Anda di halaman 1dari 9

FARMASI INDUSTRI

10. Perbedaan Industri dan Industri Rumah Tangga

Pengertian Industri dan Jenis


Jenis Industri
Loading...
Pengertian Pakar

Menurut Tegus S Pamudi, Pengertian Industri adalah sekelompok


perusahaan yang menghasilkan suatu produk yang bisa saling
menggantikan satu sama lainnya.

Pengertian Industri menurut I Made Sandi adalah suatu bentuk usaha


guna memproduksi barang jadi melalui proses produksi penggarapan di
dalam jumlah yang besar, sehingga barang produksi tersebut dapat
diperoleh dengan harga yang rendah namun dengan kualitas yang setinggi-
tingginya.

Menurut UU No. 3 Tahun 2014, Pengertian Industri adalah seluruh


bentuk dari kegiatan ekonomi yang mengelolah bahan baku dan atau
memanfaatkan sumber daya industri, sehingga dapat menghasilkan barang
yang memiliki nilai tambah atau manfaat yang lebih tinggi, termasuk juga
jasa industri.

Hinsa Sahaan mengatakan bahwa, Pengertian Industri adalah bagian


dari suatu proses yang mengelolah bahan mentah menjadi bahan baku atau
bahan baku menjadi barang jadi, sehingga menjadi suatu barang yang
memiliki nilai bagi masyarakat luas.

Dari definisi industri yang diungkapkan di atas, maka dapat disimpulkan


bahwa Pengertian Industriadalah suatu usaha atau kegiatan
pengelolaan bahan mentah atau barang setengah jadi menjadi barang jadi
yang memiliki nilai tambah guna mendapatkan keuntungan. Usaha
perakitan atau assembling dan juga reparasi merupakan bagian dari
industri. Hasil dari industri ini tidak hanya berupa barang, akan tetapi juga
dalam bentuk jasa.

| Jenis Jenis Industri |


Jenis Jenis industri antara lain :

1. Industri ekstraktif
Pengertian Industri ekstraktif adalah industri yang bahan bakunya diambil
langsung dari alam sekitar. Contoh : perkebunan, perhutanan, perikanan,
pertanian, peternakan, pertambangan, dan lain lain.
2. Industri nonekstaktif
Pengertian Industri nonekstaktif adalah industri yang bahan bakunya
didapat dari tempat lain selain dari alam sekitar.
3. Industri fasilitatif
Pengertian Industri fasilitatif adalah industri yang produk utamanya
berbentuk jasa yang kemudian dijual kepada para konsumennya. Contoh :
Asuransi, perbankan, ekspedisi, transportasi dan lain sebagainya.

Jenis Jenis industri berdasarkan besar kecil modal, antara lain :


1. Industri padat modal
Pengertian Industri Padat Modal adalah industri yang dibangun dengan
modal yang jumlahnya besar untuk kegiatan operasional maupun
pembangunannya
2. Industri padat karya
Pengertian Industri Padat Karya adalah industri yang lebih dititik beratkan
pada sejumlah besar tenaga kerja atau pekerja dalam pembangunan serta
pengoperasiannya.

Jenis Jenis Industri berdasarkan klasifikasi atau penjenisannya,


antara lain :
1. Industri kimia dasar. contohnya : industri semen, obat-obatan, pupuk,
kertas dan sebagainya.
2. Industri mesin dan logam dasar. Contohnya : industri pesawat terbang,
kendaraan bermotor, industri tekstil dan lain sebagainya.
3. Industri kecil. Contohnya : industri roti, makanan ringan, es, minyak
goreng curah, kompor minyak dan lain sebagainya.
4. Aneka industri. Contohnya : industri pakaian, industri makanan dan
minuman dan lain sebagainya.
Jenis Jenis Industri berdasarkan jumlah tenaga kerja, antara lain
:

1. Industri rumah tangga


Pengertian Industri Rumah Tangga adalah industri yang jumlah karyawan
atau tenaga kerjanya berjumlah antara 1 sampai dengan 4 orang.
2. Industri kecil
Pengertian Industri Kecil adalah industri yang jumlah karyawan atau tenaga
kerjanya berjumlah antara 5 sampai dengan 19 orang.
3. Industri sedang atau industri menengah
Pengertian Industri Sedang adalah industri yang jumlah karyawan atau
tenaga kerjanya berjumlah antara 20 sampai dengan 99 orang.
4. Industri besar
Pengertian Industri Besar adalah industri yang jumlah karyawan atau
tenaga kerjanya berjumlah antara 100 orang atau bahkan lebih.

Jenis Jenis Industri berdasarkan produktifitas perorangan, antara


lain :
1. Industri Primer
Pengertian Industri Primer adalah industri yang barang-barang produksinya
bukan merupakan hasil olahan langsung atau tanpa diolah terlebih dahulu.
Contohnya : hasil produksi pertanian, perkebunan, perikanan, peternakan
dan sebagainya.
2. Industri Sekunder
Pengertian Industri Sekunder adalah industri yang bahan mentahnya diolah,
yang nantinya hasil dari olahan tersebut menghasilkan barang-barang
untuk diolah kembali. Contohnya : pemintalan benang sutra, komponen
elektronik dan sebagainya.
3. Industri Tersier
Pengertian Industri Tersier adalah industri yang produk atau barangnya
berupa layanan jasa. Contohnya : telekomunikasi, perawatan kesehatan,
transportasi dan lain sebagainya.

Sekian dari saya mengenai pengertian industri dan jenis jenis industri,
semoga tulisan saya mengenai pengertian industri dan jenis jenis industri
dapat bermanfaat.

Sumber : Buku Dalam Penulisan Pengertian Industri dan Jenis


Jenis Industri :

– Bob Sugeng Hadiwinata, 2002. Politik Bisnis Internasional. Penerbit


Kanisius : Yogyakarta.
2. PP Tentang Industri

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA

NOMOR 51 TAHUN 2009

TENTANG

PEKERJAAN KEFARMASIAN

Jawab :

Pasal 9

(1) Industri farmasi harus memiliki 3 (tiga) orang Apoteker sebagai penanggung
jawab masing-masing pada bidang pemastian mutu, produksi, dan pengawasan mutu
setiap produksi Sediaan Farmasi.

2) Industri obat tradisional dan pabrik kosmetika harus memiliki sekurang-


kurangnya 1 (satu) orang Apoteker sebagai penanggung jawab.

(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai Fasilitas Produksi Sediaan Farmasi sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 8 diatur dengan Peraturan Menteri.

Pasal 10

Pekerjaan Kefarmasian dalam Produksi Sediaan Farmasi sebagaimana dimaksud dalam


Pasal 7 harus memenuhi ketentuan Cara Pembuatan yang Baik yang ditetapkan

oleh Menteri.

1. Sediaan Farmasi SK MENKES

Jawab :

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

NOMOR 1799/MENKES/PER/XII/2010

TENTANG

INDUSTRI FARMASI

Pasal 1

Dalam Peraturan ini yang dimaksud dengan:

1. Obat adalah bahan atau paduan bahan, termasuk produk biologi yang

digunakan untuk mempengaruhi atau menyelidiki sistem fisiologi atau keadaan


patologi dalam rangka penetapan diagnosis, pencegahan, penyembuhan,

pemulihan, peningkatan kesehatan dan kontrasepsi, untuk manusia.

2. Bahan obat adalah bahan baik yang berkhasiat maupun tidak berkhasiat yang

digunakan dalam pengolahan obat dengan standar dan mutu sebagai bahan

baku farmasi.

3. PP TENTANG PRODUK FARMASI

Jawab :

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

NOMOR 1148/MENKES/PER/VI/2011

TENTANG

PEDAGANG BESAR FARMASI

Pasal 1 (ayat 3 dan 4)

3. Obat adalah bahan atau paduan bahan, termasuk produk biologi yang digunakan
untuk mempengaruhi atau menyelidiki sistem fisiologi atau keadaan patologi dalam
rangka penetapan diagnosis, pencegahan, penyembuhan, pemulihan, peningkatan
kesehatan dan kontrasepsi untuk manusia.

4. Bahan Obat adalah bahan baik yang berkhasiat maupun tidak berkhasiat yang
digunakan dalam pengolahan obat dengan standar dan mutu sebagai bahan baku
farmasi termasuk baku pembanding.

5. struktur organisasi yang ideal di IF

Jawab :

PERATURAN

KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN

REPUBLIK INDONESIA

NOMOR HK.03.1.33.12.12.8195 TAHUN 2012

TENTANG

PENERAPAN PEDOMAN CARA PEMBUATAN OBAT YANG BAIK


ORGANISASI, KUALIFIKASI DAN TANGGUNG JAWAB

2.4 Struktur organisasi industri farmasi hendaklah sedemikian rupa

sehingga bagian produksi, pengawasan mutu, manajemen mutu

(pemastian mutu) dipimpin oleh orang yang berbeda serta tidak saling

bertanggung jawab satu terhadap yang lain. Masing-masing personil

hendaklah diberi wewenang penuh dan sarana yang memadai yang

diperlukan untuk dapat melaksanakan tugasnya secara efektif.

Hendaklah personil tersebut tidak mempunyai kepentingan lain di luar

organisasi yang dapat menghambat atau membatasi kewajibannya

dalam melaksanakan tanggung jawab atau yang dapat menimbulkan

konflik kepentingan pribadi atau finansial.

2.5 Kepala bagian Produksi hendaklah seorang apoteker yang terdaftar dan

terkualifikasi, memperoleh pelatihan yang sesuai, memiliki pengalaman

praktis yang memadai dalam bidang pembuatan obat dan keterampilan

manajerial sehingga memungkinkan untuk melaksanakan tugasnya

secara profesional. Kepala bagian Produksi hendaklah diberi

kewenangan dan tanggung jawab penuh dalam produksi obat, termasuk:

a) memastikan bahwa obat diproduksi dan disimpan sesuai prosedur

agar memenuhi persyaratan mutu yang ditetapkan;

b) memberikan persetujuan petunjuk kerja yang terkait dengan

produksi dan memastikan bahwa petunjuk kerja diterapkan secara

tepat;

c) memastikan bahwa catatan produksi telah dievaluasi dan

ditandatangani oleh kepala bagian Produksi sebe-lum diserahkan

kepada kepala bagian Manajemen Mutu (Pemastian Mutu);

d) memeriksa pemeliharaan bangunan dan fasilitas serta peralatan di

bagian produksi;

e) memastikan bahwa validasi yang sesuai telah dilaksanakan; dan

f) memastikan bahwa pelatihan awal dan berkesinambungan bagi


personil di departemennya dilaksanakan dan diterapkan sesuai

kebutuhan.

Di samping itu, kepala bagian Produksi bersama dengan kepala bagian

Pengawasan Mutu (lihat Butir 2.8) dan penanggung jawab teknik

hendaklah memiliki tanggung jawab bersama terhadap aspek yang

berkaitan dengan mutu.

2.6 Kepala bagian Pengawasan Mutu hendaklah seorang apoteker terkualifikasi dan
memperoleh pelatihan yang sesuai, memiliki pengalaman

praktis yang memadai dan keterampilan manajerial sehingga

memungkinkan untuk melaksanakan tugasnya secara profesional.

Kepala bagian Pengawasan Mutu hendaklah diberi kewenangan dan

tanggung jawab penuh dalam peng-awasan mutu, termasuk:

a) menyetujui atau menolak bahan awal, bahan pengemas, produk

antara, produk ruahan dan produk jadi;

b) memastikan bahwa seluruh pengujian yang diperlukan telah

dilaksanakan;

c) memberi persetujuan terhadap spesifikasi, petunjuk kerja

pengambilan sampel, metode pengujian dan prosedur pengawasan

mutu lain;

d) memberi persetujuan dan memantau semua analisis berdasarkan

kontrak;

e) memeriksa pemeliharaan bangunan dan fasilitas serta peralatan di

bagian pengawasan mutu;

f) memastikan bahwa validasi yang sesuai telah dilaksanakan; dan

g) memastikan bahwa pelatihan awal dan berkesinambungan bagi

personil di departemennya dilaksanakan dan diterapkan sesuai

kebutuhan.

Tugas lain departemen Pengawasan Mutu dirangkum pada Bab 7

Pengawasan Mutu.
2.7 Kepala bagian Manajemen Mutu (Pemastian Mutu) hendaklah seorang

apoteker yang terdaftar dan terkualifikasi, memperoleh pelatihan yang

sesuai, memiliki pengalaman praktis yang memadai dan keterampilan

manajerial sehingga memungkinkan untuk melaksanakan tugasnya

secara profesional. Kepala bagian Manajemen Mutu (Pemastian Mutu)

hendaklah diberi kewenangan dan tanggung jawab penuh untuk

melaksanakan tugas yang berhubungan dengan sistem mutu/

pemastian mutu, termasuk:

a) memastikan penerapan (dan, bila diperlukan, membentuk) sistem

mutu;

b) ikut serta dalam atau memprakarsai pembentukan manual mutu

perusahaan;

c) memprakarsai dan mengawasi audit internal atau inspeksi diri

berkala;

d) melakukan pengawasan terhadap fungsi bagian Pengawasan Mutu;

e) memprakarsai dan berpartisipasi dalam pelaksanaan audit eksternal

(audit terhadap pemasok);

f) memprakarsai dan berpartisipasi dalam program validasi;

g) memastikan pemenuhan persyaratan teknik atau peraturan Badan

Pengawas Obat dan Makanan (Badan POM) yang berkaitan dengan

mutu produk jadi;

h) mengevaluasi/mengkaji catatan bets; dan

i) meluluskan atau menolak produk jadi untuk penjualan dengan

mempertimbangkan semua faktor terkait.

2.8 Masing-masing kepala bagian Produksi, Pengawasan Mutu dan

Manajemen Mutu (Pemastian Mutu) memiliki tanggung jawab bersama

dalam menerapkan semua aspek yang berkaitan dengan mutu, yang

berdasarkan peraturan Badan POM mencakup:

a) otorisasi prosedur tertulis dan dokumen lain, termasuk amandemen;


b) pemantauan dan pengendalian ling-kungan pembuatan obat;

c) higiene pabrik;

d) validasi proses;

e) pelatihan;

f) persetujuan dan pemantauan terhadap pemasok bahan;

g) persetujuan dan pemantauan terhadap pembuat obat berdasarkan

kontrak;

h) penetapan dan pemantauan kondisi penyimpanan bahan dan

produk;

i) penyimpanan catatan;

j) pemantauan pemenuhan terhadap persyaratan CPOB;

k) inspeksi, penyelidikan dan pengam-bilan sampel, untuk

l) pemantauan faktor yang mungkin berdampak terhadap mutu

produk.

Anda mungkin juga menyukai