Anda di halaman 1dari 15

Telah disetujui preseptor klinik Telah disetujui preseptor akademik

Hari/tanggal: Hari/tanggal :
Tanda Tangan: Tanda tangan:

-------------------------------------- -----------------------------------------
STASE KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH (KMB)
PROGRAM STUDI NERS (PROFESI)

Asuhan keperawatan pada kalien dengan colic abdomen


Di ruang kelas III RSUD Kepahiang tahun 2017

LAPORAN PENDAHULUAN

Oleh:
JOHAN WAHYUDI
NPM : 172426111NS

PROGRAM PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS DEHASEN BENGKULU
TAHUN 2017

1|Page
LAPORAN PENDAHULUAN
ASUHAN KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH PADA KLIEN DENGAN
COLIC ABDOMEN DI RUANG KELAS III RSUD KEPAHIANG
OLEH : JOHAN WAHYUDI

1. Kasus.

Colic abdomen

2. Proses terjadinya masalah.

1. Pengertian

Collic abdomen adalah nyeri perut yang kadang timbul secara

tiba-tiba dan kadang hilang dan merupakan variasi kondisi dariyang

sangat ringan sampai yang bersifat fatal (Ilmu Penyait Dalam, 2001 : 92).

Kolik abdomen adalah gangguan pada aliran normal isi usus

sepanjang traktus intestinal (Nettina, 2001) Obtruksi terjadi ketika ada

gangguan yang menyebabkan terhambatnya aliran isi usus ke depan

tetapi peristaltiknya normal (Reeves, 2001).

2. Etiologi

a. Inflamasi peritoneum parietal : perforasi peritonitis, opendisitis,

diverti kulitis, pankreanitis, kolesistitis.

b. Kelainan mukosa viseral : tukak peptik, inflamatory bowel disease,

kulitis infeksi, esofagitis.

c. Obstrukti viseral : ileus obstruksi, kolik bilier atau renal karena batu.

d. Regangan kopsula organ : hepatitis kista ovarium, pilelonefritis.

e. Gangguan vaskuler : iskemia atau infark intestinal.

f. Gangguan motilitas : irritable bowel syndrome, dispepsia fungsional.

2|Page
g. Ekstra abdominal : hespes trauma muskuloskeletal, infark miokard

dan paru dan lainnya.

3. Patofisiologi

Penyebab kolik menyebabkan inflamasi obstruksi dan perdarahan

di abdomen. Dari hal tersebut abdomen menjadi tak nyaman dan timbul

rasa nyeri, nyeri tersebut diakibatkan penyebab tersebut. Hal ini dapat

menimbulkan banyak masalah yang dapat mengganggu pasien.

Pathway

4. Pemeriksaan Penunjang

3|Page
Beberapa uji laboratorium tertentu dilakukan antara lain:

a. Nilai hemoglobin dan hematokrit, untuk melihat kemungkinan

adanya perdarahan atau dehidrasi.

b. Hitung leukosit dapat menunjukkan adanya proses peradangan.

c. Hitung trombosit dan faktor koagulasi, disamping diperlukan untuk

persiapan bedah, juga dapat membantu menegakkan diagnosis yang

lainnya.

5. Penatalaksanaan

A. (Farmakologis)

a. Obat prokinetik, untuk mempercepat peristaltik saluran

gastrointestinal.

Ex. Betanekol, metoklopramid, domperiden dan cisaride

b. Obat anti sekretorik, untuk menurunkan keasaman dan

menurunkan jumlah sekresi lambung. Pada umumnya tergolong

antagonis reseptor H2 (ARH2).

Ex. Simetidine, rantidine dan famatidin

c. Antasida

d. Obat pelindung mukosa

Ex. Sukralfat.

B. (Nonfarmakologis)

a. Koreksi ketidakseimbangan cairan dan elektrolit

b. Terapi Na+, K+, komponen darah

c. Ringer laktat untuk mengoreksi kekurangan cairan interstisial

4|Page
d. Dekstrosa dan air untuk memperbaiki kekurangan cairan

intraseluler

e. Dekompresi selang nasoenteral yang panjang dari proksimal

usus ke area penyumbatan; selang dapat dimasukkan dengan

lebih efektif dengan pasien berbaring miring ke kanan.

f. Implementasikan pengobatan unutk syok dan peritonitis.

g. Hiperalimentasi untuk mengoreksi defisiensi protein karena

obstruksi kronik, ileus paralitik atau infeksi.

h. Reseksi usus dengan anastomosis dari ujung ke ujung.

i. Ostomi barrel-ganda jika anastomosis dari ujung ke ujung

terlalu beresiko.

j. Kolostomi lingkaran untuk mengalihkan aliran feses dan

mendekompresi usus dengan reseksi usus yang dilakukan

sebagai prosedur kedua.

6. Pencegahan

a. Mengurangi mengkonsumsi makanan yang pedas

b. Tidak mengkonsumsi makanan yang asem

c. Menghindari mengkonsumsi sayuran tertentu misalnya, kol, sawi

d. Menghindari melakukan aktivitas yang berat

7. Asuhan keperawatan

A. Pengkajian

Pengakajian, meliputi :

a. Identitas klien

5|Page
1) Nama

2) Umur

3) Jenis kelamin

4) Suku bangsa

5) Pekerjaan

6) Pendidikan

7) Alamat

8) Tanggal MRS

9) Diagnosis

b. Keluhan utama

Keluhan yang dirasakan klien sebelum MRS dan saat MRS.

Biasanya klien mengeluh nyeri perut, defans muskular, muntah

dan lain-lain.

c. Riwayat kesehatan

 Riwayat kesehatan sekarang

Bagaimana serangan itu timbul, lokasi, kualitas, dan faktor

yang mempengaruhi dan memperberat keluhan sehingga

dibawa ke Rumah Sakit.

 Riwayat kesehatan dahulu

Megkaji apakah klien pernah sakit seperti yang dirasakan

sekarang dan apakah pernah menderita HT atau penyakit

keturunan lainnya yang dapat mempengaruhi proses

penyembuhan klien.

6|Page
 Riwayat kesehatan keluarga

Gambaran mengenai kesehatan keluarga dan adakah

penyakit keturunan atau menular.

d. Pola- pola fungsi kesehatan

 Pola pesepsi dan tata laksana hidup sehat

Perubahan penatalaksanaan dan pemeliharaan kesehatan

sehingga dapat menimbulkan perawatan diri.

 Pola nutrisi dan metabolisme.

Terjadi gangguan nutris karena klien merasakan nyeri

sehingga tidak toleran terhadap makanan dan klien selalu

ingin muntah.

 Pola eliminasi

Terjadi gangguan karena klien tidak toleran terhadap

makanan sehingga terjadi konstipasi.

 Pola aktivitas dan latihan.

Akan terjadi kelemahan dan kelelahan.

 Pola persepsi dan konsep diri

Tidak terjadi gangguan / perubahan dalam diri klien.

 Pola sensori dan kognitif.

Kurangnya pengetahuan akan menyebabkan collic

abdomen yang berulang.

 Pola reproduksi dan seksual.

7|Page
Tidak terjadi dalam gangguan dalam pola reproduksi dan

seksual.

 Pola hubungan peran

Kemungkinan akan terjadi perubahan peran selama klien

sakit sehubungan dengan proses penyakitnya.

 Pola penanggulangan stres.

Bagaimana cara klien mengatasi masalahnya.

 Pola tata nilai dan kepercayaan

Tidak terjadi gangguan pada pola tata nilai dan

kepercayaan.

e. Pemeriksaan fisik

 Status kesehatan umum

Akan terjadi nyeri perut yang hebat, akibat proses penyakitnya.

 Sistem respirasi.

Sesuai dengan derajat nyerinya, jika nyerinya ringan

kemungkinan tidak terjadi sesak tapi jika derajat nyerinya

hebat / meninggi akan terjadi sesak.

 Sistem kardiovaskuler

Bisa terjadi takikardi, brodikardi dan disritmia atau penyakit

jantung lainnya.

 Sistem persyarafan

Nyeri abdumen, pusing/sakit kepala karena sinar.

8|Page
 Sistem gastrointestinal.

Pada sistem gastrointestinal didapatkan intoleran terhadap

makanan / nafsu makan berkurang, muntah.

 Sistem genitourinaria/eliminasi

Terjadi konstipasi akibat intoleransi terhadap makanan.

f. Analisa Data

 Data 1

Ds : Nyeri pada perut

Do : Ekspresi wajah penderita, postur tubuh, berhati-hati

dengan abdomen, respon autonomik misalnya

perubahan tanda vital.

Masalah : Gangguan rasa nyaman (nyeri akut / kronik).

Etiologi : Proses penyakitnya.

 Data 2

Ds : Klien terlihat gelisah

Do : Perubahan tanda vital, perilaku menyerang, panik,

kurang kontak mata, ekspresi wajah.

Masalah : Ansietas / cemas

Etiologi : Perubahan status kesehatan (ancaman kematian)

 Data 3

Ds : Nyeri perut

Do : Muntah, intoleran terhadap makanan, mual.

9|Page
Masalah : Resiko gangguan pemenuhan nutrisi

Etiologi : Anoreksia (proses penyakitnya)

B. Diagnosa

1. Data 1

Gangguan rasa nyaman (nyeri akut/kronis) berhubungan

dengan proses penyakitnya ditandai dengan nyeri perut,

ekspresi wajah penderita, postur tubuh, berhati-hati dengan

abdomen, respon autonomik.

2. Data 2

Ansietas (cemas) berhubungan dengan status kesehatan

(ancaman kematian) ditandai dengan klien terlihat gelisah,

perubahan tanda vital, prilaku menyerang, panik, kurang

kontak mata, ekspresi wajah penderita.

3. Data 3

Resiko gangguan pemenuhan nutrisi berhubungan dengan

anoreksia (proses penyakitnya) ditandai dengan muntah, mual,

nyeri perut, intoleran terhadap makanan.

C. Intervensi

1. Diagnosa 1

Gangguan rasa nyaman (nyeri akut/kronis) berhubungan

dengan proses penyakitnya ditandai dengan nyeri perut,

10 | P a g e
ekspresi wajah penderita, postur tubuh, berhati-hati

dengan abdomen, respon autonomik.

Tujuan : Nyeri berkurang

Kriteria hasil :

a. Klien menyatakan nyeri mulai berkurang

b. Ekspresi wajah klien tidak menyeringai

Rencana tindakan

a. Catat keluhan nyeri, termasuk lokasi lamanya.

b. Observasi TTV klien.

c. Kaji ulang faktor yang meningkatkan atau

menurunkan nyeri.

d. Identifikasi dan batasi makanan yang menimbulkan

ketidaknyamanan.

e. Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian terapi.

Rasional :

a. Nyeri tidak selalu ada tetapi bila ada harus

dibandingkan dengan gejala nyeri pasien sebelumnya

dimana dapat membantu siagnosa.

b. Untuk mengetahui perkembangan klien.

c. Membantu dalam membuat diagnosa dan kebutuhan

terapi.

11 | P a g e
d. Makanan mempunyai efek penetralisir asam, juga

menghancurkan kandungan gaster. Makan sedikit

mencegah distensi dan haluaran gastrin.

e. antara individu. Penelitian menunjukkan merica dan

kopi berbahaya dapat menimbulkan dispepsia.

f. Untuk mempercepat proses penyembuhan.

2. Data 2

Ansietas (cemas) berhubungan dengan status kesehatan

(ancaman kematian) ditandai dengan klien terlihat gelisah,

perubahan tanda vital, prilaku menyerang, panik, kurang

kontak mata, ekspresi wajah penderita.

Tujuan : Cemas berkurang

Kriteria hasil :

· Menunjukkan rileks

· Klien tidak terlihat gelisah

· Menunjukkan pemecahan masalah

Rencana tindakan

a. Awasi respon fisiologis seperti takipnea, palpitasi.

b. Catat petunjuk prilaku seperti gelisah, mudah

terangsang, kurang kontak mata.

c. Dorong pernyataan takut dan ansietas : berikan

umpan balik.

d. Dorong orang terdekat tinggal dengan pasien.

12 | P a g e
e. Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian terapi

rasional

a. Dapat menjadi indikatif derajat takut yang dialami

pasien tetapi dapat juga berhubungan dengan kondisi

fisik.

b. Indikator derajat takut yang dialami pasien,misal :

pasien akan merasa tak terkontrol terhaap situasi atau

mencapai status panik.

c. Membantu pasien menerima perasaan dan

memberikan kesempatan untuk memperjelas

kesalahan konsep.

d. Membantu menurunkan takut melalui pengalaman

menakutkan menjadi seorang diri.

e. Untuk mempercepat proses penyembuhan dan

memberikan rasa tenang pada klien.

3. Diagnosa 3

Resiko gangguan pemenuhan nutrisi berhubungan dengan

anoreksia (proses penyakitnya) ditandai dengan muntah,

mual, nyeri perut, intoleran terhadap makanan.

Tujuan : Klien tidak merasa nyeri perut

Kriteria hasil :

· Klien tidak merasa mual dan muntah.

· Klien toleran terhadap makanannya.

13 | P a g e
Rencana tindakan:

a. Kaji dan observasi TTV klien.

b. Dorong klien untuk makan makanannya sedikit demi

sedikit.

c. Berikan makan sedikit tapi sering sesuai indikasi

pasien.

d. Kolaborasi dengan tim gizi dalam pemberian diit.

Rasional:

a. Untuk mengetahui keadaan / perkembangan klien.

b. Agar isi dalam lambung tidak kosong atau

memperbaiki keadaan sistem pencernaan klien.

c. Makanan mempunyai efek penetralisir asam, juga

menghancurkan kandungan gaster. Makan sedikit

mencegah distensi dan haluaran gastrin.

d. Melakukan fungsi independen perawat.

14 | P a g e
15 | P a g e

Anda mungkin juga menyukai