Makalah Determinan Matriks
Makalah Determinan Matriks
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
B. Tujuan
Makalah ini dibuat dengan tujuan utama untuk memenuhi Tugas Mandiri
mata kuliah Aljabar Linear Elementer, yang diberikan oleh dosen saya. Dan
tujuan berikutnya adalah sebagai sumber informasi yang saya harapkan
bermanfaat dan dapat menambah wawasan para pembaca makalah ini.
BAB II
ISI
DETERMINAN
A. Fungsi Determinan
Definisi:
Suatu permutasi dari bilangan-bilangan bulat {1, 2, 3, …, n} adalah penyusunan
bilangan bilangan tersebut dengan urutan tanpa pengulangan.
Contoh:
Permutasi dari {1, 2, 3} adalah
(1, 2, 3) (2, 1, 3) (3, 1, 2)
(1, 3, 2) (2, 3, 1) (3, 2, 1)
Secara umum, bilangan-bilangan pada {1, 2, …, n} akan mempunyai n!
permutasi.
Pada bagian ini kita akan membahas tentang determinan dan cara
mencarinya. Determinan merupakan nilai yang paling penting dalam perhitungan
matriks. Definisi-definisi maupun teorema yang penting yang berhubungan
dengan pencarian matriks.
Definisi 1.
Sebuah permutasi dari himpunan bilangan bulat positif {1,2,3, . . . .,n} adalah
susunan bilangan-bilangan bulat ini menurut aturan tertentu “tanpa
menghilangkan” “tanpa mengurangi” bilangan bulat tersebut.
Contoh 1.
Permutasi dari {1,2} adalan (1,2) dan (2,1).
Permutasi dari {1,2,3} adalah
(1,2,3),(3,1,2),(2,3,1),(2,1,3),(1,3,2),dan (3,2,1).
Dari definisi permutasi, apabila ada 4 bagian, maka banyaknya permutasi adalah
24 buah. Hal ini dapat di hitung dari rumus n.
Dapat dilihat untuk n = 2, maka ada 2 permutasi. Untuk n = 3, maka ada 6 = 3.2.1
permutasi. Untuk n = 4, maka ada 24 = 4.3.2.1 permutasi.
Contoh 2.
Tentukan jumlah inversi dari permutasi berikut :
a. (6,5,3,1,4,2)
b. (2,4,1,3)
c. (1,2,3,4)
Penyelesaian :
Jumlah inversi/pembalik : 5 + 4 + 2 + 0 + 1 + = 12
Jumlah inversi/pembalik : 1 + +2 + 0 =3
Tidak ada inversi/pembalik dalam permutasi ini
Definisi 2.
Dalam permutasi, di katakan terjadi sebuah inversi apabila sebuah bilangan bulat
yang lebih besar mendahului sebuah bilangan yang lebih kecil.
Contoh :
Kita akan menghitung inversi dalam dalam permutasi (2,4,1,3). caranya
sebuah berikut :
Banyak nya bilangan bulat lebih kecil daripada j1 = 2 dan mengikuti (yaitu j3 = 1),
dapat di lihat pada permutasi (2,4,1,3). Dalam permutasi tersebut j1 = 2 , j2 = 4, j3 =
1, dan j4 = 3.
Banyaknya bilangan bulat yang lebih kecil daripada j2 = 4 dan mengikutinya, ada
dua ( yaitu j3 = 1 dan j4 = 3).
Banyaknya bilangan bulat yang lebih kecil daripada j3 = 1 dan mengikutinya
adalah nol.
Sehingga banyaknya inversi dalam permutasi ini adalah 1 + 2 + 0 = 3
Definisi 3.
Sebuah permutasi di namakan permutasi genap jika banyaknya inversi dalam
permutasi tersebut genap. Sebaliknya sebuah permutasi di namakan permutasi
ganjil jika banyaknya inversi dalam permutasi tersebut ganjil.
Contoh :
Permutasi (2,4,1,3) adalah permutasi ganjil karena banyaknya inversi
dalam permutasi tersebut ganjil.sementara itu ,permutasi (1,2,3,4,5,6) adalah
permutasi genap.
Contoh :
Tabel berikut merupakan klasifikasi berbagai permutasi dari {1,2,3}
sebagai genap atau ganjil
Permutasi Jumlah Inversi Klasifikasi
(1,2,3) 0 Genap
(1,3,2) 1 Ganjil
(2,1,3) 1 Ganjil
(2,3,1) 2 Genap
(3,1,2) 2 Genap
(3,2,1) 3 Ganjil
Definisi 4.
Hasil perkalian elementer matriks A yang berukuran n x n adalah hasil perkalian
elemen-elemen tersebut berasal dari baris yang sama atau kolom yang sama.
Contoh :
Hasil perkalian elemen matriks A yang berukuran 4 x 4 adalan a31 a22 a43
a14.
Sementara itu ,a11,a12,a23,a34 adalah bukan hasil perkalian elementer sebab bentuk
a11,a12,a23,a34 mempunnyai elemen pada baris yang sama, yaitu elemen a11 dan a12
terletak pada baris yang sama.
Cara mencari seluruh hasil perkalian elementer dalam matriks A yang berukuran n
x n adalah sebagai berikut.
1. Tulislah bentuk a1.,a2.,a3.,....,an.
2. Tanda dalam bentuk tersebut di ganti dengan seluruh permutasi
(j1,j2,j3,....jn) maka tentulah di dapat n.
Hasil perkalian elementer.
Contoh : a11 a12 a13
Dipunyai matriks a = a21 a22 a23
a31 a32 a33
Definisi 5.
Sebuah hasil perkalian elementer bertanda dari A adalah sebuah hasil perkalian
elementer (a1.,a2.,...an) yang di kalikan dengan + 1 jika permutasinya genap dan
dikalikan dengan – 1 jika permutasinya ganjil.
Contoh :
Untuk matrisk A yang berukuran 3 x 3,maka hasil perkalian bertanda dari
a11 a23 a 32 adalah – a11 a23 a32 (karena permutasi yang bersesuaian adalah (1,3,2)
yang merupakan permutasi ganjil.
Definisi 6.
A adalah matriks bujur sangkar. Determinan matriks A yang di simbolkan det (A)
dapat di definisikan sebagai jumlahan semua hasil perkalian elementer bertanda
dari matriks A.
Definisi di atas apabila di notasikan akan berbentuk :
Det(A) = ∑ ± a1j1 a2j2 a3j3 . . .an jn
(j1j2jn)
Contoh :
Hasil untuk pencarian determinan akan di jabarkan dalam bagian berikut
ini :
Untuk n = 2
A = A11 A12
A21 a22
permutasi invers hasil perkalian elementer bertanda
(1,2) 0 a11 a22
(2,1) 1 -a12 a21
Jadi,det (A) = a11 a22 – a12 a21
Teorema 1.
Apabila A adalah suatu matriks yang berukuran n x n dan memuat sebuah baris
(kolom) yang elemenya semua nol,maka det(A) = 0.
Contoh :
1 2 1 -1
det 3 -1 2 0 =0
0 0 0 0
-1 -1 2 1
Teorema 2.
Apabila A adalah suatu matriks yang berukuran n x n dan terdapat 2 baris (kolom)
yang sama maka,det A = 0.
Contoh :
1 -2 3 4
det -2 2 4 4 =0
1 1 -1 2
1 -2 3 4
Teorema 3.
Jika A adalah matriks segitiga (atas/bawah) yang berukuran n x n,maka det(A)
adalah hasil dari perkalian elemen-elemen di agonal utama,yaitu det (A) = a11 a22 a
33 ...ann.
Contoh :
1 0 0 0 0
1 1 -1 2 -1 -1 0 0 0
0 3 2 -2 = (1)(2)(-3)(2) = - 12 det -3 2 -1 0 0
0 0 -3 1 2 3 -1 2 0
0 0 0 2 7 6 4 2 1
= (1)(-1)(-1)(2)(1) =2
Teorema 4.
Apabila A1 adalah matriks sebagai hasil dari matriks A yang sebuah
baris/kolomnya di kalikan dengan konstanta k,maka det A1) = kdet(A).
Contoh :
1 1 1
Bila A 2 -1 2 ,maka kita dapat menghitung det(B)
1 -2 2
1 1 1
Untuk B 4 -2 4
1 -2 -4
Jelas di hitung bahwa det (A) = 15,maka det (B) = 30 (sebab matriks B di peroleh
dari A dengan baris ke dua dari matriks A di kalikan 2).
Teorema 5.
Apabila B1 adalah matriks sebagai hasil dari matriks B ( bila dua baris matriks B
di pertukarkan letak tempatnya,maka det(B1) = -det (B).
Contoh :
Coba tunjukkan dengan perkalian elementer bertanda
apakah benar :
1 -2 -4 1 1 1
det 2 -1 2 = -det 2 -1 2 = 15
1 1 1 1 -2 -4
Teorema 6.
Jika C1 adalah matriks yang di hasilkan bila sebuah kelipatan suatu konstanta k ≠
0 dari 1 baris (kolom) matriks C yang di tambahkan ke baris atau (kolom) yang
lain,maka det (C1) = det (C).
Contoh :
1 1 1 1 1 1
det 0 -3 0 = det 2 -1 2 = 15
1 -2 -4 1 -2 -4
Sebab matriks di atas di hasilkan dari matriks A dengan operasi baris elementer
yang ke tiga, yaitu R2 R2 + (2) R1 atau perkalian konstanta (2) terhadap baris satu
yang di tambahkan ke baris 2.
Dan akhirnya dari teorema 1 sampai dengan teorema 6, kita akan dapat
menghitung determinan matriks dengan lebih cepat secara manual.
Pada bagian berikut ini akan di bahas beberapa sifat determinan sebagai
lanjutan dari ke enam sifat determinan yang telah di berikan pada bagian
sebelumnya.
Teorema 1.
Bila A adalah matriks yang berukuran n x n,maka :
Det (AT) = det (A)
Contoh :
Elemen matriks ini menggunakan perkalian elementer bertanda
1 2 3 1 -1 2
det -1 0 -1 dan det 2 0 1
2 1 -2 3 -1 -2
Teorema 2.
Misalkan A,A1 dan A2 adalah matriks yang berukuran n x n yang berbeda di
dalam sebuah baris/kolom saja (katankanlah baris/kolom b) dan baris/kolom b
dari A2 di peroleh dari penjumlahan elemen-elemen yang bersesuaian di dalam
baris/kolom b dari matriks A dan matriks A1,maka :
Det (A2) = det (A) + det (A1)
Contoh :
2 1 3 2 1 3 2 1 3
A= 1 1 4 A1= 1 -1 -3 A2= 2 0 1
2 1 1 2 1 1 2 1 1
Teorema 3.
Jika A dan B adalah matriks bujur sangkar dengan ukuran n x n,maka det(AB) =
det (A) + det (B).Contoh :
1 3 1 -1 3 1
A= -1 1 0 B= -1 0 0
0 -1 1 1 -1 2
Teorema 4.
Sebuah matriks A yang berukuran n x n merupakan matriks invertilbe jika dan
hanya jika det (A) ≠ 0.
Teorema 5.
Jika A merupakan matriks invertible,maka
det (A-1) = 1
det (A)
Teorema 6.
Diberikan E adalah matriks elementer yang berukuran n x n.
a) Jika E di hasilkan dari pertukaran 2 baris In,maka det (E) = -1.
b) Jika E di hasilkan dari mengalikan satu baris In dengan konstanta k,maka
det (E) = k.
c) Jika E di hasilkan dari penambahan k kali baris kepada baris yang lain dari
In,maka det (E) = 1.
1 2 1
M32 = det -1 3 -3 = det 1 1 = (1)(-3)-(1)(-1) = -3 += -2
2 2 1 -1 -3
Contoh lain :
Hitunglah determinan matriks A berikut ini :
1 2 1
A= 1 2 3
3 1 1
Dengan menggunakan ekspansi kofaktor baris 1 ekspansi kofaktor baris 2.
Jawab :
Perhitungan determinan dengan ekspansi kofaktor baris 1 adalah sebagai berikut :
Det(A) = (1) 2 3 -2 1 3 +1 1 2
1 1 3 1 3 1
Defenisi 3.
Matriks adjoin A di simbolkan dengan Ajd(A) adalah transpose dari matriks
kofaktor A.
Definisi 4.
Jika A adalah matriks yang berukuran n x n dan A adalah matriks yang
invertibel,maka :
A-1 = 1 adj(A)
det(A)
Denga kata lain kita dapat mencari A-1 dengan menggunakan det (A) dan adj (A).
Contoh 1. 3 1 -4
Tentukan A-1,bila A = 6 9 -2 Dengan menggunakan Adj (A).
1 2 1
Jawab : 3 1 -4 maka
6 9 -2
1 2 1
Sedangkan apabila di hitung,maka di dapat det (A) = 43 sehingga :
Contoh 2.
a11 a12 a13
A = a 21 a 22 a 23
a a33
31 a32
A. Kesimpulan
Determinan adalah suatu fungsi tertentu yang menghubungkan suatu
bilangan real dengan suatu matriks bujursangkar. Determinan memiliki
penyelesaian, yaitu himpunan angka yang akan memenuhi suatu determinan
matriks. Ada beberapa macam penyelesaian determinan di antaranya dengan
Ekspansi Kofaktor, Adjoin, Matirks Segitiga, Metode Cramer dan metode –
metode lainnya, dan yang paling sering di gunakan yaitu dengan Ekspansi
Kofaktor.
B. Saran
Dalam menyusun makalah ini, penulis menyadari sepenuhnya bahwa isi
makalah ini belumlah sempurna dan masih kurang baik mengenai materi maupun
cara penulisannya. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran
yang sifatnya membangun dari pihak lain yang dapat menyempurnakan makalah
ini. Dan alangkah baiknya juga apabila kita terus mengembangkan berbagai
makalah-makalah tentang Pengetahuan Aljabar Linier Elementer di tengah-tengah
masyarakat luas secara khusus dalam mahasiswa agar lebih mengerti bagaimana
langkah-langkah yang lebih mudah dalam memecahkan suatu masalah dalam
suatu determinan pada Aljabar Linier.
DAFTAR PUSTAKA
Buku :
Dasar-Dasar Aljabar Linear Jilid 1
Dasar-Dasar Aljabar Linear Jilid 2
Aljabar Linear Elementer
Sumber Lain :
www.wikipedia.com
www.google.co.id