Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH MAHKAMAH

INTERNASIONAL

Disusun Oleh :

NAMA : SANITO

KELAS : XI TKJ

NIS : 3982

PROGRAM KEAHLIAN : TEKNIK KOMPUTER DAN JARINGAN

YAYASAN SARANA UNTUK KEMAJUAN MASYARAKAT ( SUKMA)

SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN (SMK)

BUDI LUHUR SINTANG

Jalan Muhammad Saad, Telp (0565) 22303 Kode Pos 76811

TAHUN AJARAN 2017/2018


Page | 1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah melimpahkan rahmat Nya

kepada kita semua. Sehingga saya dapat menyelesaikan Makalah ini dengan sesuai

rencana, dan saya juga sadar masih banyak kekurangan yang harus diperbaiki dalam

Makalah tentang MAKAMAH INTERNASIONAL ini. Dalam kesempatan ini,saya

mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam

penyusunan Makalah ini.

Akhir kata saya berharap Makalah ini bisa menjadi manfaat bagi kita semua dan

memotivasi bagi teman-teman yang akan mempelajari nya.

Sintang,1-februari-2018

SANITO

Page | 2
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) adalah organisasi internasional yang beranggotakan
negara-negara berdaulat yang bertujuan menghindar menghindari perang dunia dan mala
petaka kemanusiaan akibat perang. Piagam PBB ditandatangani oleh delegasi 51 negara pada
tanggal 26 Juni 1945. Dan Piagam PBB mulai beroperasi pada tanggal 24 Oktober 1945.
Seperti Liga Bangsa-Bangsa, tujuan utama PBB adalah menjaga perdamain dan keamanan
internasional, menyelesaikan sengketa secara damai, melakukan tindakan kolektif,mencegah
ancaman terhadap perdamaian, mempromosikan kerjasama sosial ekonomi internasional dan
hak asasi manusia. Keanggotaan PBB terbuka bagi negara-negara yang cinta damai untuk
mendukung penyelesaian sengketa secara damai. Adapun struktur organisasi PBB yaitu
Majelis Umum, Dewan Keamanan, Dewan Ekonomi dan Sosial, Dewan Perwalian,
Mahkamah Internasional, dan Sekretariat. Pada paper ini, akan membahas salah satu dari
struktur organisasi PBB yaitu Mahkamah Internasional.

B. RUMUSAN MASALAH
Beberapa rumusan masalah yang akan dibahas dalam Paper ini, yaitu sebagai berikut:
1. Apa pengertian dari Mahkamah Internasional?
2. Bagaimana sejarah dibentuknya Mahkamah Internasional?
3. Apa saja tugas dari Mahkamah Internasional?
4. Apa saja yurisdiksi atau kewenangan dari Mahkamah Internasional?
5. Apa saja sumber-sumber hukum Mahkamah Internasional?
6. Apa saja komposisi dalam Mahkamah Internasional?
7. Bagaimana mekanisme kerja Mahkamah Internasional?
8. Bagaimana prosedur penyelesaian sengketa internasional melalui Mahkamah Internasional?
9. Apa saja keputusan Mahkamah Internasional dalam menyelesaikan sengketa internasional?
10. Apa saja contoh dari penyelesaian sengketa internasional melalui Mahkamah Internasional?

Page | 3
C. TUJUAN
Adapun tujuan yang diharapkan dalam pembahasan rumusan masalah di atas antara lain
untuk mengetahui dan memahami:
1. Pengertian dari Mahkamah Internasional
2. Sejarah dibentuknya Mahkamah Internasional
3. Tugas dari Mahkamah Internasional
4. Yurisdiksi atau kewenangan dari Mahkamah Internasional
5. Sumber-sumber hukum Mahkamah Internasional
6. Komposisi dalam Mahkamah Internasional
7. Mekanisme kerja Mahkamah Internasional
8. Prosedur penyelesaian sengketa internasional melalui Mahkamah Internasional
9. Keputusan Mahkamah Internasional dalam menyelesaikan sengketa internasional
10. Contoh dari penyelesaian sengketa internasional melalui Mahkamah Internasional

D. MANFAAT
Adapun manfaat yang diharapkan dari tujuan di atas antara lain agar mengetahui dan
memahami:
1. Pengertian dari Mahkamah Internasional
2. Sejarah dibentuknya Mahkamah Internasional
3. Tugas dari Mahkamah Internasional
4. Yurisdiksi atau kewenangan dari Mahkamah Internasional
5. Sumber-sumber hukum Mahkamah Internasional
6. Komposisi dalam Mahkamah Internasional
7. Mekanisme kerja Mahkamah Internasional
8. Prosedur penyelesaian sengketa internasional melalui Mahkamah Internasional
9. Keputusan Mahkamah Internasional dalam menyelesaikan sengketa internasional
10. Contoh dari penyelesaian sengketa internasional melalui Mahkamah Internasional

Page | 4
BAB II
PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN MAHKAMAH INTERNASIONAL


Mahkamah Internasional (The International Court of Justice) adalah merupakan salah
satu organisasi hukum utama badan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) yang bertugas atau
berwenang untuk memeriksa perselisihan atau sengketa antarnegara dan memutuskan
sengketa atau kasus hukumnya. Mahkamah Internasional merupakan badan pengadilan
internasional resmi yang bersifat tetap dan bertugas untuk memeriksa dan memutus perkara-
perkara yang diajukan kepadanya.
Mahkamah Internasional merupakan organ utama lembaga kehakiman PBB, yang
berkedudukan di Den Haag, Belanda yang didirikan pada tahun 1945 berdasarkan pada
Piagam PBB. Namun Mahkamah ini mulai bertugas sejak tahun 1946 sebagai pengganti
Mahkamah Internasional Permanen (Permanent Court of International Justice). Adapun
keputusan yang diberikan oleh Mahkamah Internasional ini bersifat mengikat para pihak
yang bersengketa,sehingga negara-negara yang bersangkutan wajib untuk memenuhi dan
mematuhi keputusan tersebut. Namun, apabila ada negara yang bersengketa tidak
menjalankan kewajiban tersebut, negara lawan sengketa dapat mengajukan permohonan
kepada Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa (DK PBB) yang memiliki
kewenangan untuk merekomendasikan agar keputusan itu dilaksanakan.
Selain bertugas untuk memeriksa perselisihan atau sengketa antarnegara dan
memutuskan kasus hukumnya, Mahkamah Internasional juga bertugas untuk memecahkan
masalah yang ada di antara kedua negara yang sedang mengalami bentrok yang tak kunjung
terselesaikan. Keputusan yang diberikan oleh Mahkamah Internasional bersifat relatif, yaitu
terkadang ada yang menguntungkan dan tidak sedikit juga yang merugikan. Namun,
meskipun keputusan Mahkamah Internasional ada yang merugikan salah satu pihak negara
yang bersengketa, maka negara tersebut harus tetap mengakui dan menerima keputusan
karena keputusan dari Mahkamah Internasional bersifat mengikat (paten) dan tidak bisa
diganggu gugat. Dan apabila ada negara yang memprotes keputusan,maka negara tersebut
akan terkena sanksi. Maka dari itu akan lebih baik apabila menerima keputusan yang telah
Mahkamah Internasional putuskan dengan lapang dada.

Page | 5
B. SEJARAH DIBENTUKNYA MAHKAMAH INETRNASIONAL
Salah satu alternatif penyelesaian sengketa secara hukum atau 'judicial settlement' dalam
hukum internasional adalah penyelesaian melalui badan peradilan internasional. Dalam
hukum internasional, penyelesaian secara hukum dewasa ini dapat ditempuh melalui berbagai
cara atau lembaga, yakni: Permanent Court of International of Justice (PCIJ atau Mahkamah
Permanen Internasional), International Court of Justice (ICJ atau Mahkamah Internasional),
the International Tribunal for the Law of the Sea (Konvensi Hukum Laut 1982), atau
International Criminal Court(ICC). PCIJ pendahulu Mahkamah Internasional (ICJ), dibentuk
berdasarkan pasal XIV Kovenan Liga Bangsa-bangsa (LBB) pada tahun 1922. Badan LBB
yang membantu berdirinya PCIJ adalah Dewan (Council) LBB. Dalam sidangnya pada awal
1920, Dewan menunjuk suatu Advisory Committee of Jurists untuk membuat laporan
mengenai rencana pembentukan PCIJ. Komisi yang berkedudukan di Den Haag dipimpin
oleh Baron Descamps dari Belgia.
Pada bulan Agustus 1920, Descamps mengeluarkan dan menyerahkan laporan mengenai
rancangan pembentukan PCIJ kepada Dewan. Dalam pembahasan di Dewan, Rancangan
tersebut mengalami perubahan-perubahan. Rancangan tersebut pada akhirnya berhasil
dirumuskan menjadi Statuta yang mendirikan PCIJ pada tahun 1922. Dua masalah yang
timbul pada waktu itu adalah bagaimana memilih hakim dan di mana tempat kedudukan
PCIJ. Hasil rancangan Statuta Baron Descamps pada waktu itu telah berpikir jauh ke depan
(dan sekarang masih digunakan). Rancangan Descamps yaitu bahwa hakim-hakim yang
dipilih harus mewakili peradaban dan sistem hukum di dunia. Masalah tempat kedudukan
PCIJ berhasil dipecahkan berkat inisiatif dan pendekatan pemerintah Belanda pada tahun
1919. Belanda melobi agar tempat kedudukan PCIJ berada di Belanda. Upaya ini berhasil
sehingga pada waktu berlangsungnya pembahasan ini, disepakati bahwa kedudukan tetap
PCIJ adalah di Peace Palace (Istana Perdamaian), Den Haag. Sidang pertama Mahkamah
berlangsung pada tanggal 15 Februari 1922. Persidangan dipimpin oleh ahli hukum Belanda
Loder, yang pada waktu itu diangkat sebagai Presiden PCIJ pertama. Sebagai badan peradilan
internasional, PCIJ diakui sebagai suatu peradilan yang memainkan peranan penting dalam
sejarah penyelesaian sengketa internasional. Arti peran PCIJ tampak sebagai berikut:
1) PCIJ merupakan suatu badan peradilan permanen yang diatur oleh Statuta dan Rules of
Procedure-nya yang telah ada dan mengikat para pihak yang menyerahkan sengketanya
kepada PCIJ.

Page | 6
2) PCIJ memiliki suatu badan kelengkapan yaitu Registry (pendaftar) permanen yang, antara
lain, bertugas menjadi penghubung komunikasi antara pemerintah dan badan-badan atau
organisasi internasional.
3) Sebagai badan peradilan, PCIJ telah menyelesaikan berbagai sengketa yang putusannya
memiliki nilai penting dalam mengembangkan hukum internasional. Dari tahun 1922 sampai
1940, PCIJ menangani 29 kasus. Beberapa ratus perjanjian dan konvensi memuat klausul
penyerahan sengketa kepada PCIJ.
4) Negara-negara telah memanfaatkan badan peradilan ini dengan cara menundukkan dirinya
terhadap jurisdiksi PCIJ.
5) PCIJ memiliki kompetensi untuk memberikan nasihat hukum terhadap masalah atau
sengketa hukum yang diserahkan oleh Dewan atau Majelis LBB. Selama berdiri, PCIJ telah
mengeluarkan 27 nasihat hukum yang berupa penjelasan terhadap aturan-aturan dan prinsip-
prinsip hukum internasional.
6) Statuta PCIJ menetapkan berbagai sumber hukum yang dapat digunakannya terhadap
pokok perkara yang diserahkan kepadanya termasuk masalah-masalah yang meminta nasihat
hukum. PCIJ antara lain diberi wewenang untuk menerapkan prinsip ex aequo et bono
apabila para pihak menghendakinya.
7) PCIJ memiliki lebih banyak perwakilan (anggota) baik dari jumlah maupun sistem hukum
yang terwakili di dalamnya.
Pecahnya Perang Dunia II di bulan September 1939 telah berakibat serius terhadap PCIJ.
Pecahnya perang ini secara politis telah menghentikan kegiatan-kegiatan Mahkamah.
Terjadinya peperangan yang terus berkelanjutan ini bahkan telah membuat PCIJ menjadi
bubar. Pada tahun 1942, Menteri Luar Negeri Amerika Serikat dan rekannya dari Inggris
menyatakan kesepakatan untuk mengaktifkan dan membentuk kembali suatu mahkamah
internasional. Pada tahun 1943, pemerintah Inggris mengambil inisiatif dengan mengundang
para ahli ke London untuk mengkaji masalah tersebut. Pertemuan ini yang membentuk suatu
komisi, yaitu ’Inter-Allied Committee'yang dipimpin oleh Sir William Malkin berkebangsaan
Inggris. Komisi berhasil mengeluarkan laporannya pada tanggal 10 Februari 1944. Laporan
tersebut membuat antara lain beberapa rekomenasi sebagai berikut:
1) Bahwa perlu dibentuk suatu mahkamah internasional baru denganstatuta yang
mendasarkan pada Statuta PCIJ ;
2) Bahwa mahkamah baru tersebut harus memiliki jurisdiksi untuk memberikan nasihat;
3) Bahwa mahkamah baru tersebut tidak boleh memiliki jurisdiksi memaksa (compulsory
jurisdiction)
Page | 7
Setelah berbagai pertemuan dan pembahasan mengenai pembentukan suatu mahkamah
baru, akhirnya kesepakatan berhasil tercapai pada konperensi San Fransisco pada tahun 1945.
Konperensi ini memutuskan, antara lain, bahwa suatu badan Mahkamah Internasional baru
akan dibentuk dan badan ini merupakan badan hukum utama PBB. Kedudukan badan ini
sejajar atau sama dengan Majelis Umum, Dewan Keamanan, Dewan Ekonomi dan Sosial,
Dewan Perwakilan, dan Sekretariat. Keputusan tersebut antara lain menyatakan: “to create
an international court of justice which would in law be a new entity, and not a continuation
of the existing permanent Court”.
Badan peradilan tersebut haruslah: “a new court, with a separate and independent
jurisdiction to apply in the relation between the parties to the Statute of that new Court”.
Diputuskan pula bahwa Statuta Mahkamah merupakan lampiran dan bagian yang tidak
terpisahkan dengan piagam PBB. Alasan utama konperensi tersebut memutuskan untuk
membentuk suatu badan peradilan baru adalah:
1).Karena Mahkamah tersebut akan merupakan badan hukum utama PBB, maka dirasakan
kurang tepat peranannya tersebut diisi oleh PCIJ yang pada waktu itu (tahun 1945) sudah
tidak aktif lagi.
2). Pembentukan suatu Mahkamah baru lebih konsisten dengan ketentuan Piagam bahwa
semua anggota PBB adalah ipso facto juga anggota Statuta Mahkamah.
3). Beberapa negara yang merupakan peserta pada Statuta PCIJ tidak ikut dalam konperensi
San Fransisco dan sebaliknya beberapa negara yang ikut dalam konperensi bukanlah peserta
pada Statuta PCIJ.
4). Terdapat perasaan dari seperempat anggota peserta konperensi pada waktu itu bahwa PCIJ
merupakan bagian dari orde lama, yaitu di mana negara-negara Eropa mendominasi secara
politis dan hukum masyarakat internasional dan bahwa pembentukan suatu mahkamah baru
akan memudahkan bagi negara-negara di luar Eropa untuk memainkan peranan yang lebih
berpengaruh. Hal ini tampak nyata dari keanggotaan PBB yang berkembang dari 51 di tahun
1945 menjadi 159 di tahun 1985.
Konferensi San Fransisco menyadari bahwa kelanjutan dari praktek dan pengalaman
lama PCIJ, khususnya Statutanya telah berjalan dengan baik. Karena itulah pasal 92 Piagam
PBB dengan tegas menyatakan bahwa Statuta ICJ merupakan pengambil-operan dari Statuta
PCIJ. PCIJ bersidang terakhir kalinya pada bulan Oktober 1945. Sidang ini memutuskan
untuk mengambil semua tindakan yang perlu untuk mengalihkan arsip-arsip dan harta benda
PCIJ kepada ICJ baru yang juga akan berkedudukan di Peace Palace (Istana Perdamaian) di

Page | 8
Den Haag, Belanda. Sidang hakim PCIJ pertama kali berlangsung pada tanggal 5 Februari
1946 bersamaan waktunya ketika sidang pertama Majelis Umum PBB berlangsung.
Bulan April 1946, PCIJ secara resmi berakhir. Pada pertemuan pertama ICJ berhasil
dipilih presiden pertama ICJ yaitu Hakim Querrero, yang juga adalah presiden terakhir PCIJ.
Pertemuan juga memilih anggota-anggota Registry yang kebanyakan berasal dari PCIJ dan
mengadakan acara peresmiannya pada tanggal 18 April 1946. Dalam pasal 92 Piagam, status
hukum ICJ secara tegas dinyatakan sebagai badan peradilan utama PBB. Di samping ICJ, ada
pula badan-badan peradilan lain dalam PBB, yaitu the UN Administrative Tribunal. Badan ini
berfungsi sebagai badan peradilan yang menangani sengketa-sengketa administratif atau
ketata-usahaan antara pegawai PBB. Status badan ini disebut sebagai ‘a subsidiary judicial
organ’ atau badan pengadilan subsider (tambahan).

C. TUGAS MAHKAMAH INTERNASIONAL


(1) Menerima perkara-perkara dari para anggota serta dari luar anggota dengan syarat-syarat
yang telah ditentukan oleh Dewan Keamanan.
(2) Menerima persengketaan hukum internasional dari Dewan Keamanan.
(3) Memberikan pendapat kepada Majelis Umum PBB tentang penyelesaian sengketa antar
negara-negara anggota PBB.
(4) Memeriksa perselisihan atau sengketa antara negara-negara anggota PBB yang diserahkan
kepada Mahkamah Internasional
(5) Mengadili perselisihan-perselisihan atau persengketaan antar negara-negara anggota PBB
yang persoalannya diajukan oleh negara yang berselisih.
(6) Mendesak Dewan Keamanan PBB untuk mengambil tindakan terhadap pihak yang tidak
menghiraukan dan melaksanakan keputusan Mahkamah International.
(7) Memberi nasihat persoalan hukum kepada Majelis Umum dan Dewan Keamanan.

D. YURISDIKSI ATAU KEWENANGAN MAHKAMAH INTERNASIONAL


Dalam hal ini, yang dimaksud dengan yurisdiksi adalah kewenangan yang dimiliki oleh
MI yang bersumber pada hukum internasional untuk menentukan dan menegakkan sebuah
aturan hukum. Yurisdiksi ini meliputi kewenangan sebagai berikut:
1) Memutuskan perkara-perkara pertikaian (contentious case).
Page | 9
2) Memberikan opini-opini yang bersifat nasihat (advisory opinion).
Yurisdiksi menjadi dasar Mahkamah Internasional dalam menyelesaikan sengketa
internasional.Para pihak yang beracara di mahkamah internasional harus menerima yurisdiksi
mahkamah internasional. Ada beberapa cara penerimaan tersebut:
1) Perjanjian khusus. Dalam hal ini, para pihak yang bersengketa menyerahkan perjanjian
khusus yang berisi subjek sengketa dan pihak yang bersengketa.
2) Penundukan diri dalam perjanjian internasional. Dalam hal ini, para pihak telah
menundukkan diri pada yurisdiksi MI sebagaimana terdapat dalam isi perjanjian internasional
di antara mereka. Ketentuan tersebut mengharuskan peserta perjanjian untuk tunduk kepada
yurisdiksi MI manakala terjadi sengketa di antara para peserta perjanjian.
3) Pernyataan penundukan diri negara peserta statuta MI. Dalam hal ini, negara yang
menjadi anggota statuta MI yang akan beracara di MI menyatakan diri tunduk pada MI. Di
sini, mereka tidak perlu membuat perjanjian khusus terlebih dahulu.
4) Keputusan Mahkamah Internasional mengenai yurisdiksinya. Dalam hal ini, manakala
ada sengketa mengenai yurisdiksi MI, maka sengketa tersebut diselesaikan dengan keputusan
MI sendiri. Di sini, para pihak dapat mengajukan keberatan awal terhadap yurisdiksi MI.
5) Penafsiran putusan. Hal ini didasarkan pada pasal 60 statuta MI, yang mengharuskan MI
untuk memberikan penafsiran jika diminta oleh salah satu ataupun kedua belah pihak yang
beracara. Permintaan penafsiran dapat dilakukan dalam bentuk perjanjian khusus antar para
pihak yang bersengketa ataupun permintaan dari salah satu pihak yang bersengketa.
6) Perbaikan putusan. Dalam hal ini, penundukan diri pada yurisdiksi MI dilakukan melalui
pengajuan permintaan. Syarat pengajuan permintaan tersebut adalah adanya fakta baru
(novum) yang belum diketahui MI ketika putusan tersebut dibuat. Jadi, hal itu sama sekali
bukan karena kesengajaan dari para pihak yang bersengketa.
Yurisdiksi Mahkamah diatur pula oleh Pasal 36 ayat (1) Piagam PBB, yakni Mahkamah
memiliki wewenang untuk mengadili semua sengketa yang diserahkan para pihak dalam
semua persoalan yang ditetapkan oleh Piagam PBB, Perjanjian Internasional atau Konvensi
Internasional yang berlaku.
Apabila ada negara yang bersengketa, dapat memohonkan penyelesaiannya ke
Mahkamah Internasional (MI) atau The International Court of Justice (ICJ). Suatu kasus
dapat di bawa ke ICJ dengan syarat-syarat sebagai berikut :
1) Pemberitahuan kepada panitera tentang adanya perjanjian khusus (special agreement),
dimana para pihak telah menyetujui untuk penyelesaian sengketa diserahkan pada ICJ.
Pemberitahuan itu harus disertai asli atau copy dari perjanjian khusus tersebut. Jika dalam
Page | 10
perjanjian tersebut belum ditentukan apa yang disengketakan oleh pihak-pihak yang
bersengketa, maka dalam pemberitahuan tersebut harus disebutkan apa yang disengketakan
oleh pihak-pihak dalam sengketa (pasal 39 (2) Rules of court).
2) Dengan suatu permohonan (application) oleh salah satu pihak yang didasarkan pada suatu
pernyataan akan adanya yurisdiksi ICJ. Permohonan tersebut harus disertai pokok sengketa,
pihak-pihak yang dituntut (pasal 40 statuta ICJ jo. Pasal 38 (1) Rules of court).

E. SUMBER-SUMBER HUKUM MAHKAMAH INTERNASIONAL


Sumber Hukum Internasional, Pasal 38 ayat (1) Statuta Mahkamah Internasional:

1. Perjanjian Internasional

2. Kebiasaan Internasional

3. Prinsip-prinsip / Asas-asas Hukum Umum

4. Keputusan Pengadilan (Jurisprudensi) & Pendapat Para Sarjana Terkemuka (Doctrine).


Diluar pasal 38 (1) MI tersebut ada sumber hukum internasional lain yaitu yang diakui dalam
perkembangannya, yaitu Keputusan Organisasi Internasional (Resolusi).
Sumber-sumber hukum yang digunakan apabila membuat suatu keputusan ialah :

1. konvensi-konvensi internasional untuk menetapkan perkara-perkara yang diakui oleh


negara-negara yang sedang berselisih
2. kebiasaan internasional sebagai bukti dari suatu praktik umum yang diterima sebagai
hukum
3. asas-asas umum yang diakui oleh negara-negara yang mempunyai peradaban
4. keputusan-keputusan kehakiman dan pendidikan dari publisis-publisis yang paling
cakap dari berbagai negara, sebagai cara tambahan untuk menentukan peraturan-
peraturan hukum

Mahkamah dapat membuat keputusan “ex aequo et bono” (artinya : sesuai dengan apa
yang dianggap adil) apabila pihak-pihak yang bersangkutan setuju.

F. KOMPOSISI MAHKAMAH INTERNASIONAL


1) Hakim Mahkamah Internasional
Mahkamah Internasional terdiri dari 15 orang hakim. Mereka dipilih berdasarkan suara
mayoritas mutlak dalam suatu pertemuan secara bersamaan tetapi terpisah di Dewan
Page | 11
Keamanan dan Majelis Umum (Pasal 4 Statuta). Calon hakim harus dinominasikan oleh
kelompok negara yang khusus ditunjuk untuk itu (diusulkan kelompok negara yang khusus
ditugaskan untuk itu).
Menurut Pasal 9 Statuta Mahkamah Internasional menyebutkan, bahwa komposisi
Mahkamah Internasional terdiri dari 15 hakim. Dua di antaranya merangkap ketua dan wakil
ketua Mahkamah Internasional. Masa jabatannya adalah 9 tahun. Ke- 15 calon hakim tersebut
direkrut dari warga negara anggota yang dinilai cakap di bidang hukum internasional. Dari
daftar calon ini, Majelis Umum dan Dewan Keamanan secara independen melakukan
pemungutan suara untuk memilih anggota Mahkamah. Para calon yang memperoleh suara
terbanyak terpilih menjadi hakim Mahkamah Internasional. Biasanya lima (5) hakim
Mahkamah Internasional berasal dari negara anggota tetap Dewan Keamanan PBB (Amerika
Serikat, Inggris, Perancis, China, dan Rusia). Selain 15 hakim tetap, pasal 32 statuta
Mahkamah Internasional memungkinkan dibentuknya hakim ad hoc. Hakim ad hoc terdiri
dari dua hakim yang diusulkan oleh negara yang bersengketa. Kedua hakim ad hoc bersama-
sama dengan ke-15 hakim tetap memeriksa dan memutus perkara yang disidangkan.
Calon hakim tersebut harus memiliki moral yang tinggi (high moral characteristic). Ia
juga harus memenuhi persyaratan-persyaratan yang ditetapkan di negaranya untuk
menduduki suatu jabatan kehakiman tertinggi, ia harus pula diakui kompetensinya dalam
hukum internasional.
Statuta Mahkamah mensyaratkan bahwa pemilihan hakim tanpa memandang kebangsaan
(nasionalitasnya), namun dalam pelaksanaan faktor kebangsaan sangat dominant karena
pengangkatannya ditentukan oleh factor geografis.
 Dalam praktik kebiasaan tak tertulis, hakim mahkamah menganut pembagian sebagai berikut
:
- 5 orang dari negara-negara Barat;
- 3 orang dari negara-negara Afrika
- 3 orang dari negara-negara Asia;
- 2 orang dari negara-negara Eropa Timur;
- 2 orang dari negara-negara Amerika Latin;
 Dari praktek tidak tertulis, 5 orang dari 5 negara anggota tetap Dewan Keamanan menduduki
jabatan hakim dalam Mahkamah Internasional.
- Hakim Mahkamah Internasional dipilih untuk jangka waktu 9 tahun, dan setelah itu dapat
dipilih kembali.

Page | 12
- Untuk menjaga kelangsungan suatu sengketa dalam hal seorang atau beberapa hakim telah
memasuki masa tugasnya selama 9 tahun, maka Statuta mensyaratkan adanya pemilihan 5
orang hakim untuk bertugas selama 5 tahun secara interval (Pasal 13 ayat (1) Statuta
Mahkamah).
2) Hakim Ad Hoc
Seorang Hakim ad hoc diharuskan untuk mengucapkan sumpah seperti halnya seorang
hakim yang dipilih suatu pihak yang hendak meminta hakim ad hoc. Ia harus
mengumumkannya secepat mungkin niat tersebut. Peranan dan kedudukan Hakim ad hoc ini
sama dengan perana dan kedudukan hakim biasa. Namun, dalam persyaratan kuorum hakim
untuk mengambil putusan yaitu sebanyak 9 (Sembilan), tidaklah termasuk suara dari Hakim
ad hoc ini.
3) Chamber
Mahkamah dalam menyelesaikan sengketanya dapat memeriksa dengan seluruh
anggotanya atau cukup dengan beberapa hakim tertentu yang dipilih secara rahasia,
disebut Chamber. Putusan Chamber tetap dianggap sebagai putusan dari Mahkamah.
4) The Registry
Adalah organ administratif Mahkamah, bertanggung jawab hanya pada mahkamah. Tugas
utamanya memberi bantuan jasa di bidang administrative kepada negara-nrgara yang
bersengketa dan juga berfungsi sebagai suatu sekretariat. Kegiatannya mengurusi masalah
administratif, keuangan, penyelenggaraan konferensi dan jasa penerangan dari suatu
organisasi internasional.

G. MEKANISME KERJA MAHKAMAH INTERNASIONAL


Dalam menyelesaikan sengketa internasional,Mahkamah Internasional memiliki
kewenangan yang bersifat wajib atau mengikat dan tidak wajib atau tidak mengikat terhadap
negara yang bersengketa.Adapun ketentuan-ketentuan penyelesaian tersebut adalah sebagai
berikut:
1) Yuridiksi Penyelesaian Sengketa Yang Bersifat Wajib atau Mengikat
a) Ada perjanjian khusus antarnegara yang bersengketa tentang penyerahan penyelesaian
sengketa kepada Mahkamah Internasional
b) Pelaksanaan Yuridiksi ini memerlukan persetujuan pihak –pihak yang bersengketa
c) Permohonan peradilan dapat diajukan oleh salah satu pihak yang bersengketa dengan
syarat negara lawan memberikan persetujuannya.
d) Permohonan Peradilan diajukan bersama-sama oleh negara yang bersengketa.
Page | 13
2) Yuridiksi Penyelesaian Sengketa Yang Bersifat Tidak Wajib atau Tidak Mengikat
a) Bila negara yang bersengketa mengakui yuridiksi compulsory Mahkamah Internasional
berdasarkan klausul bahwa negara pihak statuta mengakui yurisdiksi Mahkamah
Internasional
b) Bila negara yang bersengketa terikat pada perjanjian yang menyatakan bahwa Mahkamah
Internasional mempunyai Yuridiksi atas sengketa tertentu di antara mereka.
c) Permohonan peradilan dapat diajukan secara sepihak oleh negara yang bersengketa
d) Permohonan peradilan disampaikan kepada Panitera Mahkamah Internasional dan proses
selanjutnya memberitahukan permohonan itu kepada negara lawan sengketa.

H. PROSEDUR PENYELESAIAN SENGKETA INTERNASIONAL


MELALUI MAHKAMAH INTERNASIONAL
Mahkamah Internasional merupakan lembaga peradilan tertinggi di seluruh dunia.
Sengketa internasional dapat diselesaikan oleh Mahkamah Internasional melalui prosedur
berikut:
1) Telah terjadi suatu pelanggaran Hak Asasi Manusia atau kejahatan kemanusiaan di suatu
negara terhadap negara lain atau rakyat negara lain.Seperti contohnya terjadi Pembantaian di
Rawagede pada tanggal 9 Desember tahun 1947,dalam agresi militer Belanda pertama yang
dilancarkan mulai tanggal 21 Juli 1947,tentara Belanda membantai empat ratus tiga puluh
satu (431) penduduk desa Rawagede,yang terletak di antara Karawang dan Bekasi, Jawa
Barat pada 9 Desember 1947.Selain itu,ketika pada waktu tentara Belanda datang menyerbu
Bekasi,ribuan rakyat mengungsi ke arah Karawang, dan juga mengakibatkan jatuhnya
ratusan korban jiwa di kalangan rakyat.Pada tanggal 4 Oktober 1948,tentara Belanda
melancarkan “sweeping” lagi di Rawagede,dan dalam aksi Belanda ini tiga puluh lima (35)
orang penduduk Rawagede dibunuh oleh pihak Belanda.
2) Ada pengaduan dari korban dan pemerintahan negara yang menjadi korban terhadap
pemerintahan dari negara yang bersangkutan karena di dakwa telah melakukan pelanggaran
Hak Asasi Manusia atau kejahatan kemanusiaan lainnya.
3) Pengaduan disampaikan ke Komisi Tinggi Hak Asasi Manusia (HAM) Perserikatan
Bangsa-Bangsa (PBB) atau melalui lembaga-lembaga Hak Asasi Manusia (HAM)
internasional lainnya.
4) Pengaduan ditindaklanjuti dengan proses penyelidikan,pemeriksaan,dan penyidikan.Jika
ditemui bukti-bukti kuat terjadinya pelanggaran HAM atau kejahatan kemanusiaan

Page | 14
lainnya,maka pemerintahan dari negara yang didakwa melakukan kejahatan kemanusiaan
(humaniter) dapat diajukan ke Mahkamah Internasional.
5) Dimulailah proses peradilan sampai kepada dijatuhkannya sanksi-sanksi.Sanksi dapat
dijatuhkan apabila terbukti bahwa pemerintahan atau individu yang bersangkutan telah
melakukan pelanggaran terhadap konvensi-konvensi internasional berkaitan dengan
pelanggaran HAM atau kejahatan kemanusiaan mempunyai wewenang untuk mencegah
terjadinya pelanggaran itu,tetapi tidak dilakukan dan tidak melakukan apa-apa untuk
mencegah terjadinya perbuatan itu.Segala keputusan Mahkamah Internasional bersifat
mengikat,final,dan tanpa adanya proses banding.Sehingga keputusan Mahkamah
Internasional mengikat para pihak yang bersengketa dan hanya untuk perkara yang
disengketakan.

I. KEPUTUSAN MAHKAMAH INTERNASIONAL DALAM MENYELESAIKAN


SENGKETA INTERNASIONAL
Keputusan Mahkamah diambil dengan suara terbanyak atau mayoritas dari hakim-hakim
yang hadir. Bila dalam proses pengambilan keputusan seimbang, maka seara ketua atau
wakilnya yang akan menentukan. Keputusan hanya dapat diambil dengan pemberian suara
Ketua Mahkamah.
Keputusan Mahkamah terdiri dari 3 bagian, yaitu :
a. Berisikan komposisi Mahkamah, informasi mengenai pihak-pihak yang bersengketa serta
wakil-wakilnya, analisa mengenai fakta-fakta, dan argumentasi, bukan pihak-pihak yang
bersengketa.
b. Berisikan penjelasan mengenai motivasi Mahkamah. Pemberian motivasi keputusan
Mahkamah merupakan karena suatu penyelesaian yuridiksi. Hal ini sering merupakan salah
satu unsur dari penyelesaian yang lebih luas dari sengketa. Oleh karena itu, perlu dijaga
sensibilitas pihak-pihak yang bersengketa.
c. Berita dispositif, ini berisikan keputusan Mahkama yang mengikat negara-negara yang
bersengketa.
Pasal 57 statuta menjelaskan tentang pendapat terpisah ialah bila suatu keputusan tidak
mewaili seluruh atau hanya sebagian dari pendapat bulat para hakim, maka hakim-hakim
yang lain berhak memberikan pendapatnya secara terpisah. Pendapat terpisah disebut
dissenting opinion, maksudnya adalah pendapat seorang hakim yang tidak menyetujui suatu
keputusan dan menyatakan keberatannya terhadap motif-motif yang diberikan dalam
Page | 15
keputusan tersebut. Dengan kata lain, pendapat terpisah adalah pendapat hakim yang tidak
setuju dengan keputusan yang diambil oleh kebanyakan hakim.
Pasal 13 Pakta Liga Bangsa-Bangsa telah memulai usaha ke arah pelaksanaan suatu
keputusan dengan menyatakan, bila suatu keputusan peradilan tidak dilaksanakan, maka
dewan dapat mengusulkan tindakan-tindakan yang akan menjamin pelaksanaan keputusan
tersebut. Piagam PBB dalam Pasal 94 menjelaskan :
a. Tiap-tiap negara anggota PBB harus melaksanakan keputusan Mahkamah Internasional
dalam sengketa apabila dia merupakan pihak.
b. Bila negara pihak suatu sengketa tidak melaksanakan kewajiban-kewajiban yang
dibebankan oleh mahkamah kepadanya, negara pihak lainnya dapat mengajukan
persoalannya kepada Dewan Kemanan dan dewan, kalau perlu dapat membuat rekomendasi-
rekomendasi atau memutuskan tindakan-tindakan yang akan diambil supaya keputusan
tersebut dilaksanakan.
Sebagai warga negara yang baik, tentu kita harus mendukung setiap keputusan
Mahkamah Internasional. Bila keputusan mahkamah tersebut, telah melalui suatu proses dan
memenuhi persyaratan-persyaratan hukum, serta telah diterima oleh pihak-pihak yang
bersengketa karena memiliki nilai-nilai kebenaran dan keadilan demi suatu perdamaian.
Ada dampak atau sanksi tersendiri yang akan diberikan bagi para pihak (negara) yang
tidak mematuhi keputusan Mahkamah Internasional.Karena keputusan Mahkamah
Internasional ini wajib dilaksanakan oleh para pihak yang bersengketa.Akan tetapi jika ada
negara yang tidak mematuhi keputusan tersebut,maka ada beberapa sanksi yang diterapkan
untuk memaksa negara tersebut harus mematuhinya.Adapun sanksi-sanksi tersebut antara
lain,adalah sebagai berikut:
1) Pengalihan investasi atau penanaman modal asing
2) Pengurangan bantuan ekonomi
3) Pengurangan tingkat kerja sama
4) Embargo ekonomi
5) Dikucilkan dari pergaulan internasional,dan
6) Diberlakukan travel warning atau peringatan bahaya berkunjung ke negara tersebut terhadap
warga negaranya.

J. BEBERAPA CONTOH PENYELESAIAN SENGKETA INTERNASIONAL


MELALUI MAHKAMAH INTERNASIONAL
Page | 16
1) Masalah Timor Timur diselesaikan secara internasional dengan cara referendum dan hasilnya
sejak tahun 1999 Timor Timur berdiri sendiri menjadi sebuah negara yang bernama Republik
Timor Lorosae.
2) Sengketa di wilayah Balkan dapat diselesaikan Mahkamah Internasional melalui Perjanjian
Damai Dayton pada tahun 1995 yang mengharuskan pihak Serbia,Muslim Bosnia dan
Muslim Kroasia mematuhinya.
3) Masalah Perbatasan Teritorial di Pulau Sipadan dan Ligitan antara Indonesia dan Malaysia
yang telah sekian lama tidak berhasil menemukan titik temu,akhirnya disepakati oleh kedua
pihak untuk membawa masalah tersebut ke Mahkamah Internasional.Dan setelah melakukan
pendekatan dan perjuangan panjang,akhirnya pada awal tahun 2003 Mahkamah Internasional
memutuskan bahwa memenangkan negara Malaysia sebagai pemilik Kepulauan tersebut.
4) Pembersihan etnis yahudi oleh Nazi Di jerman atas pimpinan Adolf Hitler, Mahkamah
Internasional telah mengadili dan menghukum pelaku.
5) Jepang banyak membunuh rakyat Indonesia dengan Kerja paksa dan 10.000 rakyat Indonesia
hilang. Pengadilan internasional telah dijalankan dan menghukum para penjahatnya.
6) Pemerintah Rwanda terhadap etniks Hutu : Selama tiga bulan di tahun 1994 antara 500
samapai 1 juta orang etnis Hutu dan Tutsi telah dibunuh oleh pemerintah Rwanda. PBB
menggelar pengadilan kejahatan perang di Arusha Tanzania dan hanya menyeret 29 penjahat
perangnya.
7) Runtuhnya Federasi Yugoslavia (1992) melahirkan perang saudara di antara bekas negara
anggotanya (Kroasia, Slovenia, Serbia, dan Bosnia Herzegovina). Namun pemerintahan
Yugoslavia yang dulu dikuasai oleh Serbia, tidak membiarkan begitu saja sehingga terjadi
pembersihan etnik (ethnic cleansing) terutama kepada etnik Kroasia dan Bosnia. Campur
tangan PBB menghasilkan keputusan Mahkamah Internasional yang didukung oleh pasukan
NATO, memaksa Serbia menghentikan langkah-langkah pembersihan etnik yang kemudian
mengadili para penjahat perang.. Hingga sekarang proses tersebut masih terus berlangsung.
Sementara itu, para penjahat perang dan kemanusiaan yang terlibat dibawa ke Mahkamah
Internasional untuk diadili, sementara yang lainnya masih terus diburu. Penjahat tersebut
yaitu Ljubomir Borovcanin, Goran Borovnica, Vlastimir Dordevic, Ante Gotovina, Goran
Hadzic, Gojko Jankovonic, Rodovan Laradzic, Milan Lukic, Sredojc Lukic, Streten Lubic,
Ratko Mladic, Drago nNicolic, Vinco Pandurevic, Nebodjsa Palvkovic, Vujadin Popovic,
Dragon Zelenovic, Stojan Zupijanin.

BAB III
Page | 17
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Mahkamah Internasional (The International Court of Justice) adalah merupakan salah
satu organisasi hukum utama badan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) yang bertugas atau
berwenang untuk memeriksa perselisihan atau sengketa antarnegara dan memutuskan
sengketa atau kasus hukumnya. Mahkamah Internasional merupakan badan pengadilan
internasional resmi yang bersifat tetap dan bertugas untuk memeriksa dan memutus perkara-
perkara yang diajukan kepadanya. Para anggotanya terdiri atas ahli hukum terkemuka, yakni
15 orang hakim yang dipilih dari 15 negara berdasarkan kecakapannya dalam hukum dan
masa jabatan mereka 9 tahun.
Adapun keputusan yang diberikan oleh Mahkamah Internasional ini bersifat mengikat
para pihak yang bersengketa,sehingga negara-negara yang bersangkutan wajib untuk
memenuhi dan mematuhi keputusan tersebut.Namun,apabila ada negara yang bersengketa
tidak menjalankan kewajiban tersebut,negara lawan sengketa dapat mengajukan permohonan
kepada Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa (DK PBB) yang memiliki
kewenangan untuk merekomendasikan agar keputusan itu dilaksanakan.Selain bertugas untuk
memeriksa perselisihan atau sengketa antarnegara dan memutuskan kasus
hukumnya,Mahkamah Internasional juga bertugas untuk memecahkan masalah yang ada di
antara kedua negara yang sedang mengalami bentrok yang tak kunjung
terselesaikan.Keputusan yang diberikan oleh Mahkamah Internasional bersifat relatif,yaitu
terkadang ada yang menguntungkan dan tidak sedikit juga yang merugikan.Namun,meskipun
keputusan Mahkamah Internasional ada yang merugikan salah satu pihak negara yang
bersengketa,maka negara tersebut harus tetap mengakui dan menerima keputusan karena
keputusan dari Mahkamah Internasional bersifat mengikat (paten) dan tidak bisa diganggu
gugat.Dan apabila ada negara yang memprotes keputusan,maka negara tersebut akan terkena
sanksi.Maka dari itu akan lebih baik apabila menerima keputusan yang telah Mahkamah
Internasional putuskan dengan lapang dada.

B. SARAN

Page | 18
Dengan disusunnya paper ini penulis berharap agar pembaca dapat memahami secara
detail tentang Mahkamah Internasional. Semoga makalah ini dapat berguna bagi pembaca.
Penulis juga mengharapkan kritik yang membangun agar penulis bisa lebih baik lagi.

Page | 19

Anda mungkin juga menyukai