Anda di halaman 1dari 42

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Definisi Acuan Perancah / bekisting / form work


Dalam ilmu teknik sipil terdapat berbagai konstruksi yang kita kenal,
namun yang lebih kita kenal ada tiga jenis konstruksi, yaitu :
a. konstruksi kayu
b. konstruksi baja
c. konstruksi beton

Masing-masing konstruksi tersebut memiliki kelebihan dan kekurangan.


a. Konstruksi kayu
 Keuntungan :
- Mudah dalam perawatan.
- Tidak dapat menghantarkan listrik.
 Kerugian :
- Susah untuk dibentuk sesuai dengan keinginan.

b. Konstruksi baja
 Keuntungan :
- Baja memiliki tingkat keutuhan yang lebih tinggi.

c. Konstruksi beton
 Keuntungan :
- Mudah didalam pembuatan.

Setelah meninjau lebih jauh maka kita dapat mengetahui kegunaan dari
acuan perancah dan dapat kita simpulkan definisi dari acuan perancah itu
sendiri adalah:
“ Suatu konstruksi sementara yang digunakan atau berfungsi untuk
membentuk beton”.

1
1.2 Syarat – Syarat Umum Acuan Perancah
a. Kuat
Didalam pekerjaan ini beban-beban beton yang berada pada
bekisting dan beban lain yang dipikul oleh bekisting itu sendiri. Oleh
karena itu, diperlukan suatu acuan perancah yang kuat untuk dapat
memikul beban yang diterimanya.
b. Kaku
Kaku atau tidak bergerak sangat penting pada acuan perancah ini,
karena apabila perancah tersebut tidak kaku atau dapat bergerak, maka
hasil yang akan dicapai tidak maksimal karena bentuk yang ingin kita
capai tidak sempurna.
c. Mudah dibongkar
Acuan dan perancah harus mudah dibongkar karena hal ini
menyangkut efisiensi kerja, yaitu tidak merusak beton yang sudah jadi
dan acuan perancahnya dapat digunakan berkali-kali.
d. Bersih
Untuk mendapatkan hasil yang baik cetakan harus bersih apabila
cetakan tidak bersih, maka dalam proses pengecoran kotoran mungkin
akan naik dan masuk ke dalam adukan beton sehingga akan mengurangi
mutu beton dan apabila kotoran tidak naik maka kotoran tersebut akan
melekat pada bagian bawah beton sehingga sulit untuk dibersihkan.
e. Ekonomis
Didalam pembuatan acuan dan perancah tidak perlu bahan yang
terlalu bagus, namun jangan pula bahan yang sudah tidak layak pakai.
Karena kita harus membuat acuan dan perancah sehemat mungkin dengan
tidak mengurangi mutu dari bekisting.
f. Rapat
Kerapatan suatu bekisting sangat mempengaruhi didalam proses
pengecoran. Karena apabila bekisting yang kita pakai tidak rapat maka
adukan yang kita pakai tadi akan keluar dan akan mengakibatkan mutu
beton yang kurang bagus karena pasta semen keluar dari bekisting.

2
1.3. Kerugian – Kerugian Jika Acuan Perancah Kurang Baik
a. Perubahan geometrik
b. Waktunya lebih panjang, bertambahnya waktu maka biaya yang
digunakan akan bertambah.
c. Penurunan mutu beton
Misal ; pada sambungan cetakan terjadi kebocoran karena kurang kuat
ikatannya. Karena beton terdiri dari agregat kasar, agregat halus dan air,
maka yang tertinggal didalam cetakan hanya agregat dan semen.
d. Terjadinya perubahan dimensi
Hal ini dapat terjadi dikarenakan kurangnya tingkat ketelitian didalam
melakukan pengukuran didalam pembuatan acuan perancah.

1.4. Bagian – Bagian Acuan Dan Perancah


Bagian-bagian pada acuan, sebagai berikut :
1. Papan cetakan
2. Pengaku atau penjepit cetakan

Bagian-bagian perancah, sebagai berikut :


1. Gelagar
2. Skoor
3. Tiang
4. Baji atau landasam

1.5. Metode Yang Digunakan Dalam Acuan Dan Perancah


1. Metode tradisional
Yaitu suatu metode yang masih menggunakan material lokal,
sedangkan konstruksinya konvensional. Penggunaan terbatas hanya
sampai pada beberapa kali penggunaan untuk bentuk yang rumit akan
banyak memakan waktu dan tenaga.

3
2. Semi System
Yaitu suatu metode dimana material dan konstruksinya sudah
merupakan campuran antara material lokal dan buatan pabrik akan bisa
kita pakai terus-menerus, oleh karena itu penggunaan metode ini hanya
untuk pekerjaan yang mengalami beberapa kali pembuatan terus-menerus.

3. Full System
Yaitu suatu metode dimana semua materialnya merupakan buatan
pabrik dan konstruksinya tidak lagi konstruksi konvensional. Materialnya
bisa digunakan secara terus-menerus dan penggunaannya sangat mudah
dan sesuai dengan petunjuk dari pabrik pembuatannya. Untuk
menginvestasikannya memerlukan banyak pertimbangan karena harga
bekisting ini cukup mahal. Sebelum pekerjaan dimulai kita harus
menghitung terlebih dahulu beban-beban yang akan diterima oleh
bekisting dan sehingga kita tahu jarak tiang-tiang perancah balok-balok
yang akan kita pasang.

1.6. Bahan – Bahan Utama Dan Pembantu


a. Bahan Utama
Didalam pekerjaan acuan dan perancah banyak sekali digunakan
kayu lokal, mutu dari kayu-kayu tersebut harus cukup baik. Jika air
tersebut berkadar tinggi dan mutu kayu sangat rendah, maka cetakan akan
mudah mengalami perubahan bentuk dan akan mudah melengkung
sehingga hasil cetakan beton tidak memuaskan.

Berikut ini bahan – bahan utama :


 Kayu yang memiliki kelas IV dan kelas V
1. kayu masif
2/20, 3/20 untuk papan
5/7, 4/6, 8/12 untuk balok
2. kayu multiplek
122/244 mm dengan tebal 3, 4, 6, 9 mm

4
Tabel I
Daftar Kelas Kuat Kayu
I II III IV V Jati/tectona
grandis
2
(kg/cm ) 150 100 75 50 - 130
(kg/cm2) 130 85 60 45 - 110
(kg/cm2) 40 25 45 10 - 30
(kg/cm2) 20 12 8 5 - 15

3. kayu bulat/ dolken


Biasanya digunakan untuk tiang-tiang perancah dan ukuran yang
biasanya digunakan adalah berdiameter 6 – 10 dengan panjang 4
m.
4. Besi
5. Fiber glass

b. Bahan Pembantu
Bahan ini digunakan dengan cara dilaburkan pada permukaan acuan
dan perancah dan waktu peleburan adalah setelah acuan selesai dan
sebelum penulangan dimulai.
Fungsi dari bahan-bahan ini adalah untuk mempermudah pelepasan atau
mengurangi daya lekat antara cetakan dan beton.
Berikut ini bahan-bahan pembantu :
• Cat meni
• Kapur
• Plastik
• Minyak pelumas/ olie bekas
Setiap bahan-bahan pembantu yang digunakan memiliki
perbandingan antara bahan pembantu yang satu dengan bahan pembantu yang
lain. Bahan pembantu dengan menggunakan air digunakan untuk memulas
permukaan beton/ cetakan sebelum beton dituangkan. Biasanya digunakan
untuk pekerjaan beton yang masih akan diplester penggunaannya.

5
Bahan pembantu dengan menggunakan release agent diantaranya ada
olie bekas. Adapun kejelekan daripada penggunaan olie bekas ini adalah
bahwa olie memiliki sifat untuk mengemulsikan benda yang ditempel
sehingga pekerjaan finishing akan sulit untuk dikerjakan.
Bahan pembantu dengan menggunakan kapur dapat mempermudah pelepasan
cetakan. Kapur hanya dapat dipergunakan pada permukaan yang sempit, pada
pembuatan tiang pancang biasanya distel selebar tiang pancang tersebut.

1.7. Cara – Cara Penyimpanan Bahan – Bahan


1. Kayu
Kayu harus disimpan pada suatu tempat yang tidak terganggu oleh
cuaca, iklim. Karena hal ini dapat mempengaruhi sifat dari kayu sehingga
mutu kayu menjadi jelek. Tinggi permukaan lantai dengan perm, tanah
sebesar 30 cm. Untuk penumpukan layu basah diberi batasan pada tiap
lapisnya.
2. Kayu Gelam / Dolken
Kayu dolken atau gelam biasanya digunakan untuk perancah.
Adapun jenis dolken seperti jenis pinus, aksis, kayu laut, kayu jati, dll.
Mutu daripada dolken ini harus lebih tinggi daripada kayu / papan dan
tahan terhadap cuaca. Jadi penyimpanan dolken dapat dilakukan di luar
ruangan, tetapi dolken ini harus dijaga agar tidak langsung terkena perm
tanah.
3. Multiplek
Penyimpanan multiplek disimpan pada gudang yang memiliki
dinding yang dapat menghindari dari pengaruh cuaca. Penyimpanannya
dapat dilakukan dalam posisi mendatar atau miring sesuai dengan kondisi.
4. Besi
Didalam penyimpanan besi, pada saat pertama kali akan dilakukan
penyimpanan perlu dilakukan pemberian olie bekas agar besi yang
disimpan tidak terserang oleh korosi/ karat.

6
Tempat penyimpanan besi harus diletakkan pada ruangan tertentu
dan terlindung dari cuaca yang buruk, baik itu hujan, sinar matahari agar
tidak terjadi korosi pada besi.
Penyimpanan besi sebaiknya dikelompokkan pada jenis-jenis besi yang
sama agar mudah di dalam pencarian kembali dan mudah didalam
pemakaian.
5. Kasau
Pada penyimpan kasau tidak jauh beda dengan penyimpanan
papan. Kasau yang sering digunakan adalah kasau jenis kamper, kruig,
meranti, borneo, dll.

1.8. Konstruksi Sambungan Pada Pekerjaan Acuan Dan Perancah


1. Sambungan papan dengan papan
Sambungan ini harus dibuat sedemikian rupa agar tidak terjadi
kebocoran pada saat terjadi/ pembuatan beton berlangsung.
Bagian tepi ketam lurus dan bila dihubungkan dengan tepi papan yang
lain tidak kelihatan rongga yang lain/ udara di sela-sela sambungan yang
baru disambung.
a. Untuk lantai cetakan
Langsung kita pakukan papan di atas gelagar sambungan harus
dibuat sedemikian sehingga rangkaian dapat rapat dan tidak bocor.
Untuk papan kita sambungkan satu dengan lainnya di atas gelagar-
gelagar yang telah siap di bawahnya dan ujung-ujung papannya dibuat
berselang-seling agar lantai acuan menjadi kuat.
b. Untuk Dinding Cetakan
Dinding acuan untuk kolom dan balok dirangkai atau
disambungkan dengan klem perangkai dipasang melintang arah serat
papan dengan jarak antara klem 40 – 60 cm. Ukuran klem kira-kira 10
cm sedangkan panjangnya disesuaikan dengan lebar papan yang akan
dirangkai.

7
2. Sambungan Antar Gelagar Dengan Tiang
a. Sambungan papan tiang dolken dengan gelagar
Sambungan ini digunakan untuk konstruksi yang labil, pemasangan
gelagarnya cukup dengan dipakukan pada tiang tanpa memerlukan
penguat seperti klem.
b. Sambungan gelagar balok dengan tiang balok
Sambungan ini digunakan untuk konstruksi yang memikul beban
berat, pemasangan gelagar langsung di atas tiang dan pada setiap
sambungannya diberi klem yang dipakukan pada tiang dan gelagar.

3. Sambungan Antara Tiang Dengan Tiang


a. Sambungan tiang bulat
Karena ketinggian lantai yang tidak terjangkau oleh panjang tiang
atau untuk memanfaatkan potongan-potongan tiang, yaitu dengan
memasang klem penyambung di sekeliling klem penyambung bagian
tiang yang disambung.
b. Sambungan tiang persegi
Cara penyambungan tiang persegi sama dengan penyambungan
sambungan kayu bulat.

Penempatan sambungan pada tiang ini harus memenuhi syarat-syarat yang


telah dibuat, yaitu :
♦ Sambungan antara satu tiang perancah dengan tiang perancah
lainnya, jangan diletakkan pada satu garis lurus. Maka apabila terjadi
condong tiang akan bergerak ke arah yang sama dan tidak ada reaksi yang
saling menguatkan.
♦ Usahakan agar sambungan jangan diletakkan persis ditengah-
tengah tiang, karena pada daerah itu terdapat momen maksimum sehingga
peluang untuk terjadi penekukan pada tiang sangat besar dan
menyebabkan tiang menjadi tidak kuat dan kokoh.
♦ Tidak boleh mempunyai dua sambungan yang tidak di skoor arah
samping.

8
1.9. Pembongkaran Acuan Dan Perancah
Dalam pembongkaran harus diperhatikan syarat-syarat berikut :
1. Syarat konstruktif
a. Berdasarkan waktu
- Untuk beton yang menahan momen pembongkaran acuan dan
perancahnya dilakukan setelah beton mencapai kekuatan 100 %.
- Untuk beton yang tidak menahan momen pembongkaran acuan dan
perancahnya dilakukan setelah beton memiliki bentuk yang stabil.

Metode-metode yang digunakan dalam pembongkaran acuan dan perancah


adalah :
a. Urutan-urutan pembongkaran acuan dan perancah harus sesuai dengan
momen yang telah direncanakan, sehingga momen yang terjadi akibat
pembongkaran sana dengan momen yang telah direncanakan.
b. Pembongkaran acuan dan perancahnya dimulai dari ujung untuk
mendapatkan bidang momen yang sama.
c. Pembongkaran tiang perancahnya harus dimulai dari tengah dan
diteruskan di kiri kanannya sampai ke tepi.

2. Syarat Keamanan
Hal ini sangat penting sekali, jangan sampai dalam bekerja urutan
pembongkaran tidak diperhatikan sehingga bagian yang belum
terbongkar atau yang sudah terbongkar dapat mencelakai pekerja yang
sudah bekerja. Gunakan perlengkapan kerja guna mencegah terjadinya
kecelakaan kerja.

3. Syarat Ekonomis
Dalam pembongkaran juga perlu diperhatikan material yang digunakan
supaya material bekas bongkaran bisa untuk dipakai lagi, paku yang
digunakan dalam pelaksanaan acuan dan perancah, yaitu :
a. Bentuk paku yang digunakan ialah paku yang bertampang bulat. Hal
ini dapat mempermudah dalam pembongkaran.

9
b. Panjang paku yang dipakai harus sesuai dengan tebal sambungan yang
dibuat atau maksimal sepanjang tebal sambungan. Paku yang terlalu panjang
jangan dilakukan pembengkokan, karena hal ini akan mempersulit didalam
melakukan pembongkaran.
c. Kekuatan paku bertampang bulat terdapat dalam daftar yang berlaku
untuk tebal kayu yang akan disambung.
d. Jarak minimum pemakuan harus memenuhi syarat-syarat sebagai
berikut:
- Dalam arah gaya : 12 . d untuk tepi kayu yang dibebani
5 . d untuk tepi yang tidak dibebani
10 . d untuk jarak antar paku
- Dalam arah tegak lurus arah gaya : 5. d untuk jarak sampai tepi
kayu
5 .d untuk jarak barisan kayu

Cara pemakuan pada pekerjaan acuan dan perancahn, yaitu :


1. Pemakuan minimal dilakukan sebanyak 2 buah paku.
2. Supaya sambungan tidak pecah maka pemakuan dilakukan secara zig zag.
3. Jarak pemakuan telah ditentukan berdasarkan PPKI.
4. Jika paku bebannya searah dengan paku agar kuat pakunya dimiringkan
sebesar 70o.

10
BAB II
LANDASAN TEORI

2.1. Papan Duga


1. Definisi
Papan duga adalah sebuah papan yang digunakan sebagai pedoman
sementara dari as bangunan untuk menentukan letak, elevasi, dan bentuk
bangunan agar sesuai dengan rencana.
Bentuk dari bowplank adalah sebuah papan yang dipasang pada
dua buah batang dolken yang ditancapkan dan letak papan duga harus
datar dan rata. Pada papan duga dipasang paku yang digunakan sebagai as
bangunan.

2. Syarat – Syarat
a. Datar
b. Tidak tergangggu
c. Tidak menggangu

3. Penempatan Papan Duga


Seperti pada pekerjaan bangunan, papan duga diletakkan pada
sudut-sudut bangunan dengan jarak 2 – 5 meter dari bangunan terluar. Hal
ini dilakukan agar papan duga tersebut tidak terganggu pada saat
pelaksanaan penggalian pondasi.

4. Prinsip – Prinsip Dalam Pekerjaan Papan Duga


a. Wujud
Wujud dari papan duga adalah harus kuat dan datar, karena papan
duga ini tidak boleh berubah selama bangunan dimulai.
b. Elevasi Pada Papan Duga
Ketinggian papan duga dari lantai ( 0.00 ) itu biasanya dibuat 0.25
di atas lantai. Ketinggian papan duga arah memanjang dan arah
melebar bisa juga dibuat melebar dan bisa juga memanjang.

11
Ketinggian maksimal dari papan duga yang masih mungkin dilakukan
adalah 0.60 dari lantai.
c. Pemasangan Tiang Papan Duga
Pemasangan tiang ini tidak boleh diabaikan, karena faktor tiang ini
sangat berpengaruh terhadap posisi papan duga. Kita harus melihat
kondisi tanah yang akan dijadikan tempat pemasangan papan duga.
Apabila kondisi tanah keras, maka ujung kayu dolken harus dibuat
runcing agar mudah masuk. Apabila kondisi tanah terlalu lembut
maka perlu diadakan pemadatan agar kayu dolken tidak mengalami
perubahan karena lembutnya permukaan. Diharapkan kemungkinan
penurunan tiang selama penanaman akan semakin kecil.
d. Pemasangan Papan Duga Pada Tiang
Setelah tiang-tiang terpasang pada permukaan tanah , kita harus
yakinkan bahwa tiang dalam kondisi kokoh. Maka kita pakukan papan
pada tiang tadi dan kita levelkan kedatarannya dengan menggunakan
waterpass. Setelah itu kita pasang papan duga pada titik yang berbeda
dan kita ambil kelevelannya pada titik yang pertama.

5. Pembuatan Sudut Siku Di Lapangan


Pembuatan sudut siku di lapangan dapat kita lakukan dengan
menggunakan siku-siku besar yang terbuat dari besi atau dengan
menggunakan dalil phytagoras.

6. Pemberian Tanda
Pemberian tanda pada pekerjaan stake out dapat dilakukan dengan
bantuan tali dan dipasang pada As dan batas pondasi yang akan dilakukan
penggalian.

7. Pengontrolan elevasi / ketinggian


Setelah semua papan duga terpasang maka kita dapat melakukan
pengecekan elevasi ketinggian dengan menggunakan selang air pada
setiap sudut bangunan yang telah dipasang papan duga.

12
2.2. Acuan Kolom
a. Fungsi Dan Bentuk Kolom
Fungsi dari kolom adalah untuk meneruskan beban yang berada di
atasnya dan meneruskannya ke pondasi.
Bentuk penampangan kolom
• Bujur sangkar
• Empat persegi panjang a
• Lingkaran
• Segi banyak b
• Dll

Ukuran acuan : a=a+2xt


b=b
Ukuran klem perangkai : a=a+2x½t
b=b+2x½t

Syarat-syarat kolom yang benar :


• Tegak tidak miring
• Posisi kolom harus benar

Konstruksi dari pada acuan ini bermacam bentuk dan ukurannya.


Disesuaikan dengan beban yang berada di atasnya dan dari segi estetika.

b. Bagian – Bagian Dari Acuan Kolom


1. Papan Acuan
Papan acuan dapat terbuat dari multiplek atau papan acuan.
Apabila menggunakan papan, maka sebaiknya penyambungan dapat
dilakukan dalam arah melebar atau memanjang sesuai dengan lebar
kolom yang kita kehendaki. Jika menggunakan plywood, maka
penyambungan dengan arah melebar tidak diperlukan.

13
2. Klem – Klem Perangkai
Penyambungan papan denganarah melebar dapat dilakukan dengan
menggunakan klem dari sisa-sisa potongan kayu yang masih cukup
panjangnya dengan lebar papan yang akan disambung. Sedangkan
jarak klem-klem perangkai tergantung dari besarnya penampang
kolom yang akan dibuat.
3. Papan Penjepit Dinding
Papan ini dipasang sesuai dengan jarak klem yang dibuat. Papan
terpasang satu dengan yang lainnya pada tiang yang telah dipasang.
Fungsi papan penjepit adalah agar papan cetakan tidak pecah ketika
beton di cor dan dipasang dengan jarak 40 – 65 cm.
4. Penyetelan Acuan Kolom
Apabila semua sudah siap, maka semua bahan acuan disiapkan di
tempat yang akan dipasang cetakan. Pertama-tama dinding yang telah
dirangkai satu sama lain dipakukan pada ketiga sisinya dan apabila
terjadi menggunakan tulangan, maka tulangan dipasang dan kerangka
acuan dirangkai. Penyetelan dinding kolom agar tegak lurus, maka
digunakan unting-unting. Agar titik acuan tidak mudah goyang, maka
dipasang pengaku agar posisi cetakan benar-benar berada pada posisi
yang telah ditentukan.

2.3. Acuan Balok Dan Lantai


1. Acuan Balok
Balok adalah salah satu elemen konstruksi bangunan yang
berfungsi untuk menyalurkan beban lantai atau tembok ke kolom.
Bagian – bagian dari acuan balok :
a. Tiang Penyangga
Pada tiang penyangga atau perancah digunakan kayu dolken.
Untuk pemasangan tiang ini ada dua jenis yaitu satu tiang perancah dan
diletakkan di tengah-tengah, namun apabila dua buah tiang penyangga
maka penempatannya pada bagian-bagian tepi cetakan.
Jarak antara tiang-tiang tersebut sekitar 40 – 60 cm.

14
b. Dudukan Tiang
Dudukan tiang dapat diletakkan di dua tempat yaitu di tanah dan di
lantai.
 Di tanah
Dudukan perancah di tanah harus diberi landasan papan agar didapat
tekanan yang kecil. Sehingga kemungkinan tiang turun akan
diperkecil. Apabila tanahnya lembek bisa kita atasi dengan
memperluas landasan, sedangkan untuk menggeserkan tiang kita perlu
baji.
 Di lantai
Meletakkan tiang pada lantai hampir sama dengan pada tanah, tetapi
apabila tiangnya terletak pada lantai dua maka perancah pada tiang
sebelumnya juga dibongkar dahulu sebab beban yang diterima di
lantai dua melebihi kemampuannya.
c. Penyekuran Tiang Perancah
Agar tiang-tiang dapat berdiri tegak dan kaku diperlukan adanya
pengaku kontrol atau diagonal yang dipasang dalam arah sumbu x dan
sumbu y.
Pada sumbu x antara tiang dengan tiang dipasang pengaku diagonal yang
dipasang saling bersilangan sedangkan pada sumbu y dipasang dari tiang
ke tiang ke dalam tanah yang telah diberi pasak. Hal ini diperlukan
terutama pada konstruksi acuan dengan tiang tunggal.
d. Penyetelan Acuan Dan Perancah
- Pengukuran sesuai dengan rencana
- Pemasangan perancah tiang, dudukan skoor
- Pemasangan gelagar
- Pemasangan lantai yang dipakukan pada gelagar
- Pemasangan dinding cetakan dan memasang klem penjepit
disamping bawah dan dipasang pengaku setelah ukurannya benar.

15
2. Acuan Lantai
Yang perlu diperhatikan ketinggian dari lantai itu sendiri
disamping cetakan konstruksi yang harus kuat dan kokoh.
Bagian-bagian yang penting dari plat lantai :
a. Tiang acuan dan pengaku
Tiang acuan dipasang di atas papan landasan yang berada di atas
tanah. Pemasangan tiang ini bersamaan dengan sebagian papan
pengaku yang berfungsi sebagai perangkai-perangkai tiang itu sendiri
dan sisanya dipasang setelah gelagar.

b. Gelagar
Gelagar-gelagar yang dipasang pada tiang bagian atas sesuai
dengan ketinggian yang dibutuhkan. Pemasangan dimulai dengan
gelagar – gelagar bagian tepi dan kemudian bagian tengah. Bagian
atas gelagar ini kita hubungkan dengan dua atau tiga benang yang
fungsinya untuk pedoman ketinggian dari gelagar-gelagar bagian
tengah. Jika papam gelagar sudah dipasang, maka papan pengaku
dipasang semuanya.

c. Lantai cetakan
Lantai cetakan dipasang di atas tiang gelagar. Apabila pada
pekerjaan ini menggunakan papan, maka sisi papan harus diketam
terlebih dahulu. Untuk pekerjaan beton yang tidak memerlukan
finishing biasanya lantai cetakan memakai plywood lebih licin dari
pada permukaan papan.

2.4. Acuan Tangga


Setiap pembuatan bangunan bertingkat, Acuan tangga sangat diperlukan.
Tangga-Tangga ini bisa dibuat dari konstruksi kayu, baja, beton, dll. Adapun
bentuk tangga yang sering digunakan pada konstruksi bangunan seperti :
tangga spiral, tangga lurus, tangga dengan bordes, tangga poros dan lain-lain.

16
Fungsi dari Cetakan tangga adalah untuk menghubungkan lalu lintas dari
lantai ke lantai lain.
Hal – hal yang perlu diperhatikan :
 Perencanaan tangga
 Macam bentuk Optride
 Pembuatan cetakan tangga

1. Perencanaan Tangga
Sebelum merencanakan acuan tangga yang harus diperhatikan ialah
ketinggian dari tangga, yaitu jarak tinggi dari laqntai satu ke lantai yang
lain diatasnya.
Adapun syarat-syarat lain agar suatu tangga bisa ideal :
 Keniringan maksimal 45° atau dengan perbandingan :
2 Optrade + 1 Antride = 1 langkah
1 langkah = 58 cm s/d 64 cm (panjang 1 langkah)
 Tinggi Optrade untuk bangunan rumah tinggal maksimum 20 cm,
sedang bangunan umum 17 cm.
 Antride minimum 25 cm
 Lebar tangga untuk rumah tinggal 80-120 cm dan untuk banguna
umum minimum 20 cm.
Adapun macam-macam bentuk Tride :
Untuk memenuhi syarat arsitiktur dari tangga, bisa dibuat bermacam-
macam variasi, baik variasi pada bentuk tangga, pagar tangga
(balustrade),tride Dll.

2. Pembautan Cetakan Tangga


Setelah Perencanaan tangga selesai, tentunya pembuatan cetakan segera
dikerjakan.
Tahap-tahap pembuatan cetakan tangga Ialah sebagai berikut :
 Pemasangan tiang-tiamg
 Penimbangan Gelagar
 Pemasangan Lantai

17
 Pemasangan dinding cetakan beserta penggambaran tridenya
 Pemasangan papan-papan pencetak Optrade.

3. Pemasangan tiang-tiang
Sebelum pemasangan tiang dikerjakan harus diukur dahulu dari tiang
yang dibutuhkan, dengan cara menarik benang dari lantai atas ke lantai
bawah sepanjang bentang tangga yang telah direncanakan.Kemudian
letakan tiang-tiang pada tempat yang telah diukur tetapi ukurannya
dikurangi sedikit dengan maksud agar lebih memudahkan penimbangan
gelagar.

4. Penimbangan Gelagar
Jika pemasangan tiang telah selesai, lanjutkan dengan pemasangan
dan penimbangan Gelagar.penimbangan gelagar hampir sama dengan
penimbangan gelagar untuk cetakan lantai, hanya benang pedoman tidak
horizontal, tetapi sesuai dengan kemiringan tangga.

5. Pemasangan dinding tride dan pemasangan papan pencetak Optrade


Jika tepi lantai sudah sesuai dengan lebar tangga, baru dinding
cetakan dipasang pada tepe lantai cetakan. Berdiri vertical lalu ditopang
bagian atasnya dengan tiang sedangkan bagian bawahnya ditahan oleh
papan penguat.
Pemasangan papan pencetak optrade harus diperkuat oleh klos yang
dipakukan pada dinding cetakan.pada bagian tengah papan ini diberi paku
dengan sebilah kayu yang kita pasang miring dari atas ke bawah.

2.5. Pembongkaran acuan perancah


Kita sering bertanya kapan acuan dan perancah itu dibongkar ??
Pembongkarannya dilakukan apabila beton sudah mencapai umur, ± 28
hari.

18
Cara-Cara pembongkaran acuan perancah :
Dalam pembongkaran harus diperhatikan beberapa syarat, misalnya
syarat ekonomis, keamanan dan konstruksi.

 Syarat Ekonomis
Usahakan bekas bahan yang telah kita gunakan dapat
dipakai kembali, maka itu dalam pembongkaran harus hati-hati.

 Syarat Keamanan
Hal ini dianggap sangat penting karena menyangkut
keselamatan.Dalam pembongkaran ini dapat mencelakan
pekerja.Misalnya didalam pembongkaran acuan lantai
Pertama dibongkat dulu sekor-sekornya kemudian tiangnya.Dalam
pembongkaran tiang harus hati-hati karena tiang yang menyangga
seluruh beban yang menyangga diatas bisa roboh dan menimpa
pekerja dibawahnya.

 Syarat Konstruktif
Pembongkaran tiang harus secara teoritis perlu diperhatikan
bidang momen yang akan timbul.

Syarat konstruktif untuk pembongkaran acuan dan perancah dibagi menjadi


dua, yaitu :
a. Berdasarkan Waktu
Bicara soal waktu, berarti kapan acuan dan perancah itu dibongkar ?
Berdasarkan waktu pembongkaran juga dibagi menjadi dua, yaitu :
 Untuk cetakan samping atau yang tidak menahan momen : acuan ini
boleh dibongkar setelah bentuk beton stabil (cetakan dinding balaok,
cetakan dinding) ± > 24 jam.
 Untuk penyangga /datar / yang menahan momen : boleh dibongkar
setelah beton mencapai kekuatan penuh, dibuktikan dengan hasil uji

19
kubus di laboratorium, untuk beton konvensional ± 28 hari (beton
tanpa bahan tambahan).
b. Berdasarkan Metode
Urutan-urutan pembongkaran acuan dan perancah harus sesuai dengan
momen yang telah direncanakan, sehingga momen yang terjadi akibat
pembongkaran sama dengan momen yang direncanakan.

2.6.1. Peralatan Penunjang


Peralatan penunjang dapat dibagi, yaitu :
a. Alat Pengikat
Alat ini berfungsi sebagai pengikat cetakan. Macam-macam alat
pengikat, yaitu :
1. Rapid klem
Alat ini terdiri dari pengunci ynag berlubang dan berbaji yang
menggunakan batang besi berdiameter 10 mm / lebih. Besi yang
digunakan sebagai penjepit yang dimasukkan ke dalam lubang
pengunci dan dimatikan atau dikunci dengan baji yang ada.
2. Plat Besi
Suatu alat yang terdiri dari 4 buah plat besi yang dilengkapi
dengan pengait berupa baji yang dipasang pada plat besi.

b. Alat Perancah atau Pendukung


Alat ini berfungsi untuk penahan. Macam – macam alat perancah :
1. Steel Proof
Adalah suatu alat yang berupa tiang tunggal yang terbuat dari pipa
logam dan terdiri dari dua bagian atas dan bawah.
Pada bagian bawah ujung atasnya dibuat ulir untuk distel naik
turun sesuai dengan keperluan. Apabila diperlukan dapat dipasang
tripot sebagai penahan.

20
2. Scaffolding
Alat ini merupakan tiang perancah yang berbentuk suatu kerangka
yang sesuai dengan kebutuhan. Alat ini dilengkapi juga dengan alat
yang dapat mengatur naik dan turunnya.
3. Gelagar
Alat ini merupakan penumpu dari acuan atau penerus beban yang
dibuat dari baja dan kayu.
4. Komponen rangka besi yang sederhana.
Alat ini digunakan untuk membuat dinding cetakan beton dan
merupakan ukuran yang bervariasi yang terbuat dari pabrik.

21
BAB III
URAIAN KERJA

3.1 JOB I : MENBUAT STEAK OUT / PAPAN DUGA


Tanggal : 19 Juni 2010

3.1.1. Tujuan :
1. Menentukan titik duga / peil suatu bagunan.
2. Menentukan letak suatu bangunan.
3. Melaksanakan / mengetrapkan bangunan denah di lapangan.
3.1.2. Instruksi umum
1. Mermpersiapkan alat-alat kerja dan bahan-bahan yang dibutuhkan
seefisien mungkin.
2. Memperhatikan keselamatan kerja dan kekompakan dalam bekerja.
3. Pergunakan waktu seefisien mungkin.
4. Mengikuti petunjuk dari instruktur.

3.1.3. Bahan-bahan yang dibutuhkan :


1. Gelam Ǿ 7 - Ǿ 10 (cm ) .
2. Papan 2/20 × 400 cm
3. Paku 1,5 inchi – 2 inchi
4. Benang

3.1.4 Peralatan yang dibutuhkan :


1. Pensil 8. Gergaji potong
2. Siku-siku 9. Gergaji belah
3. Unting-unting 10. Martil kecil
4. Rol meter 11. Martil besar (2 Kg)
5. Selang plastik
6. Kampak
7. Cangkul & linggis

22
Langkah kerja
1. Siapkan alat-alat dan bahan yang diperlukan
2. Bersihkan tempat kerja
3. Tentukan titik I yang diambil dari 6 m dari lantai bengkel terbuka dan 4 m
dari sisi lain.
4. Tentukan titik II dengan cara yang sama dengan jarak antara titik I dan II
yaitu 4 m. Tarik benang dan pakukan.
5. Dari titik I, tsrik benang sepanjang 6 m untuk menentukan titik III.
Setelah itu sikukan titik tersebut.
6. Tarik lagi benang sepanjang 4 m untuk mendapatkan titik IV, pakukan
benang.
7. Ukur dari setiap titik sepanjang 150cm sebagai jarak untuk menegakkan
dolken.
8. Pasang 2 dolken dengan jarak 130cm, masing-masing 75cm kanan dan
kiri as bangunan.
9. Selang dolken dengan elevasi ± 60 cm dari lantai.
10. Pindahkan selang ke masing-masing dolken.
11. Pasang papan duga pada elevasi yang telah ditentukan.
12. Pasang skur pada papan duga agar kuat.
13. Pindahkan as bangunan di atas papan duga dengan menggunakan unting-
unting.

23
Gambar Papan Duga atau Steak Out

24
3.2 JOB II : MEMBUAT CETAKAN PONDASI BETON
Tanggal : 21 Juni
2010

3.2.1. Tujuan :
Membuat cetakan pondasi sesuai dengan ketentuan dan ukuran dalam
gambar

3.2.2. Instruksi umum :


1. Mempersiapkan alat kerja dan bahan-bahan yang dibutuhkan
seefisien mungkin.
2. Memperhatikan keselamatan kerja dan kekompakan kelompok dalam
bekerja
3. Menggunakan waktu seefektif mungkin
4. Mengikuti petunjuk instruktur

3.2.3. Bahan-bahan yang digunakan :


1. Papan 2/20 x 400 cm
2. Paku 1, 5 inchi – 2,5 inchi
3. Dolken atau gelam Ø 6 cm - Ø 10 cm

3.2.4. Peralatan yang digunakan:


1. Pensil 7. Palu
2. Siku-siku 8. Martil 2 kg
3. Benang 9. Linggis
4. Unting-unting 10. Cangkul
5. Selang plastik 11. Sekop
6. Gergaji

25
3.2.5. Langkah kerja :
1. Pelajari gambar terlebih dahulu, dan kalkulasikan kebutuhan bahan-
bahan yang akan digunakan
2. Persiapkan alat-alat yang diperlukan dan bahan-bahannya
3. Rangkaikan papan A dan B dengan gelam-gelam yang berjarak 80 cm
sehingga lebar papan mencapai lebar yang ditentukan
4. Sisi-sisi bagian atas papan A dan B diserut hingga rata dan lurus
5. Buatlah papan duganya
6. Ukur pada As papan duga kesamping kiri dan kanan masing-masing
selebar 0,40 m ditambah tebal papan dan tebal klam, kemudian
dibentangkan benang dari titik tersebut
7. Menancapkan skor-skor sekuat mungkin, sisi dalamnya harus
menempel benang, kedudukan skor-skor ini harus vertical (dicek
dengan water pass)
8. Perkuat skor-skor tadi dengan papan-papan C pada skor-skor dengan
jumlah paku 3 buah, kedudukan papan C horizontal, tingginya lihat
gambar
9. Ukur pada As papan duga kesamping kiri dan kanan masing-masing
selebar 0,15 m ditambah tebal papan dan tebal kelam, kemdian
dibentangkan benang dari titik tersebut
10. Papan-papan A yang telah dirangkaikn tadi dipakukan tepat pada
kelam-kelamnya sehingga mendapatkan lebar yang diinginkan.
11. Rangkaikan papan E dan D dalam keadaan siku. Setelah itu pakukan
papan E pada papan C ( 5 paku) dn papan D pada skor F ( 2 paku). Sisi
dalam papan E menempel benang dan dalam keadaan vertical, tinggi
papan dasar D setinggi pondasi yang miring. Lihat gambar
12. Papan-papan B pada permukaan diperkuat dengan papan-papankecil
lebar ± 5 cm yang dipakukan pada bagian atas papan tersebut.

26
13. Kontrol semua ukuran-ukurannya sehingga sesuai dengan gambar

27
28
3.3. JOB III : ACUAN DAN PERANCAH KOLOM BETON
Tanggal :22 Juni 2010
3.3.1. Tujuan :
1. Membuat acuan dan perancah kolom segi empat
2. Meluruskan kedudukan cetakan kolom yang satu dengan cetakan
kolom yang lainnya

3.3.2. Instruksi umum :


1. Mempersiapkan alat-alat kerja dan bahan yang dibutuhkan
2. Memperhatikan keselamatan kerja dan kekompakan dalam bekerja
3. Menggunakan waktu seefektif mungkin
4. Mengikuti petunjuk instruktur

3.3.3. Bahan-bahan yang dibutuhkan :


1. Papan 2/20 x 4 m
2. Paku 1,5 ; 2 ; 2,5 inchi
3. Dolken Ø 6 – Ø 10 cm
4. Usuk 5/7 cm

3.3.4. Peralatan yang digunakan :


1. Pensil 8. Martil
2. Siku 9. Palu cakar
3. Benang 10. Kapak
4. Unting-unting 11. Linggis
5. Selang plastik 12. Water pass
6. Roll meter
7. Gergaji

29
3.3.5. Langkah kerja :
a. Acuan kolom
1. Pelajari (pahami) gambar kerja dan kalkulasi kebutuhan bahan-
bahannya
2. Persiapkan alat-alat dan bahan-bahan
3. Rangkaikan papan-papan sesuai dengan ukuran yang tercantum
dalam gambar sebagai cetakan dari kolom
4. Jarak klam perangkai papan cetakan 40 cm
5. Buat papan duga dengan ketinggian tertentu dan tentukan as
untuk kolom
6. Tiang-tiang acuan dan papan acuan dirangkaikan
7. Jarak antara tiang acuan adalah lebar kolom ditambah 2 kali
30cm
8. Untuk jarak papan acuan, harus tepat ditengah klam-klam papan
cetakan
9. Untuk meluruskan kedudukan cetakn kolom-kolom dipasang
profil, yang kedudukannya kurang lebih 2 m dari kolom paling
tepi
10. pasang tiang-tiang acuan yang telah dirangkai dengan papan
acuan didepan sisi papan cetakan kolom yang panjang, dan
antara rangkaian tiang acuan tersebut, diperkuat dengan 2 buah
papan skoor. Ujung papan penguat tiang acuan dipakukan pada
sebelah atas tiang acuan yang lain pula. Langkah berikutnya
pakukan dua buah papan yang panjang. Pada bagian atas papan
cetakan disebelah sisi panjang dan sisi lebar papn cetakan
tersebut.

30
11. Kedua papan tersebut berguna untuk menyetel ketegakan
cetakan kolom
12. Dalam pengontrolan ketegakan cetakan kolom dapat
menggunakan unting-unting atau water pass
13. Bila kedudukan dan ketegakan dari cetakan kolom sudah betul,
perkuatlah dengan papan acuan tepat pada setiap klam
perangkai papan cetakan kolom.

a. Perancah kolom
1. Tentukan as bangunan, dengan menarik benang sebagai tanda
untuk meletakan kolom.
2. Tegakkan kolom pada as yang telah ditentukan. Kolom harus
tegak vertikal 90º. Jarak antar kolom 200cm.
3. Buat tiang perancah kolom.
4. Ukur jarak as antar klam papan pada cetakan balok.
5. Berdirikan dolken antara kolom dengan jarak antar dolken
120cm.
6. Klam dolken dengan papan dengan jarak yang sama antar as
pada klam kolom.
7. Setelah selesai dipasang tiang perancah pada kanan dan kiri
kolom, skur dengan papan secara diagonal.

31
3.4. JOB IV: ACUAN DAN PERANCAH BALOK BETON

32
Tanggal :23 Juni 2010

3.4.1. Tujuan :
- Membuat acuan dan perancah untuk balok
- Menyetel cetakan dan balok menjadi horizontal

3.4.2. Instruksi umum :


1. Mempersiapkan alat-alat kerja dan bahan-bahan yang dibutuhkan
2. Memperhatikan keselamatan kerja dan kekompakan dalam bekerja
3. Menggunakan waktu seefektif mungkin
4. Mengikuti petujuk instruktur

3.4.3. Bahan yang dibutuhkan :


1. Papan 2/20 x 4 m
2. Papan Multiplex (tebal 2 cm)
3. Paku 1,5 ; 2 inchi
4. Gelam Ø 6 – Ø 10 cm
5. usuk 5/7 cm

3.4.4. Peralatan yang digunakan :


1. Pensil 8. Martil
2. Siku 9. Palu cakar
3. Benang 10. Kapak
4. Unting-unting 11. Linggis
5. Selang plastik 12. Water pass
6. Roll meter
7. Gergaji

3.4.5. Langkah kerja :

33
1. Ukur ketinggian/peil balok dan lantai sesuai dengan gambar
2. Rangkaikan papan-papan dengan menggunakan klam, sebagai sisi-sisi
cetakan balok
3. Dirikan tiang-tiang acuannya dengan keadaan vertikal sejarak 50 – 60
cm dan antara tiang-tiang acuan tersebut dirangkai menggunakan
papan (skoor)
4. Gelegar acuan (dari papan) dipakukan pada tiang-tiang acuan, gelegar
acuan tersebut permukaannya harus rata atau horizontal yang tidak
berhubungan dengan lantai diperkuat dengan papan penguat tepat
pada klam-klam perangkai papan cetakan, dan papan cetakan balok
bagian sisi tegak yang berhubungan dengan lantai diperkuat oleh
papan penguat dan miltiplex/papan (cetakan lantai)
5. Pasang tiang-tiang penguat di antara 2 kolom
6. Selang sisi kolom
7. Pasang tali pada kolom 1 dan 2
8. Pasang gelagar di bawah tali
9. Pasang alas cetakan dan skur di samping kanan dan kiri cetakan balok
agar kuat.

34
Papanpenahan
PapanKlem
Pengaku papanPenahan
Cetakan

BalokPendukung/Gelagar
8/12
BalokPenyangga
8/12

Gmb.PotonganBalok
TampakDepan

Cetakan Balok
Multiplex 2cm

Gelagar
8/12

Balok Penyangga
8/12
Gmb.Balok
Tampak Atas

35
3.5. JOB V: ACUAN DAN PERANCAH LANTAI
Tanggal :24 Juni 2010

3.5.1. Tujuan :
- Membuat acuan dan perancah untuk balok lantai
- Menyetel cetakan lantai menjadi horizontal

3.5.2. Instruksi umum :


1. Mempersiapkan alat-alat kerja dan bahan-bahan yang dibutuhkan
2. Memperhatikan keselamatan kerja dan kekompakan dalam bekerja
3. Menggunakan waktu seefektif mungkin
4. Mengikuti petujuk instruktur

3.5.3. Bahan yang dibutuhkan :


1. Papan 2/20 x 4 m
2. Papan Multiplex (tebal 2 cm)
3. Paku 1,5 ; 2 inchi
4. Gelam Ø 6 – Ø 10 cm
5. usuk 5/7 cm

3.5.4. Peralatan yang digunakan :


1. Pensil 8. Martil
2. Siku 9. Palu cakar
3. Benang 10. Kapak
4. Unting-unting 11. Linggis
5. Selang plastik 12. Water pass
6. Roll meter
7. Gergaji

36
3.5.5. Langkah kerja :
1. Tentukan lokasi kerja
2. Berdirikan tiang-tiang acuan sejarak 50 – 60 cm dan antara tiang-tiang
acuan tersebut dirangkaikan dengan papan-papan atau skoor
3. Gelegar acuan (dari papan) dipakukan pada tiang-tiang acuan yang
tingginya berpedoman pada benang yang telah ditegangkan atau
dikencangkan dari tiang acuan ujung sampai pangkal
4. Multiplex/papan dipakuakan pada gelegar-gelegar acuan dan juga pada
cetakan balok bagian sisi yang berhubungan dengan lantai.
Kontrol semua hasil pekerjaan sesuai dengan gambar

37
3.5. JOB V: ACUAN DAN PERANCAH TANGGA
Tanggal :25 Juni 2010

3.5.1. Tujuan :
- Membuat acuan dan perancah untuk tangga

3.5.2. Instruksi umum :


1. Mempersiapkan alat-alat kerja dan bahan-bahan yang dibutuhkan
2. Memperhatikan keselamatan kerja dan kekompakan dalam bekerja
3. Menggunakan waktu seefektif mungkin
4. Mengikuti petujuk instruktur

3.5.3. Bahan yang dibutuhkan :


1. Papan 2/20 x 4 m
2. Papan Multiplex (tebal 2 cm)
3. Paku 1,5 ; 2 inchi
4. Gelam Ø 6 – Ø 10 cm
5. usuk 5/7 cm

3.5.4. Peralatan yang digunakan :


1. Pensil 8. Martil
2. Siku 9. Palu cakar
3. Benang 10. Kapak
4. Unting-unting 11. Linggis
5. Selang plastik 12. Water pass
6. Roll meter
7. Gergaji

38
3.5.6. Langkah kerja :
1. Rencanakan design tangga yang diinginkan dengan detail sebagai
berikut:
- Elevasi = 220 cm
Tinggi kolom = 220 cm
Tinggi balok = 30 cm
- Lebar tangga =122 cm ( lebar 1 keping plywood)
2. Sediakan cetakan optrid 11 => 20/122
3. Pindahkakan tempat tumpuan tangga ke bawah untuk
mandapatkan jarak datar tangga menggunakan unting-unting
4. Pasang benang dari papan plat
5. Dirikan tiang-tiang untuk menopang gelagar yang menahan acuan
plat lantai
6. Turunkan benang yang telah dipasang 2-3cm karena tebal papan
alas tangga 2 cm
7. Pasang gelagar yang mengikuti alur benang yang telah dipasang
8. Pasang poapan alas untuk nacuan tangga, kuatkan dengan skur
9. Pasang papan samping cetakan, lalu skur
10. Lukis tempat acuan optrid dengan ukuran yang telah ditentukan
11. Setelah melukis acuan optrid pada papan acuan selesai, pasang
papan skur untuk memasang optrid
12. Pasang kayu 5/7 di tengah-tengah optrid, kemudian pasang papan
skur sehinnga papan skur ini mampu menahan beton pada saat
pengecoran
13. Pastikan seluruh papan acuan maupun perancah harus kaku dan
kuat

39
Antride

Tinggi Tangga
Optride

Gambar tangga

BAB IV

40
PENUTUP

4.1. Kesimpulan
Acuan dan Perancah atau Bekisting atau formwork adalah pekerjaan
sementara sebagai mal dari bagian sisi dan bawah dari bentuk yang kita
inginkan. Dalam bentuk struktur beton Acuan dan Perancah merupakan
pekerjaan yang sangat menentukan, maka dalam pelaksanaanya seorang ahli
dibidang tersebut harus mempunyai keterampilan khusus dan mempunyai
pengetahuan dasar yang cukup dan paham tentang acuan dan perancah.
Dari praktek kerja Acuan dan Perancah ini, saya dapat mengambill
kesimpulan :
1. Dengan Praktek Acuan dan Perancah, mahasiswa dapat mengetahui
betapa pentingnya Acuan dan Perancah dalam sebuah kosnstruksi,
2. Dengan praktek Acuan dan Perancah mahasiwa
dapat membuat acuan dan perancah yang biasa digunakan dalam duni
konstruksi.
3. Pekerjaan Acuan dan Perancah adalah pekerjaan
yang sederhana dan sementara, namun sangat menentukan keberhasilan
dari sebuah konstruksi.

4.2 Saran
Dalam pelaksanaan sering dijumpai permasalahan-permasalahan di
lapangan dan permasalahan tersebut harus kita sesuikan demi keselamatan
pengerjaan acuan dan perancah tersebut. Oleh karena itu penulis memberikan
beberapa saran untuk permasalahan-permasalahn tersbut ;
1. Mempergunakan waktu seefesien mungkin.
2. Mengutamakan keselamtan kerja.
3. Mengikuti petunjuk dan prosedur pelaksanaan kerja.
4. Menempatkan peralatan-peralatan pada tempat yang aman.
5. Berkonsentrasi pada pekerjaan dan tidak melakukan hal-hal yang tidak
berguna dalam praktek.

41
6. Mengmbil inisiatif jika menmukan permasalahan yang tidak ada dalam
petunjuk praktek.
7. Pada saat pembongkaran acuan dan perancah hendaknya jangan
sembarangan, lakukanlah sesuai dengan prosedur yang ada.
8. Menempatkan bahan-bahan pembongkaran dengan rapi.

42

Anda mungkin juga menyukai