TRAUMA KIMIA CUKA PARA DEPARTEMEN MATA RSUP Dr. MOHAMMAD HOESIN PALEMBANG IIM
TRAUMA KIMIA BOLA MATA (S05.90XA)
Trauma akibat bahan kimia yang mengenai mata dapat berupa cuka para. Bahan kimia dapat dibedakan menjadi asam, yaitu bahan yang memilki tingkat keasaman (pH) 1. Pengertian (Definisi) kurang dari tujuh yang menyebabkan proses koagulasi. Cuka para merupakan jenis bahan kimia yang bersifat amfoter. Riwayat mata terkena cuka para, nyeri, mata merah, 2. Anamnesa penglihatan menurun 1. Anamnesis jenis bahan kimia penyebab, waktu dan lama kontak sampai tindakan pembilasan, lamanya irigasi yang telah dilakukan, tempat kejadian (rumah tangga, pekerjaan, kriminal) 2. Pemeriksaan visus dengan menggunakan snellen chart dengan koreksi terbaik dan menggunakan pinhole 3. Pemeriksaan Fisik 3. Tekanan intraokular diukur dengan tonometers aplanasi atau schiotz jika kornea intak, jika terdapat defek pada kornea, tekanan bola mata diperiksa dengan tekanan palpasi 4. Pemeriksaan slit lamp untuk melihat segmen anterior 5. Pemeriksaan segmen posterior bila memungkinkan 6. Kertas lakmus untuk mengetahui pH bahan kimia 7. USG bila segmen posterior sulit dinilai 4. Kriteria Diagnosis 1. Anamnesis jenis bahan kimia penyebab, waktu dan lama kontak sampai tindakan pembilasan, lamanya irigasi yang telah dilakukan, tempat kejadian (rumah tangga, pekerjaan, kriminal) 2. Pemeriksaan slit lamp untuk menentukan gradasi tingkat keparahan. Gradasi klinis berdasarkan kerusakan stemcell limbus (hughes): Derajat I: defek epitel kornea tanpa iskemik limbus Derajat II: defek epitel kornea dengan kekeruhan stroma dan iskemik < 1/3 kuadran limbus Derajat III: defek epitel kornea total dengan kekeruhan kornea yang menghalangi detil iris dan iskemik limbus 1/3 – 1/2 Derajat IV: kekeruhan kornea menghalangi detail iris dan pupil, iskemik limbus > 1/2 kuadran limbus 3. pH bahan kimia 5. Diagnosis TRAUMA KIMIA BOLA MATA 6. Diagnosis Banding - 7. Pemeriksaan 1. Tes flourescein untuk menilai kerusakan epitel Penunjang kornea 2. Pemeriksaan siedel test untuk menilai adanya perforasi kornea 8. Terapi Prinsip penanganan trauma kimia adalah mengutamakan irigasi sebanyak-banyaknya sebelum tindakan lain 1. Sebelum dibawa ke Rumah sakit harus dilakukan pembilasan bagian mata yang terkena trauma kimia dengan segera menggunakan air mengalir 2. Penderita dirawat di rumah sakit bila trauma kimia asam mengenai kedua mata. Semua penderita trauma kimia basa harus dirawat. 3. Phase Kejadian ( Immediate ) a. Tujuan : menghilangkan materi penyebab sebersih mungkin b. Tindakan : I. Pembilasan dilakukan segera, bila mungkin berikan anestesi topikal terlebih dahulu (sebelum dilakukan pembilasan dilakukan pemeriksaan pH air mata). Pembilasan dengan larutan non-toksik (NaCI 0.9%, Ringer Laktat dsb ). Sampai pH air mata kembali normal ( dinilai dengan kertas Lakmus ). II. Benda asing yang melekat dan jaringan bola mata yang nekrosis harus dibuang (pada anak-anak, jlka perlu dalam narkose). III. Bila diduga telah terjadi penetrasI bahan kimia ke dalam bIlik mata depan (BMD) dilakukan kumbah BMD dengan larutan RL di ruang operasi 4. Phase akut (Minggu ke 1 s/d 2) a. Tujuan : Mencegah terjadinya penyulit b. Prinsip : i. Mencegah infeksi sekunder menggunakan antibiotik topikal ii. Topikal lubrikan yang preservative free iii. Mengontrol tingkat peradangan, mencegah infiitrasi sel-sel radang menggunakan obat- obatan topikal (salep dan tetes mata) iv. Menghambat matriks metalloprotease (MMP) dengan obat – obat topical (salep & tetes mata) dan oral v. Mempercepat proses re-epitelisasi kornea dengan menggunakan autoserum, dan obat- obatan topical vi. Sikloplegik vii. Mencegah peningkatan tekanan bola mata dengan menggunakan obat-obatan topikal viii. Suplement/ anti oksidan per oral ix. Tindakan pembedahan: - lesa kontak - kumbah BMD di ruang operasi - amnion graft
5. Phase kronik ( minggu ke 3 atau lebih )
a. Tujuan Rehabilitasi fungsi penglihatan b. Prinsip : i. Lubrikan topical (salep & tetes mata preservative free ii. Terapi anti inflamasi, idealnya kortikosteroid di tapper off atau di stop iii. Terapi ati mikroba, diterukan 4x perhari atau distop bila epitel kornea intak iv. Kontrol TIO v. Menghambat matriks metalloprotease (MMP) diteruskan sampai epitel kornea intak vi. Terapi pembedahan. Limbal stem cell graft jika peradangan terkontrol 9. Edukasi - Jenis Penyakit dan perkembangannya - Komplikasi Penyakit dan Tindakan / treatment - Follow up dan kepatuhan pasien 10. Prognosis Ad Vitam : dubia Ad fungsionam :dubia 11. Tingkat Evidens IA 1. Tingkat Rekomendasi A 2. Penelaah Kritis Dr.dr.Anang Tribowo, SpM, dr.Petty Purwanita, SpM 3. Indikator Medis Penurunan visus, nyeri, mata merah 4. Lama Perawatan 30 Hari 5. Kepustakaan American Academy of Ophtalmology section 8 2015- 2016 Cornea and external eye disease Frank Larkin 2014