Anda di halaman 1dari 5

Tahrīf dan Membelokkan Perkataan Imam Syafi tentang Bacaan al-Qur’an untuk Mayit

By: Syaikh Idahram

Ternyata, ustad-ustad Wahabi (atau ustad-ustad Sunnah) telah menyampaikan fatwa Imam
Syafi’i tentang bacaan al-Qur’an untuk mayit secara tidak utuh. Ada dari mereka yang
memotong-motong perkataan Imam Syafii, ada juga yang menyembunyikan sebagian fatwa
belliau tentang hal itu. Seperti Ust. Firanda misalkan, dalam websitenya dia menyampaikan
bahwa ajaran-ajaran Imam Syafii dilanggar oleh pengikutnya, seperti berikut ini:

Semestinya pendapat imam Syafii dalam kitabnya al-Umm berikut ini yang disampaikan:
Begitu juga dengan ustad mereka yang disebut dengan Ust. Abul Jauzaa, dia menghilangkan
8 (delapan) baris isi kitab Syarah Muslim ketika dia menukilnya. Seperti berikut ini dia
menukil:

‫ ودليل الشافعي‬........‫وأما قراءة القرآن فادلشهور من مذهب الشافعي أنه ال يصل ثواهبا إىل ادليت‬
ِ ‫وموافقيه قول‬
ِ ‫ وأَن ل ّْيس لِ ِإلنس‬: ‫هللا تعاىل‬
‫ إذا مات ابن آدم انقطع عمله‬: ‫ وقول النيب ملسو هيلع هللا ىلص‬.‫ان إِالّ َما َس َعى‬ َ َ َ
‫ صدقة جارية أو علم ينتفع به أو ولد صاحل يدعو له‬:‫إال من ثالث‬

”Adapun bacaan Al-Qur’an (yang pahalanya dikirmkan kepada si mayit), maka yang masyhur
dalam madzhab Syafi’i adalah bahwa perbuatan tersebut tidak akan sampai pahalanya
kepada mayit yang dikirimi...... Adapun dalil Imam Syafi’i dan para pengikutnya adalah
firman Allah (yang artinya) : ”Dan tidaklah seseorang itu memperoleh balasan kecuali dari
yang ia usahakan” (QS. An-Najm : 39); dan juga sabda Nabi shallallaahu ’alaihi wasallam
(yang artinya) : ”Apabila anak Adam telah meninggal dunia, maka terputuslah amalnya
kecuali atas tiga hal : shadaqah jaariyah, ilmu yang dimanfaatkan, atau anak shalih yang
mendoakannya” [Lihat Syarh Shahih Muslim oleh An-Nawawi 1/90].1
Padahal seharusnya seperti ini:

Baik Ust ‘F” maupun Ust “AJ”, seharusnya menyampaikan perkataan Imam Syafii secara
utuh, tidak memotong-motongnya dan tidak menyembunyikannya, karena beberapa
fakta dan data sebagaimana berikut ini:

1. Adanya perkataan langsung Imam Syafi’i dalam kitab beliau sendiri al-Umm, pada
bab Kitāb al-Janāiz, pada pembahasan 'Adad Kafan al-Mayit:
ِ ِّ‫ب لَو قُأ ِر َ ِع ْن َد الْ َق ِْ و ُأد ِعي لِلْمي‬ ِ
‫ت‬ َ َ َ ْ ‫ َوأُأ ُّب‬: ‫قال الشافعى‬

1
http://abul-jauzaa.blogspot.co.id/2008/08/hukum-mengirim-pahala-kepada-mayit.html
“Imam al-Syafi’i berkata: Aku menyukai sendainya dibacakan al-Qur’an disamping
kubur dan dibacakan do’a untuk mayit.”2

2. Imam al-Nawawi juga berkata dalam kitabnya, Riyādh al-Shālihīn, tentang pendapat
Imam Syafi’i dalam masalah ini:
‫القرآن ِع ْنددُأ ا َن َ سناًا‬
‫رآن َوإن َ تَ ُأموا ُأ‬ ‫قرأَ ِع ْن َددُأ يءٌء ِم َن ُأ‬
ِ ‫الق‬ ‫ ويُأ ْستَ َ ُّب‬:‫الشافِ ِع ُّبي‬
َ ‫ب أ ْن يُأ‬ ‫ال َّش‬
َ َ‫ق‬
Imam al-Syafi’i berkata: Disunnahkan membaca al-Qur’an kepada mayit yang telah
di kubur. Jika sampai dikhatamkan al-Qur’an, maka itu lebih baik.3

3. Juga dalam kitab Imam Nawawi yang lain, al-Majmu’:


‫يست ب أن ميكث على الق بعد الدفن ساعة يدعو للميت ويستغفر له نص عليه الشافعي واتفق‬
‫عليه االص اب قالوا ويست ب أَ ْن يَ ْق َرأَ عندد ئ من القرآن وإن تموا القرآن ان أفضل وقال‬
‫مجاعات من أص ابنا يست ب أن يلقن‬
Dianjurkan berdiam diri sebentar di sisi kubur setelah pemakaman, untuk
mendoakan mayit dan memohonkan ampunan untuknya, demikian dikatakan
Imam Syafi’I secara tertulis, dan disepakati oleh para ulama mazhab Syafi’i.
Mereka berkata: dianjurkan membacakan beberapa bagian al-Qur’an di sisi kubur,
jika mengkhatamkan al-Qur’an, maka lebih afdhal. Sekelompok ulama mazhab Syafi’i
berkata: dianjurkan supaya ditalqinkan.4

4. Imam al-Mawardi juga berkata dalam kitabnya, al-Hāwi al-Kabīr, tentang pendapat
Imam Syafi’i dalam masalah ini:
‫ ورأيت من أوصى ابلقراءة عند ق د وهو عندان سن‬:‫فأما القراءة عند الق فقد قال الشافعي‬
“Adapun membaca al-Qur’an disisi kuburan, maka sungguh Imam asy-Syafi’i telah
berkata: “aku berpendapat, orang yang berpesan agar dibacakan al-Qur’an disisi
kuburannya adalah hasan (bagus) menurut kami.”5

5. Imam Abu Bakar Ahmad al-Khallal al-Baghdadi juga berkata dalam kitabnya, al-
Qirāah inda al-Qubūr, tentang pendapat Imam Syafi’i dalam masalah ini:
‫ (( سألت الشافعي عن‬: ‫ مسعت احلسن بن الصباح الزعفراين يقول‬: ‫أ ين روح بن الفرج قال‬
)) ‫ ال أبس به‬: ‫القراءة عند الق فقال‬

Ruh bin Al Faraj mengbariku, dia berkata: Aku mendengar al-Hasan bin al-Shabāh
Az Za’farāni, dia berkata: “Aku bertanya kepada Imam as-Syafi'i tentang
membaca al-Qur'an di kuburan. Beliau menjawab: Iya, tidak apa-apa (Abu Bakar
Ahmad al-Khallal al-Baghdadi, al-Qiraah inda al-Qubur, pada periwayatan no. 6,
halaman 89, jika versi Syamilah pada volume 1 halaman 7)

6. Imam Ibnu ‘Allan juga berkata dalam kitabnya, Dalīl al-Fālihīn, tentang pendapat
Imam Syafi’i dalam masalah ini:
2
Imam al-Syafi’i, al-Umm, Dar al-Wafa Alexandria-Mesir 2001, pada kitab al-Janaiz, pada pembahasan
'adad kafan al-mayit, juz 2 halaman 645.
3
Muhyi al-Din ibnu Syaraf al-Nawawi, Riyadh as-Shalihin, Muasasah al-Risalah, halaman 295.
4
Muhyi al-Din ibnu Syaraf al-Nawawi, al-Majmu Syarh al-Muhadzdzab, tahqiq Muhammad Najib al-
Muthi'i, Maktabah al-Irsyad Jeddah-Kerajaan Saudi Arabia, volume 5, hal. 260.
5
Abu al-Hasan Ali al-Mawardi al-Bashri, al-Hawi al-Kabir fi Fiqh Madzhab asy-Syafi’i (Syarah
Mukhtashar al-Muzanni), tahqiq Ali Muhammad Muawwadh at all, Dar al-Kutub al-Ilmiah Beirut-
Lebanon 1994, jilid 3 halaman 26.
‫ ويست ب أن يقرأ عندد يء من القرآن) ليصيبه من الرمحة النازلة على‬:‫(قال الشافعي رمحه هللا‬
.‫فضله‬ ‫القراء للقرآن نصيب (وإن تموا القرآن) أي قرءود ( له ان سناًا) لعظيم‬
“(Imam al-Syafi’i rahimahullāh berkata: disunnahkan untuk membaca sesuatu
dari al-Qur’an di sisi kubur) agar ia mendapatkan bagian dari rahmat yang turun
kepada yang membacanya, (apabila mereka mengkhatamkan al-Qur’an) yakni
membacanya (semuanya maka itu bagus) karena begitu besar keutamaannya”6

7. Imam Ali ibnu Sultan Muhammad al-Qari juga berkata dalam kitabnya Mirqāt al-
Mafātih (Syarh Misykat al-Mashabih karya al-Tibrizi) tentang pendapat Imam Syafi’i
dalam masalah ini:
‫القرآن ِع ْنددُأ ا َن َ سناًا‬
‫رآن َوإن َ تَ ُأموا ُأ‬ ‫قرأَ ِع ْن َددُأ يءٌء ِم َن ُأ‬
ِ ‫الق‬ ‫ ويُأ ْستَ َ ُّب‬:‫الشافِ ِع ُّبي‬
َ ‫ب أ ْن يُأ‬ ‫ال َّش‬
َ َ‫ق‬
“Imam al-Syafi’i berkata: Disunnahkan membaca al-Qur’an kepada mayit yang
telah di kubur. Jika sampai dikhatamkan al-Qur’an, maka itu lebih baik.”7

Maksud dari Pendapat Masyhur Imam Syafi’i “Tidak Sampai” adalah Jika Tidak
Diniatkan atau Tidak Dikhususkan
8. Syaikh al-Islam Zakaria Al-Anshari as-Syafi’i (w. 926 H) dan Ibnu Hajar Al-Haitami
as-Syafi’i (w. 974 H), sebagai ulama bermadzhab as-Syafi’i menjelaskan maksud
Imam Syafii mengatakan “bacaan al-Quran itu tidak sampai” adalah jika
pahalanya tidak diniatkan atau tidak dibacakan di hadapan si mayit.8

9. Imam Zakaria al-Anshari berkata:

‫أما القراءة فقال النووي يف رح مسلم ادلشهور من مذهب الشافعي أنه ال يصل ثواهبا إىل ادليت‬
‫وقال بعض أص ابنا يصل وذهب مجاعات من العلماء إىل أنه يصل إليه ثواب مجيع العبادات من‬
‫صالة وصوم وقراءة وغريها وما قاله من مشهور ادلذهب حممول على ما إذا قرأ ال حبضرة ادليت ومل‬
‫ينو ثواب قراءته له أو نواد ومل يدع بل قال السبكي الذي دل عليه اخل ابالستنباط أن بعض‬
‫القرآن إذا قصد به نفع ادليت نفعه وبني ذلك وقد ذ رته يف رح الروض‬
“Adapun pembacaan al-Qur’an, Imam an-Nawawi mengatakan didalam Syarh
Muslim, ‘Pendapat yang masyhur dalam madzhab asy-Syafi’i bahwa, pahala bacaan
al-Qur’an tidak sampai kepada mayit, sedangkan sebagian ashab (ulama kami)
menyatakan sampai, begitu juga sekelompok ‘ulama berpendapat bahwa, pahala
seluruh ibadah sampai untuk mayit seperti; shalat, puasa, bacana al-Qur’an dan
yang lainnya. Apa yang dikatakan sebagai pendapat masyhur di sini bermakna:
jika membacanya tidak di hadapan mayit dan tidak meniatkan pahala
bacaannya untuk mayit, atau meniatkannya tapi tidak berdoa untuknya.
Bahkan Imam al-Subkiy berkata; “Yang ditunjukkan oleh hadis berdasarkan
kesimpulan menunjukkan bahwa, sebagian ayat al-Qur’an jika diniatkan untuk

6
Ibnu Muhammad ‘Ali bin Muhammad bin ‘Allan bin Ibrahim al-Bakriasy-Syafi’i, Dalil al-Falihin, Dar al-
Ma'rifah Beirut-Lebanon 2004, jilid, hal 426.
7
Imam Ali ibnu Sultan Muhammad al-Qari, Mirqāt al-Mafātih (Syarh Misykāt al-Mashābih karya al-
Tibrizi), Dar al-Kutub al-Ilmiah Beirut-Lebanon 2001, Kitab al-Iman, bab Itsbat 'Adzan al-Qabr, jilid 1,
hal 327.
8
Lihat: Syaikh al-Islam Zakaria al-Anshari (w. 926 H), Fath al-Wahhab, jilid 2, hal. 23, dan Ibnu Hajar
Al-Haitami w. 974 H, Al-Fatawa Al-Fiqhiyah Al-Kubro, jilid 2, hal. 27.
kemanfaatan mayit maka akan bermanfaat untuknya, seputar itu kesimpulannya.
Itu telah kujelaskan di kitab Syarah ar-Raudhah.”9

10. Imam Ibnu Hajar al-Haitami juga telah menjelaskan:

‫ هذا أتييد للمتأ رين يف محلهم مشهور ادلذهب على ما إذا مل يكن حبضرة‬- ‫ هنع هللا يضر‬- ‫و الم الشافعي‬
‫ادليت أو مل يدع عقبه‬
“Dan perkataan Imam asy-Syafi’i ini (bacaan al-Qur’an tidak sampai) justru
memperkuat pendapat ulama-ulama Mutaakhkhirin yang membawa pendapat
masyhur kepada pengertian apabila tidak dihadapan mayit atau apabila tidak
mengiringinya dengan do’a.”10

11. Lagi, penjelasan yang senada dalam kitab Tuhfah al-Muhtāj :

‫ إنه مشهور ادلذهب على ما إذا قرأ ال حبضرة ادليت ومل ينو القار‬:‫قال عنه ادلصنف يف رح مسلم‬
‫ثواب قراءته له أو نواد ومل يدع له‬
Terkait hal itu, pengarang kitab berkata dalam Syarah Muslim, “Sesungguhnya
(maksud dari) pendapat masyhur adalah, jika membacanya tidak di hadapan
mayit dan pembacanya tidak meniatkan pahala bacaannya untuk mayit, atau
meniatkannya tapi tidak mendo’akannya.”

Ternyata, klaim bahwa Imam Syafi’i mengatakan, “bacaan al-Qur’an untuk mayit
tidak sampai” hanyalah fitnah belaka! Orang luar mazhab Syafi’i ko’ repot-repot
berusaha keras menjelaskan pendapat mazhab syafi’i, ya ga’ nyambung! Urusin aja
mazhab kalian wahai para ustad sunnah, jangan mengobok-obok mazhab lain!

9
Zakaria al-Anshari (w. 926 H), Fath al-Wahhab, jilid 2, hal. 23.
10
Ibnu Hajar Al-Haitami w. 974 H, Al-Fatawa Al-Fiqhiyah Al-Kubro, volume 2, hal. 27.

Anda mungkin juga menyukai