3446 6508 1 SM PDF
3446 6508 1 SM PDF
(Universitas Pancasila)
Buku ini terdiri dari enam bagian, yakni Pendekatan Partisipatif dan Pemberdayaan Masyarakat,
Mitra Kerja Sama, Pemetaan Masalah, Potensi dan Sumber-Sumber Sosial, Perencanaan
Partisipatif, serta Monitoring Evaluasi. Selebihnya berupa lima lampiran yang membahas—secara
praktis maupun agak teoretis—tentang P.R.A. Selain itu, hampir dalam setiap bagiannya disertakan
‘latihan’ dan ‘diskusi’. Buku ini memang ditujukan untuk modul latihan (lapangan). Lampiran
yang ada di antaranya berisi contoh-contoh penerapan P.R.A. di beberapa tempat sehingga
dapat melengkapi latihan dan diskusi tersebut.
Sebagai metode yang relatif baru (mulai awal 1980-an), P.R.A. menjadi cepat populer dan
dibicarakan berbagai pihak, serta diterapkan oleh pelbagai lembaga dan kelompok masyarakat.1
Bahkan kecenderungan belakangan ini, P.R.A. bukan hanya diterapkan pada negara-negara
sedang berkembang, melainkan juga di negara-negara Utara (Chambers 1999:132). Metode ini
tidak saja digunakan oleh kalangan ornop dan masyarakat, tetapi juga oleh pihak pemerintah.2
Penerapannya pun semakin meluas, dari daerah pedesaan bergeser ke daerah urban. Menurut
Mikkelsen (1999:74), P.R.A. tidak harus diterapkan di pedesaan; juga tidak perlu harus berupa
penilaian, sekalipun huruf A menunjuk pada kata assessment (atau appraisal) yang artinya
penilaian atau kegiatan serta tidak harus selalu berlangsung cepat (rapid).
1
Dari segi perkembangan, metode ini seringkali ditanggapi sebagai metode perbaikan dari R.R.A. (Rapid Rural
Appraisal atau Rapid Rural Assessment) (cf. Soehendera 1994).
2
Menurut The World Bank Group (2000:1), the purpose of P.R.A. is to enable development practitioners,
government officials, and local people to work together to plan context appropriate programs.
3
Menurut IISD (2000:1), PAR is more activist approach, working to empower the local community, or its
representatives, to manipulate the higher level power structures.
4
Selain itu, Bank Dunia juga mengembangkan P.P.A.–Participatory Poverty Assessment–disebutkannya: ’…Un-
like household surveys, which collect statistical data on the extent of poverty through standardized methods and
rules, PPAs focus on processes and explanations of poverty as defined by individuals and communities within
an evolving, flexible, and open framework’ (Robb 1999: 4).
5
Beberapa teknik etnografi yang diserap antara lain adalah pengamatan langsung dan wawancara semi terstruktur.
6Sehubungan dengan itu, The World Bank Group (2000:1) menyatakan bahwa P.R.A is a label given to a
growing family of participatory approaches and methods that emphasize local knowledge and enable local
people to make their own appraisal, analysis, and plans.
7Mengapa disebut buku kecil, karena walaupun jumlah halamannya 117, ternyata tulisan kedua penulis selesai
hingga halaman 48 saja. Dari halaman 49–117 isinya merupakan lampiran yang berupa makalah, tulisan
pendek, maupun langkah panduan P.R.A. dari berbagai lembaga. Meskipun demikian, bukan berarti bahwa
halaman 49–117 tidak berguna. Sebaliknya, halaman-halaman tersebut kebanyakan memaparkan langkah-
langkah praktis pelaksanaan P.R.A. maupun evaluasi hasil P.R.A. di beberapa masyarakat dan proyek
pembangunan. Bahkan, beberapa tulisan menyertakan catatan kritis tentang P.R.A.
8Untuk pelengkap contoh, di Thailand misalnya P.R.A diterapkan untuk menelusuri ‘Impact of the Economic
Crisis’ (1998), dan di Zambia, P.R.A. digunakan untuk menelusuri ‘Causes and Impact of Early Initiation of Sex
Among Girls’ (1996) (lihat Robb 1999:10).