Anda di halaman 1dari 16

TUGAS PROSES INDUSTRI KIMIA

PEMBUATAN GAS INDUSTRI:


HIDROGEN

Disusun Oleh :
Asha Herda Afianti 21030112130135
Edward Cantona Taufan 21030112140143
M. Dzikri Hanif W. 20130112130084
M. Sutan Gerry S. 21030112110099
Nita Ariani 21030112120022
Wiwit Arum 21030112130090

Dosen Pengampu:
Nita Aryanti, S. T., M. T., Ph. D

JURUSAN TEKNIK KIMIA


FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2013
1. Pengertian Umum
Hidrogen adalah unsur kimia pada tabel periodik yang memiliki symbol H dan
nomor atom 1. Pada suhu dan tekanan standar, hidrogen tidak berwarna, tidak berbau,
bersifat non-logam, bervalensi tunggal, dan merupakan gas diatomik yang sangat mudah
terbakar.
Hidrogen merupakan unsur yang paling melimpah dengan persentase kira-kira 75%
dari total massa unsur alam semesta. Unsur ini ditemukan dalam kelimpahan yang besar di
bintang-bintang dan planet-planet gas raksasa. Di seluruh alam semesta ini, hidrogen
kebanyakan ditemukan dalam keadaan atomik dan plasma yang sifatnya berbeda dengan
molekul hidrogen.
Dalam keadaan normal di bumi, unsur hidrogen berada dalam keadaan gas
diatomik. Namun, gas hidrogen sangatlah langka di atmosfer bumi karena beratnya yang
ringan menyebabkan gas hidrogen lepas dari gravitasi bumi. Senyawa hidrogen jarang
dijumpai secara alami di bumi dan biasanya dihasilkan secara industri dari berbagai
senyawa hidrokarbon seperti metana. Hidrogen juga dapat dihasilkan dari air melalui
proses elektrolisis. Gas hidrogen dapat diperoleh melalui proses cracking atau yang biasa
disebut dengan steam reforming antara gas alam dengan steam dengan bantuan katalis
nikel.

2. Karakteristik Hidrogen
Tabel 2.1 Sifat Termodinamika dan Fisik dari Hidrogen Gas
Hidrogen
Sifat
Para- Normal
Densitas pada 0˚C, (mol/cm3) 103 0,05459 0,04460
Faktor kompresibilitas, Z = PV/RT, pada 0˚C 1,0005 1,00042
Kompresibilitas adiabatic, ( ), pada 300 K, 7,12 7,03
MPa-1b
Koefisien ekspansi volume, ( ), pada 300 K, 0,00333 0,00333
K-1
CP pada 0˚C, J/(mol.K)c 30,35 28,59
Cv pada 0˚C, J/(mol.K)c 21,87 20,30
Entalpi pada 0˚C, J/molcd 7656,6 7749,2
Energi dalam pada titik lebur, J/molcd 5384,5 5477,1
Entropi pada titik lebur, J/(mol.K)cd 127.77 139,59
Kecepatan suara, m/s 1246 1246
Viskositas, mPas (=cp) 0,00839 0,00839
Konduktivitas termal pada titik lebur, mW/(cm.K) 1,841 1,740
Konstanta dielektrik pada titik lebur 1,00027 1,000271
Kompresibilitas isotermal, 1/V(∂V/V∂P)T , Mpa-1 b -9,86 -9,86

Koefisien difusi-diri pada 0 oC, cm2/s – 1,285


Difusivitas gas dalam air pada 25 oC, cm2/s – 4,8 × 10-5
Diameter benturan, σ, m × 10 10 – 2,928
Parameter interaksi, Є/k, K – 37,00
Panas disosiasi pada 298,16 K, kJ/mol c 435,935 435,881
a
Catatan: semua nilai pada 101,3 kPa (1 atm)
b
untuk konversi Mpa ke atm, dibagi dengan 0,101
c
untuk konversi J ke cal, dibagi dengan 4,184
d
titik dasar (nilai nol) untuk entalpi, energi dalam, dan entropi adalah 0 K untuk
gas ideal pada tekanan 101,3 kPa (1 atm)
Sumber : Othmer, K., 1967

Tabel 2.2 Sifat Termodinamika dan Fisik dari Hidrogen Cair


Hidrogen
Sifat
Para- Normal
Titik lebur, K (triple point) 13,803 13,947
Titik didih normal, K 20,268 20,380
Suhu kritis, K 32,976 33,18
Tekanan kritis, kPaa 1298,8 1315
Densitas pada titik didih, mol/cm3 0,03511 0,03520
Densitas pada titik lebur, mol/cm3 0,038207 0,03830
Faktor kompresibilitas, Z = PV/RT
pada titik lebur 0,001606 0,001621
titik didih 0,01712 0,01698
Titik kr itis 0,3025 0,3191
Kompresibilitas adiabatik, (–∂V/V∂P)s, MPa-1 b
pada triple point 0,00813 0,00813
titik didih 0,0119 0,0119
Koefisien ekspansi volume, (–∂V/V∂T)p, K-1
pada triple point 0,0102 0,0102
titik didih 0,0164 0,0164
Panas penguapan, J/molc
pada triple point 905,5 911,3
titik didih 898,3 899,1
Cp, J/(mol.K) c
pada triple point 13,13 13,23
titik didih 19,53 19,70
Cv, J/(mol.K) c
pada triple point 9,50 9,53
titik didih 11,57 11,60
Entalpi, J/mol c d
pada triple point -622,7 438,7
titik didih -516,6 548,3
Energi dalam, J/mol c d
pada triple point -622,9 435,0

Catatan: a untuk konversi kPa ke mm Hg, dikali dengan 7,5


b
untuk konversi Mpa ke atm, dibagi dengan 0,101
c
untuk konversi J ke cal, dibagi dengan 4,184
d
titik dasar (nilai nol) untuk entalpi, energi dalam, dan entropi adalah 0 K untuk
gas ideal pada tekanan 101,3 kPa (1 atm)
Sumber : Othmer, 1967

Tabel 2.3 Sifat Termodinamika dan Fisik dari Hidrogen Padatan


Hidrogen
Sifat
Para- Normal
Titik lebur, K (triple point) 13,803 13,947
Tekanan uap pada titik lebur, kPaa 7,04 7,20
Tekanan uap pada 10 K, kPaa 0,257 0,231
Densitas pada titik lebur, (mol/cm3) × 103 42,91 43,01
Panas peleburan pada titik lebur , J/molb 117,5 117,1
Panas sublimasi pada titik lebur, J/molb 1023,0 1028,4
Cp pada 10 K, J/(mol.K) b 20,79 20,79
Entalpi pada titik lebur, J/molb c -740,2 321,6
Energi dalam pada titik lebur, J/molb c -740,4 317,9
Entropi pada titik lebur, J/(mol.K) b c 1,49 20,3
Konduktivitas termal pada titik lebur, 9,0 9,0
mW/(cm.K)
Konstanta dielektrik pada titik lebur 1,286 1,287
b
Panas disosiasi pada 0 K, kJ/mol 431,952 430,889
Titik lebur, K (triple point) 13,803 13,947
Tekanan uap pada titik lebur, kPaa 7,04 7,20
Tekanan uap pada 10 K, kPaa 0,257 0,231
Densitas pada titik lebur, (mol/cm3) × 103 42,91 43,01
Panas peleburan pada titik lebur , J/molb 117,5 117,1
Panas sublimasi pada titik lebur, J/molb 1023,0 1028,4
a
Catatan: untuk konversi kPa ke mm Hg, dikali dengan 7,5
b
untuk konversi ke cal, dibagi dengan 4,184
c
titik dasar (nilai nol) untuk entalpi, energi dalam, dan entropi adalah 0 K
untuk gas ideal pada tekanan 101,3 kPa (1 atm)
Sumber : Othmer, 1967

3. Spesifikasi Bahan Baku


 Gas Alam (Natural Gas)
Gas alam adalah bahan bakar fosil berbentuk gas yang terutama terdiri dari
metana (CH4). Gas alam dapat ditembukan di ladang minyak, ladang gas bumi, dan juga
tambang batu bara.
Komponen utama dalam gas alam adalah metana (CH4) yang merupakan molekul
hidrokarbon rantai terpendek dan teringan. Gas alam juga mengandung molekul-molekul
hidrokarbon yang lebih berat seperti etana (C2H6), propana (C3H8), dan butana (C4H10),
selain juga gas-gas yang mengandung sulfur (belerang).
Tabel 3.1 Komposisi Natural Gas
Komponen % mol
Metana (CH4) 94,3996
Etana (C2H6) 3,1
Propana (C3H8) 0,5
Isobutana 0,1
N-butana 01
Pentana 0,2
H2S 0,0004
CO2 0,5
N2 1,1
Sumber: Spath and Mann, 2000
Gas alam yang telah diproses dan akan dijual bersifat tidak berasa dna tidak
berbau. Akan tetapi, sebelum gas tersebut didistribusikan ke pengguna akhir, biasanya gas
alam diberi bau dengan menambahkan thiol agar dapat terdeteksi bila terjadi kebocoran
gas. Gas alam yang telah diproses itu sebenarnya tidak berbahaya, tetapi gas alam tanpa
proses dapat menyebabkan tercekiknya pernapasan karena ia dapat mengurangi
kandungan oksigen di udara pada level yang dapat membahayakan.
Gas alam dapat berbahaya karena sifatnya yang sangat mudah terbakar dan
menimbulkan ledakan. Gas alam lebih ringan dari udara, sehingga cenderung mudah
tersebar di atmosfer. Akan tetapi, bila berada dalam ruang tertutup, seperti dalam rumah,
konsentrasi gas dapat mencapai titik campuran yang mudah meledak, sehingga jika
tersulut api dapat menyebabkan ledakan yang dapat mengancurkan bangunan. Kandungan
metana yang berbahaya di udara adalah antara 5% hingga 15%.
 Pemanfaatan Gas Alam
Secara garis besar, pemanfaatan gas alam dibagi menjadi 3 kelompok, yaitu:
1. Gas alam sebagai bahan bakar, antara lain sebagai bahan bakar Pembangkit Listrik
Tenaga Uap (PLTU); bahan bakar industri ringan, menengah, dan berat; bahan bakar
kendaraan bermotor (BBG/NGV); sebagai gas kota untuk kebutuhan rumah tangga,
perhotelan, restoran, dan sebagainya.

2. Gas alam sebagai bahan baku, antara lain bahan baku pabrik pupuk, petrokimia,
methanol; bahan baku plastik LDPE (Low Density Polyethylene), LLDPE (Linear
Low Density Polyethylene), HDPE (High Density Polyethylene), PE (Polyethylene),
PVC (Poly Vinyl Chloride); C3 dan C4 untuk LPG; CO2 untuk soft drink, dry ice,
pengawet makanan, hujan buatan, industri besi tuang, pengelasan; dan bahan
pemadam api ringan

3. Gas alam sebagai komoditas energi untuk ekspor, yaitu Liquefied Natural Gas (LNG).
4. Spesifikasi Bahan Pendukung
 Air
− Rumus molekul : H2O
− Berat molekul : 18
− Berat jenis cair : 1 gr/cm3 (pada suhu 25 0C)
− Berat jenis gas : 0,804 kg/m3
− Titik lebur : 0 0C
− Titk didih : 100 0C
(Othmer, 1967)
 Katalis Zink Oksida
− Rumus kimia : ZnO
− Berat molekul : 81,39 gr/mol
− Berat jenis : 5,47 gr/cm3
− Titik lebur : 1800 0C
− Kenampakan : butir–butir dengan diameter rata-rata 366 nm
(Othmer, 1967)
 Katalis Ni
− Rumus kimia : Ni
− Berat molekul : 58,69 gr/mol
− Berat jenis : 8,90 (20 0C) gr/cm3
− Titik lebur : 1425 0C
− Titik didih : 29000C
 Metana (CH4)
Merupakan komponen unsur terbesar (88,85%) di dalam gas alam.
− Berat molekul : 16,043 g/mol
− Temperatur kritis: -82,7˚C
− Tekanan kritis : 45,96 bar
Fasa padat

− Titik cair : -182,5˚C


− Panas laten : 58,68 kJ/kg
Fasa cair
− Densitas cair : 500 kg/m3
− Titik didih : -161,6˚C
− Panas laten uap : 510 kJ/kg
− Fasa gas

− Densitas gas : 0,717 kg/m3

− Faktor kompresi : 0,998


− Specific gravity : 0,55
− Cp : 0,035 kJ/mol.K

− Cv : 0,027 kJ/mol.K
− Kelarutan : 0,054 vol/vol
− Viskositas : 0,0001027 poise
 Etana
− Berat molekul : 30,069 g/mol
− Temperatur kritis: 32,2 ˚C
− Tekanan kritis : 40,2 bar
Fasa padat
− Titik cair : -183,3˚C
− Panas laten : 94,977 kJ/kg
Fasa cair
− Densitas cair : 546,59 kg/m3

5. Proses Pembuatan Hidrogen


Proses dalam pembuatan gas hidrogen difokuskan pada beberapa faktor: kandungan
hidrogen dalam umpan; hidrogen yang dihasilkan dari proses; yang meliputi biaya dari
umpan; biaya modal dan operasi; energi yang dibutuhkan; pertimbangan lingkungan;
penggunaan yang diharapkan dari hidrogen.
Spesifikasi proses komersial untuk pabrik hidrogen diperoleh dari steam reforming,
oksidasi parsial, gasifikasi batubara, dan elektrolisis air. Semua proses ini menghasilkan
hidrogen dari hidrokarbon dan air. Mekanisme reaksinya adalah sebagai berikut:
Steam reforming CH4 + 2H2O CO2 + 4H2
Naphta reforming CnH2n + 2 + nH2O nCO + (2n +
1)H2
Resid partial oxidation CH1.8 + 0.98H2O + 0.51O2 CO2 +
1.88H2
Cool gasification CH0.8 + 0.6H2O + 0.7O2 CO2 +
H2
Water electrolysis 2H2O 2H2 + O2
(Othmer, 1967)
Produksi curah hidrogen hampir 50% dihasilkan oleh proses Steam Methane
Reforming (Dutton, 2002).
5. 1. Steam Methane Reforming (SMR) atau Cracking
Proses Steam Methane Reforming (SMR) terdiri atas 4 langkah:
a. Pemanasan stok umpan dan pemurnian (dibutuhkan karena katalis memiliki
sensitivitas yang tinggi oleh ketidakmurnian, contohnya: sulfur, merkuri, dan logam
lainnya)
b. Steam reformer
c. CO shift
d. PSA purification (menyerap campuran lainnya selain dari H2 untuk menghasilkan
H2 mencapai 80 90%
Reaksi reformer (untuk metana):
CH4 + 2H2O ↔ CO2 + 4H2 (ΔH0 = +164kJ /mol; secara umum beroperasi pada
suhu 850 oC)
CH4 + H2O ↔ CO2 + 3H2 (ΔH0 = +205kJ /mol )
Kondisi operasi:
- Beroperasi pada tekanan < 40 bar
- Reaksi sangat endotermis
- Konversi penguapan oleh steam dan suhu yang tinggi; konversi akan
berkurang dengan tekanan yang tinggi.
- Membutuhkan katalis nikel yang aktif
- Kemungkinan untuk tingkatan reaksi oleh adsorpsi CO2, memungkinkan suhu
reaksi untuk menjadi berkurang sampai 550 oC.
Reaksi CO shift :
CO + H2O ↔ CO2 + H2
- Menggunakan katalis CO shift : besi oksida (secara konvensional suhu tinggi
340 – 460 oC), (suhu sedang) besi + tembaga oksida (suhu tinggi dimodifikasi
310 – 370 oC), tembaga, seng, aluminium (suhu rendah 180 – 280 oC)
- Ukuran pabrik kecil dan sedang yang memiliki reactor shift suhu sedang yang
tunggal
- Pabrik skala besar memiliki 2 reaktor suhu sedang atau suhu tinggi ditambah
reaktor suhu sedang
Ukuran pabrik yang umum :
Kecil 500 - 3000 Nm3/jam
Sedang mencapai 25,000 Nm3/jam
Besar lebih dari 25,000 Nm3/jam
Sangat besar over 150,000 Nm3/jam
(Dutton, G., 2002)

(NETL, 2002)
Blok Diagram Proses Pembuatan Gas Hidrogen dari Gas Alam dengan Proses
Steam Methane Reforming/Cracking

(Tambunan, 2011)

5. 2. Oksidasi Parsial
Hidrogen juga dapat dibentuk oleh non-katalisis oksidasi parsial hidrokarbon.
Banyak umpan hidrokarbon yang dapat dimampatkan atau dipompa yang mungkin
digunakan. Efisiensi proses secara keseluruhan adalah hanya 50% (dibandingkan SMR
pada 65 75%). Oksigen murni diperlukan sebagai umpan.
Reaksi reformer – oksidasi parsial :

Gas alam : CH4 + ½ O2 → CO + 2H2 (1350 oC)


Batu bara : C + ½ O2 → CO (1350 oC)
- Proses gas sintesis
- Menggunakan banyak bahan bakar fosil dan dapat beroperasi pada tekanan
tinggi (>100 bar)
Daftar sumber hidrogen terdiri atas tiga model teknologi :
a. Catalytic Steam Reforming (CSR) melibatkan reaksi bahan bakar
hidrokarbon dan steam dalam kehadiran katalis dimana dibutuhkan sumber
panas eksternal. Proses ini memiliki efisiensi yang tinggi.
b. Auto Thermal Reforming (ATR) melibatkan reaksi bahan bakar hidrokarbon
dan steam dalam kehadiran katalis dan oksigen dimana beberapa bahan bakar
yang digunakan untuk menghasilkan hidrogen dibutuhkan panas untuk reaksi.
Proses ini dapat digunakan pada banyak perbedaan tipe dari bahan bakar.
c. Catalytic Partial Oxidation Reforming (CPOX) adalah serupa seperti auto
thermal reforming (ATR) tetapi menggunakan sistem operasi yang lebih
simpel dan sederhana (Dutton, G., 2002).

(NETL, 2002)
5. 3. Intergrated Gasification Combined Cycle (IGCC)
Dalam sistem IGCC, gasifier batubara konversi batubara di pulverisasi ke
dalam gas sintesis (campuran H2 dan CO) dengan penambahan steam dan oksigen.
Gas sintesis ini selanjutnya dibersihkan dari kotorannya dan digunakan untuk
menghasilkan energi dalam turbin gas. (secara alternatif gas yang diproduksi dapat
digunakan untuk menghasilkan hidrogen, bahan kimia, atau bahan bakar lainnya).
Panas yang terbuang dari turbin gas digunakan dalam turbin steam untuk
menghasilkan banyak elektrisitas. Telnologi gasifier terintegrasi dengan siklus yang
dikombinasikan dalam jalan ini menawarkan efisiensi sistem yang tinggi dan tingkatan
polusi yang sangat rendah. Sistem dirancang untuk menangani berbagai umpan,
mencakup batubara dengan kandungan sulfur yang tinggi dan rendah, antrasit,
dan biomassa. Secara umum sistem memiliki rentang dalam ukuran dari 200 – 800
MWe. Secara umum pabrik menawarkan suatu peningkatan 10% dalam efisiensi
suhu melebihi stasiun pembakaran batubara konvensional.
Efisiensi operasi dalah diantara 29 – 41%, tergantung pada karakteristik
bahan bakar (yaitu kandungan sulfur, kandungan abu, dan nilai kalori), tipe dari sistem
IGCC (yaitu entrained, moving-bed atau fluidized bed) dan puncak suhu turbin
gas. Dalam kaitan efisiensi rendah dan biaya, IGCC hanya merupakan teknologi
demonstrasi, akan tetapi hal itu diharapkan bahwa teknologi generasi kedua akan
merealisasikan efisiensi dari 45 – 50% dan mengurangi biaya (Dutton, G., 2002).

5. 4. Pirolisis
Hidrokarbon dapat dikonversi menjadi hidrogen tanpa menghasilkan CO2,
jika hidrokarbon tersebut didekomposisi pada suhu yang tinggi dalam ketidakhadiran
oksigen (pirolisis). Sebagai contoh methana dapat di cracked dalam katalis seperti
karbon (golongan karbon, seperti jelaga C60, grafit atau karbon aktif). Dalam
prinsipnya, pirolisis dapat juga diaplikasikan lebih jauh kedalam hidrokarbon
kompleks, biomassa, limbah padat kota (Dutton, G., 2002).

5. 5. Elektrolisis Air
Hidrogen dapat dihasilkan dari air yang dielekrolisis. Jika elektrolitas
dihasilkan dari teknologi renewable (seperti solar, hidro, angin, pasang surut), maka
proses tersebut disebut bebas karbon. Pemecahan elektrokimia dari air telah
diketahui melalui reaksi :
H2O → H2 + ½ O2
Pabrik elektrolisis komersial secara umum mencapai efisiensi 70 – 75%.
Ada 2 tipe dasar dari elektrolizer:
a. Alkalin cair
b. Membran pertukaran proton
Secara umum tekanan beroperasi pada 50 bar (750 psig) yang mana tidak
cukup pembebanan silinder tekanan tinggi. Konsumsi listrik dari proses elektrolisis
o
dapat direduksi dengan operasi pada suhu tinggi (900 – 1000 C). Untuk
penyimpanan hidrogen, dapat dilakukan menggunakan kompresor atau disebut
elektrolizer tekanan tinggi (Dutton, G., 2002).

5. 6. Produksi Hidrogen secara Biologis


Hidrogen dapat dihasilkan secara biologi dalam 2 proses :
a. Proses fotosintesis
b. Proses fermentasi
Ganggang hijau dapat menangkap energi dari sinar matahari. Dibawah
kondisi anaerobik, ganggang hijau menghasilkan enzim hidrogenase yang mana
dapat menghasilkan hidrogen dari air dengan proses yang diketahui sebagai bio-
fotolisis. Kondisi ini harus diatur secara hati-hati sewaktu enzim hidrogenase bekerja
dalam fase gelap dan sangat sensitif pada kehadiran oksigen yang dihasilkan dari
fotosintesis. Ada dua tahapan proses yang digunakan untuk memaksimalkan produk
hidrogen. Tantangan riset yang utama adalah:
a. Peningkatan produksi hidrogen oleh suatu faktor 10, atau lebih.
b. Peningkatan efisiensi konversi energi solar dari 5% menjadi 10% atau lebih.
c. Memproduksi sel membran tidak hidup oleh oksigen dan hidrogen untuk
menghasilkan enzim
Proses biologi yang kedua untuk menghasilkan hidrogen adalah dengan
menggunakan fermentasi tanpa membutuhkan cahaya. Ini dilakukan dalam keadaan
gelap, dimana proses anaerobik dilaksanakan oleh banyak spesies bakteri, satu
diantaranya adalah Clostridia. Reaksi melibatkan enzim hidrogenase yang bertindak
untuk menghasilkan hidrogen (dan karbon dioksida):
C6H12O6 + 2H2O → 2CH3COOH + 2CO2 + 4H2
Secara teoritis, hidrogen yang dihasilkan adalah 0,5 m3 H2/kg karbohidrat.
Bakteri fermentasi dikalikan secara cepat dan dapat menghasilkan kuantitas yang
banyak dari hidrogen, tetapi parameter rancangan dan operasional ini adalah belum
mapan (Dutton, G., 2002).

6. Kondisi Operasi
Pada proses SMR, berlaku kondisi operasi sebagai berikut:
- Beroperasi pada tekanan < 40 bar
- Reaksi sangat endotermis
- Konversi penguapan oleh steam dan suhu yang tinggi; konversi akan
berkurang dengan tekanan yang tinggi.
- Membutuhkan katalis nikel yang aktif
- Kemungkinan untuk tingkatan reaksi oleh adsorpsi CO2, memungkinkan suhu reaksi
untuk menjadi berkurang sampai 550 oC.
Sedangkan, pada peralatannya berlaku kondisi operasi sebagai berikut:
6. 1. Tangki Penyimpanan Gas Alam

Kondisi operasi:

- Temperatur : 25˚C

- Tekanan : 10 bar

6. 2. Desulfurisasi

Bertujuan untuk menghilangkan H2S yang terdapat di dalam gas alam.

Kondisi operasi:

- Temperatur masuk : 375˚C

- Temperatur keluar : 361˚C

- Tekanan : 30,2 bar

6. 3. Reformer Furnace

Merupakan tempat bereaksinya gas alam dengan steam.

Kondisi operasi:

- Temperatur masuk : 520˚C

- Temperatur keluar : 850˚C

- Tekanan : 30 bar

6. 4. Pressure Swing Adsorption (PSA)


Berfungsi untuk menyerap gas yang tidak diinginkan yang bercampur dengan gas
H2.

Kondisi operasi:

- Temperatur : 43˚C

- Tekanan : 24 bar

6. 5. Tangki Produk

Merupakan tempat penampungan H2.

Kondisi operasi:

- Temperatur : 60˚C

- Tekanan : 70 bar

6. 6. Tangki Penampuangan sementara PSA off gas

Merupakan tempat penampungan PSA off gas sebelum dialirkan sebagai bahan
bakar.

Kondisi operasi:

- Temperatur : 42,2˚C
- Tekanan : 1 bar

7. Aplikasi Hidrogen
Penggunaan terbesar H2 adalah untuk memproses bahan bakar fosil dan dalam
pembuatan ammonia. Konsumen utama dari H2 di kilang petrokimia meliputi
hidrodealkilasi, hidrodesulfurasi, dan hydrocracking. H2 memiliki beberapa kegunaan
yang penting:
1. H2 digunakan sebagai bahan hidrogenasi, terutama dalam peningkatan kejenuhan
dalam lemak tak jenuh dan minyak nabati, dan dalam produksi methanol.
2. H2 merupakan sumber hidrogen pada pembuatan asam klorida.
3. H2 digunakan sebagai reduktor pada bijih logam.
4. H2 digunakan sebagai bahan campuran dengan nitrogen (disebut dengan forming gas)
sebagai gas perunut untuk pendeteksian kebocoran gas yang kecil.
5. H2 digunakan sebagai pendingin rotor di generator pembangkit listrik karena ia
mempunyai konduktivitas termal yang paling tinggi diantara semua jenis gas.
Daftar Pustaka

Longanbach, James R., et al. 2002. Hydrogen Production Facilities Plant Performance and
Cost Comparisons. The United States Department of Energy, National Energy
Technology Laboratory: Pennsylvania.
Tambunan, Hotma Pardamean, dkk. 2011. Pra Rancangan Pabrik Pembuatan Gas Hidrogen
dari Gas Alam (Natural Gas) melalui Proses Steam Reforming/Cracking
dengan Kapasitas Produksi 1200 Ton/Tahun. Universitas Sumatera Utara:
Medan.
id.wikipedia.org/wiki/Gas_alam (diakses pada 15 November 2013, pukul 22:30)
id.wikipedia.org/wiki/Hidrogen (diakses pada 15 November 2013, pukul 18:47)

Anda mungkin juga menyukai