Anda di halaman 1dari 19

FUNGSI YUDISIAL DAN QUASI YUDISIAL ORGANISASI INTERNASIO

NAL

Diajukan sebagai tugas Hukum Organisasi Internasional dan Regional

Richefa Alvero Zhafran (1806220351)


Rizky Murti Ramadhani (1806219570)

PENDAHULUAN

Secara historis, hukum internasional telah dianggap oleh komunitas


internasional sebagai sarana untuk memastikan pembentukan dan pelestarian
perdamaian dan keamanan dunia1. Pada zaman modern ini perkembangan pesat
dunia yang semakin memungkinkan terjadinya hubungan internasional dapat
menimbulkan potensi terjadinya konflik antar subjek hukum internasional.
Bahkan sebelum dibentuknya United Nations (UN) kerap kali terjadi perang,
seperti Perang Dunia I dan Perang Dunia II yang melatarbelakangi terbentuknya
organisasi ini. Sehingga, untuk menjaga perdamaian dan keamanan yang
didambakan, kemudian dibentuklah organisasi internasional untuk memastikan
tercapainya hal tersebut. Selain itu juga muncul badan ajudikatif yang dibuat oleh
komunitas internasional melalui suatu perjanjian internasional, melalui instrumen
yang dibuat oleh suatu organisasi internasional, melalui resolusi UN Security
Council, atau melalui pihak-pihak yang bersengketa2.
Dalam perkembangannya hingga saat ini, muncul banyak organisasi-
organisasi internasional yang memiliki spesifikasi di bidangnya masing-masing
dan tidak hanya perdamaian saja. Kemudian, dalam menjalankan pekerjaannya,
organisasi internasional memiliki fungsi-fungsi, diantaranya adalah fungsi
Judicial dan Quasi-Judicial, yang tersedia untuk membantu penyelesaian sengketa
internasional yang melibatkan Negara dan anggota Perhimpunan internasional
lainnya3.

1
Malcolm N. Shaw, International Law, cet.8 (USA:Cambridge University Press,2017),hlm. 764.
2
Jurnal cambridge hlm 890
Saat ini, penyelesaian sengketa internasional tidak hanya mencakup
sengketa antar negara saja, tetapi juga mencakup sengketa antar negara dengan
subyek hukum bukan negara, sengketa antar anggota organisasi dengan
organisasinya, dan sengketa organisasi atau anggotanya dengan pihak lain
termasuk individu4.
Selanjutnya, untuk dapat menyelesaikan sengketa internasional tersebut,
sejumlah institusi judicial atau quasi-judicial telah dibentuk atau diubah untuk
menangani berbagai sengketa internasional tersebut5. Institusi-Institusi tersebut
antara lain adalah International Court of Justice (ICJ), International Tribunal For
the Law of the Sea, The Appellate Body of World Trade Organizations (WTO),
dan lain-lain. Institusi tersebut memiliki kewenangan untuk mengadili sengketa
internasional bagi subjek hukum internasional.
Mengenai fungsi dari Organisasi Internasional, terdapat perbedaan antara
judicial dan quasi Judicial. Organisasi dengan fungsi judicial dapat diartikan
secara terbatas sebagai organisasi yang dapat menerapkan penetapan secara
permanen dalam hukum dan juga putusan yang mengikat pihak lain 6. Sedangkan
organisasi dengan fungsi quasi judicial merupakan organisasi yang memiliki
fungsi judicial namun dijalankan oleh otoritas administratif dan seringkali
melibatkan proses yang sebagian bersifat eksekutif dan sebagian lagi yudikatif 7.
Selanjutnya mengenai kedua fungsi ini akan dibahas lebih jauh pada pembahasan
disertai dengan contoh-contoh organisasi internasional terkait.

3
Philippe Sands and Pierre Klein, Bowett’s Law of International Institutions,cet.5 (London:Sweet
& Maxwell,2001), hlm. 337.
4
Phillipe,Bowett…., hlm.338 - 343.
5
Gilbert, The…, Hlm.848 - 864.
6
Gilbert, The…, Hlm.848 - 864.
7
H.W.R Wade. “Quasi-Judicial and its Background.” The Cambridge Law Journal (Maret 2006).
Hlm 216 - 240.
LATAR BELAKANG SEJARAH

Sebelum membahas lebih lanjut mengenai fungsi yuridiksi dan fungsi


quasi-yuridiksi serta lembaga-lembaganya akan lebih baik apabila kita mengetahui
terlebih dahulu mengenai awal mula munculnya suatu fungsi yuridiksi dalam
suatu organisasi internasional. Dalam perkembangannya lembaga yuridis
internasional bermula dengan munculnya pengadilan arbitrase di Den Haag pada
tahun 1899 yang dikenal dengan Permanent Court of Arbitration (PCA).8 Setelah
pecahnya perang dunia pertama munculah Permanent Court of International
Justice yang bertujuan untuk menjaga perdamain dunia dengan mengatasnamakan
hukum. Tidak berselang lama karena tujuan utama PCIJ dianggap gagal maka
kemudian setelah perang dunia kedua PCIJ dibubarkan lalu terbentuklah
International Court of Justice.
Namun jauh ke belakang sebelum adanya suatu sistem penyelesaian
yudisial organisasi internasional sudah terlebih dahulu banyak membantu
penyelesaian konflik dengan jalur non yudisial.9 Mengenai macam-macam
penyelesaian non-yudisial tersebut terdapat banyak macamnya diantaranya,
adalah:10
a. Negotiation, Consultation, Good Offices, Mediation,
Conciliation, Inquiry
Keenam hal ini yaitu Negotiation, Consultation, Good Offices, Mediation,
Conciliation, dan Inquiry merupakan salah satu bentuk penyelesaian konflik
internasional non-yudisial. Dari keenam penyelesaiaan tersebut Negotiation dan
Consultation adalah kedua cara penyelesaian yang paling umum digunakan dalam
penyelesaian konflik internasional.11 Seperti yang kita pahami Negotiation pada
dasarnya adalah diskusi antar kedua pihak yang terdapat dalam konflik untuk

8
Thomas Buergenthal, “Lawmaking by the ICJ and Others International Courts”, Cambridge Uni
versity press on behalf american society of International Law (2009), hlm.303.

9
Philippe Sands and Pierre Klein, Bowett’s Law of International Institutions,cet.5 (London:Sweet
& Maxwell,2001), hlm.350.
10
Phillipe,Bowett…., hlm.351.
11
Phillipe,Bowett…., hlm.351.
mencapa kesepakatan bersama. Dalam Hukum internasional sendiri terdapat tiga
bentuk dasar dalam negosiasi, yaitu:12
I. Negosiasi untuk pembahasan mengenai kepentingan bersama
II. Negosiasi untuk kodifikasi dan perkembangan hukum internasional
III. Negosiasi sebagai sarana penyelesaiaan sengketa.
Consultation adalah salah satu cara penyelesaian yang sering digunakan
oleh World Trade Organization (WTO).13 Consultation menurut krigis adalah
sesuatu penyelesaian konflik yang efisien dan damai untuk mencapai suatu
keputusan dengan penuh pertimbangan, sehingga tetap menjaga kepentingan
bersama dari masing-masing pihak didalam suatu komunitas internasional.14
Berbeda dengan Consultation dan Negotiation, Mediation dan Good
Office adalah suatu penyelesaian konflik dengan cara yang lebih formal karena
dalam kedua hal ini kedua belah pihak dituntut untuk lebih berperan proaktif.15
Good offices merupakan suatu penyelesaian sengketa yang sering digunakan oleh
Association of Southeast Asian Nations. Good Office sendiri adalah suatu
penyelesaian sengketa yang melibatkan pihak ketiga yang bersifat netral, pihak
ketiga ini bisa berupa negara maupun organisasi internasional yang nantinya pihak
tersebut bertugas untuk memfasilitasi pihak yang bersengketa sehingga kedua
belah pihak dapat bernegosiasi untuk menyelesaikan sengketa mereka. 16 Hampir
sama dengan Good Office, Mediation adalah penyelesaian sengketa yang juga
melibatkan pihak ketiga yang bersifat netral, dimana pihak ini bisa berupa suatu
negara atau organisasi internasional atau individu yang nantinya pihak ketiga ini
akan berperan aktif dalam pertukaran proposal antar pihak yang bersengketa dan

12
Kari Hakapää, , “Negotiation”
https://opil.ouplaw.com/view/10.1093/law:epil/9780199231690/law-9780199231690-e67.
Diunggah Mei 2013.
13
Dominic Thornton, Consultation,Good office,Concilation, and Mediation in WTO Dispute
Settlement System, (2017) https://silo.tips/download/chapter-5-consultation-good-office-
conciliation-and-mediation-in-wto-dispute-set (diakses pada sabtu 03 oktober 15:48)

14
Michigan Law Review, “Prior Consultation in International Law: A Study of State Practice”,
Foreign, International and Comparative Law (Februari 1984), hlm. 907.

15
Phillipe,Bowett…., hlm.350.
16
Ernst-Ulrich Petersmann, The GATT/WTO Dispute Settlement System: International Law,
International Organizations and Dispute Settlement, (London: Kluwer Law International, 1997),
hlm. 68.
bahkan pihak ini dapat mengajukan proposal informal. 17 Dalam Mediation pihak
ketiga tersebut disebut sebagai moderator, yang dimana tugas moderator bukan
lah sebagai arbitrator ataupun hakim.18
Conciliation adalah sistem penyelasian konflik lainnya yang melibatkan
pihak ketiga, sedikit berbeda dalam Conciliation pihak ketiga ini akan berperan
lebih formal dimana pihak ketiga ini juga akan menginvestigasi detail yang terkait
dengan konflik tersebut dan bahkan pihak ketiga dapat mengajukan proposal
formal sebagai resolusi dari suatu konflik.19 Conciliation sendiri merupakan salah
satu sistem penyelesaian yang sangat umum digunakan dan sangat berkembang
dalam organisasi internasional hal ini terbukti dengan adanya Security Council of
the United Nations, The Councils of NATO, the Arab League, dan masih banyak
yang lainnya. Dalam penyelesaian Inquiry pihak ketiga biasanya menyelesaikan
masalah berdasarkan suatu fakta.20 Kedua penyelesaian terakhir ini adalah
penyelesaian yang sering digunakan pada tahun 1899 dan 1907 ketika Konvensi
Den haag.
b. Arbitration
Pada umumnya Arbitration memiliki prosedur yang sama dengan Judicial
Settlement atau penyelesaian secara yuridis namun yang membedakan kedua hal
ini terletak pada badan yang mengadilinya.21 Dalam arbitrase untuk melakukan
suatu arbitrase maka harus terlebih dahulu ada sebuah special agreement atau ad
hoc agreement atau perjanjian umum arbitrase dari kedua belah pihak yang
berkaitan. Salah satu lembaga yang berjalan dalam sistem penyelesaian konflik
dengan arbitrase adalah Permanent Court of Arbitration. Berdasarkan pasal 45
konvensi den haag kedua belah pihak dapat melakukan sebuah perjanjian untuk
masing-masing memilih dua orang sebagai arbitrator, namun apabila hal tersebut
tidak berlaku maka maka setiap pihak hanya dapat memilih masing-masing satu
orang. Sama dengan Pengadilan Internasional, Arbitrase juga memiliki produk
hukum yang berkekuatan mengikat dan final.

17
Phillipe,Bowett…., hlm.350.
18
Anonim, “Negotiation, Mediation, and Arbitration”, https://clg.ab.ca/programs-services/dial-a-
law/negotiation-mediation-and-arbitration/ . Diakses 4 Oktober 2020.
19
Phillipe,Bowett…., hlm.351.
20
Phillipe,Bowett…., hlm.352.
21
Phillipe,Bowett…., hlm.352.
FUNGSI YUDISIAL ORGANISASI INTERNASIONAL

Seiring dengannya berkembangnya waktu maka seringlah terjadi konflik


atau permasalahan yang terjadi di ranah internasional. Konflik yang terjadi
tersebut bukanlah suatu hal yang mudah diatasi apabila sudah masuk ke dalam
ranah internasional. Hal- hal yang menyebabkan tidak mudahnya menyelesaikan
konflik internasional karena terkadang konflik tersebut menyangkut hubungan
antara negara atau banyak negara dan apabila konflik tersebut merupakanan
konflik internal maka hal tersebut berarti sudah menjadi pelanggaran berat yang
menyangkut Hak Asasi Manusia atau yang lainnya sehingga mendapat perhatian
internasional.
Dengan adanya konflik-konflik dan permasalahan tersebut maka
diperlukan lah suatu sistem penyelesaian salah satunya adalah penyelesaian secara
yudisial. Penyelesaian yudisial adalah penyelesaian suatu konflik internasional
melalui pengadilan internasional dengan menerapkan prinsip-prinsip hukum
internasional.22 Badan yang menjalankan suatu pengadilan internasional disebut
juga dengan Lembaga Yuridis Internasional. Seiring dengan berjalannya waktu
dan perkembangan dalam hukum internasional maka munculah suatu lembaga
yuridis yaitu International Court of Justice (ICJ). ICJ bukan lah satu-satunya
lembaga yuridis dalam hukum internasional melainkan ada banyak lembaga lain
seperti International Criminal Courts, International Tribunal for the Law of the
Sea, dan masih banyak yang lainnya, namun pada kali ini pembahasan akan
terfokuskan kepada ICJ yang merupakan suatu lembaga yuridis utama dari PBB.
a. International Court of Justice (ICJ)
Berdirinya International Court of Justice (ICJ) pada awalnya berdasarkan
dengan runtuhnya Permanent Court of International Justice (PCIJ) yang
merupakan pengadilan yuridis internasional pertama. Seperti yang sudah
disampaikan sebelumnya PCIJ didirakan pasca perang dunia pertama yang
bertujuan untuk menjaga perdamain dunia dengan hukum, namun usaha tersebut
gagal sehingga PCIJ dibubarkan.23 Pasca perang dunia kedua pada tahun 1945
22
Starke, J.G. Pengantar Hukum Internasional, cet.keempat, hlm 51
23
Thomas, Lawmaking…,hlm.304.
akhirnya PBB mendirikan ICJ dalam Konfrensi PBB mengenai Organisasi
Internasional (UNCIO) di San Fransisco, Legitimasi ICJ pun terdapat dalam Pasal
7 ayat (1) Piagam PBB yang menyatakan bahwa dalam PBB terdapat 7 organ
utama yang diantaranya adalah International Court of Justice.24 Maka dari itu
dapat kita simpulkan bahwa ICJ merupakan lembaga peradilan utama atau
principal judicial organ bagi PBB.
I. Yuridiksi
Mengenai yuridiksi dari ICJ pada dasarnya belum berubah semenjak dari
awalnya ICJ terbentuk, yaitu pada tahun 1945. ICJ pada dasarnya berwenang
dalam memutuskan sengketa yang terjadi pada negara member PBB maupun non-
member. Namun sebelum ICJ dapat menjalankan yuridiksinya pada suatu kasus,
kasus tersebut harus terlebih dahulu disetujui oleh negara-negara member dari
PBB.25 Hal tersebut disebabkan karena apabila suatu negara merupakan member
dari PBB maka hal tersebut dapat diartikan bahwa negara tersebut menerima
yuridiksi dari ICJ.26 Dengan adanya penjelasan tersebut maka pada dasarnya sama
halnya apabila ICJ mengahadapi suatu konfil yang menyangkut negara non-
member maka selama negara tersebut menyetujui yuridiksi dari ICJ maka hal
tersebut tidak menjadi masalah.27
Selain berkedudukan untuk melakukan pengadilan terhadap suatu konflik
international, General Assembly, Security Council, Badan Khusus, dan organ-
organ lainnya yang terdapat dalam PBB juga dapat berkonsultasi mengenai hukum
kepada ICJ.28 Sebagai contohnya adalah ketika WHO dan UN General Assembly
meminta pendapat hukum dari ICJ mengenai penggunaan senjata nuklir. 29
Walaupun ICJ memiliki tugas tersebut namun pada dasarnya tugas utama atau
tujuan utama dari dibentuknya ICJ adalah untuk menyelesaikan kasus perselisihan
internasional. Yuridiksi yang dipakai ICJ dalam menyelesaikan suatu perselisihan
internasional pada dasarnya tergantung pada negara mana yang terlibat dalam

24
Persatuan Bangsa-Bangsa, UN Charter, Ps. 7 ayat (1).
25
Phillipe,Bowett…., hlm.368..
26
International Court Of Justice. “How the Court Works”. https://www.icj-cij.org/en/how-the-
court-works . Diakses 8 Oktober 2020.
27
Henry G. Schermers dan Niels M. Blokker. International Institutional Law.(The Hague: Brill |
Nijhoff, 2011), hlm. 605.
28
Persatuan Bangsa-Bangsa, UN Charter, Ps. 96.
29
Thomas, Lawmaking…, hlm.304.
konflik tersebut.30 Dalam menyelesaikan kasus perselesihan internasional ICJ
memiliki beberapa yuridiksi yang teribagi menjadi 3 kategori, yaitu:31
1. Voluntary Jurisdiction
Dalam hal ini ICJ dapat menyelesaikan suatu konflik antara negara apabila
kedua negara yang sedang berkonflik tersebut melakukan special agreement atau
ad hoc agreement bahwa mereka setuju konflik tersebut akan diselesaikan melalui
ICJ.32 Hal tersebut diatur di dalam Pasal 36 ayat (1) statua ICJ yang menjelaskan
bahwa “yuridiksi pengadilan terdiri dari …. Atau dalam Perjanjian dan konvensi
yang berlaku”. Sehingga berdasarkan pasal tersebut maka dapat disimpulkan
bahwa selama apabila kedua negara yang terdapat dalam suatu konflik tersebut
menyetujui untuk melakukan penyelesaian dalam ICJ maka ICJ dapat
menjalankan yuridiksinya dalam kasus tersebut. Contoh kasus yang termasuk
dalam Voluntary Jurisdcition adalah Agreement of Slovakia and Hungary 1993).
2. Compulsory Jurisdiction
Penjelasan mengenai Compulsory Jurisdiction diatur dalam Pasal 36 ayat
(2) statuta ICJ. Berdasarkan pasal tersebut dapat dinyatakan bahwa apabila suatu
negara sudah menyetujui yuridksi dari ICJ maka dia berhak untuk membawa
negara lain yang juga menyetujui yuridiksi dari ICJ apabila terjadi konflik.
Begitupun sebaliknya apabila negara yang menyetujui yuridiksi tersebut dibawa
oleh negara lain kepada ICJ maka negara tersebut wajib hadir dihadapan
persidanagan tersebut.33 Perselisihan yang dapat dibawa kehadapan ICJ
berdasarkan pasal 36 ayat 2 statua ICJ adalah perselisihan mengenai:34
I. interprestasi perjanjian antara negara
II. Masalah yang menyangkut hukum internasional
III. Adanya fakta yang apabila ditetapkan akan melanggar suatu kewajiba
internasional
IV. Sifat atau ganti rugi yang diberikan apabila terjadi suatu pelanggaran
kewajiban internasional.

30
International Court of Justice, Statuta, Ps.38 ayat (5).
31
Sumaryo Suryokusumo, Hukum Organisasi Internasional, (Jakarta: UI Press, 1987), hlm. 179
32
Phillipe,Bowett…., hlm.360.
33
International Court of Justice, “Declaration recognizing the jurisdiction of the court as
cumpolsary” https://www.icj-cij.org/en/declarations . Diakses 6 Oktober 2020.
34
Phillipe,Bowett…., hlm.362.
Berdasarkan hal tersebut maka menurut bowett dalam bukunya terdapat
tiga faktor utama yang menyebabkan sejauh manakah efektifitas dari yuridiksi ini,
yaitu:35
a) Pengakuan dari kedua pihak bawa kedua belah pihak tersebut tunduk
terhadap yuridiksi dari ICJ.
b) Pengakuan dari kedua belah pihak tersebut harus valid.
c) Pembatasan yang muncul dari penambahan reservasi sampai deklarasi.
3. Advisory Opinion
Yuridiksi ini hadir karena suatu persidangan ICJ hanya dapat dihadiri oleh
negara-negara saja.36 Oleh karena itu ICJ membuat prosedur khusus agar organ
dan badan-badan yang terdapat pada PBB dapat meminta pendapat hukum kepada
ICJ. Oleh karena itu ICJ juga memiliki yuridiksi untuk memberi pendapat hukum
terhadap suatu permasalahan yang diminta oleh Organ maupun badan dalam PBB.
Sehingga pada dasarnya suatu organ maupun badan dalam PBB dapat meminta
pendapat hukum kepada ICJ selama permasalahan tersebut masih berhubungan
dengan ruang lingkup dari badan maupun organ tersebut. Sampai saat ini prosedur
ini berlaku bagi lima organ dan lima belas badan yang terdapat dalam PBB.Dalam
hal ini pendapat hukum yang dikeluarkan oleh ICJ sifatnya adalah tidak mengikat.
II. Produk Hukum
Sesuai dengan yuridiksinya maka ICJ memiliki dua macam produk hukum
yaitu putusan (Judgement) dan Pendapat Hukum (Advisory Opinion).37 Judgement
adalah produk hukum yang bertujuan untuk menyelesaikan suatu perselisihan
internasional dalam ranah pengadilan hukum internasional yang dimana subjek
hukum internasionalnya merupakan negara-negara, dan menghasilkan suatu
produk hukum yang berkekuatan mengikat. Sedangkan dalam konteks Advisory
Opinion adalah suatu produk hukum yang dikeluarkan oleh ICJ yang berbentuk
sebuah pendapat yang bertujuan untuk menjawab mengenai pertanyaan-
pertanyaan yang dilontarkan oleh baik organ maupun badan yang terdapat dalam
PBB dalam ruang lingkupnya masing-masing, berbeda dengan Judgement sebuah

35
Phillipe,Bowett…., hlm.362.
36
International Court of Justice, “Advisory Jurisdiction” https://www.icj-cij.org/en/advisory-
jurisdiction (diakses pada selasa 6 oktober 2020 22:21)
37
Sumaryo Suryokusumo, Hukum Organisasi Internasional, (Jakarta: UI Press, 1987), hlm. 180.
Advisory Opinion tidak bersifat mengikat. Berikut adalah penjelasan yang lebih
terperinci mengenai kedua produk hukum tersebut:
a. Judgement
Seperti yang sudah disampaikan sebelumnya Judgement adalah suatu
produk hukum dari ICJ yang timbul dari suatu pengadilan internasional. Selain itu
juga sudah disampaikan sebelumnya bahwa dalam produk hukum Judgement ini
memliki sifat yang mengikat, yang dimana dalam tahap ini dapat diartikan bahwa
pihak yang terikat dengan Judgement adalah subjek hukum internasionalnya itu
sendiri yang berupa negara yang terlibat dalam putusan tersebut. Selain bersifat
memaksa, Judgement juga merupakan suatu bentuk keputusan final sehingga
dalam kasus ini apabila suatu negara merasa tidak puas terhadap Judgement
tersebut maka negara tersebut tidak dapat melakukan banding.38
b. Advisory Opinion
Advisory Opinion merupakan salah satu produk hukum dari ICJ namun
pada Advisory Opinion adalah suatu produk hukum yang berbentuk sebuah
pendapat atas jawaban terhadap suatu permasalah internasional yang diajukan
baik oleh organ maupun badan yang terdapat dalam PBB. Walaupun pada
dasarnya pihak yang dapat mengajukan permintaan atas Advisory Opinion adalah
lima organ dan 15 badan yang ada dalam PBB, tetapi sebenarnya suatu negara
juga dapat mengajukan Advisory Opinion terhadap ICJ atas suatu permasalahan
39
yang terjadi pada negara tersebut. Tetapi dalam prosedur pengajuan permintaan
pendapat terdapat sedikit perbedaan antara organ atau badan PBB dengan negara.
Apabila suatu organ atau badan dalam PBB ingin mengajukan suatu
pendapat hukum atau Advisory Opinion, badan atau organ tersebut dapat meminta
secara langsung kepada ICJ selama hal tersebut masih dalam ruang lingkup dari
badan atau organ tersebut. Berbeda dengan badan atau organ, apabila suatu negara
ingin meminta Advisory Opinion maka negara tersebut harus mengajukan
permintaan tersebut kepada General Assembly terlebih dahulu yang nantinya
permintaan tersebut baru akan diajukan kepada ICJ melalui General Assembly.40
Hal ini pada dasarnya dikarenakan tujuan utama dibentuknya produk hukum
38
ibid
39
International Court of Justice, “Advisory Jurisdiction”, https://www.icj-cij.org/en/advisory-
jurisdiction. Diakses 7 Oktober 2020.
40
Sumaryo, Organisasi…, hlm 183.
berupa Advisory Opinion agar suatu organ dan badan dalam PBB dapat meminta
pendapat mengenai hukum, karena dalam badan atau organ dalam PBB tidak
dapat melakukan suatu pengadilan dalam ICJ sehingga produk hukum Judgement
tidak dapat berlaku bagi badan atau organ dalam PBB.
Mengenai sifat dari produk hukum tersebut pun pada dasarnya tidak
mengikat. Hal ini dikarenakan bentuk dari produk hukum ini hanyalah sebuah
pendapat atau saran yang menjawab suatu permasalahan internasional. Contoh
dari produk Advisory Opinion sendiri adalah mengenai konsekuensi hukum atas
pembangunan tembok di wilayah pemukiman palestina yang diajukan oleh
Majelis Umum dari PBB.
III. Komposisi
Layaknya suatu pengadilan dalam ICJ terdapat lima belas hakim, kelima
belas hakim tersebut dipilih oleh General Assembly dan Security Council dari
PBB yang nantinya akan menjabat selama sembilan tahun. 41 Masalah yang sering
terjadi dalam pemilihan hakim dalam ICJ adalah ketika banyaknya negara yang
mengajukan hakim. Mengenai kriteria hakim dari ICJ sendiri diatur dalam pasal 2
Statua ICJ yaitu orang yang dipercaya memiliki kualifikasi sebaga jurisconsults
dari negara yang diwakili untuk diangkat ke pengadilan tinggi atau juriscounsults
yang diyakini berkompen dalam bidang hukum internasional.42

FUNGSI QUASI-JUDICIAL ORGANISASI INTERNASIONAL

Fungsi Quasi-Judicial adalah fungsi untuk melakukan penyelesaian


sengketa yang dilakukan oleh pejabat administratif atau eksekutif yang memiliki
ciri dan elemen yudisial43. Sejak tahun 1989, jumlah badan peradilan internasional
semakin meningkat dibandingkan pada periode sebelumnya dimana badan yang
menyelesaikan sengketa entitas non-negara jauh melebihi jumlah badan peradilan
yang yurisdiksinya terbatas pada perselisihan antara negara-negara berdaulat.
Lebih jauh lagi, peningkatan jumlah ini dibarengi pula dengan perluasan dan

41
ICJ, “Members of The Court”, https://www.icj-cij.org/en/members . Diakses pada 7 Oktober
2020.
42
International Court of Justice, Statuta, Ps.46.
43
Quasi Judicial, https://www.law.cornell.edu/wex/quasi-judicial#:~:text=Definition,from%20a
%20quasi%2Djudicial%20proceeding. Diakses pada 7 Oktober 2020
transformasi luar biasa dari sifat dan kompetensi organ peradilan internasional 44.
Dengan demikian, kekuasaan dan fungsi dari organ peradilan baru ini secara
substansial berbeda dari yang sebelumnya 45. Pada perkembangannya Badan
Internasional ini,mereka mungkin atau mungkin tidak dianggap sebagai badan
yudisial, tetapi mereka harus disebutkan46.
Terdapat perbedaan antara peraturan “policy” dan hukum “law”,
perbedaan ini adalah dasar dari banyak doktrin hukum dan konstitusional. setiap
hukum termasuk didalamnya adalah peraturan. akan tetapi pada peraturan ia harus
melewati perubahan dasar sebelum dapat diakui sebagai suatu hukum. Dalam hal
Quasi-Judicial yang dijalankan oleh organisasi yang mengemban fungsi
administratif atau eksekutif, peraturan tersebut kemudian berubah menjadi sebuah
hukum. Organisasi Internasional yang memiliki peran fungsi Quasi-Judicial,
diantaranya adalah :
a) Security Council United Nations
Security Council atau Dewan Keamanan Persatuan Bangsa Bangsa (PBB),
adalah salah satu badan dari PBB yang bertugas untuk menjaga perdamaian dan
keamanan dunia. Keanggotaan dari dewan keamanan PBB terdiri dari
keanggotaan tetap dan tidak tetap, dimana menurut Bab V Piagam PBB Anggota
dari dewan keamanan PBB terdiri dari 15 negara dengan lima negara sebagai
anggota tetap, yaitu Republik Rakyat Cina, Prancis, Rusia, Inggris, dan Amerika
Serika. Sedangkan untuk anggota tidak tetap dipilih oleh General Assembly PBB
dengan masa jabatan dua tahun47.
Tanggung jawab Dewan Keamanan PBB sebagaimana diatur dalam
Piagam PBB mengatur tentang penyelesaian persengketaan internasional secara
damai (Bab VI Pasal 33 - 38) dan mengatur tentang penyelesaian persengketaan
nasional dengan paksaan atau kekerasan (Bab VII Pasal 39 - 54). Berdasarkan hal
tersebut, dapat disimpulkan bahwa Dewan Keamanan PBB memiliki kewenangan

44
Cesare, The…, hlm.
45
Cesare, The…, hlm.
46
Gilbert, The…, Hlm.848 - 864.
47
Marthinus Omba, “Tanggungjawab dan Peranan Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa
dalam Memelihara Perdamaian dan Keamanan Internasional,” Indonesian Journal of International
Law (Juli 2008), Hlm 766 - 789
untuk menyelesaikan sengketa internasional walaupun ia bukan badan khusus
peradilan internasional.
Dalam menyelesaikan sengketa internasional menurut pasal 33 ayat 1
piagam PBB, pihak yang memiliki perkara internasional yang dapat mengganggu
keamanan dan perdamaian internasional dapat mencari solusi melalui negosiasi,
penyelidikan, mediasi, konsiliasi, arbitrasi, penyelesaian di pengadilan,
menggunakan badan regional, atau cara damai lainnya sesuai pilihan mereka
sendiri. Kemudian pada pasal 33 ayat 2 Piagam PBB, dinyatakan bahwa Dewan
Keamanan PBB apabila diperlukan dapat memanggil kedua belah pihak yang
berperkara untuk menyelesaikan sengketa mereka. Berdasarkan data, sebagian
besar persengketaan internasional diselesaikan oleh Dewan Keamanan PBB
melalui cara damai, kecuali intervensi Irak ke Kuwait yang diselesaikan dengan
cara paksa pada tahun 199048, hal ini kemudian diatur pada pasal 42 -43 Piagam
PBB yang memperbolehkan Dewan Keamanan PBB untuk apabila terpaksa dapat
melakukan tindakan paksa melalui udara darat maupun laut demi menjaga atau
mengembalikan keamanan dan perdamaian internasional.
Kemudian mengenai kewenangannya menurut pasal 29 Piagam PBB,
Dewan keamanan PBB dapat membentuk organ pendukung yang dianggap perlu
untuk pelaksanaan fungsinya untuk menjaga perdamaian dan keamanan
internasional. Dan pada pasal 34 Piagam PBB juga disebutkan bahwa Dewan
Keamanan PBB diperbolehkan untuk melakukan investigasi terhadap setiap
sengketa atau situasi yang dapat menimbulkan potensi perpecahan internasional
dalam rangka menentukan apakah sengketa atau situasi tersebut dapat
membahayakan perdamaian internasional.
Berdasarkan piagam PBB tersebut, dapat disimpulkan bahwa Dewan
Keamanan PBB memiliki wewenang untuk menangani perkara internasional. Dan
dalam Bab VII piagam PBB disebutkan pula bahwa Dewan Keamanan PBB
memiliki kewenangan untuk memberikan keputusan yang mengikat. Walaupun
badan ini merupakan badan politik akan tetapi memiliki fungsi judicial sehingga
Dewan Keamanan PBB dapat disebut memiliki fungsi quasi-judicial. Selanjutnya
Dewan Keamanan PBB biasanya dalam menindaklanjuti Suatu bentuk protes

48
Marthinus, Tanggung…, hlm 766 - 789.
ataupun tuduhan pelanggaran perdamaian dan dan keamanan internasional tidak
menentukan pihak mana yang bertanggung jawab terhadap hal tersebut, tetapi
mereka cenderung untuk merekomendasikan metode penyelesaian sengketa dan
menghindari untuk membuat putusan yang bersifat mengadili tuduhan dan
mencari cara untuk menyelesaikan sengketa tersebut tanpa harus menentukan
pihak mana yang bersalah49.

STUDI KASUS
Dispute Settlements Body of World Trade Organization
WTO atau Organisasi Perdagangan Dunia adalah organisasi internasional
yang berdiri pada tahun 1995 melalui perjanjian Putaran Uruguay. Tugas utama
dari WTO adalah untuk mendorong perdagangan bebas, dengan mengurangi dan
menghilangkan hambatan-hambatan perdagangan bebas, dengan mengurangi dan
menghilangkan perdagangan seperti tarif dan non tarif; menyediakan forum
perundingan perdagangan internasional; penyelesaian sengketa dagang dan
memantau kebijakan perdagangan di negara anggotanya50.
Pada tahun 1994, Perjanjian WTO yang diperkenalkan sebagai Annex the
Understanding on Rules and Procedures Governing the Settlement of Disputes
(DSU). DSU dibuat untuk mencegah dan menyelesaikan sengketa yang timbul di
bawah perjanjian WTO dan instrumen yang terkait. Melalui DSU, terdapat prinsip
dan sistem yang berbeda dibandingkan prinsip WTO sebelumnya, dimana
keputusan panelis akan diadopsi dan menjadi mengikat secara hukum kecuali
terdapat kesepakatan yang berkata lain51. Sistem baru ini selanjutnya menjadi
dasar pengadilan dengan pihak ketiga yang dapat menimbulkan keputusan yang
mengikat untuk para negara anggota WTO.
DSU menetapkan sistem penyelesaian sengketa yang terdiri dari tiga
badan, yaitu Dispute Settlements Body (DSB), ad hoc panels, dan the Appellate
Body (AB). DSB adalah suatu badan politik terdiri dari perwakilan dari seluruh
anggota WTO. DSB mengatur mengenai proses penyelesaian sengketa

49
Oscar Schacter. “Quasi-Judicial Role of the Security Council and the General Assembly.” The
American Journal of International Law (Oktober 1964). Hlm.960 - 965
50
Lutfiyah Hanim dan Hira Jhamtani, “Sekilas WTO (World Trade Organisation),” igj.or.id,
diakses 7 Oktober 2020.
51
Phillipe,Bowett…., hlm.379.
internasional, mengawasi konsultasi antar para anggota yang berperkara,
mendirikan panelis peradilan sesuai permintaan para pihak yang berperkara,
mengambil atau menolak rekomendasi AB atau panelis ad hoc mengenai
penyelesaian perkara; dan mengawasi penerapan dari rekomendasi yang telah
dibuat52.
Sistem yang dibuat oleh WTO memiliki prosedur tertentu untuk
menyelesaikan sengketa antarnegara anggotanya. Menurut Artikel 4 DSU apabila
terjadi sengketa antar anggota terkait kewajiban yang berhubungan dengan
perdagangan, salah satu pihak dapat meminta pihak lainnya untuk berkonsultasi
dan menginformasikan DSB terkait permintaan tersebut. Apabila konsultasi
tersebut gagal, para pihak dapat mengajukan cara lain untuk menyelesaikan
perkaranya seperti good offices, conciliation, atau mediation dengan
pendampingan Direktur Umum WTO. Dan jika upaya tersebut gagal, maka FSB
dapat diminta untuk membuat panelis ad hoc yang akan mengadakan audiensi dan
menerbitkan rekomendasi yang tidak mengikat tentang kasus tersebut.
Rekomendasi tersebut kemudian dapat menjadi mengikat setelah diadopsi oleh
DSB. Tidak seperti sistem yang ada pada GATT, sistem WTO memungkinkan
diajukannya banding kepada ketujuh anggota tetap dari the Appellate Body.
Audiensi yang diadakan oleh AB didengar oleh 3 anggota divisi, yang mana dapat
menetapkan, merubah, atau mengembalikan temuan hukum yang dibuat oleh
panel ad hoc. Rekomendasi dari the Appellate body kemudian diadopsi oleh DSB
dan diberikan kekuatan mengikat, kecuali DSB memutuskan sebaliknya53.
Kemudian berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa, WTO
merupakan sebuah organisasi internasional yang memegang fungsi Quasi-Judicial,
dikarenakan sebelum bertindak lebih jauh, DSU WTO menyarankan untuk
menggunakan cara-cara non-peradilan terlebih dahulu. Dan DSU juga
mengharuskan para anggota untuk terlibat dalam konsultasi dengan asas “good
faith” demi menyelesaikan masalahnya walaupun masalah tersebut dapat langsung
dibawa ke panel ad hoc, sehingga meminimalisir penjatuhan hukuman dan adanya
kesepahaman antara kedua pihak yang berperkara. Selain itu, mengenai produk

52
Phillipe,Bowett…., hlm.380.
53
Phillipe,Bowett…., hlm.380.
hukum yang dihasilkan oleh WTO berupa rekomendasi dan dapat bersifat
mengikat, kecuali terdapat kesepakatan yang mengatur lain.
SIMPULAN
Kedudukan Organisasi Internasional, saat ini sangatlah penting
dikarenakan dapat menjadi sarana kerjasama antara negara-negara, mendiskusikan
dan membantu menyelesaikan tantangan ataupun kesulitan yang dihadapi secara
global, mulai dari persoalan mengenai perdamaian, lingkungan, ekonomi,hingga
hak asasi manusia.Tiap-tiap organisasi internasional pasti memiliki tujuan dan hal-
hal yang ingin dicapai, untuk itu di dalam organisasi internasional itu sendiri
memiliki fungsinya masing-masing salah satunya adalah fungsi judicial dan quasi-
judicial yang digunakan untuk menyelesaikan sengketa internasional yang terjadi.
Mengenai hal tersebut, penyelesaian sengketa internasional dapat
dilakukan melalui berbagai cara seperti Negosiasi, Konsultasi, Good Offices,
Mediasi, Konsiliasi, dan Penyelidikan. Sejak berakhirnya perang dunia I, mulai
muncul lembaga internasional untuk mengadili sengketa-sengketa antarnegara
yang memegang fungsi Judicial, seperti Permanent International Court of Justice
(P.I.C.J) yang kemudian pasca perang dunia II perannya digantikan oleh the
International Court of Justice (ICJ). Dan pada perkembangan selanjutnya, akibat
semakin dinamisnya perkembangan dunia dan juga bermunculan organisasi-
organisasi internasional lainnya, terjadi perubahan mengenai cara penyelesaian
sengketa pada beberapa organisasi internasional yaitu dengan cara Quasi-Judicial,
dimana badan-badan yang bersifat administratif atau eksekutif dapat melakukan
penyelesaian sengketa internasional dan memiliki kekuatan mengikat bagi para
pihak.
Daftar Pustaka
Dokumen Internasional

International Court of Justice. ICJ Statute.

Persatuan Bangsa-Bangsa. UN Charter.

Buku
Petersmann, Ernst-Ulrich. The GATT/WTO Dispute Settlement System:
International Law, International Organizations and Dispute Settlement. London:
Kluwer Law International, 1997.

Sands, Philippe and Pierre Klein. Bowett’s Law of International Institutions. cet.5
. London: Sweet & Maxwell, 2001.

Shaw, Malcolm N. International Law. cet.8 . Cambridge:Cambridge University


Press,2017.

Suryokusumo, Sumaryo. Hukum Organisasi Internasional. Jakarta: UI Press, 198


7.

Starke, J.G. Pengantar Hukum Internasional, cet.4.Jakarta: Sinar Grafika, 2008.

Schermers, Henry G. danNiels M. Blokker. International Institutional Law. The


Hague: Brill | Nijhoff, 2011.

Jurnal
Romano, Cesare P.R.“The Proliferation of International Judicial Bodies: The
Pieces of the Puzzle.” New York University Journal of International Law &
Politics (Januari 1999). Hlm.

Guillaume, Gilbert. “The Future of International Judicial Institutions.” The I


nternational and Comparative Law Quarterly (Oktober 1995). Hlm.848 - 864.

Omba, Marthinus. “Tanggungjawab dan Peranan Dewan Keamanan Perserikatan


Bangsa-Bangsa dalam Memelihara Perdamaian dan Keamanan Internasional.”
Indonesian Journal of International Law (Juli 2008). Hlm 766 - 789.

Schacter, Oscar. “Quasi-Judicial Role of the Security Council and the General
Assembly.” The American Journal of International Law (Oktober 1964). Hlm.960
- 965
Buergenthal, Thomas. “Lawmaking by the ICJ and Others International Courts.”
Cambridge University press on behalf american society of International Law,
(2009). Hlm.403 - 406.

Wade,W.R. “Quasi-Judicial and its Background.” The Cambridge Law Journal


(Maret 2006). Hlm 216 - 240.

Michigan Law Review. “Prior Consultation in International Law: A Study of State


Practice”, Foreign, International and Comparative Law (Februari 1984). Hlm. 90
7.

Website
Hanim, Luthfiyah dan Hira Jhamtani, “Sekilas WTO (World Trade
Organization),” igj.or.id. Diakses 7 Oktober 2020.

International Court of Justice. “Advisory Jurisdiction”, https://www.icj-


cij.org/en/advisory-jurisdiction . Diakses Rabu, 7 Oktober 2020.

https://www.icj-cij.org/en/members

International Court of Justice. “Declaration recognizing the jurisdiction of the


court as cumpolsary” https://www.icj-cij.org/en/declarations . Diakses 6 Oktober
2020.

International Court of Justice, “Advisory Jurisdiction” https://www.icj-


cij.org/en/advisory-jurisdiction . Diakses 6 Oktober 2020.

Dominic Thornton. “Consultation,Good office,Concilation, and Mediation in


WTO Dispute Settlement System.” https://silo.tips/download/chapter-5-
consultation-good-office-conciliation-and-mediation-in-wto-dispute-set . Diakses
3 Oktober 2020.

Anonim. “Negotiation, Mediation, and Arbitration.” https://clg.ab.ca/programs-


services/dial-a-law/negotiation-mediation-and-arbitration/ . Diakses 4 Oktober
2020.

International Court Of Justice. “How the Court Works.” \https://www.icj-


cij.org/en/how-the-court-works . Diakses 8 Oktober 2020.

Anda mungkin juga menyukai