Anda di halaman 1dari 12

Hubungan Perkawinan Endogami Dengan Kelainan Bawaan Lahir

Diah Ayu Nur Rochmawati


diah.ayu.nur-12@fisip.unair.ac.id

Departemen Antropologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik


Universitas Airlangga, Surabaya

Abstrak
Perkawinan merupakan suatu proses untuk keberlangsungan garis keturunan manusia dimana dari
setiap keturunan akan membawa sifat genetik dari induknya salah satunya adalah perkawinan
endogami dapat menyebabkan tingginya frekuensi homozigot pada keturunan, yang dapat
menyebabkan terjadinya kemunculan alel resesif homozigot yang didapat dari genotip heterozigot
kedua orang tuanya.Sehingga anak akan terlihat sama fenotipnya dapat mempunyai genotip yang
berbeda sehingga akan mempunyai alel abnormal. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui
hubungan antara perkawinan endogami dengan kelainan bawaan lahir. Besar sampel adalah 46 kepala
keluarga kemudian dibedakan berdasarkan model perkawinan (Perkawinan Endogami dan
Perkawinan Eksogami) dan memiliki anak penderita cacat bawaan lahir (cacat mental, cacat fisik,
idiot, kerdil, tunarungu, dan tunanetra). Data yang diperoleh yang dihitung dengan melakukan uji chi-
square.Indepth interview dilakukan untuk menyusun prosedur perolehan informasi tentang aspek
material dari ego hingga tiga generasi sebelumnya.Mean Matrimonial Radius (MMR) digunakan
untuk melihat mobilitas perkawinan mereka. Mayoritas penduduk Desa Sidoharjo melakukan
perkawinan endogami lokal. MMR menunjukkan bahwa mobilitas perkawinan hanya terdapat di
sekitar lokasi Desa Sidoharjo dilihat dari perkawinan kakek dan nenek dari ego. MMR menjadi lebih
luas karena orang tua dari ego kawin dengan masyarakat di luar Desa Sidoharjo. Hasil penelitian
diperoleh X2 hitung sebesar 0.383, dengan taraf kepercayaan 95%. Dengan demikian hipotesis (Ho)
diterima yang berarti tidak terdapat hubungan yang signifikan antara perkawinan endogami dengan
munculnya cacat bawaan lahir.

Kata Kunci: Model Perkawinan, Cacat Bawaan lahir, Mean Matrimonial Radius (MMR)

Abstract
Marriage is a process for sustaining the human lineage in which each descendant will carry the
genetic trait from the parent. Endogamy marriage will result in the high frequency of homozygote in
the descendant, which can lead to the emergence of homozygous recessive alleles obtained from both
parents’ heterozygous genotype. So the child that has the same phenotype can have different
genotypes that will have abnormal allele. The research objective is to reveal the relation between
marital endogamy with congenital birth defects. The sample is 46 households which then categorized
based on the types of marriage (endogamy and Exogamy) and children with congenital defects
(mental disability, physical disability, idiots, dwarfs, deaf, and blind). The a obtained is then
calculated by the chi-square test. In-depth interviews were conducted to formulate procedures for
obtaining information about the material aspects of the ego to three previous generations.
Matrimonial Mean Radius (MMR) is used to see the mobility of their marriage. The majority of the
villagers of Sidoharjo practiced local endogamy marriage. MMR shows that the mobility of marriage
only in the vicinity of the village of Sidoharjo as seen from the marriage of grandparents of ego. MMR
is becoming more widespread because the parents of ego mate with people outside the village
Sidoharjo. The results obtained is X2 count of 0.383, with a 95% confidence level. Thus the null
hypothesis (Ho) is accepted, which means there is no significant correlation between marital
endogamy with congenital birth defects.)

Keywords: the types of marriage, congenital defects, Mean Matrimonial Radius (MMR)

AntroUnairdotNet, Vol.V/No.2/Juli 2016, hal 246


berkaitan dengan prokerasi dalam
Pendahuluan populasi. Populasi merupakan sekelompok
Perkawinan merupakan sesuatu individu satu spesies yang menempati
peristiwa yang penting untuk melestarikan suatu tempat dan saling melakukan
keturunan manusia, perkawinan tidak kawin-mawin (breding population) dan
hanya menyangkut tentang dua individu dalam proses perkawinan tersebut dapat
yang menjadi pasangan suami isteri, akan membuat terisolasi dari kelompok jenis
tetapi perkawinan juga terkait dengan lainnya. Dengan demikian genom dari
keluarga maupun masyarakat (Achwan, setiap populasi disebut dengan genotip.
1976). Perkawinan pada dasarnya akan Genotip yang dimiliiki anggota dari
membentuk suatu hubungan populasi tersebut akan membentuk gene
kemasyarakatan yang berwujud pada suatu pool, dimana gene pool akan menyebar
perbuatan manusia yang membentuk dalam populasi dan menentukan bentuk
budaya dan budaya menyatakan diri dalam biologisnya (Glinka, 2008b).
wujud gerak dan karya manusia. Sehingga
Bentuk-bentuk perkawinan dibagi
hubungan budaya, manusia dan hidup
menjadi dua, yaitu perkawinan endogami
bermasyarakat menjadi hubungan yang
dan perkawinan eksogami. Perkawinan
tidak dapat terpisahkan. Di Indonesia
endogami adalah suatu perkawinan yang
perkawinan otentik diatur dalam UU. No.
dilakukan oleh etnis, klan, suku,
1 Th. 1974 dari Lembaran Negara RI
kekerabatan dalam satu lingkungan yang
tahun 1974, yang berbunyi :
sama. Sedangkan perkawinan eksogami
“perkawinan adalah ikatan lahir-batin adalah perkawinan yang dilakukan oleh
antara seorang pria dan wanita sebagai
Suami dan Isteri dengan tujuan suku, klan, kekerabatan dalam lingkungan
membentuk keluarga atau rumah yang berbeda atau keluar dari lingkungan
tangga yang bahagia dan kekal
berdasarkan Ketuhanan Yang Maha aslinya.
Esa”
Parwesi (2012) meneliti tentang
Perkawinan merupakan salah satu
system perkawinan endogami pada
media lahirnya keturunan. Dari setiap
masyarakat Tenganan Pegringsingan Bali.
keturunan akan membawa sifat genetik
Dalam penelitian tersebut Parwesi
dari induknya. Dalam perkawinan juga
menjelaskan bahwa masyarakat Tenganan
terdapat beberapa aspek,yaitu aspek
Pegringsingan mewajibka masyarakatnya
budaya dan aspek biologis yang sangat
kawin hanya dengan orang Tenganan
erat dan terkait. Karena dalam perkawinan
Pegringsingan asli saja.

AntroUnairdotNet, Vol.V/No.2/Juli 2016, hal 247


Faktor-faktor pendorong masih pertama di temukan adalah di Desa
dilakukannya perkawinan endogamy Sidowayah yang terdapat di Dukuh
adalah adanya tradisi leluhur, tentang Sidoharjo berada di Kecamatan Jambon.
perkawinan ideal, larangan perkawinan Intellectual Disability mengacu pada
dan hak waris. Masyarakat Tenganan gangguan di kedua kognitif dan
Pegringsingan yang melakukan keterampilan adaptif yang terjadi selama
pelanggaran dari tradisi perkawinan masa perkembangan.
endogami akan mendapatkan hukuman, Perkawinan yang terjadi pada
karena perkawinan dengan orang yang masyarakat di Desa Sidoharjo umumnya
bukan berasal dari Desa Tenganan masih terjadi antara kalangan mereka
Pegringsingan dapat dikenakan beberapa sendiri (endogami). Pada masa lampau
sanksi berdasarkan kesalahan yang kebanyakan masyarakat di Desa Sidoharjo
dilakukan (Parwesi ,2012). menikah karena hasil perjodohan dari
kedua orang tuanya sehingga banyak yang
Di Jawa Timur kasus perkawinan
tidak memahami apakah pasangan tersebut
endogami juga terjadi di Ponorogo.
mempunyai hubungan saudara atau tidak.
Perkawinan endogami yang terjadi di
Pada masa sekarang orang tua
Ponorogo kemungkinan dipengaruhi oleh
membebaskan anaknya untuk mencari
faktor geografis, seperti halnya tempat
pasangan dari dalam maupun luar Desa
masyartakat yang tinggal di pegunungan
Sidoharjo. Aturan perkawinan di Desa
sehingga menjadikan tempat tersebut
Sidoharjo sesuai dengan PMA (Peraturan
terisolasi. Di samping jarak antara desa ke
Menteri Agama) yang mengacu pada
desa yang lain saling berjauhan faktor lain
hukum islam. Perkawinan yang tidak di
adalah adanya masyarakat yang menderita
perbolehkan di desa ini contohnya
kemiskinan, tidak bervariasinya makanan
menikah dengan adiknya sendiri, menikahi
yang dimakan, kurangnya akses
keponakan dari ayah.
pendidikan sehingga kesejahteraan
Kelainan bawaan (Congenital
masyarakat rendah.
Disorders) merupakan kelainan yang
Banyaknya penyandang Intellectual
ditemukan pada bayi ketika lahir, terdapat
Disability dibeberapa Kecamatan di
3-4% bayi baru lahir mempuyai kelainan
Ponorogo seperti Kecamatan Balong,
berat yang ditemukan pada saat anak
Kecamatan Jambon, dan Kecamatan
sedang tumbuh (Lubis, 2008). Contoh
Sampung menjadi perhatian khusus bagi
kasus Congenital Disorders of
masyarakat luar. “kampung Idiot” yang
Glycosylation (CDG) yang mewakili

AntroUnairdotNet, Vol.V/No.2/Juli 2016, hal 248


keluarga besar dan berkembang pesat dari rungu, kerdil, stress, cacat fisik dan
penyakit genetik dengan glikosilasi diperoleh 46 penderita cacat berdasarkan
abnormal Lipod. Secara klinis CDG bawaan lahir, kemudian dari data kepala
berhubungan dengan berbagai gejala, keluarga tersebut dikelompokkan menjadi
seperi gagal pertumbuhan, hipotonia 2 (dua) model perkawinan antara lain
aksial, difusi cerebellar, kejang, perkawinan endogami dan eksogami.
keterbelakangan mental, dan koagulopati Jumlah ego (anak) dari data kepala
(Heuvel et al. 2011). keluarga diperoleh 39 kepala keluarga
yang melakukan perkawinan endogami
Metode
dan 7 kepala keluarga yang melakukan
Metode yang digunakan pada perkawinan eksogami.
penelitian ini adalah metode penelitian
deskriptif kuantitatif dimana format Data yang telah diperoleh kemudian

deskriptif yang bertujuan untuk diuji dengan menggunakan statistik

menggambarkan, meringkas berbagai deskriptif crosstab untuk mengetahui

fenomena, berbagai situasi yang timbul di frekuensi perkawinan dan kelainan bawaan

masyarakat yang menjadi obyek lahir masing-masing sampel. Sampel

penelitian, kemudian menarik kesimpulan tersebut kemudian dilakukan analisis

(Suyanto, 2011). dengan menggunakan analisis Mean


Matrimonial Radius (MMR) dan uji
Populasi penelitian ini adalah statistika Chi-Square untuk mengetahui
keluarga yang tinggal di Desa Sidoharjo, ada tidaknya hubungan antara perkawinan
Kecamatan Jambon, Kabupaten Ponorogo. endogami dengan kelainan bawaan lahir.
Kriteria Penelitian adalah Populasi Analisis uji statistik dengan aplikasi
endogami di Desa Sidoharjo adalah komputer menggunakan analisis SPSS 17.
populasi yang berasal dari pernikahan
endogami dan eksogami. Berdasarkan data Hasil dan Pembahasan

administrasi dari kantor desa menjelaskan Pengambilan data dilakukan dalam


bahwa terdapat 1.618 kepala keluarga kurun waktu penelitian ± 2bulan yaitu
yang berasal dari Desa Sidoharjo, data pada akhir bulan september sampai akhir
administrasi dari perangkat desa tercatat oktober 2015, selama proses penelitian
sebanyak 292 penderita cacat mental berlangsung peneliti dibantu oleh
antara lain: Lumpuh, idiot, cacat mental, pembimbing. Tabel 1 menunjukkan
tuna netra, tuna wicara, cacat ganda, tuna distribusi frekuensi dari model perkawinan

AntroUnairdotNet, Vol.V/No.2/Juli 2016, hal 249


orang tua ego. Jumlah perkawinan Tabel 2 adalah distribusi frekuensi
dibedakan menjadi 2 (dua) yaitu jenis kecacatan pada anak berdasarkan
perkawinan endogami dan eksogami. data anak penderita cacat pada setiap
kepala keluarga, anak penderita cacat yang
Namun jika dilihat pembagian
paling banyak adalah cacat mental
perkawinan, perkawinan yang paling
sejumlah 39 anak dan idiot sebanyak 17
banyak adalah perkawinan endogami, yang
anak.
berati bahwa perkawinan endogami yang
paling banyak diakukan warga Desa
Sidoharjo.

Tabel 1. Distribusi Frekuensi dari Model Perkawinan

JumlahAnak

Model Perkawinan N % Cacat Tidakcacat

N ∑N % N ∑N %

1 = Perkawinan
39 84.7 59 155 38 96 150 64
Endogami

2 = Eksogami 7 15.2 11 32 34.4 21 32 18

Jumlah 46 100 70 100 117 100

Sumber : Pengelolaan data statistik pribadi peneliti

Tabel 2. Distribusi Frekuensi jenis kecacatan ego

Jenis Kecacatan N Persentase (%)

1 = Cacat Mental 39 55

2 = Idiot 17 23.9

3 = Kerdil 4 5.6

4 = Cacat Mental dan Cacat Fisik 5 7.1


5 = Tuna Wicara 4 5.6
6 = Tuna Rungu 2 2.8
Jumlah 71 100
Sumber : Pengelolaan data statistik pribadi peneliti
AntroUnairdotNet, Vol.V/No.2/Juli 2016, hal 250
Tabel 3 menunjukkan distribusi rata-rata penderita kelainan bawaan lahir
frekuensi umur inklusi ego berdasarkan dengan rata-rata umur penderita cacat
umur setiap anak penderita cacat dari bawaan lahir yaitu 31-40 dan 41-50.
setiap kepala keluarga berdasarkan urutan

Tabel 3. Distribusi frekuensi umur inklusi anak penderita kelanan bawaan lahir
Usia Frekuensi %
10 – 20 8 17.4
21 – 30 9 19.5
31 – 40 13 28.3
41 – 50 13 28.3
51 – 60 2 4.3
61 – 70 0 0
71 – 80 1 2.2
Jumlah ( N ) 46 100
Sumber : Pengelolaan data statistik pribadi peneliti
Tabel 4 menunjukkan hasil digunakan untuk melihat jarak perkawinan
perolehan Mean Matrimonial Radius di suatu daerah tersebut.
(MMR) dari orang tua ego. MMR

Tabel 4. Mean Matrimonial Radius (MMR) orang tua ego


Desa MMR ± SD

Sidoharjo 2.48 ± 6.14

AntroUnairdotNet, Vol.V/No.2/Juli 2016, hal 251


Gambar 1. Peta Mean Matrimonial Radius (MMR) orang tua ego

Keterangan :

= Lingkar biru Dukuh Sidowayah

= Lingkar merah Dukuh Klitik

= Lingkar hijau Dukuh Karang Sengon

= Garis Penghubung Perkawinan antar wilayah

= Frekuensi perkawinan dalam satu wilayah

Gambar 1. menunjukkan MMR antara sangat tebal menunjukkan adanya


orang tua Ego di Desa Sidoharjo, dimana perkawinan antar sesama warga di Dukuh
di daerah tersebut terdapat tiga dukuh Sidowayah, semakin tebal titik tersebut
yaitu pada lingkaran biru adalah Dukuh maka semakin banyak perkawinan antar
Sidowayah, lingkaran hijau adalah Dukuh sesama warga di dalam lingkup desa
Karang Sengon dan lingkaran merah tersebut. Perkawinan di Dukuh Sidowayah
adalah Dukuh Klitik sesuai gambar1. dan Desa Krebet merupakan perkawinan
MMR pada ketiga Dukuh ini kecil yang yang banyak terjadi dilihat dari garis biru
menunjukkan banyaknya endogami dalam tebal. Semakin tebal garis penghubung
wilayah tersebut. Titik pusat biru yang antara satu desa ke desa lain maka

AntroUnairdotNet, Vol.V/No.2/Juli 2016, hal 252


menunjukkan semakin banyak perkawinan Tabel 5 menunjukkan hasil olahan
antar warga di kedua desa tersebut. Dukuh statistik dengan bantuan aplikasi SPSS 17
Sidowayah terlihat nampak lebih terbuka dengan menggunakan uji statistik Chi-
dibandingkan dengan Dukuh Klitik dan Square dengan syarat jika nilai α = ≥ α =
Dukuh Karang Sengon yang dimana 9.488 maka Ho diterima atau tidak ada
populasi warga di kedua dukuh tersebut signifikan antara dua variabel yang diuji
masih banyak penduduk yang mencari
pasangan di wilayah area desa tersebut
atau masih banyak yang melakukan
perkawinan endogami.

Tabel 5. Uji statistik Chi-Square Indepedencyvariabel model perkawinan dengan riwayat


penyakit

Value Df Asymp Sig(2-sided)


Person Chi-Square 2.012a 2 0.366
Likehood Ratio 1.573 2 0.455

Fisher's Exact Test 1.513c


Linear by Linear Association 1 0.299
N of Valid Cases 46
Sumber: Pengelolaan data statistik pribadi peneliti

Hasil olahan uji statistik Chi- demikian hasil uji Person chi square
Square-indepedency testDari hasil Uji Chi sebesar 9.488 lebih dimana nilai tersebut
Square di dapatkan hasil seperti pada lebih kecil daripada ( α = 2.012 ) atau
Tabel 5. Dari data tersebut dipaparkan (2.012 < 9.488). Dengan demikian semua
nilai statistik chi square 9.488 dengan proporsi relatif sama dengan kata lain
derajat kepercayaan sampel 95% atau ( α = tidak terjadi hubungan yang signifikan.
0.05 ). Dengan demikian nilai uji person Dengan demikian hasil uji data
chi square pada tabel 4.2 atau nilai X2 menunjukkan bahwa tidak terdapat
hitung adalah 2.012a , dengan Degree of hubungan yang signifikan antara model
freedom (df) atau derajat kebebasan perkawinan dengan riwayat penyakit
bernilai 2. Dengan nilai asymptot keluarga.
significance (2sided) yaitu 0,000. Dengan

AntroUnairdotNet, Vol.V/No.2/Juli 2016, hal 253


Tabel 6 Uji Statistik Chi-Square Model Perkawinan dengan jumlah penderita kelainan
bawaan ego (anak)

Value Df Asymp Sig (2-sided)


Person Chi-Square 0.383a 2 0.826
Likehood Ratio 0.683 2 0.711
Fisher's Exact Test 0.391

Linear by Linear Association 0.99c 1 0.753

N of Valid Cases 46
Sumber: Pengelolaan data statistik pribadi peneliti

Dari hasil Uji Chi Square di hubungan yang signifikan antara model
dapatkan hasil seperti pada Tabel 6 perkawinan endogami dengan kelainan
berdasarkan jenis model perkawinan yaitu bawaan.
perkawinan endogami dan perkawinan Hal ini menjelaskan bahwa tidak
eksogami. Dari data tersebut dipaparkan adanya hubungan antara perkawinan
nilai statistik chi square 9.488 dengan endogami dengan kelainan bawaan lahir.
derajat kepercayaan sampel 95% atau (α = Kemungkinan banyaknya penderita cacat
0.05). Dengan demikian nilai uji person yang terdapat di Desa Sidoharjo tersebut
chi square pada tabel 4.3 atau nilai X2 karena adanya faktor lain yang lebih
hitung adalah 0.383a, dengan Degree of dominan terhadap besarnya kelainan
freedom (df) atau derajat kebebasan bawaan di wilayah tersebut.
bernilai 4. Dengan nilai asymptot
significance (2sided) yaitu 0,000. Dengan Perkawinan endogami
demikian hasil uji Person chi square Perkawinan endogami dibagi menjadi 3
sebesar 9.488 lebih dimana nilai tersebut antara lain: Endogami Kerabat, adalah
lebih kecil daripada ( α = 0.383) atau hubungan seksual yang dilakukan oleh dua
(0.383< 9.488). dengan demikian semua orang laki-laki dan perempuan yang masih
proporsi relatif sama dengan kata lain mempunyai hubungan saudara atau
tidak terjadi hubungan yang signifikan. perkawinan sedarah.Endogami Lokal,
Dengan demikian hasil uji data adalah perkawinan yang hanya di lakukan
menunjukkan bahwa tidak terdapat dalam satu wilayah tertentu karena adanya

AntroUnairdotNet, Vol.V/No.2/Juli 2016, hal 254


faktor geografis.Endogami Sosial , adalah Kelainan Bawaan
perkawinan yang dilatar belakangi budaya Kelainan Bawaan adalah suatu
yang menjadi faktor terjadinya perkawinan kelainan yang terdapat pada struktur,
endogami seperti larangan untuk kawin fungsi maupun pada metabolisme tubuh
dengan orang lain yang beda agama, suku, yang terdapat pada bayi yang dilahirkan,
ras maupun strata sosial yang menjadi 60 % penyebab Kelainan Bawaanini tidak
penyebab timbulnya perkawinan endogami diketahui, akan tetapi 40% disebabkan
(Glinka, 2008a). oleh faktor lingkungan atau genetik atau
kombinasi dari faktor lingkunga dan
Pengaruh perkawinan terhadap gen genetik, kelainan struktural atau kelainan
Proses pembuahan individu metabolisme terjadi karena: hilangnya
menerima separuh dari genom ayah dan bagian tubuh tertentu, membentukan pada
separuh mendapat genom dari ibu. tubuh tertentu, dan kelainan bawaan yang
Sehingga terdapat jumlah alel pada terdapat pada kimia tubuh kelainan pada
keseluruhan gen yang terdapat pada kelainan metabolisme terdapat pada
individu menghasilkan suatu ciri. Alel hilangnya enzim atau dapat berupa ketidak
yang dominan dapat menutup sempurnanya pembentukan enzim. Faktor
kemungkinan alel resesif pada individu resiko Kelainan bawaan terjadi pada:
yang heterozigot. Sehingga individu yang Teratogenik, Gizi, Faktor fisik pada rahim,
terlihat sama fenotipnya dapat mempunyai faktor genetik dan kromosom.
genotip yang berbeda. Sehingga jika satu
Cacat pada pertumbuhan dapat
alel abnormal, maka yang normal akan
mewakili kekurangan pada pertumbuhan,
melengkapi dan sifat abnormal itu tidak
terdapat banyak sindrom kegagalan
akan kentara dalam fenotip. Individu
pertumbuhan genetik yang telah
tersebut hanya merupakan Carrier
diidentifikasi sebagian besar mengidap
(pembawa) alel abnormal (Glinka, 2008b).
kelainan bawaan lahir, bahkan pada
Perkawinan endogami dapat pertumbuhan pada waktu lahir normal
menyebabkan tingginya frekuensi setelah beberapa waktu pertumbuhannya
homozigot pada keturunannya yang dapat menjadi lambat dan kondisinya sering
menyebabkan terjadinya kemunculan alel mewakili dari kondisi keluarga secara
resesif homozigot yang didapat dari turun temurun.
genotip heterozigot dari kedua orang
tuanya.

AntroUnairdotNet, Vol.V/No.2/Juli 2016, hal 255


Angka kejadian Hasil dari uji statistik tersebut
menunjukkan tidak adanya hubungan yang
Kelainan Bawaan merupakan
signifikan antara perkawinan endogami
kelainan yang bisa dilihat pada waktu bayi
dengan munculnya kelainan bawaan lahir.
lahir. Kelainan ini dapat dilihat berupa satu
jenis kelainan saja atau dapat berupa
Daftar Pustaka
kelainan kongenital multipel. Akan tetapi
terkadang kelainan konginental ini belum Achwan, M.W.S., (1976). Perkawinan dan
Hukum Perkawinan Edisi I.,
terlihat pada waktu bayi lahir, tetapi baru
Surabaya: Fakultas Hukum
bisa di lihat beberapa waktu setelah bayi Universitas Airlangga Surabaya.
lahir. Angka kejadian kongenital ini Glinka, J., (2008a). Pengaruh Faktor
berkisar 15 per 1000 kelahiran. Di Rumah Sosial-Budaya terhadap
Keadaan Biologis Populasi
Sakit Universitas Gadjah Mada (1974- Manusia dalam Artaria, ed,
1979) terdapat sebesar 1.64% diantara “Manusia Makhluk Sosial
Budaya“ Surabaya: Airlangga
4625 kelahiran bayi, Rumah Sakit Dr. University Press.
Irngadi, Medan (1974-1979) tercatat 48
Glinka, J., (2008b). Model Perkawinan dan
bayi cacat diantara 14.504 kelahiran. Dampak Biologisnya dalam
Populasidalam Artaria, ed,
Angka kejadian dan jenis kongenital
“Manusia Makhluk Sosial
tersebut akan berbeda jika dilihat dari ras Budaya“ Surabaya: Airlangga
University Press.
dan suku bangsa (Rachmat, 2015).
Heuvel, L. Van Den et al., (2011).
B4GALT1-Congenital
Simpulan Disorders of Glycosylation
Presents as a Non-Neurologic
Penelitian tentang hubungan Glycosylation Disorder with
perkawinan endogami dengan kelainan Hepatointestinal Involvement. ,
pp.4–8. From at:
bawaan lahir, bertujuan untuk mengetahui www.jpeds.com.
apakah terdapat hubungan antara
Parwesi, N. (2012). Perkawinan Endogami
perkawinan endogami pada masyarakat di Kalangan Masyarakat
Desa Sidoharjo dengan munculnya Tenganan Pegrisingan
Kabupaten Karangasem
kelainan bawaan lahir. Bali.Retrieved Januari 1, 2015,
Uji statistik Chi-Square yang from
http://etd.repository.ugm.ac.id/in
digunakan untuk mengetahui ada tidaknya dex.php?mod=penelitian_detail
hubungan antara perkawinan dengan &sub=PenelitianDetail&act=vie
w&typ=html&buku_id=53974.
munculnya cacat bawaan lahir adalah Uji
indepedency dengan taraf kesalahan 5%.

AntroUnairdotNet, Vol.V/No.2/Juli 2016, hal 256


Rachmat, D. (2015). Retrieved June 22,
2016, from dr. Rachmad:
Kelainan Kongenital:
http://www.angelfire.com/ga/Ra
chmatDSOG/congenital.html
Suyanto,Bagong, (2007). Metode
Penelitian Sosial: Berbagai
Alternatif Pendekatan. Jakarta:
Kencana

AntroUnairdotNet, Vol.V/No.2/Juli 2016, hal 257

Anda mungkin juga menyukai