Anda di halaman 1dari 14

MANAJEMEN PSIKOSOSIAL

PROPOSAL PENYULUHAN SEKS BEBAS

Disusun oleh kelompok 2:

Desfiana Siregar
Ria Amya
Yenny Afriyani Agustin
Jeki Sandra
Maidatifani
Fauziah Elita Apza
Nia Sufriyani
Puttri Lawitra
Sutri Syafiani
Rahmat Ilahi Saputra
Aldo Davil Yendra
Jonevan Prasetya Kencana
Melani Saputri
Reza Yuni Sandra
Shinta Meiza Puteri
Elvitriya Yunesti
Cyntia Maretha Elzen
Wahyuni
Regina
Kurmaini
Cindy Ardyantika.

PRODI S-1 KEPERAWATAN


STIKes MERCUBAKTIJAYA PADANG
2018
PROPOSAL KEGIATAN
PENYULUHAN TETANG SEKS BEBAS PADA REMAJA

A. Pendahuluan

Angka kematian ibu dan bayi saat ini masih sangat tinggi. Hal tersebut disebabkan oleh
berbagai factor, salah satu diantaranya adalah kurangnya pengetahuan masyarakat
tentang kesehatan reproduksi. Aborsi adalah penyumbang angka kematian ibu dan bayi
yang cukup besar.

Pelaku aborsi ternyata bukan saja wanita yang sudah menikah tetapi tidak menginginkan
anak, melainkan wanita yang belum menikah pun banyak yang melakukannya. Bahkan
yang sangat memprihatinkan, hampir sebagian besar wanita yang melakukan aborsi
adalah berasal dari kalangan remaja yang masih duduk di bangku sekolah atau kuliah.

Perilaku remaja yang demikian disebabkan karena beberapa factor. Kurangnya


pendidikan tentang kesehatan reproduksi dan bahaya free sex merupakan factor pemicu
terbesar. Semakin canggihnya tekhnologi juga banyak disalahgunakan sebagai media
untuk memicu terjadinya sex bebas di kalangan remaja.

Pada Oktober 2013 terdapat bahwa sekitar 62,7% remaja di Indonesia telah melakukan
hubungan seks di luar nikah . 20% dari 94.270 perempuan yang mengalami hamil di
luar nikah juga berasal dari kelompok usia remaja dan 21% diantaranya pernah
melakukan aborsi.Lalu pada kasus terinfeksi HIV dalam rentang 3 bulan sebanyak
10.203 kasus, 30% penderitanya berusia remaja (RISKEDAS, 2013).

Sebagai praktisi kesehatan khususnya sebagai perawat yang juga bertanggung jawab
terhadap kesehatan reproduksi remaja, maka seharusnya kita ikut menekan angka sex
bebas pada remaja. Melalui penyuluhan-penyuluhan yang dutujukan kepada remaja,
diharapkan mereka dapat semakin mengerti dan memahami bahwa free sex hanya akan
membawa akibat negative bagi diri mereka. Dengan demikian diharapkan angka aborsi
akan mengalami penurunan dan angka kematian ibu dan bayi pun akan menurun.
B. Tujuan Pembelajaran
Setelah dilakukan penyuluhan, diharapkan audien mampu:
1. Menyebutkan pengertian seks bebas
2. Menyebutkan dan menjelaskan penyebab seks bebas
3. Menyebutkan dan menjelaskan dampak dari seks bebas
4. Menyebutkan dan menjelaskan tahap-tahap dari seks bebas
5. Menyebutkan dan menjelaskan cara mencegah seks bebas

C. Strategi Pelatihan
Kegiatan penyuluha akan dilaksanakan selama 45 menit untuk sebuah sekolah

D. Jadwal Kegiatan
NO WAKTU KEGIATAN MAHASISWA KEGIATAN PESERTA
1 5 menit Pembukaan
 Memberi salam  Menjawab salam
 Memperkenalkan diri  Mendengarkan
 Menjelaskan kontrak waktu  Mendengarkan dan
dan tujuan pertemuan memperhatikan
 Mengkaji pengetahuan  Mengemukakan pendapat
audiens tentang seks bebas
 Memberi reinforcement  Mendengarkan dan
positif memperhatikan

2 25 menit

Pelaksanaan
 Menggali pengetahuan klien  Menjawab pertanyaan
tentang seks bebas
 Memberikan reindorcement  Memberi reinforcement
+
 Menjelaskan tentang  Mendengarkan dan
pengertian seks bebas memperhatikan
 Menggali pengetahuan klien  Menjawab pertanyaan
tentang penyebab seks bebas
 Memberikan reindorcement  Memberi reinforcement
+
 Menjelaskan tentang  Mendengarkan dan
penyebab seks bebas memperhatikan
 Menggali pengetahuan klien  Menjawab pertanyaan
tentang dampak seks bebas
 Memberikan reindorcement  Memberi reinforcemet
+
 Menjelaskan tentang dampak  Mendengarkan dan
seks bebas memperhatikan
 Menggali pengetahuan klien  Menjawab pertanyaan
tentang tahap – tahap seks
bebas yang dilakukan remaja
 Memberikan reindorcement  Memberi reinforcemet
+
 Menjelaskan tentang tahap-  Mendengarkan dan
tahap seks bebas yang biasa memperhatikan
dilakukan remaja
 Menggali pengetahuan klien  Menjawab pertanyaan
tentang cara mencegah seks
bebas
 Memberikan reindorcement  Memberi reinforcemet
+
 Menjelaskan tentang cara  Mendengarkan dan
mencegah seks bebas memperhatikan
 Memberi kesempatan  Bertanya (jika ada)
audiens untuk bertanya
3 5 menit
 Menjawab pertanyaan  Mendengarkan dan
audiens (jika ada) memperhatikan
Penutup
 Bersama audiens  Ikut menyimpulkan
menyimpulkan materi
 Mengucapkan  Membalas
terimakasih
 Memberi salam  Menjawab salam

E. Metode Pelatihan
Beberapa metode yang akan digunakan saat melakukan kegiatan UKS Jiwa adalah
sebagai berikut :
1. Ceramah
2. Diskusi kelompok

F. Evaluasi
1. Evaluasi struktur
 Diharapkan jumlah peserta penyuluhan sesuai dengan yang direncanakan
 Diharapkan media dan alat sesuai dengan yang direncanakan
 Diharapkan waktu dan tempat sesuai dengan yang direncanakan
 Diharapkan peran dan tugas mahasiswa sesuai dengan yang direncanakan

2. Evaluasi proses
 Diharapkan semua peserta berperan aktif selama kegiatan penyuluhan
 Diharapkan peserta ikut selama kegiatan penyuluhan
 Diharapkan peserta mengikuti kegiatan dari awal sampai akhir
 Diharapakan semua peserta tidak ada yang keluar masuk selama kegiatan
penyuluhan

3. Evaluasi hasil
Diharapkan 75 % peserta dapat menghadiri kegiatan penyuluhan.
 Audiens dapat menyebutkan pengertian seks bebas
 Audiens dapat menjelaskan penyebab seks bebas
 Audiens dapat menjelaskan dampak seks bebas
 Audiens dapat menjelaskan tahap-tahap seks bebas
 Audiens dapat menjelaskan cara mencegah seks bebas

G. Waktu/Tempat
1. Hari / Tanggal : Senin, 12 Januari 2018
2. Jam : 10.00 WIB
3. Tempat : SMAN 12 Padang

H. Target/Sasaran
Siswa/remaja (SMP/SMA) SMAN 12 Padang

I. Pengorganisasian
Ketua : Desfiana Siregar
Sekretaris : Ria Amya
Bendahara : Reza Yuni Sandra
Sie Acara : Jeki Sandra
Fauziah Elita Apza
Yenny Afriani Agustin
Kurmaini
Cindy Ardyantika
Sie Ilmiah : Sutri Syafiani
Puttri Lawitra
Elvitriya Yunesti
Sie Humas : Rahmat Illahi Saputra
Jonevan Prasetya Kencana
Cyntia Maretha Elzen
Sie Perlengkapan : Maidatifani
Aldo Davil Yendra
Wahyuni
Sie Dokumentasi : Melani Saputri
Nia Sufiani
Regina
MATERI TENTANG SEKS BEBAS

A. PENGERTIAN
Seks merupakan naluri alamiah yang dimiliki oleh setiap makhluk hidup di
muka bumi ini. Seks diperlukan untuk menjaga kelangsungan hidup hidup suatu
spesies atau suatu kelompok (jenis) makhluk hidup. Artinya setiap makhluk hidup
melakukan seks untuk memperoleh keturunan agar dapat menjaga dan melestarikan
keturunannya. Selain itu tujuan seks adalah sebagai sarana untuk memperoleh
kepuasan dan relaksasi dalam kehidupan (bagi manusia).
Hubungan seks yang dilakukan di luar pernikahan disebut seks bebas (free sex).
Hawa nafsu merupakan hal yang sangat menentukan terjadinya seks bebas. Seks
bebas merupakan pengaruh budaya yang datang dari barat dan kemudian diadopsi
oleh masyarakat Indonesia tanpa memfilternya terlebih dahulu.

B. PENYEBAB TERJADINYA SEKS BEBAS


Faktor Internal
a. Pengetahuan
Seringkali remaja merasa bahwa orang tuanya menolak membicarakan
masalah seks pranikah sehingga mereka kemudian mencari alternatif sumber
informasi lain seperti teman atau media massa (Syafrudin, 2008). Beberapa
kajian menunjukkan bahwa remaja sangat membutuhkan informasi mengenai
persoalan seksual dan reproduksi. Remaja seringkali memperoleh informasi
yang tidak akurat mengenai seks dari teman-teman mereka, bukan dari petugas
kesehatan, guru atau orang tua (Saifuddin dkk, 1999).
b. Perubahan Hormonal
Beberapa faktor lain yang mempengaruhi perilaku seksual pada remaja adalah
perubahan hormonal (Sarwono, 2003). Dalam kondisi tertentu remaja
cenderung memiliki dorongan seks yang kuat. Namun kompensasi dari
dorongan rasa ini terhadap lawan jenis, remaja kurang memiliki kontrol diri
yang baik dan terlebih disalurkan melalui kanalisasi yang tidak tepat.
c. Sikap
Sikap dalam melakukan perilaku seksual yang tidak sehat adalah: sikap
permisif, kurangnya kontrol diri, tidak bisa mengambil keputusan mengenai
kehidupan seksual yang sehat atau tidak bisa bersikap asertif terhadap ajakan
teman atau pacar (Kartika dan Farida, 2008).
Eksternal
a. Peran Keluarga
Faktor lingkungan yang sangat berpengaruh terhadap perilaku reproduksi
remaja diantaranya adalah faktor keluarga. Remaja yang melakukan hubungan
seksual sebelum menikah banyak diantara berasal dari keluarga yang bercerai
atau pernah cerai, keluarga dengan banyak konflik dan perpecahan (Kinnaird,
2003). Hubungan orang-tua yang harmonis akan menumbuhkan kehidupan
emosional yang optimal terhadap perkembangan kepribadian anak sebaliknya.
Orang tua yang sering bertengkar akan menghambat komunikasi dalam
keluarga, dan anak akan “melarikan diri“ dari keluarga. Keluarga yang tidak
lengkap misalnya karena perceraian, kematian, dan keluarga dengan keadaan
ekonomi yang kurang, dapat mempengaruhi perkembangan jiwa anak
(Rohmahwati, 2008).
b. Sumber Informasi/ Media
Menurut Soetjiningsih, penyebab remaja melakukan seks pranikah karena
adanya faktor internal dan eksternal. Berbagai penyebab eksternal ditenggarai
mengancam perilaku seksual tidak sehat pada remaja misalnya penyebaran
konten pornografi yang semakin masif. Peri Umar Farouk menemukan fakta
hasil survey bahwa Indonesia menempati urutan empat besar di dunia dalam
mengakses internet berkonten pornografi. Sebelumnya di tahun 2008 dan
tahun 2009, Indonesia dan beberapa negara Asia tenggara lainnya menempati
urutan ketiga pengakses situs dewasa terbesar di dunia. Pengakses dengan
key word „sex‟ di dominasi remaja umur 14 hingga 16 tahun serta 30 hingga
45 tahun yang dilakukan hampir merata di seluruh Indonesia. Perusahaan
solusi dan strategi mobile internet, ByteMobile mengungkapkan selama bulan
Juli 2010 lalu trafic video mobile umumnya didominasi oleh 4 situs porno
dengan trafik mencapai 15 persen dari keseluruhan trafik 10 besar video
mobile yang ada (Anggraini, 2013)
c. Sosial Budaya
Sekolah dan Masyarakat
Faktor luar yang mencakup sekolah cukup berperan terhadap perkembangan
remaja dalam mencapai kedewasaannya. Di sekolah mereka dihadapkan
dengan pemikiran dan pandangan serta penilaian yang lebih obyektif,
termasuk dalam soal seksualitas. Namun sayang, realitasnya kebanyakan
sekolah kurang berani dan belum menanganisecara serius (Hurlock, 2004).
Masyarakat yaitu adat kebiasaan, pergaulan dan perkembangan di segala
bidang khususnya teknologi yang dicapai manusia pada dewasa ini. Bagi
remaja desa, di mana masyarakat masih menjaga dan melindungi adat secara
ketat, sedikit sekali anak berprilaku berandalan. Lingkungan masyarakat yang
baik akan mempengaruhi orang yang baik dan kuat. Pada masyarakat kota, di
samping orang tua yang terlalu sibuk dengan pekerjaan sehari-hari, lingkungan
masyarakat juga besar pengaruhnya terhadap perkembangan anak.
d. Nilai dan Norma
Perasaan Superioritas Maskulin. Perasaan lebih unggul yang dirasakan oleh
anak laki-laki terhadap perempuan ketika masa akhir kanak-kanak. Dalam
masa remaja anak laki-laki menaruh perhatian pada anak perempuan dan
berkencan, namun perasaan superioritas tetap masih ada. Superioritas anak
laki-laki biasanya diungkapkan dengan anak laki-laki berperan lebih dalam
berbagai bidang; sekolah, sosial dan masyarakat. Meskipun anak perempuan
juga tidak menutup kemungkinan berperan lebih penting dalam bidang
tertentu, namun anak laki-laki merasa ia yang lebih pantas dan menganggap
hal ini gengsi. Di samping itu anak laki-laki berusaha menunjukkan
keunggulannya dengan mencapai prestasi yang lebih tinggi dari pada prestasi
anak perempuan. Selain itu penyebab eksternal lain adalah remaja mengalami
pencabulan atau pelecehan secara seksual pada masa kecilnya. Kaeser Fred
(2011), menemukan data bahwa di Amerika Serikat pada tahun 2000
setidaknya 88.000 anak dibawah umur 18 terlibat sebagai korban dalam
berbagai tindak pencabulan berupa perilaku pelecehan seksual hingga
pemerkosaan. Tindak pelecehan ini dengan asumsi 1 dari 4 anak perempuan
dan 1 dari 6 anak laki-laki dan umumnya meninggalkan dampak traumatis
pada korban yang berkepanjangan (Kaeser Fred, 2011).

C. DAMPAK SEKS BEBAS


Perilaku seksual pranikah dapat menimbulkan berbagai dampak negatif pada remaja,
diantaranya sebagai berikut:
a. Dampak psikologis
Dampak psikologis dari perilaku seksual pranikah pada remaja diantaranya
perasaan marah, takut, cemas, depresi, rendah diri, bersalah dan berdosa.
b. Dampak Fisiologis
Dampak fisiologis dari perilaku seksual pranikah tersebut diantaranya dapat
menimbulkan kehamilan tidak diinginkan dan aborsi.
c. Dampak sosial
Dampak sosial yang timbul akibat perilaku seksual yang dilakukan sebelum
saatnya antara lain dikucilkan, putus sekolah pada remaja perempuan yang
hamil, dan perubahan peran menjadi ibu.
d. Dampak fisik
Dampak fisik lainnya sendiri menurut Sarwono (2003) adalah berkembangnya
penyakit menular seksual di kalangan remaja, dengan frekuensi penderita
penyakit menular seksual (PMS) yang tertinggi antara usia 15-24 tahun.
Infeksi penyakit menular seksual dapat menyebabkan kemandulan dan rasa
sakit kronis serta meningkatkan risiko terkena PMS dan HIV/AIDS (Duarsa,
2004)

D. TAHAP-TAHAP SEKS BEBAS YANG DILAKUKAN REMAJA


Adapun tahapan-tahapan yang biasanya dilakukan oleh seseorang berani melakukan
hubungan seks diluar nikah:
1. Pegangan tangan
2. Ciuman sebatas ciuman di pipi dan kening
3. Ciuman bibir
4. Pelukan
5. Petting (mulai berani melepas pakaian bagian atas)
6. Meraba bagian yang sensitive (mulai berani buka-bukaan)
7. Melakukan hubungan seks

E. CARA MENCEGAH SEKS BEBAS


1. Pencegahan menurut agama antara lain :
 Memisahkan tempat tidur anak; Setiap orang tua berusaha untuk mulai
memisahkan tempat tidur anak-anaknya ketika mereka memasuki
minimal usia tujuh tahun.
 Meminta izin ketika memasuki kamar orang tua; Sejak dini anak-anak
sudah diajarkan untuk selalu meminta izin ketika akan masuk ke kamar
orang tuanya pada saat-saat tertentu.
 Mengajarkan adab memandang lawan jenis; Berilah pengertian
mengenai adab dalam memandang lawan jenis sehingga anak dapat
mengetahui hal-hal yang baik dan buruk.
 Larangan menyebarkan rahasia suami-istri; Hubungan seksual
merupakan hubungan yang sangat khusus di antara suami-istri. Karena
itu, kerahasiaanya pantas dijaga. Mereka tidak boleh menceritakan
kekurangan pasangannya kepada orang lain, apalgi terhadap anggota
keluarga terutama anak-anaknya.
2. Pencegahan Seks Bebas Dalam Keluarga
Pencegahan seks bebas dalam keluarga antara lain :
 Keluarga harus mengertitentang permasalahan seks, sebelum
menjelaskan kepada anak-anak mereka.
 Seorang ayah mengarahkan anak laki-laki, dan seorang ibu
mengarahkan anak perempuan dalam menjelaskan masalah seks.
 Jangan menjelaskan masalah seks kepada anak laki-laki dan
perempuan di ruang yang sama.
 Hindari hal-hal yang berbau porno saat menjelaskan masalah seks,
gunakan kata-kata yang sopan.
 Meyakinkan kepada anak-anak bahnwa teman-teman mereka adalah
teman yang baik.
 Memberikan perhatian kemampuan anak di bidang olahraga dan
menyibukkan mereka dengan berbagai aktivitas.
 Tanamkan etika memelihara diri dari perbuatan-perbuatan maksiat
karena itu merupakan sesuata yang paling berharga.
 Membangun sikap saling percaya antara orang tua dan anak.
PENUTUP

A. Kesimpulan
Seks bebas merupakan tingkah laku yang didorong oleh hasrat seksual yang
ditujukan dalam bentuk tingkah laku. Ada beberapa faktor penyebab remaja
melakukan seks bebas, diantaranya adalah Kurangnya pemahaman individu akan
ajaran agamanya secara benar dan mendalam, kurangnya perhatian orangtua, ingi di
anggap gaul, cueknya masyarakat akan situasi linkungan, taraf pendidikan sex bagi
remaja yang belum tertata secara benar.
Secara umum ada dua dampak yang ditimbulkan dari perilaku seks bebas
dikalangan remaja yaitu kehamilan dan penyakit menular seksual (sipilis, HIV/AIDS,
dll). Cara menghindari seks bebas yaitu melalui pendidikan seks, pendidikan seks
dapat diartikan sebagai penerangan tentang anatomi fisiologi seks manusia, bahaya
penyakit kelamin dan sebagainya. Salah satu bentuk pendidikan seks di keluarga di
antaranya adalah pencegahan seks bebas menurut agama dan pencegahan seks bebas
dalam keluarga.

B. SARAN
Untuk orang tua hendaknya selalu memberikan perhatian kepada anaknya, menjadi
”teman” dari anaknya dan juga memberikan pemahaman tentang seks kepada
anaknya. Lingkungan hendaknya tetap memperhatikan norma yang ada dan ikut serta
dalam pencegahan hubungan seks bebas.
DAFTAR PUSTAKA

Azwar, Saifuddin. (1999). Reliabilitas dan Validitas: Seri Pengukuran Psikologi. Sigma
Alpha, Yogyakarta
Helmi, Avin Fadila et al. 1998. Efektivitas Pendidikan Seksual Dini Dalam meningkatkan
Pengetahuan Perilaku Sehat. Jurnal Psikologi 1998, No. 2, 25-34
Hurlock, E. B. 2004. Adolescent Development, Fourth Edition. Mc Graw-Hill, Tokyo
Makmun, Abin Syamsuddin. 2003. Psikologi Pendidikan Karakteristik Perilaku dan Pribadi
pada Masa Remaja. PT Rosda Karya Remaja, Bandung
Media Indonesia. 2005. Fenomena Perkosaan, Gender dan Pornografi dalam
http://www.lbh-apik.or.id/ruu-pornografi.htm
Pangkahila, Alex. 2004. Perilaku Seksual Remaja, dalam Buku Ajar Tumbuh Kembang
Remaja dan Permasalahannya, penyunting Soetjiningsih. CV Sagung Seto, Jakarta
Radar Ngawi. 2011. Jumlah Penderita HIV/Aids Naik dalam
http://lintasngawi.blogspot.com/2013/03/jumlah-penderita-hivaids-naik.html
Sarwono. 2003. Psikologi Remaja. PT Raja Grafindo Persada, Jakarta
_______. 2011. Psikologi Remaja. PT Raja Grafindo Persada, Jakarta
Yusuf, Syamsu. 2009. Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Remaja Rosdakarya,
Bandung

Anda mungkin juga menyukai