Anda di halaman 1dari 3

BAB III

PANDUAN PRAKTEK KLINIK (PPK)


TRAUMA KIMIA CUKA PARA
DEPARTEMEN MATA
RSUP Dr. MOHAMMAD HOESIN PALEMBANG
IIM

TRAUMA KIMIA BOLA MATA (S05.90XA)


Trauma akibat bahan kimia yang mengenai mata dapat
berupa cuka para. Bahan kimia dapat dibedakan menjadi
asam, yaitu bahan yang memilki tingkat keasaman (pH)
1. Pengertian (Definisi)
kurang dari tujuh yang menyebabkan proses koagulasi.
Cuka para merupakan jenis bahan kimia yang bersifat
amfoter.
Riwayat mata terkena cuka para, nyeri, mata merah,
2. Anamnesa
penglihatan menurun
1. Anamnesis jenis bahan kimia penyebab, waktu dan
lama kontak sampai tindakan pembilasan, lamanya
irigasi yang telah dilakukan, tempat kejadian (rumah
tangga, pekerjaan, kriminal)
2. Pemeriksaan visus dengan menggunakan snellen
chart dengan koreksi terbaik dan menggunakan
pinhole
3. Pemeriksaan Fisik 3. Tekanan intraokular diukur dengan tonometers
aplanasi atau schiotz jika kornea intak, jika terdapat
defek pada kornea, tekanan bola mata diperiksa
dengan tekanan palpasi
4. Pemeriksaan slit lamp untuk melihat segmen anterior
5. Pemeriksaan segmen posterior bila memungkinkan
6. Kertas lakmus untuk mengetahui pH bahan kimia
7. USG bila segmen posterior sulit dinilai
4. Kriteria Diagnosis 1. Anamnesis jenis bahan kimia penyebab, waktu dan
lama kontak sampai tindakan pembilasan, lamanya
irigasi yang telah dilakukan, tempat kejadian (rumah
tangga, pekerjaan, kriminal)
2. Pemeriksaan slit lamp untuk menentukan gradasi
tingkat keparahan. Gradasi klinis berdasarkan
kerusakan stemcell limbus (hughes):
 Derajat I: defek epitel kornea tanpa iskemik limbus
 Derajat II: defek epitel kornea dengan kekeruhan
stroma dan iskemik < 1/3 kuadran limbus
 Derajat III: defek epitel kornea total dengan
kekeruhan kornea yang menghalangi detil iris dan
iskemik limbus 1/3 – 1/2
 Derajat IV: kekeruhan kornea menghalangi detail iris
dan pupil, iskemik limbus > 1/2 kuadran limbus
3. pH bahan kimia
5. Diagnosis TRAUMA KIMIA BOLA MATA
6. Diagnosis Banding -
7. Pemeriksaan 1. Tes flourescein untuk menilai kerusakan epitel
Penunjang kornea
2. Pemeriksaan siedel test untuk menilai adanya
perforasi kornea
8. Terapi Prinsip penanganan trauma kimia adalah mengutamakan
irigasi sebanyak-banyaknya sebelum tindakan lain
1. Sebelum dibawa ke Rumah sakit harus dilakukan
pembilasan bagian mata yang terkena trauma kimia
dengan segera menggunakan air mengalir
2. Penderita dirawat di rumah sakit bila trauma kimia
asam mengenai kedua mata. Semua penderita
trauma kimia basa harus dirawat.
3. Phase Kejadian ( Immediate )
a. Tujuan : menghilangkan materi penyebab
sebersih mungkin
b. Tindakan :
I. Pembilasan dilakukan segera, bila
mungkin berikan anestesi topikal terlebih
dahulu (sebelum dilakukan pembilasan
dilakukan pemeriksaan pH air mata).
Pembilasan dengan larutan non-toksik
(NaCI 0.9%, Ringer Laktat dsb ). Sampai
pH air mata kembali normal ( dinilai
dengan kertas Lakmus ).
II. Benda asing yang melekat dan jaringan
bola mata yang nekrosis harus dibuang
(pada anak-anak, jlka perlu dalam narkose).
III. Bila diduga telah terjadi penetrasI bahan
kimia ke dalam bIlik mata depan (BMD)
dilakukan kumbah BMD dengan larutan
RL di ruang operasi
4. Phase akut (Minggu ke 1 s/d 2)
a. Tujuan : Mencegah terjadinya penyulit
b. Prinsip :
i. Mencegah infeksi sekunder menggunakan
antibiotik topikal
ii. Topikal lubrikan yang preservative free
iii. Mengontrol tingkat peradangan, mencegah
infiitrasi sel-sel radang menggunakan obat-
obatan topikal (salep dan tetes mata)
iv. Menghambat matriks metalloprotease (MMP)
dengan obat – obat topical (salep & tetes mata)
dan oral
v. Mempercepat proses re-epitelisasi kornea
dengan menggunakan autoserum, dan obat-
obatan topical
vi. Sikloplegik
vii. Mencegah peningkatan tekanan bola mata
dengan menggunakan obat-obatan topikal
viii. Suplement/ anti oksidan per oral
ix. Tindakan pembedahan:
- lesa kontak
- kumbah BMD di ruang operasi
- amnion graft

5. Phase kronik ( minggu ke 3 atau lebih )


a. Tujuan Rehabilitasi fungsi penglihatan
b. Prinsip :
i. Lubrikan topical (salep & tetes mata preservative
free
ii. Terapi anti inflamasi, idealnya kortikosteroid di
tapper off atau di stop
iii. Terapi ati mikroba, diterukan 4x perhari atau distop
bila epitel kornea intak
iv. Kontrol TIO
v. Menghambat matriks metalloprotease (MMP)
diteruskan sampai epitel kornea intak
vi. Terapi pembedahan. Limbal stem cell graft jika
peradangan terkontrol
9. Edukasi - Jenis Penyakit dan perkembangannya
- Komplikasi Penyakit dan Tindakan / treatment
- Follow up dan kepatuhan pasien
10. Prognosis Ad Vitam : dubia
Ad fungsionam :dubia
11. Tingkat Evidens IA
1. Tingkat Rekomendasi A
2. Penelaah Kritis Dr.dr.Anang Tribowo, SpM, dr.Petty Purwanita, SpM
3. Indikator Medis Penurunan visus, nyeri, mata merah
4. Lama Perawatan 30 Hari
5. Kepustakaan American Academy of Ophtalmology section 8 2015-
2016
Cornea and external eye disease Frank Larkin 2014

Anda mungkin juga menyukai