Sumber Bacaan:
Digabung, disingkat dan dimodifikasi untuk kepentingan Tutorial Online Teori Ekonomi Mikro I
di Program Sarjana (S-1) FEKON UT oleh: Ake Wihadanto (2013).
Tutorial Online S-1
Biaya produksi didefinisikan sebagai: semua pengeluaran yang dilakukan oleh perusahaan
untuk memperoleh faktor-faktor produksi dan bahan-bahan mentah yang digunakan untuk
menciptakan barang-barang yang diproduksi oleh perusahaan.
Sunk cost merupakan pengeluaran yang sudah terjadi dan tidak dapat diganti. Karena tidak
dapat diganti itulah maka seharusnya hal ini tidak mempengaruhi perusahaan dalam
mengambil keputusan
Biaya Jangka Pendek untuk jangka pendek, beberapa input untuk produksi dari suatu
perusahaan sudah dapat dipastikan., sementara input yang lain dapat dirubah yang
disesuaikan dengan perubahan outputnya.
Biaya total (TC) biaya total dari produksi mempunyai dua komponen, yaitu biaya tetap
(FC) yang memikul beban berapapun tingkat output yang diproduksi oleh perusahaan, dan
biaya variabel (VC) yang bervariasi berdasarkan tingkat output.
Biaya marjinal (MC) Biaya marjinal atau yang bisa juga disebut dengan biaya kenaikan
adalah peningkatan biaya yang harus dikeluarkan untuk memproduksi satu unit tambahan
output.
Biaya rata-rata (AC) Biaya rata–rata adalah biaya per unit output. Biaya total rata-rata
TC
(ATC) merupakan biaya total perusahaan dibagi dengan tingkat outputnya .
Q
Kebutuhan utama dalam memproduksi suatu barang dan jasa adalah faktor produksi. Ukuran
yang biasa digunakan untuk mengukur penggunaan faktor produksi adalah biaya yang biasanya
dinilai dengan uang sehingga total biaya dapat mencerminkan jumlah faktor produksi yang
dikorbankannya. Dalam membahas teori biaya ada 2 asumsi yang digunakan:
1. Perusahaan bergerak pada pasar persaingan sempurna. Harga output ditentukan pasar.
2. Faktor produksi (input) yang digunakan berupa barang dan modal tenaga kerja yang
bersifat variabel.
Teori biaya produksi jangka pendek ada dua pembagian biaya yaitu biaya tetap (fixed cost, FC)
dan biaya variabel ( variable cost, VC ). Biaya tetap adalah biaya yang jumlahnya tidak
tergantung atas besar kecilnya kuantitas produksi yang dikeluarkan. Apabila produksi barang
dalam jangka waktu sementara dihentikan, maka biaya tetap ini harus dibayar dalam jumlah
yang sama misalnya sewa gedung, pajak, penyusutan alat-alat, gaji pegawai, dan sebagainya.
Biaya variabel adalah biaya yang jumlahnya berubah-ubah sesuai dengan perubahan kuantitas
produk yang dihasilkan. Makin besar kuantitas produksi makin besar pula jumlah biaya variabel
seperti bahan mentah, biaya tenaga kerja dan sebagainya. Gambar II-1(a) dan II-1 (b)
menunjukan perilaku masing-masing biaya.
Pada biaya variabel laju kenaikan produksi diikuti oleh laju kenaikan biaya. Biaya total atau
total cost (TC) adalah penjumlahan dari biaya tetap dan biaya variabel. (Gambar II-2)
Biaya total dibagi jumlah produksi biasa disebut sebagai biaya rata-rata (average cost, AC):
TC
Misalnya : AC = atau sering cukup ditulis AC = C/Q
Q
Biaya variabel rata rata- rata(average variable cost) AVC = VC
Q
VC
Biaya tetap rata-rata (average fixed cost) AFC =
Q
Biaya marginal adalah tambahan biaya total akibat dari penambahan produk yang dihasilkan
atau angka perbandingan antara tambahan biaya total dengan angka tambahan produk yang
dihasilkan, formulasi rumusnya sebagai berikut:
TC ðTC 1
MC = Q atau turunan I = f (Q)
ðQ
titik minimum
AFC
Hubungan antara biaya dan jumlah produksi (Q) disebut fungsi biaya (C) dalam bentuk model
adalah C =f (Q).
Definsi biaya jangka panjang adalah semua biaya-biaya tetap dan variabel dalam jangka
panjang menjadi kategori biaya variabel seperti sewa gedung, penyusutan mesin-mesin, pajak
dan sebagainya adalah biaya tetap pada jangka pendek tetapi jangka panjangnya biaya
tersebut menjadi biaya variabel.
Biaya jangka pendek ( short run cost, S) menggambarkan keadaan FC tertentu, misalnya pada
STC, kalau menjadi tambahan investasi FC. Digambarkan dengan LTC adalah long run total cost,
yakni biaya total jangka panjang.
II. Short Average Cost,2 (SAC2) dan Short Marginal Cost, 2(SMC2)
III. Short Average Cost,3 (SAC3) dan Short Marginal Cost, 3(SMC3)
Keterangan :
1. LAC : Long run Average cost atau biaya rata-rata jangka panjang
2. LMC : Long ru marginal cost atau biaya marginal jangka panjang
3. Daerah A adalah daerah economis of scale ( increasing) return to scale)
4. Daerah B adalah daerah (dis-economis of scale decreas return to scale)
Optimum output adalah produksi yang dihasilkan dengan biaya rata-rata (AC) terendah.
Optimum merupakan tingkatan ‘sesuatu’ hal yang paling baik. Tujuan pokok dari perusahaan
adalah optimum dalam pengambilan keputusan, yaitu keputusan penentuan kuantitas barang
yang diproduksi dan harga jualnya.
Guna mendukung dua keputusan tersebut perlu dilakukan optimasi oleh proses produksi,
alokasi penggunaan input dan sebagainya. Pada era tradisional tujuan suatu perusahaan
adalah maksimumkan keuntungan tetapi dalam pandangan modern tujuan perusahaan tidak
semata-mata keuntungan maksimum lagi juga ada pertimbangan sosial dan ekonomi. (lihat
gambar II-8).
Gambar II-8 : Kurva supply, Keuntungan Maksimum, Output dan Equilibrium Output.
Secara matematis dapat dihitung, bahwa optimum output identik dengan keuntungan
maksimum.
=R – C
=P.Q – f(Q)
Order I maks = d = 0
dQ
=d = P – dc = 0 sehingga diperoleh: P = MC
dQ dQ
harga output dikurangi biaya rata-rata kali produksi, Pada harga P2, harga dibawah ACminimum
keuntungan negatif (rugi), tetapi tetap memproduksi sebesar Q2 dalam jangka pendek karena
P2 > AVC artinya kerugian berupa fixed cost masih dapat tertutupi dari hasil penjualan produk.
Disinilah letak ekonomi sosial (sosial economic) karena masih memperkerjakan tenaga kerja
yang ada (tanpa PHK) kapan perusahaan berhenti produksi ? berhentinya disaat produksi Q**,
karena saat itu kerugian sebesar biaya tetap (fixa cost) yang dikeluarkan tidak bisa lagi ditutup
hasil penjualan produksinya. Dengan demikian saat ini perusahaan melaksanakan pemutusan
hubungan kerja (PHK) kerana ‘gulung tikar’.
Titik output sebesar Q*disebut dengan output optimum dan Q1 adalah equilibrium Output.
Pada titik ‘D’ sampai sepanjang kurva marginal cost disebut kurva penawaran (supply). Jadi
marginal cost adalah sebenarnya kurva penawaran individual (individual supply) atau
individual firm atau supply curve of industry (Gambar II-9) dan penjumlahan dari kurva
penawaran individual disebut kurva penawaran pasar (market supply) lihat Gambar II.10.
Namun pada saat P3 perusahaan masih memproduksi tetap, dan disini telah mengalami
kerugiaan sebesar biaya tetap(FC), namun demikian besar kerugiannya kerugian tersebut
dapat ditutupi dari hasil penjualan produksi yang dihasilkan, yakni Q2.
0
Q
Kurva penawaran (supply curve) adalah kurva yang menunjukkan sejumlah barang yang
ditawarkan pada berbagai harga. Pada gambar II.-10 titik A dimulai penawaran barang yang
diproduksi disaat harga kurang dari OP1, maka tidak ada penawaran (supply – o). keuntungan
seorang produsen dapat diketahui jika a memenuhi syarat marginal cost sama dengan harga
(price) MC = P
0
A Q
MC AC
Jadi perusahaan tidak akan memproduksi pada saat harga lebih kecuali OP1, sebab Suply = 0
karena kerugian sebesar fixed cost tidak bisa ‘ditutupi’ dari hasil penjualan barang sebesar
Q*.Q* disebut sebagai output optimum. Untuk membuktikan bahwa MC = AC merupakan
output opimum atau output yang dihasilkan pada saat biaya rata-rata (AC) terendah adalah:
Penawaran adalah jumlah barang yang yang ditawarkan (dijual) pada berbagai tingkat harga
selama periode tertentu. Hukum penawaran ( the law of supply) adalah jika harga naik, maka
jumlah barang yang ditawarkan akan naik, hal ini berlaku untuk jenis barang normal. Berkaitan
dengan harga barang, analisis lebih lanjut; bahwa perubahan pada kurva penawaran
disebabkan karena adanya perubahan jumlah barang yang ditawarkan.
Perubahan jumlah yang ditawarkan disebabkan karena perubahan pada harga, begitu
sebaliknya perubahan harga bisa juga disebabkan karena perubahan barang yang ditawarkan.
Jadi posisi harga atau jumlah barang yang ditawarkan bisa menjadi variabel bebas (
independent variabel) atau menjadi variabel tak bebas (dependent variabel). Sehingga
formulasi dalam bentuk model umum Qs= f (P) atau P = f(Qs) atau dalam model spesifik bisa Qs
= a + bP atau P = a + b Qs
Dalam bentuk model spesifik P = a +b Qs., misalkan adanya tambahan pengaruh lain seperti
pajak (T) setiap unitnya, maka fungsi penawaran dapat berubah menjadi P – T = a + b Qs atau P
= a +bs + T . Tambahan konstanta T ini akan menggeser kurva ke atas (kiri) sehingga akan
menyebabkan kekurangan jumlah barang yang ditawarkan .(Gambar II-12).
S’
P
T
0
A Q
3. Teknologi produksi
4. Jumlah produsen
5. Harga input
6. Harapan (expectation) produsen terhadap harga dimasa yang akan datang
7. elasitisitas produksi
8. Kondisim perekonomian Negara,
9. Fasilitas dari pemerintahan
10. Kebijakan Pemerintah (Policy)
11. Keadaan politik, dan lainnya.
Pembahasan selanjutnya dapat dianalisis satu per satu dari faktor-faktor yang berpengaruh
dalam permintaan. Di antara faktor yang ada, banyak literatur menyebutkan bahwa ada empat
pokok yang menonjol dalam mempengaruhi permintaan, diantaranya adalah harga, teknologi,
jumlah produsen, dan harapan produsen dimasa yang akan datang terhadap harga. Faktor-
faktornya diatas akan dijelaskan secara rinci sebagai berikut:
1. Harga barang itu sendiri;pada barang normal, faktor harga dipakai sebagai pijakan
dalam menentukan hukum penawaran, semakin tinggi harga barang, maka semakin
banyak jumlah barang yang ditawarkan, begitu sebaliknya dengan asumsi ceteris
paribus
2. Harga barang lain, bisa barang subsitusi atau komplementer. Harga barang lain ini
berperan sebagai ‘ harga produk alternatif’. Adanya perubahan harga alternatif akan
menyebabkan terjadinya jumlah produksi yang semakin meningkat atau sebaliknya
justru menurun. Barang subsitusi adalah berkorelasi negative misalnya pada jagung
dan beras. Jika harga-harga beras naik, maka penawaran jagung akan naik dan
penawaran beras akan turun karena produksi mempunyai prediksi bahwa permintaan
terhadap beras akan turun. Sebaliknya pada barang kompelemnter adalah berkorelasi
positif.
3. Teknologi produksi kemajuan teknologi menyebabkan dua hal: (i) dapat menekan
biaya produksi, dan (ii) menaikan jumlah produk yang dihasilkan dengan pemakaian
input yang sama jika dibandingkan antara teknologi baru dengan teknologi yang lama.
Perubahan-perubahan ini akan menyebabkan perubahan pada penawaran barang.
Kadang-kadang dijumpai kurva penawaran mempunyai slope negative seperti pada kurva
penawaran tenaga kerja yang berbentuk melengkung membalik ( backward bending labour
supply curve) . Pada tabel II.1, menunjukan bahwa hubungan antara jumlah jam kerja
perminggu dengan tingkat upah. Nampak sekali pada jam kerja mencapai titik tertinggi ( 25
jam per minggu) upah yang diperoleh sebesar Rp. 200.000 tetapi dengan upah dinaikan
menjadi Rp. 250.000 dan naik lagi menjadi Rp. 300.000 orang yang mau bekerja (penawaran
tenaga kerja) semakin berkurang kenyataan ini disebabkan adanya faktor istirahat (leisure
time) (lihat gambar).
Tabel II-1
Hubungan Jam kerja Per minggu dengan Upah Kerja
3 55.000 14
4 60.000 16
5 100.000 20
6 150.000 22
7 200.000 25 (tertinggi)
8 250.000 23
9 300.000 20
Keterangan : Angka hipotesisi