama dengan pada
kertas tumerik kontrol positif, maka bahan makanan tersebut mengandung boraks. Apabila
tidak sama warnanya, berarti bahan makanan tersebut tidak mengandung boraks.

Tanaman kunyit banyak ditemui di pasar dan lingkungan sekitar kita sehingga dapat dengan
mudah didapat. Harga tanaman kunyit juga terjangkau sehingga dapat dibeli oleh berbagai
kalangan masyarakat dari kelas bawah hingga atas. Hal ini menunjukkan bahwa kunyit
merupakan detektor alami untuk boraks yang tepat. Deteksi boraks bisa dimulai dari bahan
makanan yang sering kita konsumsi. Kewasapadaan kita terhadap boraks menentukan
kualitas tubuh kita.

Referensi :

Agromaret. 2009. Tanaman Kunyit. http://www.agromaret.com/post/tanaman_kunyit/


91217142649. (14 Mei 2011)
IDENTIFIKASI BORAKS DALAM MAKANAN
(MAKALAH)

Makalah ini dibuat demi memenuhi tugas mid semester gasal


mata kuliah Ekotoksitologi
OLEH :
PALUPI RIZKI AMALIA PUTRI
(P17433110037)

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SEMARANG


JURUSAN KESEHATAN LINGKUNGAN
PRODI DIII KESEHATAN LINGKUNGAN
2011

KATA PENGANTAR
Segala puji penulis panjatkan kehandirat Allah SWT, yang telah menolong hamba-
Nya menyelesaikan tugas yang diberikan ini dengan penuh kelancaran. Tanpa rahmat dan
hidayah-Nya penulis tidak akan sanggup menyelesaikan makalah yang berjudul
“IDENTIFIKASI BORAKS DI LINGKUNGAN” dengan baik dan tepat waktu.
Makalah ini disusun agar pembaca dapat mengetahui tentang boraks di dalam
lingkungan, khususnya dampak negatif boraks bagi kesehatan manusia yang akan kami
sajikan berdasarkan tinjauan pustaka yang telah penulis lakukan. Penulis menyelesaikan
makalah ini menemui banyak kesulitan, baik itu yang datang dari diri penyusun maupun
yang datang dari luar. Namun dengan penuh kesabaran dan terutama pertolongan dari Allah
SWT akhirnya tugas makalah ini dapat terselesaikan.
Dalam penyusunan makalah ini penulis mendapat bantuan dari berbagai pihak, baik
dalam bentuk materi maupun nonmateri. Untuk itu, penulis mengucapkan terimakasih
kepada:
1. Yulianto, BE, S.Pd, M.Kes selaku dosen pembimbing mata kuliah ekotoksitologi.
2. Orang tua kami atas ijin, support dan material sehingga makalah ini dapat terselesaikan
dengan baik.
Kami menyadari banyak kekurangan dalam makalah ini, oleh karena itu kami berharap
adanya kritik dan saran agar laporan ini dapat lebih mendekati sempurna dan bermanfaat bagi
segenap pembaca.
Purwokerto, 21 Oktober 2011
Penulis

DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ......................................................................................... i
KATA PENGANTAR ....................................................................................... ii
DAFTAR ISI ...................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................... 1
A. Latar Belakang .................................................................................. 1
B. Tujuan ............................................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN .............................................................................. 2
A. Pengertian Boraks ............................................................................. 2
B. Dampak Negatif atau Bahaya Boraks (Bleng) dalam Makanan 3
C. Dampak Postif atau Manfaat Boraks dalam Makanan ..................... 4
D. Ciri-ciri Makanan yang Mengandung Boraks……………………….. 5
E. Cara Identifikasi Boraks dalam Makanan......................................... 12
BAB IV PENUTUP ........................................................................................ 13
A. Simpulan ........................................................................................... 13
B. Saran ................................................................................................. 15
DAFTAR PUSTAKA
Lampiran

BAB I
PENDAHULUAN

A. A. Latar Belakang
Dewasa ini boraks banyak sekali digunakan dalam industri makanan, seperti: dalam
pembuatan mie basah, lontong, ketupat, tahu, bakso, sosis, bahkan dalam pembuatan kecap.
Padahal zat kimia ini merupakan bahan beracun dan bahan berbahaya bagi manusia sehingga
sangat dilarang digunakan sebagai bahan baku makanan.
Tentunya tidak ada seorang pun yang akan mengonsumsi jika mengetahui barang
tersebut mengandung zat berbahaya di dalamnya. Sayangnya, tidak semua orang mengetahui
cara mendeteksi adanya kandungan boraks dalam bahan makanan dan bahayanyha bagi
kesehatan. Teridentifikasinya boraks pada makanan-makanan tersebut dapat kita rasakan pula
perbedaannya dengan makanan yang tidak menggunakan boraks, namun hal tersebut tidak
mutlak dan hanya sebagai perkiraan saja. Adapun gambar contoh boraks di pasaran
(Lampiran).
Kebanyakan masyarakat mengira bahwa identifikasi boraks dalam makanan yang
dapat dibuktikan kebenarannya, harus dilakukan di laboratorium sehingga memerlukan biaya
mahal, padahal ada beberapa cara sederhana yang dapat dilakukan tanpa harus melalui
laboiratorium. Penulis akan mengulas hal tersebut dalam makalah ini.

B. Tujuan
1. Memahami boraks berdasarkan pengertian dan asal katanya
2. Mengetahui dampak negatif atau bahaya boraks
3. Mengetahui dampak positif atau manfaat boraks
4. Mengetahui ciri-ciri makanan yang mengandung boraks
5. Mengetahui cara mengidentifikasi boraks dalam makanan

BAB II
ISI
A. Pengertian Boraks

Boraks berasal dari bahasa arab yaitu BOURAQ yang berarti kristal lunak yang
mengandung unsur-unsur boron, berwarna dan larut dalam air. Boraks merupakan kristal
lunak dengan nama kimia Natrium Tetrabonat ( Na2.B4O7.10H2O). Boraks mempunyai nama
lain natrium biborat, natrium piroborat, natrium tetraborat yang seharusnya hanya digunakan
dalam industri non pangan.
Karakteristik Boraks, antara lain:
- berbentuk kristal putih
- tidak berbau
- larut dalam air
- stabil pada suhu serta tekanan normal
- Boraks dipasaran terkenal dengan nama pijer, petitet, bleng, gendar dan air kl.
Boraks juga biasa digunakan sebagai bahan pembuat deterjen, khususnya industri
kertas, gelas, pengawet kayu, keramik, antiseptik dan pembasmi kecoak, dan mengurangi
kesadahan air. Dapat dijumpai dalam bentuk padat dan jika larut dalam air akan menjadi
natrium hidroksida dan asam borat (H3BO3) atau yang lazim kita kenal dengan nama Bleng.
Asam borat (H3BO3) merupakan asam organik lemah yang sering digunakan sebagai
antiseptik, dan dapat dibuat dengan menambahkan asam sulfat (H2SO4) atau asam khlorida
(HCl) pada boraks. Asam borat juga sering digunakan dalam dunia pengobatan dan
kosmetika. Misalnya, larutan asam borat dalam air (3%) digunakan sebagai obat cuci mata
dan dikenal sebagai boorwater.
Boraks seringkali disalah gunakan dalam proses pembuatan bahan makanan, seperti
digunakan sebagai bahan tambahan untuk pembuatan bakso, nuget, tahu, cenil, kecap,
ketupat/lontong serta kerupuk. Bahkan yang lebih ironis, penggunaan boraks sebagai
komponen dalam makanan sudah meluas di Indonesia. Padahal pemerintah telah melarang
penggunaan boraks per Juli 1979, dan dimantapkan melalui SK Menteri Kesehatan RI
No.733/Menkes/Per/IX/1988.

B. Dampak Negatif atau Bahaya Boraks (Bleng) dalam Makanan

Sudah tidak asing lagi bahwa banyak zat-zat berbahaya yang langsung dicampur
sebagai bahan pembuat makanan, salah satu zat yang sering digunakan yaitu ‘Boraks’ atau
‘Bleng’. Mengkonsumsi makanan yang mengandung boraks memang tidak serta berakibat
buruk secara langsung, tetapi boraks akan menumpuk sedikit demi sedikit karena diserap
dalam tubuh konsumen secara kumulatif. Seringnya mengonsumsi makanan berboraks akan
menyebabkan gangguan otak, hati, dan ginjal. Boraks tidak hanya diserap melalui
pencernaan, namun juga melalui kulit. Boraks akan menganggu enzim-enzim metabolisme.
Ada beberapa ciri Gejala Keracunan Boraks, antara lain sebagai berikut:
 Keadaan umum: lemah, sianosis, hipotensi
 Terhirup: iritasi membran mukosa, tenggorokan sakit, dan batuk, efek pada sistem saraf pusat berupa
hiperaktifitas, agitasi dan kejang. Aritmia berupa atrial fibrilasi, syok dan asidosis metabolik. Kematian
dapat terjadi setelah pemaparan, akibat syok, depresi saraf pusat atau gagal ginjal.
 Kontak dengan kulit: Eritrodemik rash (merah), iritasi dan gejala seperti orang mabuk, deskuamasi dalam
3-5 hari setelah pemaparan.
 Tertelan: mual, muntah, diare, gangguan pencernaan, denyut nadi tidak beraturan, nyeri kepala, gangguan
pendengaran dan penglihatan, sianosis, kejang dan koma. Keracunan berat dan kematian umumnya terjadi
pada bayi dan anak-anak dalam 1-7 hari setelah penelanan, sedangkan pada orang dewasa jarang terjadi.

Dalam jumlah banyak boraks dapat menimbulkan keracunan kronis akibat tibunan
boraks, antara lain:
 demam
 anuria (tidak terbentuknya urin)
 Koma
 merangsang sistem saraf pusat
 menimbulkan depresi
 apatis
 sianosis
 tekanan darah turun
 kerusakan ginjal
 pingsan
 kematian.

Mengkonsumsi makanan yang mengandung boraks memang tak sertamerta berakibat


buruk terhadap kesehatan. Tetapi boraks yang sedikit ini akan diserap dalam tubuh konsumen
secara kumulatif. Selain melalui saluran pencernaan, boraks juga bisa diserap melalui kulit.
Boraks yang terserap dalam tubuh ini akan disimpan secara kumulatif di dalam hati, otak, dan
testes (buah zakar).

Daya toksitasnya adalah LD-50 akut 4,5-4,98 gr/kg berat badan (tikus). Dalam dosisi
tinggi, boraks di dalam tubuh manusia bisa menyebabkan pusing-pusing, muntah, mencret,
kram perut, dan lain-lain. Pada anak kecil dan bayi, boraks sebanyak 5 gram di dalam
tubuhnya dapat menyebabkan kematian. Sedangkan kematian pada orang dewasa terjadi jika
dosisnya mencapai 10-20 gram atau lebih.
C. Dampak Positif atau Manfaat Boraks

Telah dibahas sebelumnya bahwa Boraks juga memilki dampak positif. Boraks
bermanfaat tentu saja selain makanan. Hal tersebut juga didukung oleh Peraturan Mentri
Kesehatan yang telah melarang penggunaan Boraks bagi makanan. Boraks hanya boleh
digunakan pada selain makanan dan selain yang berhubungan dengan makanan (gelas, piring,
sendok, dlkl). Beberapa diantaranya dalam pembuatan bahan material, pembuatan bahan
bangunan, antiseptik, pembasmi serangga dll. Contoh pemanfaatan boraks pada selain
makanan:
- Salah satu bahan untuk membuat keramik
- Campuran membuat kertas
- Pembasmi kecoa
- Dapat digunakan untuk mengurangi kesadahan air
- dll.
Namun, ada beberapa manfaat boraks dalam makanan antara lain :
- Memberi tekstur yang bagus dan memberi kesan menarik
- Mengawetkan makanan
- Mengenyalkan dan memberi rasa gurih
- dll

D. Cara Mengidentifikasi Boraks dalam Makanan Menurut

Ada beberapa cara yang dapat kita lakukan untuk mengetahui atau mengidentifikasi
makanan yang mengandung boraks. Cara-cara yang dapat kita tempuh misalanya yang paling
mudah adalah dengan pengamatan fisik, adapun yang lebih meyakinkan yaitu dengan
pemeriksaan laboratorium, namun jika masyarakat awam terlalu asing dengan laboratorium,
maka ada cara mengidentifikasi yang lebih mudah yaitu metode kunyit.

1. Identifikasi dengan pengamatan fisik

Dari berbagai macam jenis makanan, ada beberapa makanan yang biasa dicampuri
dengan boraks baik dengan alasan untuk mengawetkan, maupun untuk kepentingan dagang,
serta dapat dengan mudah kita identifikasi menurut ciri fisiknya. Berikut beberapa diantara
makanan yang dapat kita identifikasi ada tidaknya boraks dalam makanan menurut bentuk
fisiknya :
- Ciri-ciri mie basah mengandung boraks: Teksturnya kenyal, lebih mengkilat, tidak lengket,
dan tidak cepat putus.
- Ciri-ciri bakso mengandung boraks: teksturnya sangat kenyal, warna tidak kecokelatan
seperti penggunaan daging namun lebih cenderung keputihan.
Seperti dijelaskan di atas, sebagian bakso yang beredar di pasaran juga mengandung
boraks. Tetapi kita bisa membedakan antara bakso yang mengandung boraks atau tidak.
Bakso yang mengandung boraks lebih kenyal daripada bakso tanpa boraks. Bila digigit akan
kembali ke bentuk semula. Ia juga tahan lama dan awet hingga beberapa hari.
Warnanya juga lebih putih. Berbeda dengan bakso tanpa boraks yang berwarna abu-abu
dan merata di semua bagian. Kalau masih ragu, coba lembar bakso ke lantai. Apabila
memantul seperti bola bekel, berarti bakso itu mengandung boraks. Padahal pembuatan bakso
tidak harus menggunakan berbagai bahan kimia. Bakso dapat dihasilkan dengan baik tanpa
menggunakan boraks. Kita bisa menggunakan bahan pengawet yang lebih aman, seperti
kalium karbonat, natrium karbonat, karaginan, atau kalsium propionat.v

- Ciri-ciri jajanan (seperti lontong) mengandung boraks: teksturnya sangat kenyal, berasa
tajam, seprti sangat gurih dan membuat lidah bergetar dan meberikan rasa getir.
- Ciri-ciri kerupuk/gendar mengandung boraks: teksturnya renyah dan bisa menimbulkan
rasa getir.
Dalam bentuk tidak murni, sebenarnya boraks sudah diproduksi sejak tahun 1700,
dalam bentuk air bleng. YLKI melalui Warta Konsumen (1991) melaporkan, sekitar 86,49
persen sampel mi basah yang diambil di Yogyakarta, Semarang, dan Surabaya mengandung
asam borat (boraks). Lalu 76,9 persen mi basah mengandung boraks dan formalin secara
bersama-sama!
YLKI juga melaporkan adanya boraks pada berbagai jajanan di Jakarta Selatan.
Padahal Pemerintah telah melarang penggunaan boraks per Juli 1979, dan dimantapkan
melalui SK Menteri Kesehatan RI No 733/Menkes/Per/IX/1988.
Mengkonsumsi makanan yang mengandung boraks memang tak sertamerta berakibat
buruk terhadap kesehatan. Tetapi boraks yang sedikit ini akan diserap dalam tubuh konsumen
secara kumulatif.

Selain melalui saluran pencernaan, boraks juga bisa diserap melalui kulit. Boraks yang
terserap dalam tubuh ini akan disimpan secara akumulatif di dalam hati, otak, dan testes
(buah zakar).
Daya toksitasnya adalah LD-50 akut 4,5-4,98 gr/kg berat badan (tikus). Dalam dosisi
tinggi, boraks di dalam tubuh manusia bisa menyebabkan pusing-pusing, muntah, mencret,
kram perut, dan lain-lain. Pada anak kecil dan bayi, boraks sebanyak 5 gram di dalam
tubuhnya dapat menyebabkan kematian. Sedangkan kematian pada orang dewasa terjadi jika
dosisnya mencapai 10-20 gram atau lebih.

2. Identifikasi dengan pemeriksaan laboratorium


Identifikasi Boraks di laboratorium, ada 2 metode yang dapat digunakan :
1. Metode Nyala Api
 Alat :
- Cawan petri
- Pinset - Korek Api
- Furnace - Pipet Ukur
- Mortar dan Penggerus - Kompor
 Bahan :
- H2SO4 10ml
- Metanol 2ml
- Air Kapur Jenuh
- Kertas Lakmus
 Cara Kerja :
- Siapkan alat dan bahan.
- Tumbuk sample hingga halus dengan mortar, kemudian timbang sample sebanyak  3 gram
sample.
- Masukkan kedalam cawan petri, dan atur pH dengan menambahkan Air kapur jenuh hingga
suasana menjadi asam, di ukur dengan kertas lakmus.
- Setelah asam, kemudian masukkan cawan petri ke dalam furnace.
- tambahkan 5 ml H2SO4 pekat, aduk sampai homogen hingga larutan menjadi asam (lakmus
biru menjadi merah), tambahkan 10 ml Methanol kemudian nyalakan. Jika nyala api
berwarna hijau maka dinyatakan adanya asam borat dan boraks

2. Metode Kertas Curcuma


 Alat :
- Waterbath - Mortar dan penggerus
- Kompor - Pipet ukur
- Pemijar (Movel Furnace) - Rak Tabung Reaksi
- Cawan Porselin - Tabung Reaksi
- Corong - Sendok
- Pengaduk kaca - Timbangan

 Bahan :
- Kertas Saring
- Kertas Curcuma
- Amonia
- Sample makanan
- Air kapur jenuh
- Kertas lakmus
- HCl 10%
 Cara Kerja :
1. Bahan makanan atau minuman kurang lebih 20 gram (sebelumnya dihaluskan dulu)
masukkan kedalam cawan porselin.
2. Tambahkan larutan kapur jenuh sampai basa (lakmus merah menjadi biru).
3. Isatkan dalam waterbath.
4. Panaskan di atas kompor.
5. Pijarkan sampai menjadi abu, kemudian kerjakan sebagai berikut :
6. Sebagian abu dimasukkan ke dalam tabung reaksi, tambahkan HCl 10% sampai menjadi
asam, saring dengan kertas saring, celupkan kertas curcuma ke dalam air hasil saringan, jika
kertas curcuma memerah kembali dengan asam tambahkan amoniak menjadi hijau biru tua
maka dinyatakan adanya asam borat dan boraks.
3. Identifikasi dengan metode kunyit
Tentunya tidak ada seorang pun yang akan mengonsumsi barang yang diketahui
mengandung zat berbahaya di dalamnya. Sayangnya, tidak semua orang mengetahui cara
mendeteksi adanya kandungan boraks dalam bahan makanan. Kebanyakan masyarakat
mengira bahwa mendeteksi boraks harus di laboratorium sehingga memerlukan biaya mahal.
Hal ini membuat masyarakat malas menguji dan langsung mengonsumsi barang yang dibeli.
Padahal jika dapat mengetahui cara yang benar dan mudah untuk mendeteksi boraks, pasti
masyarakat tidak akan kesulitan untuk melakukan sendiri.
Salah satu bahan alami yang berpotensi dapat digunakan untuk mendeteksi boraks
adalah kunyit. Kunyit dapat digunakan sebagai obat dan bumbu dalam berbagai resep
makanan.
 Cara mendeteksi boraks dengan kunyit sangat mudah dan cepat.
I. Alat dan bahan
- kunyit,
- kertas saring,
- serta sedikit boraks sebagai kontrol positif

II. Cara Kerja


- Mula-mula, kita membuat kertas tumerik.
- Ambil beberapa potong kunyit ukuran sedang,
- kemudian menumbuk dan menyaringnya sehingga dihasilkan cairan kunyit berwarna kuning.
- Kemudian, celupkan kertas saring ke dalam cairan kunyit tersebut dan keringkan.
- Hasil dari proses ini disebut kertas tumerik.
- Selanjutnya, buat kertas yang berfungsi sebagai kontrol positif dengan memasukkan satu
sendok teh boraks ke dalam gelas yang berisi air dan aduk larutan boraks,
- teteskan pada kertas tumerik yang sudah disiapkan.
- Amati perubahan warna pada kertas tumerik. Warna yang dihasilkan tersebut akan
dipergunakan sebagai kontrol positif.
- Tumbuk bahan yang akan diuji dan beri sedikit air.
- Teteskan air larutan dari bahan makanan yang diuji tersebut pada kertas tumerik
- Amati perubahan warna apa yang terjadi pada kertas tumerik.
- Apabila warnanya sama dengan pada kertas tumerik kontrol positif, maka bahan makanan
tersebut mengandung boraks.
- Apabila tidak sama warnanya, berarti bahan makanan tersebut tidak mengandung boraks.

Tanaman kunyit banyak ditemui di pasar dan lingkungan sekitar kita sehingga dapat
dengan mudah didapat. Harga tanaman kunyit juga terjangkau sehingga dapat dibeli oleh
berbagai kalangan masyarakat dari kelas bawah hingga atas. Hal ini menunjukkan bahwa
kunyit merupakan detektor alami untuk boraks yang tepat. Deteksi boraks bisa dimulai dari
bahan makanan yang sering kita konsumsi. Kewasapadaan kita terhadap boraks menentukan
kualitas tubuh kita.

BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
Berdasrkan tinjauan teori yang telah dilakukan, dapat disimpulakan bahwa boraks berasal
dari bahasa arab yaitu BOURAQ yang berarti kristal lunak yang mengandung unsur-unsur
boron, berwarna dan larut dalam air, sedangkan sifatnya adalah kumulatif yang memberi
dampak negative secara kronis, dan dalam dosisi tinggi dapat menyebabkan muntah-muntah,
mencret, kram perut dan lain-lain. Namun, dalam hal nonpangan, boraks memiliki beberapa
manfaat, antaralain :
- Memberi tekstur yang bagus dan memberi kesan menarik
- Mengawetkan makanan
- Mengenyalkan dan memberi rasa gurih
- dll
Adapun manfaat bagi industry non pangan :
- Campuran membuat kertas
- Pembasmi kecoa
- Dapat digunakan untuk mengurangi kesadahan air
- dll.

Beberapa dampak negative pada makanan, ada beberapa cara yang dapat digunakan
antara lain, metode kertas curcuma, metode kunyit dan metode nyala api. Konkretnya Boraks
dilarang digunakan dalam makanan berdasar pada SK Menteri Kesehatan RI
No.733/Menkes/Per/IX/1988.
B. Saran
Sebaiknya boraks tidak digunakan dalam makanan, karena dampak negatifnya kronis
dalam tubuh bahkan dapat menyebabkan kematian.

DAFTAR PUSTAKA
http://www.suaramerdeka.com/harian/0709/03/ragam05.htm
Yustina et al. 2009. Pengaruh bleng, air merang, dan STPP terhadap sifat organoleptik
kerupuk puli rambak. BPTP Jawa Timur
Saparinto, Cahyo dan Diana Hidayati. 2011.Bahan Tambahan Pangan. Jakarta
www.google.com

Kamis, 08 Maret 2012

Uji Kandungan Formalin Pada Bakso, Tahu, dan Mie

Uji Kandungan Formalin


BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Konsumsi bakso, tahu dan mie pernah menurun pada saat beredarnya bakso, tahu dan mie yang mengandung
formalin. Formalin adalah nama dagang dari campuran formaldehid, metanol dan air. Formalin yang beredar di
pasaran mempunyai kadar formaldehid yang bervariasi, antara 20% - 40%. Formalin memiliki kemampuan yang
sangat baik ketika mengawetkan makanan, namun walau daya awetnya sangat luar biasa, formalin dilarang
digunakan pada makanan.
Formalin sudah lama dikenal sebagai zat pengawet jaringan yang di dalam dunia kedokteran digunakan sebagai
pengawet jaringan yang harus dikirim oleh dokter ahli bedah ke laboratorium untuk diperiksa secara
mikroskopik dalam penegakkan diagnosis. Dalam pendidikan kedokteran formalin juga digunakan sebagai
pengawet jenazah agar dapat digunakan sebagai bahan praktikum. Penggunaan formalin selain di bidang
kedokteran oleh masyarakat misalnya untuk mengawetkan hewan seperti burung, tupai, berang-berang, kera,
ular, kupu-kupu, dan bahkan harimau atau kijang. Hal tersebut memungkinkan ada sebagian anggota masyarakat
yang berfikir, jika formalin dapat mencegah membusuknya burung dan bahkan kijang, formalin tentu juga dapat
mengawetkan bakso, tahu dan mie sehingga tidak cepat basi. Mereka tidak berfikir jauh bahwa di samping dapat
berguna sebagai pengawet, formalin juga dapat menimbulkan gangguan kesehatan.
Formalin sangat berbahaya bagi kesehatan, bagi tubuh manusia diketahui sebagai zat beracun, karsinogen
(menyebabkan kanker), mutagen yang menyebabkan perubahan sel dan jaringan tubuh, korosif dan iritatif. Uap
dari formalin sendiri berbahaya jika dihirup oleh saluran pernafasan dan juga sangat berbahaya dan iritatif jika
tertelan oleh manusia. Untuk mata, seberapa encerpun formalin ini tetap iritatif. Jika sampai tertelan, orang
tersebut harus segera minum air sebanyak mungkin dan diminta memuntahkan isi lambung.

1. Sejarah
a) Sejarah Bakso
Bakso atau baso adalah jenis bola daging yang paling lazim dalam masakan Indonesia. Bakso umumnya dibuat
dari campuran daging sapi giling dan tepung tapioka, akan tetapi ada juga baso yang terbuat dari daging ayam,
ikan, atau udang. Dalam penyajiannya, bakso umumnya disajikan panas-panas dengan kuah kaldu sapi bening,
dicampur mi, bihun, taoge, tahu, terkadang telur, ditaburi bawang goreng dan seledri. Bakso sangat populer dan
dapat ditemukan di seluruh Indonesia; dari gerobak pedagang kaki lima hingga restoran besar. Berbagai jenis
bakso sekarang banyak di tawarkan dalam bentuk makanan beku yang dijual di pasar swalayan dan mall-mall.
Irisan bakso dapat juga dijadikan pelengkap jenis makanan lain seperti mi goreng, nasi goreng, atau cap cai.
Bakso memiliki akar dari seni kuliner Tionghoa Indonesia hal ini ditunjukkan dari istilah Bakso berasal dari
kata Bak-So, dalam Bahasa Hokkien yang secara harfiah berarti 'daging babi giling'. Karena kebanyakan
penduduk Indonesia adalah muslim, maka bakso lebih umum terbuat dari daging halal seperti daging sapi, ikan,
atau ayam. Seiring berkembangnya waktu, istilah bakso menjadi lebih dikenal dengan 'daging giling' saja. Kini,
kebanyakan penjual bakso adalah orang Jawa dari Wonogiri dan Malang. Tempat yang terkenal sebagai pusat
Bakso adalah Solo dan Malang yang disebut Bakso Malang.

• Macam-macam Jenis Bakso


Bakso urat : bakso yang diisi irisan urat atau tendon dan daging tetelan kasar.
Bakso bola tenis atau bakso telur : bakso berukuran bola tenis berisi telur ayam rebus
Bakso gepeng: bakso berbentuk pipih
Bakso ikan : bakso berbahan daging ikan
Bakso udang : bakso berbahan dari udang
Bakso Malang: hidangan bakso dari kota Malang , Jawa Timur; lengkap dengan mi kuning, tahu, siomay, dan
pangsit goreng
Bakso keju : bakso resep baru berisi keju
Bakso Bakar : bakso yang diolesi bumbu khusus dan dibakar langsung (tanpa arang) dan disediakan bersama
potongan ketupat dan kuah kaldu yang hangat dan bumbu kacang. Biasanya bumbu oles sebelum dibakar
merupakan salah satu yang menentukan enak atau tidaknya bakso bakar.

b) Sejarah Tahu
Tahu adalah makanan yang dibuat dari kacang kedelai yang difermentasikan dan diambil sarinya. Tahu adalah
kata serapan dari bahasa Hokkian (tauhu) (Hanzi: 豆腐, hanyu pinyin: doufu) yang secara harfiah berarti
“kedelai yang difermentasi”. Tahu pertama kali muncul di Tiongkok sejak zaman Dinasti Han sekitar 2200
tahun lalu. Penemunya adalah Liu An yang merupakan seorang bangsawan, cucu dari Kaisar Han Gaozu, Liu
Bang yang mendirikan Dinasti Han. Dibawa para perantau China, makanan ini menyebar ke Asia Timur dan
Asia Tenggara, lalu juga akhirnya ke seluruh dunia. Sebagaimana tempe, tahu dikenal sebagai makanan rakyat.
Beraneka ragam jenis tahu yang ada di Indonesia umumnya dikenal dengan tempat pembuatannya, misalnya
tahu Sumedang dan tahu Kediri.
Salah satu teori yang menjelaskan bagaimana tahu pada awalnya terbentuk adalah proses pengumpalan tahu
terjadi secara kebetulan. Bila membuat sup dari puree kedelai biasanya harus diberi bumbu. Bila sup tersebut
diberi garam kemungkinan besar mengandung nigari (garam alami). Dengan adanya garam biterrn (nigari) maka
penggumpalan tahu segera terjadi, garam yang sengaja ditambahkan ternyata dapat menggumpalkan tahu. Para
tukang masak kemudian mengambil ampas tahu, agar mendapat tahu yang lebih lembut dengan tekstur yang
indah. Tahap berikutnya adalah dengan pengepresan, membantu makan lebih tahan segar dalam waktu yang
cukup lama.
Contoh tahu :
• Tahu Bulat
adalah makananyaitu sejenis tahu yang bentuknya bulat seperti bola pingpong hanya tahu ini telah dicampuri
dengan bumbu-bumbu dan bahan lainnya sehingga tahu ini memiliki rasa yang gurih dan enak .

c) Sejarah Mie
Mie merupakan salah satu jenis makanan yang paling populer di Asia khususnya di Asia Timur dan Asia
Tenggara. Menurut catatan sejarah, mie pertama kali dibuat di daratan Cina sekitar 2000 tahun yang lalu pada
masa pemerintahan dinasti Han. Dari Cina, mie berkembang dan menyebar ke Jepang, Korea, Taiwan dan
negara-negara di Asia Tenggara bahkan meluas sampai kebenua Eropa. Menurut buku-buku sejarah, di benua
Eropa mie mulai dikenal setelah Marco Polo berkunjung ke Cina dan membawa oleh-oleh mie. Namun pada
perkembangannya di Eropa mie berubah menjadi pasta seprti yang kita kenal saat ini.
Sesungguhnya seni menggiling gandum telah lebih dahulu berkembang di Timur Tengah, seperti di Mesir dan
Persia. Logikanya mie juga mula-mula berkembang di sana dan diajarkan sebagai sebagai lembaran-lembaran
tipis menyerupai mie. Pada awalnya mie diproduksi secara manual, baru pada tahuan 700-an sejarah mencatat
terciptanya mesin pembuat mie berukuran kecil dengan menggunakan alat mekanik. Evolusi pembuatan mie
berkembang secara besar-besaran setelah T.Masaki pada tahun 1854 berhasil membuat mesin pembuat mie
mekanik yang dapat memproduksi mie secara masal. Sejak saat itu, mie mengalami banyak perkembangan,
seperti di Cina mulai diproduksi mie instant yang dikenal dengan nama Chicken Ramen dan di Jepang muncul
Saparo Ramen (1962).

B. Tujuan Penelitian
1. Mengidentifikasi kandungan formalin dalam sample bakso, tahu, dan mie yang diambil dari beberapa
pedagang.
2. Mengetahui ada tidaknya formalin dalam bakso, tahu dan mie.
3. Mengetahui langkah-langkah kerja dalam menganalisa kandungan formalin

C. Alat dan Bahan


Alat :
1. Pipet
2. Gelas ukur
3. Pengaduk
4. Tabung reaksi
5. Rak Tabung Reaksi
6. Mortal Penumbuk
Bahan :
1. Bakso
2. Tahu Bulat
3. Mie
4. Air
5. Fehling A
6. Fehling B

D. Langkah-langkah kerja
Langkah kerja dalam menganalisis kandungan formalin :
1. Ambil sebagian sample makanan yang akan diteliti yaitu Baso, Tahu bulat, dan Mie.
2. Tumbuk dan hancurkan ketiga sample tersebut, beri sedikit air untuk mendapatkan kaldu.
3. Masukan ketiga sample tersebut kedalam tabung reaksi yang berbeda.
4. Masukan pereaksi 1 formalin, yaitu Fehling A kedalam masing-masing sample dan tunggu beberapa menit,
apakah ada perubahan warna atau tidak.?
5. Apabila tidak ada perubahan warna, masukan kembali pereaksi 2 Formalin menggunakan Fehling B. Dan
lihat perubahan yang terjadi.
6. Apabila mengandung Formalin terdapat endapan merah muda pada sample tersebut.

E. Data Pengamatan
Tabel Pengamatan Uji Formalin
No Sample Perubahan Warna dan endapan Hasil (Ya/Tidak)
1 Bakso Tidak mengalami perubahan warna dan tidak mengandung endapan ( Tidak )
2 Tahu Bulat Mengalami perubahan warna menjadi keunguan dan mengandung endapan merah muda ( Ya
)
3 Mie Tidak mengalami perubahan warna dan tidak mengandung endapan (Tidak)

F. Kesimpulan
Berdasarkan pengamatan di atas, diketahui tahu bulat mengandung formalin karena mengalami perubahan
warna menjadi keunguan dan mengandung endapan berwarna merah muda sedangkan bakso dan mie tidak
mengandung formalin karena tidak mengalami perubahan warna dan tidak mengandung endapan merah muda.

G. Penutup
Demikian yang dapat kami paparkan mengenai hasil praktikum dari kelompok kami, semoga bermanfaat bagi
kami dan khususnya bagi pembaca. Semoga hasil dari penelitian ini bisa dijadikkan bahan pertimbangan bagi
masyarakat yang mengkonsumsi dan juga bisa lebih berhati-hati dalam memilih makanan yang akan
dikonsumsi. Tentunya laporan ini masih banyak kekurangan dan kelemahannya, kerena terbatasnya pengetahuan
dan kurangnya rujukan atau referensi yang ada hubungannya dengan judul makalah ini.
Penulis banyak berharap para pembaca yang budiman sudi memberikan kritik dan saran yang membangun
kepada penulis demi sempurnanya makalah ini dan penulisan makalah di kesempatan – kesempatan berikutnya.

Anda mungkin juga menyukai