Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mendapatkan Gelar AHLI MADYA
Pada Jurusan D3 Teknik Instrumentasi Elektronika Migas
Sekolah Tinggi Teknologi Minyak dan Gas Bumi
Balikpapan
Disusun Oleh :
EKO PUTRO BASSEANG
NIM : 14.02.117
1
LEMBAR PENGESAHAN
Dengan ini menerapkan bahwa laporan kerja praktek yang berjudul “ pengukuran level
transmitter pada desalter di Balikpapan 1 dilasksanakan di PT Pertamina ( Persero )
RU V pada tanggal 01 November – 31 Desember 2017
Menyutujui,
Pembimbing Lapagan Kerja Praktek
Nurmatias
2
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadiran allah SWT atas segala limpahan rahmat dan hidayahnya
sehingga seiring berjalannya waktu, penulisan dapat menyelesaikan laporan kegiatan
kerja praktek di PT. Pertamina (persero) Refinery Unit V Balikpapan, Kalimantan
Timur.
Penyusunan laporan ini didasarkan pada kegiatan kerja praktek yang telah
dimulai pada tanggal 01 November 31 Desember 2017 di PT. Pertamina (Persero)
Refinery Unit V Balikpapan, Kalimantan Timur. Pelaksanaan kerja praktek ini
meliputi kegiatan orientasi umum lapangan, serta studi literatur. Hal ini bertujuan agar
penulis dapat membandingkan antara kondisi kerja dilapangan dengan teori yang telah
dipelajari pada perkuliahan.
Terdapat banyak hal dan pengalaman baru yang telah didapatkan oleh penulis
selama berlangsungnya kerja praktek ini sebagai sarana persiapan menempuh
kelulusan mahasiswa dan persiapan menghadapi dunia kerja sebenarnya.
Dalam pelaksanaan kerja praktek dan pembuatan laporan ini, penulis tidak lepas
dari bimbingan berupa fasilitas, beserta materil dan spiritual. Oleh karena itu, penulis
mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Allah SWT atas segala limpahan rahmat, hidayah, kesehatan dan kemudahan
dalam menjalankan kegiatan kerja praktek selama dua bulan ini
2. Bapak pembina dan naban di MA 1, MA 2, MA 3, MA 4, yang namanya tidak
dapat saya sebutkan satu persatu.
3. Bapak Nurmatias selaku Section Head Plant rell Inspection Engineering PT.
Pertamina (persero) Refinery Unit V Balikpapan, Kalimantan Timur.
4. Orang tua yang selalu mendukung dan mendoakan saya.Semoga kertas Kerja
wajib ini bermanfaat bagi para pembaca dan dapat menambah bahan bacaan di
perpustakaan PT PERTAMINA (PERSERO) RU-V BALIKPAPAN.
3
DAFTAR ISI
BAB I ............................................................................................................................ 7
4
2.6.4 Final Element ........................................................................................................ 43
2.7 Boiler ................................................................................................................. 45
BAB IV ....................................................................................................................... 56
4.1 Kesimpulan........................................................................................................ 56
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
5
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.1 Logo Lama PT.PERTAMINA ....................................................... 11
Gambar 1.2 Logo Saat Ini PT. PERTAMINA (PERSERO) ............................... 12
Gambar 1.3 Kilang Pertamina di Indonesia ........................................................ 15
Gambar 1.4 Struktur Organisasi PT. Pertamina.................................................. 24
Gambar 2.1.Fungsi Instrumentasi ....................................................................... 32
Gambar 2.2 Proses Pengendalian ........................................................................ 33
Gambar 2.3 Open Loop Control ......................................................................... 35
Gambar 2.4 Close Loop Control ......................................................................... 36
Gambar 2.5 Differential Pressure ....................................................................... 38
Gambar 2.6 Control Valve .................................................................................. 44
Gambar 2.7 Fail Close (FC) atau Air to Open (A/O) ......................................... 44
Gambar 2.8 Fail Open (FO) atau Air to Close (A/C) ......................................... 45
Gambar 3.1 Transmitter ...................................................................................... 47
Gambar 3.2 Proses Trasnmitter........................................................................... 48
Gambar 3.3 level Transmitter ............................................................................. 48
Gambar 3.4 Flow Transmitter ............................................................................. 49
Gambar 3.5 Level Transmiter dengan metode konduktif ................................... 51
Gambar 3.6 Level Transmiter dengan metode kapasitif ..................................... 52
Gambar 3.7 Level Transmiter dengan metode differensial preasure .................. 53
Gambar 3.8 Level Transmiter dengan metode ultra sonik .................................. 54
Gambar 3.9 Level Transmitter fisher 2390 ........................................................ 55
DAFTAR TABEL
6
BAB I
PENDAHULUAN
7
B. Manfaat dari Kerja Praktek ini antara lain :
a. Bagi Penulis
Menambah wawasan dan pengalaman dalam melaksanakan penulisan dan
penyusunan Laporan Kerja Praktek.
b. Bagi Pembaca
Sebagai media informasi agar pembaca dapat mengenal pengukuran level
pada desalter, dan sebagai referensi khususnya bagi Mahasiswa Teknik
Instumentasi Elektronika migas
8
1.6 Sistematika Penulisan
Adapun dalam sistematika penulisan Laporan Kerja Praktek ini disusun sebagai
berikut :
BAB 1 : PENDAHULUAN
Membahas tentang latar belakang, batasan masalah, tujuan dan
manfaat penulisan laporan, waktu dan tempat pelaksanaan kerja
praktek, metode pengumpulan data dan penulisan, sistematika
penulisan, serta profil perusahaan PT. PERTAMINA
(PERSERO) RU V BALIKPAPAN.
BAB II : DASAR TEORI
Bagian pada bab ini menjelaskan tentang dasar teori yang
berhubungan langsung dengan pokok permasalahan pada
Kerja Praktek (KP).
a. Dasar-dasar instrumentasi
b. Dasar-dasar sistem pengendalian
BAB III : PEMBAHASAN
Bagian ini menjelaskan tentang “PENGUKURAN LEVEL
TRANSMITER PADA DESALTER DI BALIKPAPAN 1 PT.
PERTAMINA (PERSERO) RU V BALIKPAPAN”, serta
peralatan-peralatan pendukung demi berjalannya proses ini.
BAB IV : PENUTUP
Pada bagian penutup ini berisi kesimpulan dan saran tentang
Laporan Kerja Praktek yang telah dibuat serta saran-saran yang
dapat diberikan selama melaksanakan kegiatan Kerja Praktek
berdasarkan keadaan yang ditemui di lapangan.
9
1.7 Sejarah dan Latar Belakang Perusahaan
Berdirinya PT. PERTAMINA (PERSERO) diawali dengan didirikannya
perusahaan minyak nasional pertamina dengan nama PERMINA (Pertambangan
Minyak Nasional) yang merupakan hasil keputusan dari surat ke keputusan menteri
kehakiman RI No. J.A 5/32/11 tanggal 03 April 1958, Kemudian perusahaan
PERMINA ini mengalami perubahan bentuk menjadi Perusahaan Negara (PN)
PERMINA pada tanggal 05 Juni 1961. Kegiatan yang dilakukan oleh perusahaan PN.
PERMINA lebih kepada eksploitasi dan produksi minyak.
Pada tahun 1961 pemerintah Indonesia mendirikan “PN. PERTAMINA”
(Perusahaan Negara Pertambangan Minyak Indonesia), yang dimana kegiatan
utamanya adalah bertanggung jawab dalam hal mendistribusikan minyak di dalam
negeri. Untuk meningkatkan produktivitas maupun efisiensi dibidang perminyakan
nasional, maka dilakukan penggabungan antara PN. PERTAMIN dan PN. PERMINA.
Pada 20 Agustus 1968, berdasarkan PP. RI No.27/1968, kedua perusahaan tersebut
bergabung dan berubah nama menjadi Perusahaan Negara Pertambangan Minyak dan
Gas Bumi Naional (PN.PERTAMINA).
‘Pada 15 September 1971, PN. PERTAMINA menjadi PERTAMINA dan pada
17 September 2003, PERTAMINA berubah bentuk status perusahaan menjadi persero
sehingga namanya berubah menjadi PT. PERTAMINA (PERSERO), yang begerak
dalam bidang Minyak dan Gas Bumi di Indonesia. Bidang usaha PT. PERTAMINA
(PERSERO) dibagi menjadi dua bagian yaitu bagian hulu yang mengurusi eksplorasi
dan eksploitasi, sedangkan bagian hilir mengurusi pengolahan dan pendistribusian.
Terakhir dalam rangka “Go International” pada tanggal 09 Oktober 2008 PT.
PERTAMINA Unit Pengolahan berubah menjadi PT. PERTAMINA Refinery Unit.
10
keputusan direksi Pertamina No. 914/kpts/dr/du/1971 tentang bentuk lambang
Pertamina, diberlakukan secara resmi logo PERTAMINA yang langsung terkenal dan
diakui di dunia. Makna dari logo ini adalah :
a. Bintang Bersudut Lima
Tenaga (kekuatan) pendorong dalam melaksanakan tugas mencapai cita-cita
Nasional.
b. Kuda Laut
Fosil-fosil yang mengandung Minyak dan mempunyai daya hidup yang besar.
c. Pita (Banner)
Ikatan penggalang persatuan dan kebulatan tekad.
d. Warna Merah
Keuletan dan ketegasan serta keberanian dalam menghadapi berbagai macam
kesulitan.
e. Warna Kuning
Keagungan cita-cita yang hendak dicapai dengan ketekunan dan penuh keyakinan.
f. Warna Biru
Kesetiaan pada Tanah Air Dasar Negara Pancasila dan UUD 45.
11
Pada tanggal 10 Desember 2005, melalui konferensi pers pada pukul 16.30 wib.
Setelah terdaftar dengan surat pendaftaran ciptaan No. 028344 tertanggal 10 Oktober
2005 pada Direktorat Hak Cipta, Desain Industri, Desain Tata Letak Sirkuit Terpadu
dan Rahasia Dagang Departemen Hukum dan HAM RI. Dengan pemaknaan logo
warna-warna yang berani menunjukkan langkah besar yang diambil PT. Pertamina
untuk merubah logo PT. Pertamina yang lama dengan logo yang baru, logo ini
tercermin pada tiga bidang belah ketupat yang membentuk huruf “P”, dan aspirasi
perusahaan akan masa depan yang lebih positif dan dinamis.
Makna yang terkandung dalam warna dan tulisan dalam logo tersebut meliputi
a. Elemen logo yang membentuk huruf “P” yang secara keseluruhan merupakan
persentasi bentuk panah, dimaksudkan sebagai PERTAMINA yang begerak maju
dan progesif.
b. Warna-warna dalam logo ini mempunyai makna sendiri yaitu :
a) Biru mencerminkan : Anda dapat dipercaya dan bertanggung jawab.
b) Hijau mencerminkan : Sumber daya energi yang berwawasan luas.
c) Merah mencerminkan : Keuletan dan ketegasan serta keberanian dalam
menghadapi berbagai macam kesulitan.
c. Tulisan PERTAMINA dengan pilihan jenis huruf yang mencerminkan kejelasan
dan transpansi serta keberanian dan kesungguhan dalam bertindak sebagai wujud
positioning PERTAMINA baru.
12
1.7.2 Visi, Misi, Motto serta Tata Nilai PT. PERTAMINA
Setiap perusahaan memiliki visi, misi, dan tujuan untuk bisa menjadikan
produknya digunakan di masyarakat, dan bisa menjadi perusahaan yang terbaik.
Begitupun dengan PT. PERTAMINA (PERSERO) memiliki visi, misi, dan tujuan
sebagai perusahaan Negara yang bergerak di bidang produsen minyak bumi dan gas
alam.
a. Visi
Menjadi perusahaan energi nasional kelas dunia.
b. Misi
Menjalankan usaha minyak, gas serta energi baru dan terbarukan secara
terintegrasi, berdasarkan prinsip-prinsip komersial yang kuat.
c. Motto
Sikap jujur, tegakkan disiplin, sadar biaya dan puaskan pelanggan.
d. Tata Nilai
Dalam mencapai Visi dan Misinya, Pertamina berkomitmen untuk menerapkan
tata nilai sebagai berikut :
a) Clean (bersih) yaitu dikelola secara professional, menghindari benturan
kepentingan tidak menoleransi suap, menjunjung tinggi kepercayaan dan integritas.
Berpedoman pada asas tata kelola korporasi yang baik.
b) Competitive (kompetitif) yaitu mampu berkompetisi dalam skala regional maupun
internasional. Mendorong pertumbuhan melalui investasi, membangun budaya
sadar biaya dan menghargai kinerja.
c) Costumer focus (fokus pada pelanggan) yaitu berorientasi pada kepentingan
pelanggan dan berkomitmen untuk memberikan pelayanan terbaik kepada para
pelanggan.
d) Commercial (komersial) yaitu menciptakan nilai tambah dengan orentasi komersial,
mengambil keputusan berdasarkan prinsip-prinsip bisnis yang sehat.
e) Capable (berkemampuan) yaitu dikelola oleh pemimpin dan pekerja yang
professional dan memiliki talenta dan penguasaan teknis tinggi, berkomitmen dalam
membangun kemampuan riset dan pengembangan.
13
1.7.3 Bidang Usaha PT. PERTAMINA
Semenjak mendapatkan status menjadi PT. PERTAMINA (PERSERO) bidang
usaha PT. PERTAMINA (PERSERO) dibagi menjadi dua kegiatan utama yaitu :
Kegiatan Hulu dan Kegiatan Hilir.
a. Usaha Hulu
Kegiatan PT. PERTAMINA (PERSERO) hulu atau Direktorat hulu mengelola
unit-unit usaha disektor energi hulu. Kegiatan usaha ini meliputi eksplorasi,
produksi, transportasi, pengolahan serta pembangkitan energi dan berbagai jenis
sumber daya, seperti minyak bumi, gas, dan panas bumi, serta usaha terkait
lainnya baik didalam negeri maupun manca Negara. Untuk menjalankan usaha
hulu ini PT. PERTAMINA (PERSERO) dibantu oleh beberapa anak perusahaan
dan unit bisnis hulu, antara lain:
a) PT. PERTAMINA EP (PEP)
b) PT. PERTAMINA GEOTHERMAL ENERGY (PGE)
c) PT. PERTAGAS
d) PT. PERTAMINA HULU ENERGY (PHE)
e) Drilling Service Hulu (DS)
f) Exploration and Production Technology Center (EPTC)
Kegiatan hulu meliputi eksplorasi dan produksi minyak dilakukan sendiri
(owned operation) dan melalui kerja sama kemitraan dengan pihak lain, seperti
JOB-EOR (Join Operating Body of Enchanced Oil Recovery) dan untuk panas
bumi, bentuk kemitraannya adalah JOC (Join Operating Contract).Selain
melakukan kegiatan hulu di dalam negeri, PT. PERTAMINA (PERSERO) juga
melakukan kegiatan hulu diluar negeri, yaitu di Asia Tenggara, Timur Tengah,
Afrika dan Australia.
b. Usaha Hilir
Kegiatan hilir dari PT. PERTAMINA (PERSERO) meliputi proses pengolahan
minyak dan gas bumi, serta distribusi dan pemasaran dari produk-produknya.
Tujuan utamanya adalah untuk memenuhi kebutuhan produk Bahan Bakar
Minyak (BBM), serta produk Non Bahan Bakar Minyak (NBBM) dan petrokimia
untuk kebutuhan dalam negeri dan ekspor.
14
Dalam menjalankan kegiatan hilir PT. PERTAMINA (PERSERO) memiliki 7
(tujuh) Refinery Unit atau Unit Pengola
han, yang rinciannya sebagai berikut :
a) Refinery unit I Pangkalan Brandan - Sumatera Utara dengan kapasitas 5 MBSD
(telah ditutup sejak tahun 2007)
b) Refenery unit II Dumai - Riau dengan kapasitas 170 MBSD
c) Refinery unit III Plaju – Sumatera Selatan dengan kapasitas 125 MBSD
d) Refinery unit IV Cilacap – Jawa Tengah dengan kapasitas 348 MBSD
e) Refinery unit V Balikpapan – Kalimantan Timur dengan kapasitas 260 MBSD
f) Refinery unit VI Balongan – Jawa Barat dengan kapasitas 125 MBSD
g) Refinery unit VII Kasim – Sorong dengan kapasitas 10 MBSD
Kilang Pertamina
PACIFIC OCEAN
•7.KASIM
•CAPACITY : 10 MBSD
•SOUTH CHINA •UNIT : C DU
OCEAN PLATFORMER
ARUN
P. BRANDAN
MEDAN BONTANG PAPUA
SINGAPURA SULAWESI
DUMAI BALIKPAPAN
S. PAKNING KALIMANTAN
PALEMBANG
MUSI •1.0%
•12.7% •17.2%
JAVA OCEAN
•2.DUMAI & S. PAKNING
RU •13.2%
BALONGAN
•CAPACITY : 170 MBSD
•UNIT : C D U
•JAKARTA
CEPU BALI V
HV U JAWA •25.5%
HYDROCRACKER
•30.4%
DELAYCOKER CILACAP •5.BALIKPAPAN
PLATFORMER •CAPACITY : 260 MBSD
•3.PLAJU •6.BALONGAN •4.CILACAP •UNIT : C D U I & II
•CAPACITY : 125 MBSD •CAPACITY : 125 MBSD •CAPACITY : 348 MBSD HV U
•UNIT : C D U •UNIT : C D U •UNIT : CDU I & II HYDROCRACKER
HV U ARHDM PLATFORMER I & II PLATFORMER
FCC U RCC COMPLEX LUBE-OIL COMPLEX I, II, III WAX PLANT
POLY PROPYLENE PROPYLENE REC. VISBREAKER
PTA LPG PLANT PARAXYLENE PLANT
POLY-ALKYATION PLATFORMER SULFUR RECOVERY
ISOMERIZATION
•Page
2
15
c. Pertamina tetap melaksanakan tugasnya dalam penyediaan dan pelayanan BBM
dalam negeri sampai jangka waktu paling lama 4 tahun.
16
eksploitasi, pemurnian c. Badan Usaha Milik
pengolahan, pengangkutan Daerah
dan penjualan d. Koperasi
e. Badan Usaha Swasta
Pemenuhan BBM a. Pertamina berkewajiban a. Pemerintah menjamin
dalam Negeri menyediakan dan melayani ketersediaan BBM
kebutuhan Bahan Bakar diseluruh wilayah RI
Minyak dan Gas Bumi b. Diusahakan oleh badan
dalam negeri yang usaha setelah
pelaksanaannya diatur mendapat izin usaha
dengan Peraturan dari Pemerintah
Pemerintah c. Harga diserahkan pada
b. Pertamina mengupayakan mekanisme persaingan
tepat : tempat, jumlah, usaha yang wajar dan
waktu, dan mutu sehat
c. Pemerintah menetapkan
harga
17
Minyak bumi di Kalimantan Timur pertama kali ditemukan di Sanga-Sanga
pada tahun 1893. Disusul kemudian penemuan minyak di Samboja pada tahun 1910.
Atas dasar konsesi pertambangan Mathilda, dilakukan pengeboran minyak di
Kalimantan Timur yang merupakan realisasi kerjasama antara J.H. Menten denga
Firma Samuel & Co. Pada tahun 1896 Mr. Adams dari Samuel & Co di London
mengadakan penelitian selama empat belas hari di Kalimantan Timur. Hasil penelitian
menyimpulkan bahwa Kalimantan Timur memiliki cadangan minyak yang besar.
Penemuan ini mendorong dilakukan pengeboran pada tanggal 10 Februari 1897 dan
menemukan minyak yang cukup komersial untuk diusahakan pada kedalaman 220
meter.
Pengeboran pertama ini disebut sumur minyak Mathilda B-1 dan selanjutnya
dilakukan pengeboran hingga sumur B-40. Dari empat puluh sumur yang dibor,
sembilan diantaranya diproduksi dan kumulatif produksinya sebelum ditinggalkan oleh
Belanda cukup banyak.
Bersamaan dengan ditemukannya sumur minyak Mathilda, pada tahun 1899
perusahaan Shell Transport & Trading Ltd. Mendirikan Kilang Balikpapan yang
kapasitasnya 5.000 barrel/hari. Pada tahun 1922 Kilang Balikpapan dibangun kembali
yaitu dengan mendirikan Crude Distillation Unit (CDU I) untuk meningkatkan
kapasitasnya menjadi sekitar 25.00 barrel /hari.
Akibat pecahnya perang dunia kedua, kilang ini mengalami rusak berat akibat
pengeboman. Pada tahun 1946 dilakukan serangkaian perbaikan kilang dan juga
dilakukan pengembangan kilang. Pada tahun 1949, PT. Shell Indonesia membangun
High Vacuum Unit I (HVU I ) dengan kapasitas 12 ribu barrel/hari. Pembangunan
HVU I ini didasarkan atas masih banyaknya minyak mentah yang tidak dapat diproses
di CDU I karena fraksi minyaknya terlalu berat. Pada tahun 1950 Kilang Balikpapan I
dikembangkan dengan menambahkan pabrik lilin berkapasitas 110 ton/hari.
Pembangunan pabrik lilin ini karena minyak mentah yang ada di sekitar Kalimantan
Timur bersifat parafinik, sangat cocok untuk pembuatan lilin.
Pada tahun 1966 seluruh kekayaan Shell, termasuk Kilang Balikpapan dibeli
oleh PN.Permina (Perusahaan Minyak Nasional) yang dua tahun kemudian dilebur
menjadi Pertamina.
Pembangunan Kilang Balikpapan II dilatarbelakangi oleh keinginan
pemerintah untuk mengurangi subsidi BBM. Dalam RAPBN terungkap bahwa subsidi
18
terbesar yang dikeluarkan pemerintah adalah subsidi BBM. Subsidi yang amat besar
tersebut disebabkan oleh peningkatan harga minyak mentah dan produksi BBM dalam
negeri belum mencukupi. Sementara itu, peningkatan pemakaian BBM dalam negeri
mengharuskan kita mengimpor produk BBM dengan harga yang jauh lebih tinggi.
Dengan demikian, pemerintah berniat memproduksi sendiri BBM dengan memperluas
kilang yang sudah ada dan membangun kilang baru. Salah satu realisasi dari rencana
pemerintah tersebut adalah perluasan Kilang Balikpapan dengan tambahan unit-unit
proses dan fasilitas penunjang untuk mengolah minyak mentah sebesar 200 ribu
barrel/hari. Alasan lain yang mendasari pembangunan Kilang Balikpapan II adalah
untuk mengembangkan Indonesia Timur karena selama waktu tersebut pembangunan
sebagian besar terkonsentrasi di wilayah Indonesia bagian barat. Kilang Balikpapan II
mulai dibangun tahun 1980-an dan resmi beoperasi mulai tanggal 1 Nopember 1983.
Selanjutnya Kilang Balikpapan I yang sudah berumur sekitar 50 tahun, di
upgrade dengan dibangun kilang baru berkapasitas 60.000 berrel/hari. Upgrading yang
dimulai tahun 1995, dapat diselesaikan dua tahun kemudian yaitu tahun 1997.
Minyak mentah (crude) yang siap diolah berasal dari dalam negeri dan luar
negeri. Minyak mentah dalam negeri berasal dari Minas, Sepinggan, Badak, Handil,
Bekapai, Arjuna, Attaka, Sangatta, Duri, Lalang, Katapa, Kakap, Tepian Timur, Sanga-
sanga, Tanjung dan Cinta. Sedang minyak mentah import dari Malaysia (Tapis) dan
Australia (Jabiru dan Chalyst), ALC, Amna, Bach Ho, Badin, Brass River, Borrow
Island, Bunga Kekwa, Cooper, Basia, Dulang, Harriet, ILC, Mareb, Maul, Miri, Nan
Hai, North West Sheif, Palanca, Qua Iboe, Sarir, Tapis, Tantawan Varanus Blend,
Xijiang dan Zarzaltine. Campuran minyak mentah tersebut diolah menjadi beberapa
produk BBM yang menghasilkan antara lain : Motor gasoline (bensin, Premium),
kerosene (minyak tanah), Avtur, solar (minyak diesel), dan fuel oil (minyak bakar).
Sedang produk non-BBM yang dihasilkan adalah Heavy Naphtha, LPG dan lilin.
Pertamina RU V Balikpapan merupakan satu-satunya produsen lilin di Indonesia.
Fasilitas-Fasilitas yang dimiliki oleh RU V Balikpapan, adalah:
A. Kilang Balikpapan I, terdiri dari :
a. Unit Distilasi Atmosferik Minyak Mentah (Crude Distillation Unit V) dengan
kapasitas 60.000 barrel/hari.
b. Satu Unit Distilasi Vakum (High Vacuum Unit III) dengan kapasitas 25.000
barrel/hari.
19
c. Pabrik Lilin (Wax Plant) dengan kapasitas 150 ton/hari
d. Dehydration Plant (DHP)
e. Effuent Water Treatment Plant (EWTP)
20
11946 Rahabilitasi PMK II karena kerusakan akibat PD II
11949 HVU I selesai didirikan yang dibangun oleh PT. Shell
Indonesia dan dirancang oleh Mc Kee dengan
kapasitas pengolahan 12.000 barrel/hari
11950 Pabrik Wax dan PMK I selesai didirikan dengan
kapasitas produksi 110 ton/hari dan 25.000 barrel
/hari
11952 PMK II selesai didirikan dibangun oleh PT. Shell
Indonesia dan didesain oleh ALCO dengan kapasitas
25.000 barrel/hari.
11954 Modifikasi PMK I sehingga memiliki kapasitas 10.000
barrel/hari, sejak tahun 1985 PMK I tidak beroperasi
11973 Modifikasi Pabrik Wax hingga mencapai kapasitas
175 ton/hari
April 1981 Kilang Balikpapan II mulai dibangun dengan desain
paten dari UOP Inc.
Nov. 1981 Penetapan kontraktor utama, yaitu Becthel
International Inc. dan sebagai supervisi konsultan
yaitu PROCON Inc.
11983 Kilang Balikpapan II diresmikan oleh Presiden
Suharto
11997 Upgrading Kilang Balikpapan I mencakup CDU-V
dan HVU –III
22003 Perubahan status Pertamina dari BUMN menjadi
PT.Pertamina (Persero)
2005 Pembangunan Flare Gas Recovery System dan H2
Recovery
9 Oktober 2008 Perubahan nama PT.PERTAMINA (Persero) Unit
pengolahan menjadi PT.PERTAMINA (Persero)
Refinery Unit
21
A. Visi : Menjadi kilang kebanggaan nasional yang mampu bersaing dan
menguntungkan.
B. Misi : a. Mengelola operasional kilang secara aman, handal, efisien, dan
ramah lingkungan untuk menyediakan kebutuhan energi yang
berkelanjutan.
b.Mengoptimalkan fleksibilitas pengolahan untuk memaksimalkan
variable product.
c.Memberikan manfaat kepada stakeholder
C. Tata nilai PERTAMINA RU V Balikpapan
Dalam melaksanakan usahanya selalu berdasarkan kepada tata nilai:
a. Berwawasan lingkungan
b. Profesionalisme
c. Kebanggaan pegawai
d. Penerapan teknologi secara efektif dan efisien
e. Keadilan, kejujuran, keterbukaan dan dapat dipercaya
22
A. General Manager Refinery Unit V
Pengelolaan, perencanaan, pengontrol, dan pengkoordinasi kegiatan bisnis utama
(core business), Refinery Supporting, kilang BBM dan non Refinery. Fungsi
umum yang bertugas untuk urusan eksternal perusahaan terhadap instansi
pemerintah dan CPS (Contractor Production Sharing) serta berfungsi
terkaitlainnya untuk menunjang pelaksanaan kegiatan operasional perusahaan.
23
Gambar 1.4 Struktur Organisasi PT Pertamina (Persero) RU V Balikpapan
24
C. Realibility
Bertugas untuk merencanakan, melaksanakan, mengkoordinir lingkup pekerjaaan,
pemeliharaan, dan meningkatkan kehandalan operasi kilang. Fungsi ini membawahi 2 (dua)
bagian, yaitu:
a) Equipment Realibility Section
b) Plant Realibility Section
D. Procurement
Tugasnya adalah memimpin, mengelola, mengendalikan, mengevaluasi kegiatan bidang
jasa dan sarana umum meliputi pengadaan dan pengelolaan material dan operasi serta
peralatan, transportasi, waktu dan anggaran fungsi-fungsi serta mengawasi jasa layanan
perkantoran, perumahan dan pemeliharaan sarana dan fasilitas umum. Procurement terbagi
menjadi 4 (empat) bagian, yaitu:
a. Inventory Control Section
b. Purchasing Section
c. Services & Warehousing Section
d. Control Office Section
25
F. Operational Performance Improvement
Operational performance improvement (OPI) merupakan suatu bidang yang berupaya
untuk melakukan peningkatan kerja operasional kilang. Bidang ini membawahi 7 (tujuh)
bagian,yaitu :
a) Realibility
b) Optimazation
c) Refinery Fuel
d) Refinery Loss
e) Management Sysem & Mindset Capability
f) Health, Safety and Environment
g) Port
26
b. Refinery Planning & Optimization
Fungsi ini bertujuan untuk menyiapkan dan menyajikan perspektif keekonomian kilang
dan mengembangkan perencanaan yang dapat memaksimalkan pendapatan dengan mengatur
pola produksi kilang, distribusi keluar masuk minyak, menyusun pola blending, evaluasi hasil
produksi, statistik dan administrasi. Fungsi ini membawahi 3 (tiga) bagian, yaitu:
d. Maintenance Execution
Tugasnya adalah menyediakan jasa pelayanan seperti pemeliharaan peralatan kilang dan
instrumentasi untuk mendukung operasional dan kehandalan Kilang. Fungsi ini membawahi 6
(enam) bagian, yaitu:
a) Maintenance Area 1 Section
b) Maintenance Area 2 Section
c) Maintenance Area 3 Section
d) Maintenance Area 4 Section
e) Workshop Section
f) General Maintenance Section
27
e. Marine
Tugasnya adalah pengelolaan sarana pelabuhan khusus, Mooring Master, dan jasa
angkutan kelautan, pemeliharaan atas sarana yang dikelola secara efektif dan efisien, pengadaan
jasa pemborongan anak buah kapal (ABK) sesuai dengan standar mutu.
1. General Affairs
Fungsi umum yang mencakup aspek hukum dan pertanahan, pembinaan hubungan baik
(relationship) dengan pihak yang terkait (internal dan eksternal), pengamanan perusahaan,
tender non kilang dan penghapusan aset, menangani terjadinya unjuk rasa dan demonstrasi di
lingkungan perusahaan serta mengkoordinir semua kegiatan tersebut untuk jajaran migas
Kaltim. Selain itu, untuk melindungi kepentingan atau kepastian hukum atau hak perusahaan,
membentuk citra positif perusahaan dan menunjang keamanan serta kelancaran operasi
perusahaan. Bidang ini membawahi 3 (tiga) bagian, yaitu:
a) Legal Section
b) Public Relation Section
c) Security Section
3. Keuangan Region IV
28
Tugasnya adalah untuk merencanakan, mengkoordinasikan, mengarahkan, mengawasi
kegiatan keuangan. Bidang ini membawahi 3 (tiga) bagian, yaitu:
a) Kontroller
b) Akuntasi Kilang
c) Perbendaharaa
Adapun bagian-bagian yang ada pada fungsi maintenance execution adalah sebagai berikut:
a. Maintenance Area 1
Maintenance Area 1 mempunyai beberapa Seksi diantaranya Seksi RE (Rotating
Equipment), NRE (Non Rotating Equipment), Electrical, dan Instrument. Bagian ini bertugas
untuk melaksanakan pemeliharaan peralatan kilang pada area CDU V, HVU, PP I, PP II,
Demin Plant, RPAL, CWI, dan SWD.
b. Maintenance Area 2
Maintenance Area 2 mempunyai beberapa Seksi diantaranya Seksi RE (Rotating
Equipment), NRE (Non Rotating Equipment), Electrical, dan Instrument. Bagian ini bertugas
melaksanakan pemeliharaan peralatan kilang di area CDU IV, NHTU. Platforming Unit, LPG
Recofery Unit, SWS, Flare Gas Recofery Unit, Wax Plant, DHP, dan EWTP.
29
c. Maintenance Area 3
Maintenance Area 3 mempunyai beberapa Seksi diantaranya Seksi RE (Rotating
Equipment), NRE (Non Rotating Equipment), Electrical, dan Instrument. Bagian ini bertugas
melaksanakan pemeliharaan peralatan kilang di area HVU III, HCU A/B/C (Common
Facilities), Hydrogen Plant A/B/C (Common Facilities), CWU, Nittrogen Plant.
d. Maintenance Area 4
Maintenance Area 4 mempunyai beberapa Seksi diantaranya Seksi RE (Rotating Equipment),
NRE (Non Rotating Equipment), Electrical, dan Instrument. Bagian ini bertugas
melaksanakan pemeliharaan peralatan kilang di area TBL, LAB, K3LL, Bengkel, Gudang,
WTP Pancur dan Gunung IV, serta Sungai Wein.
e. General Maintenance
Bagian ini bertugas untuk melaksanakan pemeliharaan peralatan di area Luar kilang
(perumahan)
f. Workshop
Workshop bertugas melaksanakan perbaikan peralatan kilang secara keseluruhan sesuai
dengan seksi bagiannya masing-masing, terutama untuk peralatan yang tidak dapat diperbaiki
dilapangan.
30
BAB II
DASAR TEORI
31
2.2 Fungsi Instrumentasi
Instrumentasi tercipta karena diinginkannya tenaga yang dapat bekerja selama 24 jam
penuh dan secara otomatis, tetapi masih disini masih harus memerlukan tenaga manusia untuk
memantau proses yang sedang berjalan. Namun dengan adanya instrumentasi ini, sebuah proses
dapat lebih cepat, tepat, dan efisien sehingga lebih mudahkan dalam pemantauan berjalannya
dengan proses. Maka dari sini dapat dilihat bahwa secara instrumentasi memiliki empat fungsi
dasar, atau biasa disebut “KUAS”, sebagai alat kontrol, ukur, analisa, dan safety.
32
permukaan cairan dan lain sebagainya sehingga dapat dipahami (mempunyai informasi) atau
pengamat.
Pada sistem pengendalian, hampir semua proses dalam dunia industri selalu
membutuhkan peralatan otomatis untuk mengendalikan dan mengontrol parameter pada
prosesnya.
Otomatis tidak hanya diperlukan demi kelancaran operasi, keamanan, ekonomi maupun
mutu dari suatu produk, tetapi lebih merupakan kebutuhan pokok. Pada sistem pengendalian,
pertama operator harus mengamati tekanan serta aliran, kemudian mengevaluasi apakah tekanan
dan aliran yang ada sudah seperti yang dikhendaki. Kalau dikaji lebih jauh dalam proses
pengendalian operator dalam mengerjakan ada 4 langkah (tahap) sebagai berikut :
33
a. Mengukur : mengukur variable proses kemudian sinyal diubah menjadi sinyal standar.
b. Membandingkan : membandingkan antara variable proses (PV) dengan set point (SV).
c. Menghitung : menghitung perbedaan antara PV dengan SV hasilnya disebut error (e).
d. Mengkoreksi : setelah mendapatkan nilai error maka dikoreksi untuk menentukan
perubahan pada final element.
34
terbuka ini adalah tidak adanya jaringan feedback/umpan balik dari output yang
dihasilkan oleh sistem tersebut. Sehingga outputnya tidak bisa digunakan sebagai
perbandingan umpan balik dengan inputnya. Salah satu kelemahan sistem pengendalian
loop yang sangat penting yaitu sistem ini tidak bisa mengatasi ketidakpastian pengetahuan
akan plant dan perubahan karakteristik plant.
Sistem pengendalian loop tertutup merupakan kebalikan dari sistem pengendalian loop
terbuka dimana sinyal output dari sistem pengendalian loop tertutup memiliki pengaruh
35
langsung terhadap sinyal kontrol. Pada sistem pengendalian loop tertutup ini terdapat
jaringan feedback (umpan balik) dan sistem pengendalian ini sering juga disebut sistem
pengendalian umpan balik. Pada sistem pengendalian loop tertutup sinyal output dari plant
di umpan balik ke set point untuk dibandingkan. Perbedaan antara sinyal output dan set poin
yaitu pada error yang diberikan ke kontroler untuk mengurangi kesalahan dan membawa
output sistem kepada nilai yang diinginkan. Pada sistem pengendalian loop tertutup ini
output dapat menentukan masukan ke plant.
Didalam pengendalian loop tertutup (close loop control system) terdapat 3 macam metode
pengendalian, antara lain :
a. Feed back control system
Merupakan sistem pengendalian dimana besaran proses yang diatur dan diukur
(PV) dibandingkan dengan nilai yang dikehendaki (SV) dan perbedaannya digunakan
sebagai dasar untuk mengeliminir perbedaan yang ada (membuka/menutup control
valve).
36
b. Feed forward control system
Pada metode ini beban proses pengaturan diukur kemudian di bandingkan dengan
beban normal dan bila ada perbedaan, maka perbedaan tersebut digunakan sebagai
dasar untuk melakukan aksi antisipasi agar tidak terjadi penyimpangan pada primary
proses variable yang diatur.
37
mengubah range pengukuran atau kemampuan pengukuran dari transmiter akan lebih rendah
atau lebih tinggi, namun tidak boleh lebih dari batasan (range) spesifikasi yang ditentukan oleh
pabrik yang tertera pada peralatan tersebut. Gambar differential pressure transmitter
ditunjukin di bawah ini :
2.6.2.1 Transmitter
Transmitter adalah alat yang digunakan untuk mengubah perubahan sensing element dari
sebuah sensor menjadi sinyal yang mampu diterjemahkan oleh controller. Sinyal untuk
mentransmisikan ini ada dua macam, yaitu pneumatic dan electric. Sistem transmisi pneumatic
adalah transmisi yang menggunakan udara bertekanan untuk mengirimkan sinyal. Besar tekanan
udara yang digunakan adalah sekitar 3-15 psi. Sistem ini adalah adalah sistem lama sebelum
38
kemunculan era electric. Sistem transmisi elektronik adalah transmisi menggunakan sinyal electric
untuk mengirimkan sinyal. Range yang digunakan untuk transmisi ini adalah 4-20 mA dan 1-5
VDC.
Transmisi sendiri ada yang berfungsi sebagai pengirim sinyal saja, atau ada juga yang
mengkonversi besaran yang diinginkan. Selain ditransmisikan ke controller (control room),
transmitter juga memiliki display di lapangan yang digunakan untuk pengecekan secara manual.
Biasanya besaran yang ditunjukkan di lapangan adalah berapa persen dari tekanan. Dari situ bisa
di konversikan menjadi berapa flowrate (jika mengukur flow) atau berapa level (jika mengukur
kedalaman), dsb. Ada juga transmitter yang kemunculan nilai besarannya sudah berupa besaran
yang diinginkan misalkan mengukur flownya dengan differential pressurenya. Semakin baru
teknologi yang digunakan maka semakin bagus juga performa dari transmitter tersebut.
Untuk mentransmisikan sinyal dari transmitter ke control room, transmitter melakukan
pengkondisian sinyal terlebih dahulu agar sesuai dengan spesifikasi (tegangannya, arusnya).
Transmisi yang digunakan untuk pengiriman sinyal, seperti yang sudah disebutkan sebelum, ada
pneumatic dan electric. Perbedaan dari kedua transmisi tersebut adalah :
39
a. Transmitter Pneumatic
Pada transmisi pneumatic, sensing element berperan sebagai sensor untuk mendeteksi suatu
besaran dengan metode tertentu. Dengan sistem udara bertekanan, sensing element tersebut
meng-adjust flapper dan nozzle akan menyesuaikan posisi flapper. Dari tekanan nozzle ini bisa
ditentukan posisi transmitter sedang on atau off.
Ada juga yang berfungsi seperti variable yaitu bisa meng-adjust seberapa persen besar
kecilnya nilai tekanan. Dari tekanan tersebut sudah bisa terlihat outputnya memiliki tekanan
berapa.
Tekanan itulah yang akan dikirim melalui tubing transmission ke control room. Jika control
roomnya masih pneumatic, maka digunakan instrument-instrument pneumatic yang ukurannya
besar dan masih kuno. Jika sistem controlnya sudah electric, maka digunakan converter P/I
(pressure to electric) untuk dikirimkan ke DCS. Selanjutnya dari control sistem, sinyal akan
dikirim ke lapangan untuk mengontrol sesuatu (misal valve). Jika menggunakan sistem control
electric dan transmisi pneumatic, maka harus ada converter I/P (electric to pressure). Jika
sistem control menggunakan pneumatic, tinggal diputar-putar saja controllernya, maka sinyal
langsung ditransmisikan ke lapangan dan menggerakkan valve.
b. Transmitter Electric
Pada transmisi electric, cara kerjanya lebih simple. Jalur transmisi sudah menggunakan
kabel. Dari transmiiter dikirim ke control room dengan kabel. Control sistem yang digunakan
pada sistem electric biasanya DCS. Sebelum masuk DCS, jalur transmisi tersebut masuk ke
panel box sebagai interkoneksi antara lapangan dengan control sistem. Dengan DCS semua
bisa dikontrol melalui layar monitor. Sistemnya sudah terintegrasi dan memiliki respon yang
cepat.
40
2.6.3 Control Element
Control element atau controller adalah komponen automatic control system yang mampu
menghentikan kerja operator. Fungsi dari controller antara lain :
a. Menerima besaran proses dari transmitter atau alat instrument lainnya dengan sinyal
standar.
b. Menghitung besarnya perbedaan antara set point (SP) dan process variable (SV).
c. Melakukan koreksi terhadap variable proses melalui final element.
Output controller pada suatu pengendalian proses tergantung pada beberapa hal, antara lain
Reverse E = SP – PV
Direct E = PV – SP
Dimana :
E = Error = kesalahan atau simpangan
SP = Set Point = nilai yang diinginkan
PV = Proses Variable (nilai hasil pengukuran)
B. Mode Controller (controller mode)
Control mode adalah tata cara kontroler dalam menghasilkan sinyal output sebagai
tanggapan atas kesalahan yang dideteksinya. Model controller antara lain :
Control mode adalah tata cara kontroler dalam menghasilkan sinyal output sebagai
tanggapan atas kesalahan yang dideteksinya. Model controller antara lain :
41
a. Model ON/OFF Control
Controller jenis ini outputnya hanya bisa membuka penuh dan menutup penuh,
sehingga bila ada error atau simpangan siynal output dari controller menuju ke control
valve, maka valvenya akan membuka penuh atau menutup penuh, sehingga controller
jenis ini tidak stabil bila terjadi error atau simpangan.
b. Model Controller Proportional (P Controller)
Proportional controller menghasilkan perubahan output sebanding dengan error.
Unit proportional (P) banyak digunakan, baik digunakan secara tersendiri maupun
dalam kombinasi dengan mode Integral (I) dan Derivative (D). Gain pada inti
proportional controller besarnya tetap, linear di semua daerah kerja dan tidak
tergantung pada fungsi waktu. Karena sifat controller ini dimana outputnya akan sama
dengan bias, maka menyebabkan penggunaannya pada loop pengendalian akan
timbul offset bila loop pengendalian mendapat error. Offset merupakan error tetap
dimana proportional controller sudah tidak mampu lagi membawa nilai variable
proses yang dikendalikan atau proses variable (PV) kepada nilai yang dikehendaki
atau set value (SV).
c. Model Controller Proportional + Integral (PI Controller)
Controller dengan mode integral akan menghasilkan perubahan output sebanding
dengan integral waktu dari error. Elemen integral ini tidak dibangun secara sendirian
akan tetapi dirangkai dengan elemen proportional sehingga ada interaksi diantara
keduanya.
Sifat dari pengendali Integral (I) yang tidak mengeluarkan output sebelum selang
waktu tertentu, mengakibatkan pengendali Integral menjadi memperlambat respon
walaupun pada pengendali ini tidak meninggalkan offset. Untuk memperbaiki
lambatnya respon, umumnya pengendali Integral dipasang paralel dengan pengendali
Proportional.
d. Model Controller Proportional + Derivative (PD Controller)
Controller element dengan mode operasi derivative menghasilkan perubahan output
sebanding dengan derivative waktu dari error. Seperti element integral, element
derivative juga tidak dibangun secara sendiri, akan tetapi merupakan rangkaian
42
tambahan element proportional.
Element derivative tidak respon terhadap error yang tetap dan karena sifatnya yang
seperti inilah maka element derivative controller tidak dapat memperbaiki sifat
steady state pada sistem pengendalian yang menggunakan proportional controller.
Sifat lain yang element derivative adalah sifat antisipasif dimana outputnya yang
mendahului kesalahan. Dalam praktek kegunaannya adalah untuk mengantisipasi
dan mencegah error agar tidak membesar. Oleh sebab itu nama lain element
derivative ini sering juga disebut pre-act. Derivative control element cocok
digunakan pada proses yang time constannya besar yang memiliki waktu respon
yang lama.
e. Model Controller Proportional + Integral + Derivative (PID Controller)
Untuk menutupi kekurangan pada pengendali PI dan PD, maka ketiga mode
digabungkan menjadi PID. Unsur P I dan D masing- masing berguna untuk
mempercepat reaksi sistem, menghilangkan offset dan mendapatkan energi ekstra
disaat awal-awal perubahan load. Tetapi semua kelebihan pada pengendali PID
belum tentu sesuai untuk mengendalikan semua proses. Hanya proses yang tidak
mengandung noise (riak) yang boleh dikendalikan dengan pengendali PID. Oleh
karena itu pengendali PID biasanya hanya dipakai untuk pengendalian
temperature. Controller Derivative memiliki masing-masing fungsi dari ketiga
control tersebut.
2.6.4 Final Element
Final element adalah bagian dari controlling dimana perubahan proses secara
langsung terjadi sebagai akibat dari pengontrolan. Final element biasanya berupa control
valve.
2.6.4.1 Control Valve
Control valve adalah pengendalian kerangan yang dapat digerakkan oleh sinyal
electric maupun pneumatic. Fungsi control valve adalah sebagai pengganti kerangan yang
dapat diatur baik secara manual maupun secara automatik, mengatur fluida serta menjaga
kestabilan proses. Standar sinyal kendali yang digunakan adalah 3-15 psi untuk pneumatic valve
dan 4-20 mA DC untuk electric valve yaitu Motor Operasional Valve (MOV). Untuk
kepentingan membangun suatu loop pengendalian proses hal utama yang dibutuhkan dari
43
control valve ini adalah aksinya.
44
b. Air to Close (ATC)
Aksi valve lainnya adalah ATC (Air to Closed), dimana valve tipe ini bukaannya
menjadi lebih kecil bila sinyal kendali yang menggerakkannya membesar dan
sebaliknya bukaannya akan menjadi lebih besar bila sinyal kendali yang
menggerakkannya mengecil. Aksi valve jenis ini dapat juga disebut FO (Failure
Open) artinya bila valve tipe ini kehilangan sinyal kendali, maka akan membuka
penuh. Control valve ini biasa diberi warna merah.
2.7 Boiler
Boiler adalah bejana tertutup dimana panas pembakaran dialirkan ke air sampai terbentuk
air panas atau steam. Air panas atau steam pada tekanan tertentu kemudian digunakan untuk
mengalirkan panas ke suatu proses. Air adalah media yang berguna dan murah untuk mengalirkan
panas ke suatu proses. Jika air dididihkan sampai menjadi steam, volumnya akan meningkat sekitar
1.600 kali, menghasilkan tenaga yang menyerupai bubuk mesiu yang mudah meledak, sehingga
boiler merupakan peralatan yang harus dikelola dan dijaga dengan sangat baik.
45
2.8 DCS (Distributed Control System)
Distributed Control System (DCS) adalah suatu pengembangan sistem control
dengan menggunakan komputer dan alat elektronik lainnya agar didapat pengontrol suatu loop
sistem yang lebih terpadu dan dapat dikendalikan oleh semua orang dengan cepat dan mudah. Alat
ini dapat digunakan untuk mengontrol proses dalam skala menengah sampai besar. Proses yang
dikontrol dapat berupa proses yang berjalan secara kontinyu atau proses yang berjalan secara
batching.
Sistem DCS dirancang dengan prosesor redundant untuk meningkatkan kehandalan sistem.
Untuk mempermudah dalam penggunaan, DCS sudah menyertakan tampilan/grafis kepada user
dan software untuk konfigurasi control. Hal ini akan memudahkan user dalam perancangan
aplikasi. DCS dapat bekerja untuk satu atau lebih workstation dan dapat dikonfigurasi di
workstation atau dari PC secara offline. Komunikasi lokal dapat dilakukan melewati jaringan
melalui kabel atau fiber optic.
46
BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Transmitter
Transmitter adalah alat yang digunakan untuk mengubah perubahan sensing element dari
sebuah sensor menjadi sinyal yang mampu diterjemahkan oleh controller. Sinyal untuk
mentransmisikan ini ada dua macam yaitu pneumatic dan electric. Sistem transmisi
pneumatic adalah transmisi menggunakan udara bertekanan untuk mengirimkan sinyal.
Besar tekanan udara yang digunakan adalah sekitar 3-15 psi. Sistem ini adalah system lama
sebelum kemunculan era elektrik. Sistem transmisi elektronik adalah transmisi
menggunakan sinyal elektrik untuk mengirimkan sinyal. Range yang digunakan untuk
transmisi ini adalah 4-20mA dan 1-5 VDC.
48
D. Flow Transmitter
Flow transmitter adalah Alat ini digunakan untuk mengukur laju aliran
dalam suatu pipa aliran. Laju aliran yang diukur adalah fluida, baik itu berupa gas,
steam, ataupun liquid. Sensor yang digunakan untuk mengukur laju aliran fluida ini
biasanya adalah orifice, venturi dan lain-lain
49
B. Elektronic transmitter
Transmitter electronic juga mempunyai mekanisme umpan balik pada
sytem keseimbangan gaya untuk mendapatkan ketelitian dan stabilitas yang
tinggi. Sistem ini menjaga tetap suatu keseimbangan gaya antara input dan
output. Input sinyal atau variable proses dirubah kedalam suatu gaya melalui
input transfer element, output sinyal listrik juga suatu gaya akibat dari feedback
transfer element, Output akan berubah yang disebabkan berubahnya beban
akibat keseimbangan dari mekanisme transmitter akan berubah, jika hal ini
terjadi maka sytem akan menjadi seimbang kembali melalui mekanisme umpan
balik ssebagaimana element detector mendeteksi terjadinya kesalahan.
3.3.1 Tabel Perbedaan Transmitter Elektronic dan Pneumatic
Table 3.1 perbedaan transmitter electronic dan pneumatic
Pneumatic Elektric
Tranmisi dengan udara bertekanan Transmisi dengan sinyal listrik
Jalur transmisi dengan tube Jalur Tranmisi dengan kabel biasa
Respon lambat Respon cepat
Butuh control room besar Lebih compact
Perawatan lebih mahal Perawatan relative lebih murah (jarang rusak)
50
2. level transmitter dengan metode kapasitif
Sensor kapasitif merupakan sensor elektronika yang bekerja berdasarkan
konsep kapasitif. Sensor ini bekerja berdasarkan perubahan muatan energy
listrik yang dapat disimpan oleh sensor akibat perubahan jarak lempeng,
perubahan luas penampang dan perubahan volume dielektrikum sensor
kapasitif terbsebut.
Sifat sensor kapasitif yang dimanfaatkan dalam pengukuran:
A. Jika luas permukaan dan dielektrida dalam dijaga konstan, maka
perubahan nilai kapasintasi ditentukan oleh jarak anatara kedua
lempeng logam
B. Jika luas permukaan dan jarak kedua lempeng logam dijaga konstan dan
volume dielektrikum dapat dipengaruhi maka perubahan kapasitansi
ditentukan oleh volume atau ketinggian cairan elektrolit yang diberikan
C. Jika jarak dan dielektrikan dijaga konstan, maka perubahan kapasintansi
ditentukan oleh luas permukaan kedua lempeng logam yang saling
berdekatan
Aplikasi sensor kapasitif beberapa aplikasi yang dapat dibuat dengan
sensor kapasitif diantaranya adalah :
51
Dalam kenyataan plat kapasitor ini sebenarnya dinding tangka dan besi
elektroda sensor. Konversi dari perubahan kapasitansi duiubah oleh
transmitter menjadi sinyal pengukuran 4-20mA
52
4. Level Transmitter dengan metode ultra sonic
53
Gambar 3.8 Level Transmitter dengan metode ultra sonic
54
sinyal elektroik dikondisikan-suhu-kompensisi dan perkuat oleh penguat diferensial
sinyal kemudian dilansirkan untuk kompensasi linier medan magnet yang pertama dan
kedua low pass flter meredam efek turbulensi proses dan mencegah saturasi penguat dc
dan pengendalian saat ini. Penguat dc memberikan penyesuaian zero dan span
noninteracting.
55
Gambar 3.9 level transmitter fisher 2390
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Berdasarkan Kerja Praktek yang telah dilakukan pada Sistem Pengukuran Level
Trasmitter pada Desalter di Balikpapan 1 PT. PERTAMINA (PERSERO) RU V
BALIKPAPAN, dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut :
1. level transmitter adalah suatu alat yang digunakan untuk mengukur ketinggian suatu
fluida berdasarkan tekanan hydrostatis.
2. Terdapat beberapa metode pengukuran level transmitter antara lain: ( metode
konductif, metode kapasitif. Metode differensial preasure, and metode ultrasonic
3. Cara keja level Transmitter pada desalter dengan cara mengukur ketinggian cairan
pada tangka desalter
4.2 Saran
Berdasarkan Kerja Praktek yang telah dilakukan pada Pengukuran Level Transmitter
pada desalter di Balikpapan 1 di PT. PERTAMINA (PERSERO) RU V BALIKPAPAN,
Penulis memiliki beberapa saran sebagai berikut :
56
4. Pengecekan dan perawatan pada peralatan instrumentasi yang dilakukan secara rutin
dan berkala untuk menghindari kegagalan proses yang disebabkan peralatan yang
tidak memenuhi standar.
5. Manual book yang berisi tentang proses-proses yang berlansung di masing-masing
maintenance area perlu diadakan agar memudahkan bagi para pelaksana Kerja
Praktek untuk mengetahui proses yang terjadi secara detail. Selain itu perlunya untuk
merawat manual book dari peralatan agar dapat mempermudah dalam identifikasi
peralatan, kalibrasi, instalasi peralatan.
DAFTAR PUSTAKA
https://www.google.co.id/search?q=level+transmitter+2390+fisher&tbm=isch&t
bs=rimg:
http://engineering-myway.blogspot.co.id/2012/07/desalter-in-crude-oil.html
https://ardianeko.wordpress.com/2012/01/26/transmitter-dan-line-transmission/
https://www.omega.com/Pressure/images/PX760_l.jpg
http://www.jasaservis.net/mengenal-differential-pressure-transmitter/.html
http://tehnikinstrument.blogspot.co.id/2016/03/jenis-jenis-level-transmitter.html
www.elektro.undip.ac.id/el_kpta/wpcontent/uploads/.../21060111130072_MKP.
pdf
57
58