hortikultura yang mempunyai nilai ekenomis yang cukup tinggi. Cabai memiliki
Rasa pedas pada cabai karena cabai mengandung capsaicin yang berkhasiat
sebagai penambah nafsu makan dan obat pengurang rasa sakit. Selain itu
capsaicin bersifat anti koagulan yang jika dikonsumsi dapat memperkecil risiko
usaha pertanian untuk memenuhi keperluan pasar dan keperluan luar negri.
Sebagai produk hortikultura tanaman ini mempunyai potensi yang sangat bagus
Salah satu produk olahan cabai yaitu saus sambal. Sambal cabai adalah
sambal yang diperoleh dari pengolahan cabai yang matang dan berkualitas baik
atau sambal adalah saus yang diperoleh dari bahan utama cabai (Capsicum Sp),
internasional dan menjadi salah satu merk “ABC” yang paling terkenal di
kawasan Asia Tenggara khususnya pada kategori kecap kedelai dan sambal
sambal.
dari produk saus sambal ABC yaitu diproduksi dari cabai segar dan bumbu-
bumbu pilihan dan diproses dengan teknologi tinggi sehingga terjami kebersihan,
kualitas, dan stabilitas rasa. Kemasannya praktis dan rasanya sesuai dengan lidah
masyarakat indonesia.
Produk olahan cabai yang diproduksi oleh PT. Heinz ABC Indonesia
diantaranya yaitu sambal asli, sambal extra pedas, sambal ayam goreng, sambal
manis pedas, saus tiram, saus asam manis, saus tomat, kecap pedas, kecap extra
pedas, sirup ABC special grade, sirup ABC squash delight dan LOL.
Bahan baku utama dalam proses pengolahan saus sambal ABC asli yaitu
cabai, bawang putih, gula pasir dan garam. Untuk bahan penunjang yaitu air, pati
Proses pengolahan saus sambal ABC asli yaitu proses pra blending
bawang, cabai, gula dan garam, proses blending, proses pemasakan dan proses
pengemasan.
II TINJAUAN UMUM
Perusahaan.
Perusahaan Amerika Serikat yang didirikan oleh Henry John Heinz (H.J
Heinz) adalah salah satu perusahaan raksasa consumer goods dan termasuk
perusahaan yang memiliki stategis akuisisi untuk mengembangkan bisnisnya di
berbagai negara. Tahun 1869 perusahaan H.J. Heinz mulai dijalankan dengan
komitmen untuk menyediakan produk makanan terbaik untuk semua orang.
Produksi pertama yang dikeluarkan pada tahun 1875 berupa saus tomat yang
diikuti oleh produk lainnya seperti sambal botolan, saus cabe merah dan hijau,
serta saus asam manis.
Tahun 1905 pabrik Heinz di luar negeri yang pertama didirikan di Inggris.
Di sana Heinz mengembangkan Heinz Cream Salad yang cocok untuk setiap jenis
salad, sayuran dan daging yang diinginkan.
Awal tahun 1930 Howard Heinz mengambil alih perusahaan setelah
wafatnya H.J Heinz pada tahun 1919 untuk membantu perusahaan bertahan
melalui masa-masa sulit dengan mengembangkan dua produk baru yang
berkualitas tinggi, yaitu makanan bayi dan sup siap saji. Tahun 1935 H.J. Heinz
memperluas perusahaannya ke Australia. Tahun 1946 Heinz mulai dikenal oleh
publik. Heinz memperluas perusahaannya ke Belanda, Venezuela dan Jepang.
Tahun demi tahun berlalu dan Heinz mulai menapakan kaki mereka di Afrika,
Cina, Eropa Barat dan daerah Pasifik.
Ada empat bidang yang menjadi bisnis inti HJ Heinz yaitu Pertama bisnis
kecap, bumbu (condiment) dan saus. Kedua makanan ringan dan meal. Ketiga
nutrisi balita (Infant nutrion) dan keempat produk minuman selain air minum
dalam kemasan.
B. ABC Indonesia
Pada awal mula berdirinya PT. Heinz ABC Indonesia bernama CV.
Central Food Industrial Corporation yang awalnya didirikan pada tahun 1975 oleh
Bapak Chu Sok Sam di Jl. Daan Mogot KM 12, Cengkareng, Jakarta Barat
dengan memulai usaha pertamanya sebagai produsen kecap kedelai. Berkat
adanya dedikasi yang tinggi dalam melakukan perbaikan-perbaikan terhadap
produk-produk konsumen, perusahaan telah dapat banyak membawa
perkembangan dalam menciptakan produk-produk baru pada tahun pertama
didirikannya.
Pada tahun 1978, status perusahaan adalah swasta nasional dan dipimpin
oleh seorang direktur bernama Kogan Mandala. Perusahaan membuat suatu
variasi dengan memproduksi squash dan sirup dan kemudian diikuti dengan
memproduksi saus sambal pada tahun 1979, saus tomat pada tahun 1980, dan jus
buah dalam bentuk kemasan tetra packs pada tahun 1982. Mengingat keadaan
perusahaan yang semakin berkembang, maka para pimpinan perusahaan dan
pemegang saham merasa perlu merubah bentuk perusahaan dari CV menjadi PT.
Akhirnya mereka bersama-sama mendirikan perusahaan baru dengan nama PT.
Aneka Bina Cipta Central Food Industry disingkat dengan nama PT. ABC
Central Food pada tahun 1982. Status perusahaan tetap swasta nasional dengan
direktur utama nyonya Erlina.
Perusahaan mempunyai tujuan untuk memasarkan produk- produknya
dari konsumen tingkat menengah hingga konsumen tingkat atas dengan
menekankan pada kualitas yang baik. ABC FOODS menyalurkan produknya
melalui kantor pemasarannya dan mengekspor produknya ke negara-negara
diseluruh dunia seperti Amerika serikat, Kanada, Australia, Singapura, Malaysia,
Brunei Darusalam, Taiwan, Hongkong, Jepang, Republik Maldives, Saudi Arabia,
UAE, Rusai, Holland, UK, Denmark, Norway, Czech, Slovak, Yunani, dan lain-
lain. Pada tahun 2000 perusahaan mengoperasikan 3 fasilitas manufaktur
termutakhir yang dilengkapi dengan teknologi terbaru yang sesuai dengan standar
internasional.
Pada awal tahun 1999 pemegang saham dari PT. ABC Central Food
Industry memutuskan untuk membentuk suatu aliansi dengan H.J.Heinz dari
Amerika Serikat dengan tujuan untuk memperkuat posisinya dipasaran Asia,
dimana aliansi ini kemudian dinamakan PT. Heinz ABC Indonesia.
PT. Heinz ABC Indonesia merupakan salah satu perusahaan produksi makanan
terbesar di Asia Tenggara dan sangat terkenal karena kualitasnya. Dan merk
“ABC” tersebut juga merupakan salah satu merk yang paling terkenal di Asia
Tenggara, khususnya pada kategori kecap kedelai dan saus sambal.
Logo Heinz ABC Indonesia dapat dilihat pada gambar 1.
PT. Heinz ABC Indonesia awal mulanya didirikan pada tahun 1975 di
Daan mogot, pada tahun 1982 di Pasuruan dan yang terakhir didirikan pada tahun
1995. Lokasi PT. Heinz ABC Indonesia-Karawang Plant terletak di Jl. Bendungan
Walahar RT 007 RW 02, Klari, Karawang, Jawa Barat. Gambar lokasi PT. Heinz
ABC Indonesia dapat dilihat pada gambar 3.
PT. Heinz ABC Indonesia didirikan diatas lahan seluas 196.563 m2. Area
bangunan yang terdapat di PT. Heinz ABC Indonesia meliputi kantor, syrup dan
canning plant, sauce plant, gedung distribution channel, gedung penyimpanan
raw material, gedung penyimpanan, packaging material, panel room PLN, genset
room, pondasi knalpot, fuel boiler room, Stock fuel boiler, water treatment plant,
Stock air bersih, area cuci drum, gudang penyimpanan bahan kimia, stock batu
bara, coal boiler room, area limbah coal, workshop engineering, gudang barang
teknik, waste water treatment plant, balance & Sludge Holding tank WWTP,
Ciqlic Sequence Aeration System tank WWTP, tempat parkir lama, gardu PLN,
mess, kantin dan ruang training, tempat parkir, jembatan timbang, tempat
merokok, pos jaga 1, pos jaga 2, mushola dan gedung baru.
Berikut merupakan gambar tata letak pabrik PT. Heinz ABC Indonesia Plant
Karawang.
Tata letak mesin dan peralatan produksi sambal ABC asli di PT. Heinz
ABC Indonesia diatur sedemikian rupa sehingga dapat memberikan keuntungan
tersendiri baik untuk jumlah produksi yang dihasilkan maupun efisiensi dan
efektivitas selama kegiatan produksi berlangsung. Adapun beberapa hal yang
menjadi alasan atas peletakan mesin serta peralatan di area produksi diantaranya
yaitu disesuaikan dengan proses yang dilakukan, disesuaikan dengan banyak dan
ukuran mesin yang digunakan, memudahkan jalur perpindahan bahan baku dari
suatu mesin ke mesin yang lain, disesuaikan dengan luas ruangan, untuk
menghemat energi serta kerja pompa, mempermudah pada saat maintantance,
mempermudah operasional operator dan pada saat proses produksi.
Alat yang digunakan dalam produksi saus sambal ABC Asli diantaranya
yaitu timbangan mekanik, timbangan digital, belt conveyor transfer cabai, mesin
cuci cabai, magnet batang, spray air mesin cuci cabai, steam tunnel, stone grinder
kasar, stone grinder halus, garlic breaker, garlic separator, feeding conveyor,
disc mill tanpa ayakan, disc mill dengan ayakan, blending tank gula garam,
homomixer bumbu, blending tank process, vibrator screen, collector tank, magnet
trap, filter tube, balance tank, tube heat exchanger, divert valve, metal detector,
holding tube, deaerator tank, buffer tank, tube cool exchanger, unscramble, filler
HVV 18, capper, label machine, capsealer machine, ink jet printer, cartoon
sealer & ink jet printer, mohno pump, twin screw pump dan diaphgram pump.
Berikut merupakan gambar tata letak alat PT. Heinz ABC Indonesia Plant
Karawang.
(gambar)
2.5 Stuktur Organisasi
Struktur organisasi yang berada pada PT. Heinz ABC Indonesia yaitu
berbentuk garis, dimana pemberian wewenang dalam organisasi ini berlangsung
secara vertikal dari seorang pimpinan hingga pimpinan dibawahnya. Untuk
membantu kelancaran dalam mengelola organisasi tersebut seorang pimpinan
mendapat bantuan dari staf dibawahnya. Tugas para staf disini adalah untuk
membantu memberikan pemikiran berupa saran, data, informasi dan pelayanan
kepada pimpinan sebagai bahan pertimbangan untuk menetapkan suatu keputusan
atau kebijaksanaan. Bentuk struktur organisasi tersebut dapat dilihat pada
Gambar
Tugas dan tanggung jawab dari masing-masing bagian dalam struktur organisasi
sesuai dengan fungsinya adalah sebagai berikut :
A. Plant Manager
Plant Manager bertugas untuk memastikan operasi produksi berjalan dengan baik
sesuai dengan rencana strategi.
B. Admin Plant
Admin Plant bertugas untuk melakukan kegiatan Plant Manager sesuai dengan
peraturan SOP dan instruksi kerja yang berlaku, menyiapkan laporan plant,
cashier Karawang Plant, document controller ISO 22000 dan Quality Risk
Management Process (QRMP), risk management dan champion Heinz Global
Performance System (HGPS).
C. Human Resources Manager
Environment Health & Safety Supervisor bertugas untuk mengatur program EHS
sesuai dengan program health dan safety untuk menjamin bahwa kegiatan
operasional pabrik berjalan dengan baik, cooporate safety dalam mengkoordinasi
report bulanan PT. Heinz ABC Indonesia.
L. Utility Supervisor
2.6 Ketenagakerjaan
Dalam Bab ini akan membahas mengenai : (3.1) Bahan Baku, (3.1.1)
Bahan Baku Utama, (3.1.2) Bahan Baku Penunjang, (3.2) Proses Pengolahan,
Cabai
Cabai yang digunakan yaitu cabai merah besar dan cabai rawit putih.
Cabai dipasok langsung dari supplier dan dilakukan sortasi secara manual oleh
quality control. Sortasi berdasarkan cabai yang segar, dan masih memiliki tangkai.
Cabai yang telah lolos dari sortasi selanjutnya disimpan didalam cold room pada
suhu 5-18°C. Penyimpanan pada suhu rendah bertujuan untuk mengurangi laju
respirasi dan metabolisme bahan, mengurangi kerusakan akibat aktivitas
mikroorganisme dan mempertahankan warna pada cabai.
3.1.2 Bahan Baku Penunjang
Bawang putih
Bawang putih yang digunakan yaitu bawang putih yang masih lengkap
denga kulit ari yaitu jenis bawang putih honan. Bawang putih dilakukan
proses sortasi, bawang yang lolos sortasi merupakan bawang yang berada
dalam keadaan tidak busuk dan tidak berjamur. Bawang putih berfungsi
untuk meningkatkan cita rasa dan sebagai bahan pengawet alami.
Air
Air yang digunakan untuk proses produksi berasal dari water treatment
plant yang telah dilakukan proses pengolahan dan telah dilakukan
pengujian sehingga layak untuk digunakan untuk proses produksi. Air
pada proses produksi sangat membantu proses pengolahan seperti untuk
proses blending, pelarutan gula dan garam, dan pelarutan bahan penunjang
lainnya.
Garam
Garam yang ditambahkan yaitu garam yang memiliki tekstur halus. Hal ini
bertujuan agar ketika proses pencampuran maka garam tersebut akan
mudah bercampur dengan bahan lainnya. Garam yang digunakan
berfungsi untuk memberikan rasa asin dan pengawet alami.
Gula
Gula yang digunakan untuk proses pengolahan yaitu gula rafinasi. Gula
rafinasi berfungsi untuk memberikan rasa manis. Gula rafinasi memiliki
tingkat kemurnian yang tinggi sehingga warna gula lebih putih dan butiran
kristal nya lebih halus dan lembut.
Pati modifikasi
Pati modifikasi berfungsi untuk mengatur viskositas dari produk. Pati
modifikasi biasanya ditambahkan pada produk sambal jika viscositas nya
tinggi sehingga produk menjadi encer.
Pengatur keasaman
Pengatur keasamaan yang digunakan pada proses pengolahan yaitu acetic
acid. Pengatur keasaman berfungsi untuk mengatur tingkat keasaman
produk, meningkatkan cita rasa, menghilangkan bau ‘langu’ dari cabai dan
memperpanjang umur simpan.
Pengawet
Pengawet yang digunakan pada proses pengolahan yaitu natrium benzoat
dan natrium metabisulfit. Pengawet ini berfungsi untuk meningkatkan
umur simpan produk sehingga produk bisa disimpan sampai 12 bulan.
Penguat rasa
Penguat rasa yang digunakan pada proses pengolahan yaitu mononatrium
glutamat dan inosinat guanilat. Penguat rasa ini berfungsi untuk
meningkatkan cita rasa pada produk.
Perisa identik alami
Perisa identik alami yang digunakan pada proses pengolahan berfungsi
untuk meningkatkan rasa dan aroma pada produk.
3.2 Proses Pengolahan
3.2.1.1. Penimbangan
Pada proses pre blending gula garam, gula dan garam yang digunakan sebelumnya
dilakukan penimbangan terlebih dahulu untuk memperoleh jumlah yang sesuai
dengan formulasi yang telah ditetapkan oleh perusahaan. Penimbangan ini
dilakukan dengan menggunakan timbangan mekanik.
3.2.1.2. Pencampuran
Pencampuran dilakukan dengan melarutkan gula dan garam dalam air.
Pencampuran air sebanyak 250 liter. Proses ini berlangsung dengan menggunakan
blending tank gula garam. Proses berdasarkan adanya perputaran dari agitator
yang digerakan oleh motor penggerak sehingga garam dan gula larut dalam air.
3.2.1.3 Penyaringan I
Setelah dilakukan pencampuran selanjutnya dilakukan penyaringan. Proses
penyaringan untuk memisahkan larutan gula dan garam yang masih belum
tercampur.
3.2.2. Pre blending Bawang Putih
3.2.2.1. Sortasi dan Pemisahan Bawang Putih Utuh
Bawang putih disortasi secara manual yang dilakukan oleh operator kemudian
bawang putih tersebut dimasukan kedalam mesin garlic breaker, dimana pada
mesin tersebut bawang putih utuh akan digiling dengan memanfaatkan gaya
tumbuk pada mesin sehingga bawang terpisah menjadi bagian-bagian yang kecil.
Bagian-bagian bawang tersebut dibawa oleh conveyor menuju garlic separator
untuk memisahkan kulit ari yang menempel pada bawang putih.
3.2.2.2. Penimbangan
Bawang yang telah dipisahkan menjadi bagian kecil, kemudian ditimbang agar
beratnya sesuai dengan jumlah bawang yang dibutuhkan pada saat proses
pengolahan sehingga sesuai dengan formulasi pada perusahaan. Penimbangan
dilakukan dengan menggunakan timbangan digital.
3.2.2.3. Pencucian dan Sortasi
Setelah dilakukan proses pengupasan dan penimbangan selanjutnya dilakukan
proses pencucian dan sortasi. Sortasi dan pencucian ini bertujuan untuk memilih
bawang yang memiliki kualitas yang baik serta untuk memisahkan bawang
dengan kulit ari yang masih menempel pada bawang kemudian dilakukan
pencucian pada bak pencucian, bawang akan mengendap didasar bak cuci
sedangkan kulit ari akan mengapung di permukaan air. Pencucian ini dilakukan
sebanyak tiga kali dengan menggunakan air bersih yang bertujuan untuk
memastikan bahwa bawang sudah berada dalam keadaan yang bersih.
3.2.2.4. Penggilingan I
Bawang yang telah dilakukan proses pencucian selanjutnya ditransfer oleh belt
conveyor ke mesin disc mil tanpa ayakan untuk dilakukan proses penggilingan
kasar. Pada mesin disc mil yang bekerja berdasarkan karena adanya gaya gesek
sehingga bawang putih memiliki tekstur yang kasar.
3.2.2.5. Penampungan
Bawang yang telah dilakukan proses penggilingan kasar kemudian ditampung
kedalam collector tank yang bertujuan untuk menampung semua bawang yang
akan ditransfer ke proses penggilingan berikutnya.
3.2.2.6. Penggilingan II
Bawang yang ditampung dalam collector tank lalu ditransfer ke mesin disc mil
dengan ayakan untuk dilakukan proses penggilingan halus. Pada mesin disc mil
dengan ayakan yang bekerja berdasarkan adanya gaya gesek kemudian bahan
dilewatkan pada kawat mesh ayakan sehingga menghasilkan bawang dengan
tekstur halus. Ukuran mesh yang digunakan yaitu 1,5 mm.
3.2.2.7. Penampungan
Bawang yang telah dilakukan proses penggilingan halus kemudian ditampung
kedalam collector tank yang bertujuan untuk menampung bawang yang akan
ditransfer ke proses penggilingan berikutnya.
3.2.3. Pre blending Cabai
3.2.3.1. Penimbangan
Proses penimbangan bertujuan agar jumlah cabai sesuai dengan jumlah yang
dibutuhkan pada saat proses pengolahan sehingga sesuai dengan formulasi
perusahaan. Penimbangan dilakukan dengan menggunakan timbangan digital.
3.2.3.2. Sortasi
Sortasi bertujuan untuk memisahkan bahan baku yang memiliki kondisi baik
dengan yang tidak baik serta untuk menghilangkan cemaran fisik yang dilakukan
secara manual. Cabai yang lolos sortasi yaitu cabai yang masih dalam keadaan
segar dan yang tidak dalam keadaan busuk, cacat, belang hitam.. Sortasi ini
dilakukan secara manual oleh operator.
3.2.3.3. Pencucian
Pencucian cabai dilakukan dengan menggunakan air bersih diatas feeding
conveyor. Pencucian ini bertujuan untuk membersihkan permukaan kulit cabai
dari kotoran yang menempel pada saat distribusi dan penerimaan bahan.
3.2.3.4. Pemisahan Kontaminan
Setelah dilakukan pencucian, cabai ditransfer oleh feeding conveyor pada magnet
batang yang berfungsi untuk memisahkan kontaminan atau benda asing yang
bersifat besi yang mungkin terbawa dan lolos pada saat proses sortasi yang
dilakukan secara manual oleh operator.
3.2.3.5. Pembilasan
Pembilasan dilakukan dengan cara menyemprotkan air bersih pada cabai
menggunakan spray air cuci cabai dengan melewatkannya pada conveyor.
Pembilasan ini dilakukan untuk benar-benar memastikan bahwa cabai dalam
keadaan yang bersih.
3.2.3.6. Blanching
Setelah dilakukan pembilasan, cabai akan dilewatkan pada steam dengan
menggunakan conveyor. Cabai kemudian dilakukan blanching menggunakan
steam tunel dengan suhu 100°C selama 3-4 menit pada tekanan 1,7-2 Bar. Proses
blanching berlangsung dengan menggunakan steam yang berfungsi untuk
melunakan jaringan bahan, mempertahankan warna serta menginaktifkan enzim.
3.2.3.7. Penggilingan III
Setelah dilakukan proses blanching, cabai ditransfer untuk dilakukan proses
penggilingan kasar dengan menggunakan stone grinder kasar. Cabai yang
dihasilkan dari proses penggilingan kasar ini masih memiliki tekstur yang kasar.
3.2.3.8. Penampungan
Cabai yang telah digiling kasar kemudian ditampung kedalam collector tank 1
yang bertujuan untuk menampung cabai serta bawang yang akan ditransfer ke
proses berikutnya. Didalam collector tank ini juga sebagai tempat penampungan
bawang yang telah dilakukan giling halus untuk dilakukan penggilingan kembali
bersama cabai.
3.2.3.9. Penggilingan IV
Cabai yang telah digiling kasar kemudian ditransfer dengan menggunakan mohno
pump kedalam mesin stone grinder halus untuk dilakukan proses penggilingan
halus. Proses penggilingan halus ini dilakukan bersama dengan bawang yang
bertujuan agar tekstur bawang dan cabai benar benar halus. Perbedaan antara
grinder kasar dengan grinder halus yaitu besarnya tekanan, gaya pukul dan gaya
gesek yang digunakan. Stone grinder halus memiliki tekanan, gaya pukul dan
gaya gesek yang jauh lebih besar dibandingkan dengan stone grinder kasar,
sehingga hasil yang diperoleh pun memiliki tekstur yang berbeda. Stone grinder
halus menghasilkan cabai dengan tekstur yang lebih halus dibandingkan dengan
cabai yang dihasilkan dari stone grinder kasar.
3.2.3.10. Penampungan
Cabai yang telah digiling halus ditampung kedalam collector tank 2 yang
bertujuan untuk menampung semua cabai dan bawang yang akan ditransfer ke
proses berikutnya.
3.2.4. Pencampuran Bumbu
3.2.4.1. Penimbangan
Bahan baku penunjang seperti pati modifikasi, pengatur keasaman (acetic acid),
pengawet (natrium benzoat dan natrium metabisulfit) dan perisa identik alami
dilakukan penimbangan sesuai formulasi yang ditetapkan oleh perusahaan
3.2.4.2. Pencampuran
Setelah dilakukan penimbangan sesuai formulasi selanjutnya dilakukan
pencampuran bahan baku penunjang dengan air menggunakan homomixer bumbu.
Homomixer bumbu bekerja berdasarkan adanya perputaran dari agitator yang
digerakan oleh motor penggerak sehingga bumbu dapat tercampur merata.
3.2.5. Pencampuran (Blending)
Setelah semua bahan telah selesai diproses seperti cabai, garam, gula, garam dan
bahan penunjang lainnya dicampurkan dan dilakukan penambahan air sesuai
standar kemudian dilakukan pencampuran kedalam blending tank selama 15
menit untuk menghasilkan produk yang homogen. Setelah dilakukan
pencampuran selama 15 menit dilakukan uji produk mentah. Pada pengujian
produk mentah dilakukan analisis kadar gula (brix), kadar garam, kadar asam
(acidity), viskositas, derajat keasaman (pH). Pengujian ini dilakukan oleh analisis
yang bertujuan untuk memastikan bahwa produk sudah sesuai dengan standar
perusahaan. Apabila hasil analisis produk mentah ada bahan yang kurang maka
akan ditambahkan (adjustment) sesuai standarnya. Produk yang telah dilakukan
uji produk mentah selanjutnya dilakukan pencampuran kembali sampai produk
homogen.
3.2.6. Penyaringan I
Setelah produk berada dalam keadaan homogen, maka produk tersebut disaring
menggunakan vibrator screen dengan ukuran mesh 2 mm. Penyaringan tersebut
berfungsi untuk memisahkan produk dari serat bawang dan cabai kasar.
3.2.7. Penampungan
Setelah produk disaring kemudian produk ditampung dalam collector tank yang
berfungsi untuk menjaga kestabilan aliran flowrate, sehingga tidak terjadi kavitasi
pada pompa yang digunakan dan sebagai tempat penampungan sementara
sebelum produk dilewatkan pada magnet trap. Dari collector tank, produk
ditransfer menggunakan mohnopump melewati magnet trap.
3.2.8. Penyaringan II
Produk yang telah disaring kemudian dilewatkan pada magnet trap yang berfungsi
untuk menyaring bijih besi atau benda-benda asing yang bersifat besi (ferrum)
pada produk karena dikhawatirkan masih terdapat benda asing yang terbawa pada
awal proses pengolahan.
3.2.9. Penyaringan III
Produk yang telah dilewatkan pada magnet trap kemudian disaring dengan
menggunakan filter tube. Penyaringan ini dilakukan untuk menyaring kontaminan
seperti biji cabai, serat bawang dan benda asing yang terdapat pada produk. Proses
penyaringan ini penting untuk dilakukan karena dikhawatirkan ada kontaminan
yang lolos melalui proses penyaringan-penyaringan sebelumnya. Filter tube yang
digunakan memiliki ukuran filter untuk sambal dengan tekstur halus yaitu 2,5
mm. Penetapan ukuran filter pada sambal ini bertujuan agar produk tetap dapat
melewati filter sehingga tidak terjadi kemampatan pada filter dan yang akan
tertahan hanya benda asing saja.
3.2.10. Penampungan
Produk yang telah disaring, dimasukan kedalam balance tank yang berfungsi
sebagai tempat penampungan produk yang dapat menyeimbangkan aliran produk
menuju Tube Heat Exchanger melalui pompa-pompa agar tidak terjadi kavitasi
atau tidak adanya aliran produk yang mengalir didalam pompa. Balance tank juga
berfungsi untuk menampung produk yang akan dimasak dan untuk menampung
produk yang memiliki suhu pemanasan yang kurang dari target yang telah
ditetapkan untuk dimasak kembali.
3.2.11. Pre heating
Produk mengalami proses pre heating menggunakan Tube Heat Exchanger pada
saat pre heating suhu awal produk yaitu 25°C kemudian setelah dilewatkan
kedalam plate yang bersentuhan dengan plate yang berisi produk matang yang
memiliki suhu lebih tinggi, maka suhu produk meningkat menjadi 26-46°C.
3.2.12. Heating
Pemanasan dilakukan dengan menggunakan media air yang panaskan oleh water
heater yang dilewatkan melalui plate pada Plate Heat Exchanger. Suhu produk
setelah dipanaskan yaitu berkisar antara 103-115°C dengan flow rate liter/jam.
3.2.13. Pengalihan Jalur Produk
Produk yang telah dipanaskan kemudian dilewatkan pada divert valve yang
bertujuan untuk memindahkan jalur produk serta mengontrol jika produk
memiliki suhu yang tidak sesuai atau kurang dari 103-115°C maka akan secara
otomatis jalur produk akan dialihkan ke balance tank untuk dilakukan proses
masak kembali.
3.2.14. Holding
Produk yang memiliki suhu sesuai dengan standar akan ditransfer menuju holding
tube yang berfungsi untuk mempertahankan suhu produk agar produk yang
dihasilkan memiliki tingkat kematangan yang optimal.
3.2.15. Deaerasi
Produk yang telah dilewatkan pada holding tube kemudian dimasukkan kedalam
deaerator tank yang berfungsi untuk menghilangkan gelembung udara yang
terperangkap dalam uap air yang berada didalam produk. Tekanan pada deaerator
tank yaitu berkisar antara -4 hingga-10 kPa. Suhu produk pada deaerator tank
yaitu 85-95°C. Produk dari deaerator tank dipompa menggunakan mohnopump
menuju plate cooler exchanger.
3.2.16. Pre cooling
Produk yang telah dimasukan kedalam deaerator dilewatkan kedalam plate cooler
exchanger. Plate heat exchanger berfungsi untuk menurunkan suhu produk. Suhu
produk yang keluar dari plate heat exchanger pada saat pre cooling yaitu berkisar
antara 60-90°C.
3.2.17. Penampungan
Setelah produk didinginkan dalam plate heat exchanger kemudian ditransfer ke
buffer tank yang berfungsi untuk menampung produk sebelum dipompa menuju
plate cooler exchanger. Selain digunakan untuk menampung produk serta untuk
meringankan kerja pompa sehingga kecepatan dari aliran produk dapat stabil dan
pompa bekerja jauh lebih ringan.
3.2.18. Final Cooling
Produk yang telah ditampung dalam buffer tank kemudian ditransfer kedalam
Tube Cooler Exchanger yang berfungsi untuk menurunkan suhu produk. Final
cooling dilakukan dengan menggunakan media water cooling dengan suhu 34,1°C
sehingga suhu produk berkisar antara 35-40°C. Setelah produk dilakukan proses
final cooling selanjutnya dilakukan uji produk matang, pada uji produk matang
dilakukan pengujian kadar gula (Brix) dan kekentalan (Viscositas).
3.2.19. Penyaringan V
Produk yang telah dilakukan uji produk matang kemudian dilewatkan pada metal
detector yang berfungsi untuk menyaring produk dari kontaminan dengan batas
maksimum yang dapat diterima yaitu ferro 1,5 mm, non ferro 1,8 mm dan
Stainless Steel 2,5 mm.
3.2.20. Penampungan
Produk yang telah mengalami proses pengolahan, sebelum ditransfer ke filling
dan packing area maka produk tersebut ditampung terlebih dahulu pada stock
tank. Penampungan ini berfungsi untuk menampung produk sebelum dilakukan
pengemasan.
3.2.21. Penuangan Botol PET
Sambal ABC asli dikemas dengan menggunakan kemasan botol plastik PET yang
berukuran 135 mL. Kemasan botol plastik akan dibawa menggunakan coveyor
kemudian dimasukan kedalam mesin Unscramble Fava. Mesin ini bekerja
berdasarkan adanya gaya putar sehingga botol yang keluar berada dalam posisi
berdiri dan siap untuk dilakukan pengisian.
3.2.22. Pengisian
Kemasan botol PET yang telah berada dalam keadaan berdiri kemudian ditransfer
oleh conveyor menuju Filler HVV 18. Pada mesin ini, produk akan dimasukan
kedalam kemasan dengan menggunakan filler yang berjumlah 18. Jika terjadi
under fill atau over fill pada produk, maka akan dipisahkan secara manual oleh
operator.
3.2.24. Capping
Produk yang telah berada dalam kemasan kemudian diberi tutup dengan
menggunakan capper machine. Mesin ini bekerja berdasarkan adanya gaya
gravitasi dan gaya tekan sehingga tutup akan menutup bagian mulut botol.
3.2.25. Pemasangan Label
Produk yang telah diberi tutup, kemudian diberi label dengan menggunakan label
machine dengan memanfaatkan gaya dorong dari coveyor dan gaya tekan dari
arah samping pada label machine.
3.2.26. Pencantuman Kode Produksi pada Botol
Pencantuman kode produksi dilakukan dengan menggunakan Inkjet printer.
Penggunaan mesin ini berdasarkan pembacaan sensor terhadap botol sehingga
mesin akan menembakkan (mencetak) coding pada kemasan botol.
3.2.27. Penyegelan pada Cap Botol
Penyegelan dilakukan setelah botol diberi label. Proses pemasangan segel ini
dilakukan dengan menggunakan capseal machine. Segel yang dipasang pada tutup
botol akan dilewatkan pada suhu panas yang berfungsi untuk merekatkan segel
tersebut sehingga dapat melindungi produk agar tetap aman hingga ke tangan
konsumen.
3.2.28. Pengemasan Pada Kemasan Karton
Proses pengemasan botol kedalam kemasan sekunder atau kemasan karton
dilakukan secara manual oleh operator pada saat dilewatkan pada conveyor.
Jumlah kemasan PET berukuran 135 mL yang terdapat pada kemasan karton yaitu
sebanyak 48 botol.
3.2.29. Penyegelan dan Pemberian Kode Produksi pada Kemasan Karton
Penyegelan dan pencantuman kode produksi pada kemasan karton dilakukan
dengan menggunakan cartoon sealer & inkjet printer. Proses ini harus dipastikan
produk berada dalam keadaan rapi, rapat dan coding harus sesuai dengan
identitasnya (tanggal produksi dan nomor batch).
3.2.30. Penyimpanan
Penyimpanan dilakukan dengan memindahkan kemasan karton ke dalam pallet.
Dalam satu pallet berisi 128 karton. Pemindahan karton pada pallet dilakukan
secara manual oleh operator.
Dalam Bab ini akan membahas mengenai: (5.1) Sumber Air, (5.2) Sumber
(gambar)
5.2 Sumber Energi
Sumber energi yang digunakan oleh PT. Heinz ABC Indonesia dibagi
menjadi tiga, diantaranya yaitu sumber energi listrik, steam dan angin. Energi
listrik berfungsi sebagai sumber energi yang akan menjalankan mesin untuk
keperluan produksi serta berbagai fasilitas baik didalam maupun diluar area
produksi, steam akan menyuplai uap panas yang digunakan pada proses produksi
dan energi angin berfungsi untuk menjalankan mesin yang bekerja secara
pneumatic.
Sumber energi listrik berasal dari PT. Perusahaan Listrik Negara (PLN)
dengan kapasitas 2.180 KVA. Sumber kedua sebagai cadangan terhadap
kebutuhan listrik yaitu memiliki dua unit genset atau generator set dengan
kapasitas 1.250 KVA yang berfungsi untuk menghasilkan daya listrik apabila
terjadi pemadaman listrik.
Steam diperoleh dari boiler yang dialirkan softener water yang dipanaskan
oleh batu bara yang mengalami beberapa tahap perlakuan. Batu bara yang
digunakan diperoleh dari PT. Mitra bara Api. Banyaknya batu bara yang
digunakan tergantung dari banyaknya panas yang dibutuhkan pada saat proses
produksi, jumlah batu bara yang biasa digunakan yaitu berkisar antara 15-25 ton.
Proses pemanasan dimulai dari persiapan batu bara sebagai bahan bakar. Batu
bara yang telah siap kemudian diangkut dengan menggunakan forklift dan
dimasukan kedalam single bucket. Kemudian dimasukan kedalam tangki
pengisian. Didalam tangki tersebut, batu bara diratakan lalu dilakukan
pembakaran pada tangki pemanasan. Pembakaran batu bara dilakukan selama 1
jam. Selama proses pembakaran berlangsung, softener water yang berada di
dalam vibrator tank disalurkan kedalam tangki pemanasan. Softener water
merupakan campuran dari air yang berasal dari water treatment. Pemanasan yang
dilakukan didalam tangki pemanas kemudian akan menghasilkan steam yang akan
disalurkan ke area produksi melalui pipa untuk digunakan pada saat blanching.
Energi angin yang digunakan berasal dari compressor. Energi angin
digunakan untuk menjalankan mesin yang bekerja secara penumatic. Pneumatic
merupakan cara kerja mesin dengan memanfaatkan udara bertekanan untuk
menghasilkan gerakan maju mundur, naik turun, berputar dan sebagainya.
Kemasan yang digunakan pada produk sambal PT. Heinz ABC Indonesia
memiliki kemasan primer dan kemasan sekunder. Berikut merupakan jenis
kemasan primer :
5.1.2 Sachet
Kemasan sachet yang digunakan untuk produk saus sambal
berbahan dasar alumunium. Jenis kemasan ini diperoleh dari PT.
Supernova Flexible Packaging. Kemasan sachet yang biasa digunakan
memiliki beberapa ukuran yaitu Sachet ukuran 9 gram, 10 gram, 18 gram,
16 gram, 30 gram.
5.1.3 Botol Plastik
Kemasan botol plastik yang digunakan untuk produk saus sambal
merupakan jenis plastik berbahan dasar PET (Polyethylene Terephalate).
Botol-botol tersebut diperoleh dari PT. Sampak Unggul. Untuk kemasan
botol plastik memiliki tutup plastik berwarna kuning yang diperoleh dari
supplier yang sama dan dalam cap tersebut dilapisi dengan capseal yang
diperoleh dari PT. Uifex Kesamasindah. Kemasan botol plastik yang biasa
digunakan memiliki beberapa ukuran yaitu 600 ml, 275 ml, 135 ml.
5.1.4 Botol Beling
Kemasan botol beling yang digunakan untuk produk saus sambal
berbahan kaca. Jenis botol tersebut diperoleh dari PT. Mulia Glass. Untuk
kemasan botol beling sama dengan kemasan botol plastik dilapisi dengan
cap, capseal dan label. Kemaasan botol beling yang biasa digunakan
memiliki beberapa ukuran yaitu 300 ml, 425 ml, 335 ml, 195 ml.
5.1.5 Jerigen
Kemasan jerigen yang digunakan untuk produk saus sambal
berbahan dasar plastik. Kemasan jerigen beserta tutupnya diperoleh dari
PT. Hasil Raya dan PT. Kadujaya Perkasa. Untuk kemasan jerigen ini
dilengkapi tutup dan label. Kemasan jerigen yang biasa digunakan
memiliki beberapa ukuran yaitu 5.7 kilogram dan 24 kilogram.
5.1.6 Pouch
Kemasan pouch yang digunakan untuk produk saus sambal
berbahan dasar plastik dan alumunium foil Kemasan pouch yang biasa
digunakan memiliki beberapa ukuran yaitu 70 gram, 80 gram, 380 gram,
400 gram.
Berikut merupakan jenis kemasan sekunder :
5.1.7 Karton
Karton digunakan sebagai bahan pengemas sekunder dari semua
jenis kemasan produk saus sambal kecuali jerigen. Setiap jenis kemasan
memiliki ukuran karton yang berbeda-beda karena kuantitas tiap jenis
kemasan per karton (box) juga berbeda-beda.
Untuk jenis kemasan saus sambal ABC asli kp botol plastik PET
(Polyethylene Terephalate) berukuran 135 mL sebagai kemasan primer dan
kemasan karton sebagai kemasan sekunder. Dalam satu kemasan karton berisikan
48 kemasan botol plastik PET yang berukuran 135 mL.
5.4 Transportasi
Dalam Bab ini akan membahas mengenai : (6.1) Sanitasi Pekerja (6.2)
Sanitasi Peralatan (6.3) Sanitasi Lingkungan Kerja dan (6.4) Penanganan
Limbah Produksi.
6.1 Sanitasi Pekerja
Limbah yang berasal dari hasil proses produksi oleh PT. Heinz ABC Indonesia
Plant Karawang terbagi menjadi tiga yaitu limbah padat, limbah cair dan limbah
gas. Diantaranya sebagai berikut :
6.4.1 Limbah Padat
Limbah padat berupa kardus rusak, sampah domestik (kemasan makanan
dan minuman), karton, kertas, plastik, biji cabai, plastik pasta, karung
sortiran, kulit bawang, ampas atau serat cabai, bawang busuk yang
bersumber dari sisa kemasan dan limbah proses produksi dengan kapasitas
4.650 kg/hari cara penanganan yaitu dengan cara dikumpulkan ke TPS
(Tempat Pembuangan Sampah) lalu diangkut secara rutin dan dibuang ke
TPA Dinas Cipta Karya Kabupaten Karawang.
Limbah padat berupa karung, pecahan botol, kantong tepung, drum,
jerigen, karung, tali klemp, plastik bekas, kayu rusak dan kardus yang
berusmber dari sisa kemasan dan bahan penolong yang rusak dengan
kapasitas kardus dan botol pecah 600 kg/haro, jerigen dan drum dengan
kapasitas 8 buah/hari, dan untuk plastik bekas dengan kapasitas 9 kg/hari.
Cara penanganan yaitu dengan cara ditampung ditempat sampah dan dijual
ke pihak ketiga.
Limbah padat berupa sludge WWTP yang berbentuk lumpur basah yang
bersumber dari proses pengolahan limbah dengan kapasitas 3 ton/ hari.
Cara penanganan yaitu dengan cara dikemas dalam karung selnjutnya
ditampung dan dikirim kepada PT. Wastindo untuk dijadikan pupuk
kompos.
Limbah padat berupa B3 dintaranya seperti :
Aki bekas bersumber dari mobil dan forklift dan bersifat berbahaya dan
beracun, Cara penanganan yaitu dengan cara ditampung di TPS (Tempat
Pembuangan Sampah) limbah B3 kemudian dikirim ke pihak ketiga yang
berijin/legal (eksisting dikelola oleh PT.Muhtomas).
Fly Ash dan Bottom Ash bersumber dari broiler batu bara dan bersifat
berbahaya dan beracun dengan kapasitas 3 ton/hari. Cara penanganan yaitu
dengan cara ditampung di TPS (Tempat Pembuangan Sampah) limbah B3
kemudian dikirim ke pihak ketiga yang berijin/legal (eksisting
menggunakan pemanfaatan Batakousi dengan transporter-CV. Bangun
bangkit bersama).
Lumpur residu bersumber dari broiler dan bersifat berbahaya dan beracun
dengan kapasitas 1.000 L/2 tahun. Cara penanganan yaitu dengan cara
ditampung di TPS (Tempat Pembuangan Sampah) limbah B3 kemudian
dikirim ke pihak ketiga yang berijin/legal (eksisting menggunakan
transporter PT. Binasamsurya dan diolah oleh PT. Bintang Mas
International atau pihak ketiga PPLI)
TL lamp waste bersumber dari proses produksi dan bersifat berbahaya dan
beracun dengan kapasitas 40 kg/6 bulan. Cara penanganan yaitu dengan
cara ditampung di TPS (Tempat Pembuangan Sampah) limbah B3
kemudian dikirim ke pihak ketiga yang berijin/legal (eksisting
menggunakan PPLI).
Kain majun terkontaminasi bersumber dari engineering dan bersifat
berbahaya dan beracun dengan kapasitas 1kg/3 bulan. Cara penanganan
yaitu dengan cara ditampung di TPS (Tempat Pembuangan Sampah)
limbah B3 kemudian dikirim ke pihak ketiga yang berijin/legal (eksisting
menggunakan PPLI).
6.4.2 Limbah Cair
6.4.2.1 Proses Pengolahan Limbah Cair
Pengolahan limbah cair secara fisik, kimia dan biologi dilakukan secara
bertahap. Pengolahan dimulai dari proses secara fisik yaitu dari bak pengumpul
yang kemudian di pompa dan dilakukan penyaringan dengan menggunakan
rotary screen untuk memisahkan biji cabai dan serat bawang hasil sisa
pengolahan. Lalu dipompa ke daf feed tank B. Didalam daf feed tank B dilakukan
pengecekan pH setiap 3 jam sekali. Kisaran pH yang diharapkan yaitu kisaran 4-7,
namun jika pH tetap tinggi atau bersifat basa maka dilakukan penambahan asam
sulfat untuk menurunkan pH tersebut.
Proses secara kimia dimulai ketika limbah cair tersebut dipompa dari daf
feed tank B menuju coagulant tank dengan penambahan koagulan Poly
Aluminium Chloride (PAC) dan NaOH. Metode koagulasi merupakan cara yang
dapat diterapkan dalam upaya mengurangi bahaya dari pencemaran logam berat.
Metode koagulasi merupakan proses pengendapan oleh koagulan terhadap partikel
koloid yang menyebabkan destabilisasi partikel. PAC mempunyai kelebihan, yaitu
PAC lebih cepat membentuk flok daripada koagulan biasa. Hal ini disebabkan
adanya gugus aktif aluminat yang bekerja efektif dalam mengikat koloid sehingga
gumpalan flok menjadi lebih padat. Peningkatan dosis koagulan PAC dapat
meningkatkan persen pemisahan logam berat serta dapat menurunkan nilai
kebutuhan oksigen kimiawi (COD) dalam air limbah (Rohaeti dkk., 2007).
Limbah cair yang telah ditambah koagulan kemudian dialirkan pada
floculant tank dengan penambahan caustic soda. Sebagian besar limbah cair dari
industri mengandung bahan-bahan yang bersifat asam ataupun basa yang perlu
dinetralkan sebelum masuk pada proses pengolahan, baik pengolahan secara
biologis maupun secara kimiawi. Untuk mengoptimalkan pertumbuhan
mikroorganisme pada pengolahan secara biologi, pH perlu dijaga pada kondisi
antara pH 6,5 – 8,5, karena sebagian besar mikroba aktif atau hidup pada kondisi
pH tersebut. Proses koagulasi dan flokulasi akan lebih optimal jika dilakukan pada
kondisi pH netral. (Esa, 2012).
Limbah cair yang telah dilakukan penambahan koagulan dan flokulan lalu
dimasukan kedalam daf tank untuk proses sedimentasi atau pengendapan flok-flok
dan memisahkannya dengan limbah cair yaitu dengan kisaran pH 7-8. Ketika
proses sedimentasi berjalan, limbah padat akan dipisahkan dengan limbah cair.
Limbah padat yang berupa lumpur akan dipompa menuju sludge holding tank A
dan sludge holding tank B yang kemudian akan dilakukan pengepresan dengan
menggunakan belt press agar limbah padat memiliki kadar air yang rendah untuk
diberikan kepada pihak ketiga. Sedangkan untuk limbah cair akan dipompa
menuju daf recycle tank untuk proses berikutnya. Limbah cair tersebut kemudian
ditransfer kedalam balance tank A dan balance tank B untuk dilakukan penurunan
suhu agar dapat mempertahankan mikroorganisme alami yang terdapat pada
limbah tersebut yang nantinya akan membantu pada proses pengolahan limbah
secara biologi.
Pada saat proses pengolahan secara kimia selesai, selanjutnya dilakukan
pengolahan secara biologi pada Ciqlic Sequence Aeration System (CSAS) tank A,
CSAS tank B, CSAS tank C dan CSAS tank D. Tahap ini terjadi proses
pengendapan yang dilakukan secara aerob dengan bantuan bakteri misotermik
yang secara alami berada dalam limbah. Bakteri sangat berperan dalam proses
pengendapan yang dapat menjadikan cairan limbah tidak berbusa serta
mempercepat proses penguraian. Kondisi optimum pertumbuhan bakteri
misotermik yaitu pada suhu 25-40°C. Setelah itu, limbah cair ditransfer ke dalam
effluent holding tank sebagai penampungan terakhir.
Air limbah yang telah dinyatakan aman yaitu berdasarkan kandungan
Chemical Oxygen Demand (COD) kurang dari 100 ppm, maka air limbah tersebut
dapat langsung dialirkan ke sungai Citarum. Sebelum dialirkan ke sungai, air
limbah diuji terlebih dahulu di dalam kolam ikan sebagai indikator, jika ikan yang
terdapat dalam kolam mampu bertahan hidup dengan menggunakan media air
hasil dari proses pengolahan air limbah maka dapat dikatakan bahwa air tersebut
aman dan siap untuk dialirkan ke sungai. Jumlah air limbah yang dialirkan ke
sungai perharinya sekitar 600-800 m3.
6.4.3 Limbah Gas
Area giling sambal yang bersumber dari produksi sambal dan bersifat bau.
Cara penanganan yaitu dengan cara menggunakan cerobong asap, exhaust
fan, pemakaian respirator organic vapour dan goggle untuk operator.
Area proses sambal yang bersumber dari produksi sambal dan bersifat bau.
Cara penanganan yaitu dengan cara menggunakan cerobong asap, exhaust
fan.
Area WWTP yang bersumber dari air limbah dari WWTP dan bersifat bau.
Cara penanganan yaitu dengan cara penghijauan dengan menanam banyak
pohon dan disediakan pemakaian respirator organic vapour bagi operator.
Cerobong Boiler batu bara yang bersumber dari jelaga boiler dan bersifat
bau. Cara Penaganan yaitu dengan cara penghijauan dan dilakukan
pembuangan melalu cerobong.
Emisi forklift yang bersumber dari jelaga dan bersifat bau. Cara
penanganan yaitu dengan cara penghijauan, preventive maintenance
forklift secara teratur dan dilakukan pengecekan opasitas rutin per 6 bulan.
VII PENGAWASAN MUTU
Dalam Bab ini akan membahas mengenai : (7.1) Pengawasan Mutu Bahan
Baku, (7.2) Pengawasan Mutu Selama Proses dan (7.3) Pengawasan Mutu Produk.
Ciloform Negatif
Kapang 5x101 koloni/gram
Khamir 5x101 koloni/gram
Pada tahap ini dilakukan analisa untuk mencari akar penyebab masalah. Untuk
mengidentifikasikan masalah dari analisa yang dilakukan menggunakan diagram
fishbone dan analisis 5 Why.
Dalam diagram fish bone hanya akan membahas mengenai method. Dalam
method tersebut ada 2 akar masalah yaitu mengenai cara penambahan atau
pelarutan ingredient mod strach tidak standar dan formula alternatif tidak akurat.
Berikut merupakan 5 why :
Improve
Control