Kasus JIT
Kasus JIT
JUST IN TIME
TUGAS KELOMPOK
Oleh:
AKUNTANSI MANAJEMEN
UNIVERSITAS JAMBI
2016
Sejarah Just In Time
Just in Time dikembangkan oleh Toyota Motor Corporation tahun 1973. Tujuan utamanya
adalah pengurangan biaya atau perbaikan produktivitas dengan menghilangkan berbagai
pemborosan. Pengembangan yang sangat penting dalam perencanaan dan pengendalian
operasional saat ini adalah JIT manufacturing yang kadang disebut sebagai”produk tanpa
persedian”. JIT bukan hanya sekedar sebuah metode yang bertujuan untuk mengurangi
persediaan. JIT juga memperhatikan keseluruhan system produksi sehingga komponen yang
bebas dari cacat dapat disediakan untuk tingkat produksi selanjutnya tepat ketika mereka
dibutuhkan – tidak terlambat dan tidak terlalu cepat.
Sistem produksi tepat waktu (Just In Time) adalah sistem produksi atau sistem manajemen
fabrikasi modern yang dikembangkan oleh perusahaan-perusahaan Jepang yang pada prinsipnya
hanya memproduksi jenis-jenis barang yang diminta sejumlah yang diperlukan dan pada saat
dibutuhkan oleh konsumen.
Menurut Henri Simamora dalam bukunya Akuntansi Manajemen, Just In Time (JIT) adalah suatu
keseluruhan filosofi operasi manajemen dimana segenap sumber daya,termasuk bahan baku dan
suku cadang, personalia, dan fasilitas dipakai sebatas dibutuhkan. Tujuannya adalah untuk
mengangkat produktifitas dan mengurangi pemborosan. Just In Time (JIT) didasarkan pada
konsep arus produksi yang berkelanjutan dan mensyaratkan setiap bagian proses produksi
bekerja sama dengan komponen-komponen lainnya. Tenaga kerja langsung dalam
lingkungan Just In Time(JIT) dipertangguh dengan perluasan tanggung jawab yang berkontribusi
pada pemangkasan pemborosan biaya tenaga kerja, ruang dan waktu produksi.
Just In Time (JIT) adalah suatu sistem produksi yang bertujuan untuk meminimalkan biaya
produksi dengan membuat dan mendistribusikan barang dalam jenis, kuantitas, waktu dan tempat
yang tepat dengan menggunakan fasilitas, peralatan, dan sumber daya manusia seminimum
mungkin (NSW Science and Technology Council, 1985).
Just In Time (JIT) adalah suatufilosofi manufaktur yang berusaha untuk memproduksi suatu
produk dalam jangka waktu sesingkat mungkin dengan menghasilkan kesalahan seminimum
mungkin (Hall, 1987).
Suatu definisi yang mencakup seluruh aspek – aspek penting dari Just In Time (JIT) diberikan
oleh Munzberg (1986), yaitu : “Just In Time (JIT) adalah suatu metodologi produksi yang
bertujuan untuk meningkatkan seluruh performa perusahaan melalui penghapusan segala bentuk
waste, yang akan berakibat pada peningkatan kualitas dan membutuhkan peran serta total seluruh
karyawan”.
Just In Time (JIT) adalah suatu sistem produksi yang melakukan perbaikan secara terus menerus
berdasarkan pada penghapusan segala bentuk waste (The Technology Transfer Council of
Australia, 1987).
Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa Just In Time (JIT) merupakan sistem
yang paling dinamis dan menghasilkan produk dalam tepat waktu sehingga dapat memenuhi
kebutuhan konsumen.
Latar belakang munculnya JIT adalah pemborosan-pemborosan tenaga kerja, ruangan dan waktu
produksi yang terjadi karena adanya persediaan sehingga mengakibatkan biaya produksi lebih
tingggi. Dengan JIT perusahaan dapat menekan biaya produk per unit, meningkatkan kualitas
produk dan meningkatkan daya saing dipasar baik dalam negri maupun luar negri.
1. Seluruh system yang ada dalam perusahaan dapat berjalan lebih efisien.
2. Pabrik mengeluarkan biaya yang lebih sedikit untuk memperkerjakan para staffnya.
3. Barang produksi tidak harus selalu di cek, disimpan atau diretur kembali.
4. Kertas kerja dapat lebih simple.
5. Penghematan yang telah di lakukan dapat digunakan untuk mendapat profit yang
lebihtinggi misalnya, dengan mengadakan promosi tambahan
Satu kelemahan sistem Just In Time (JIT) adalah, tingkatan order ditentukan oleh data
permintaanhistoris. Jika permintaan naik melebihi dari rata-rata perencanaan historis maka
inventoriakan habis dan akan mempengaruhi tingkat pelayanan konsumen.
Secara umum produksi diartikan sebagai memprosesan atau pengolahan bahan baku menjadi
produk jadi. Produksi adalah suatu proses mengubah input menjadi output sihingga nilai barang
tersebut bertambah. Input dapat berupa terdiri dari barang atau jasa yang digunakan dalam proses
produksi, dan output adalah barang atau jasa yang di hasilkan dari suatu proses
produksi.(sri adiningsih, 1999 : him 3-4).
Produksi adalah kegiatan untuk menciptakan atau menambah kegunaan suatu barang atau jasa.
(Sofjan Assauri, 1999: him 11).
Produksi adalah suatu kegiatan yang mengubah input menjadi output. Kegiatan tersebut dalam
ekonomi biasa di nyatakan dalam fungsi produk, Fungsi produk menunjukkan jumiah maksimum
output yang dapat dihasilkan dari pemakaian sejumlah input dengan menggunakan teknologi
tertentu. (sugiarto, dkk, 2002 : him 202).
Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa produksi merupakan pemprosesan
input yang tersedia sehingga menjadi output yang bisa dimanfaatkan kegunaannya oleh
msyarakat umum.
Untuk mencapai tujuan tersebut, ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam penerapan Just
In Time,diantaranya adalah sebagai berikut :
Aliran Material yang lancar – Sederhanakan pola aliran material. Untuk itu dibutuhkan
pengaturan total pada lini produksi. Ini juga membutuhkan akses langsung dengan dan dari
bagian penerimaan dan pengiriman. Tujuannya adalah untuk mendapatkan aliran material
yang tidak terputus dari bagian penerimaan dan kemudian antar tiap tingkat produksi yang
saling berhubungan secara langsung, samapi pada bagian pengiriman. Apapun yang
menghalangi aliran yang merupakan target yang haru diselidiki dan dieliminasi.
Pengurangan waktu set-up – Sesuai dengan JIT, terdapat beberapa bagian produksi diskret
yang memilki waktu set-up mesin yang kadang-kadang membutuhkan waktu beberapa jam.
Hal ini tidak dapat ditoleransi dalam sistem JIT. Pengurangan waktu setup yang dramatis
telah dapat dicapai oleh berbagai perusahaan, kadang dari 4-7 jam menjadi 3-7 menit. Ini
membuat ukuran batch dapat dikurangi menjadi jumlah yang sangta kecil, yang mengijinkan
perusahaan menjadi sangat fleksibel dan responsif dalam menghadapi perubahan permintaan
konsumen.
Pengurangan lead time vendor – Sebagai pengganti dari pengiriman yang sangat besar dari
komponen-komponen yang harus dibeli setiap 2/3 bulan, dengan sistem JIT kita ingin
menerima komponen tepat pada saat operasi produksi membutuhkan. Untuk itu perusahaan
kadang-kadang harus membuat kontrak jangka panjang dengan vendor untuk mendapatkan
kondisi seperti ini.
Komponen zero defect – Sistem JIT tidak dapat mentolelir komponen yang cacat, baik itu
yang diproduksi maupun yang dibeli. Untuk komponen yang diproduksi, teknis kontrol
statistik harus digunakan untuk menjamin bahwa semua proses sedang memproses komponen
dalam toleransi setiap waktu. Untuk komponen yang dibeli, vendor diminta untuk menjamin
bahwa semua produk yang mereka sediakan telah diproduksi dalam sistem produksi yang
diawasi secara satistik. Perusahaan kan selalu memiliki program sertifikasi vendor untuk
menjamin terlaksananya hal ini.
Kontrol lantai produksi yang disiplin – Dalam system pengawasan lantai produksi
tradisional, penekanan diberikan pada utilitas mesin, waktu produksi yang panjang yang
dapat mengurangi biaya set up dan juga pengurangan waktu pekerja. Untuk itu, order
produksi dikeluarkan dengan memperhatikan faktorfaktor ini. Dalam JIT, perhitungan
performansi tradisional ini sangat jauh dari keinginan untuk membentuk persediaan yang
rendah dan menghilangkan halhal yang menghalangi operasi yang responsif. Hal ini
membuat waktu awal pelepasan order yang tepat harus dilakukan setiap saat. Ini juga berarti,
kadangkadang mesin dan operator mesin dapat saja menganggur. Banyak manajer produksi
yang telah menghabiskan sebagian besar waktunya untuk menjaga agar mesin dan tenaga
kerja tetap sibuk, mendapat kesulitan membuat penyesuaian-penyesuaian yang dibutuhkan
agar berhasil menggunakan operasi JIT. Perusahaan yang telah berhasil
mengimplementasikan filosofi JIT akan mendapatkan manfaat yang besar.
Selanjutnya ada seorang pria membawa 8 piring dengan rapi. Ketika dia akan pergi, kasir
mengamatinya dan berkatan, “800 yen”. Kasir tidak memiliki kas register, karena dia hanya
menghitung jumlah piring kemudian mengalikannya dengan 100. Pada saat pelanggan pergi,
terdengar ucapan “Arigato Gosaimas” (terima kasih), dari semua pekerja.
Operasi harian pemilik didasarkan pada analisis informasi secara cermat. Pemiliki memiliki
ringkasan informasi permintaan yang lengkap tentang tipe-tipe piring sushi yang berbeda,
sehingga dia mengetahui secara pasti berapa banyak dari masing-masing piring sushi yang harus
dipersiapkan dan kapan. Lebih lanjut, operasi seluruhnya diasaran pada prinsip produksi
berulang dengan just-in-time yang sesuai dan sistem kontrol kualitas. Sebagai contoh, toko
tersebut memiliki kapasitas refrigerator yang sangat terbatas (kita dapat melihat beberapa ikan
atau octopus dalam wadah gelas di depan konter). Sehingga, toko ini menggunakan sistem
kontrol inventaris just-in-time. Ketimbang meningkatkan kapasitas refrigeratordengan membeli
sistem-sistem refrigerator baru, perusahaan bekerjasama dengan penjaja ikan untuk mengirim
ikan segar beberapa kali dalam sehari, sehingga material tiba tepat ketika akan digunakan untuk
membuat sushi. Dengan demikian, biaya inventarisnya minimal.
Dalam sistem operasi just-in-time, prinsip stok aman tidak terlalu diperhitungkan. Dengan kata
lain, stok aman akan dihilangakan secara perlahan, untuk masalah-masalah tidak teratasi dan
kemungkinan solusinya. Ruang lantai yang tersedia adalah untuk pra pekerja dan perlengkapan
yang diperlukan tapi tidak untuk menyimpan inventaris. Di perusahaan 100 Yen Sushi House,
para pekerja dan pelengkapannya diposisikan begitu dekat sehingga pembuatan sushi dilakukan
dari tangan ke tangan dan bukan sebagai operasi independen, Tidak adanya dinding-dinding
invetaris memungkinkan para pemilik dan pekerja untuk terlibat dalam operasi total,, mulai dari
menyambut pelanggan sampai menyediakan apa yang dipesan. Tugas mereka sangat saling
terkait dan setiap orang akan bekerja sama dalam mengatasi sebuah masalah agar tidak menjadi
masalah besar dalam proses kerja.
The 100 Yen Sushi House merupakan sebuah operasi intensif-pekerja, yang paling banyak
didasarkan pada kesederhanaan, dan akal sehat ketimbang teknologi tinggi, sebaliknya dengan
persepsi orang-orang Amerika. Penulis begitu terkesan. Setelah penulis menghabiskan piring ke-
lima, saya melihat piring sushi octopus berputar untuk yang ketigapuluh kalinya. Mungkin
gambaran umum dari sistem ini telah diketahui. Sehngga penulis menanyakan kepaa pemilik
bagaimana cara merawat masalah kebersihan ketika piring sushi berputar sepanjang hari. Dia
tersenyum dan berkata “Iyya pak, kami tidak pernah membiarkan piring-piring sushi kami tidak
terpakai lebih dari 30 menit”. Kemudian dia menggaruk kepala dan mengatakan, “Jika salah satu
dari empat karyawan kami istirahat, dia bisa mengambil piring yang tidak terjual tersebut dan
memakannya atau membuangnya. Kami sangat serius tentang masalah kualitas sushi kami.”
The 100 Yen Sushi Huose merupakan sebuah mikrokosmos dari sifat-sifat yang mencerminkan
pendekatan manajemen produksi yang paling signifikan pada masa pasca Perang Dunia II, yaitu
produksi just-in-time (JIT). Dikembangkan oleh orang Jepang, pendekatan ini mengintegrasikan
lima P dari OM untuk merampingkan produksi barang-barang berkualitas tinggi dan
pelayanannya. Seperti TQM, hampir setiap organisasi industri modern telah menggunakan
sekurang-kurangnya beberapa elemen JIT dalam desainnya.
Bab ini terkait dengan logika JIT. Bab ini juga merinci pendekatan-pendekatan terhadap
implementasi JIT dan aplikasinya JIT dalam organisasi jasa. Sebuah versi klasik dari Kenneth A.
Wantuck menjelaskan elemen-elemen JIT sebagaimana yang digunakan oleh orang-orang Jepang
utnuk meningkatkan produktivitas.
Logika JIT
JIT (Just-in-Time) merupakan sekumpulan aktivitas terpadu untuk mencapai produksi bervolume
tinggi dengan menggunakan inventaris bahan baku yang minimal, kerja dalam proses, dan
barang jadi. Bagian-bagian produk tiba di stasiun kerja selanjutnya 'tepat waku” dan diselesaikan
serta berpindah dalam operasi dengan cepat. Just-in-time juga didasarkan pada logika bahwa
tidak ada yang akan dihasilkan sebelum diperlukan. Exhibit 6.1 mengilustrasikan proses ini.
Kebutuhan dilahirkan oleh produk yang diminta oleh para penggunanya. Ketika sebuah item
dijual, meurut teori, maka pasar akan menarik sebuah pengganti dari posisi terakhir dalam sistem
– perakitan akhir dalam hal ini. Ini memicu sebuah order ke saluran produksi pabrik dimana
seorang pekerja kemudian menarik unit lain dari sebuah stasiun hulu dalam aliran utunuk
mengganti unit yang diambil.
Manajemen PT. Suka-Suka Kamu ingin mengurangi waktu antara pesanan datang dari
konsumen dan ketika pesanan dikirimkan . Untuk operasi kuartal pertama tahun 2010 , datanya
adalah berikut ini :
. Hari
Waktu proses 6
Waktu antri 1
Diminta :
1. Throughput Time = Waktu Proses + Waktu Inspeksi + Waktu Tunggu + Waktu Gerak
+ Waktu Antri.
1. Persediaan
Sasaran utama dalam penerapan Sistem JIT adalah untuk meminimalisasi persediaan. Dengan
adanya persediaan maka akan dibutuhkannya pengeluaran berupa biaya penyimpanan. PT AHM
telah berhasil untuk meminimalisasi persediaan yang dimiliki. Kelebihan produksi tidak akan
terjadi karena produksi dilakukan berdasarkan permintaan dari pembeli atau pemasok bukan
berdasarkan permintaan yang diantisipasi. Produksi yang dilakukan PT AHM berdasarkan
informasi dari bagian pemasaran yang menggunakan Enterprise Resource Plannning (ERP)
sehingga didapatkan data yang tepat mengenai berapa banyak produk yang akan diproduksi
untuk periode selanjutnya dimana setiap hasil produksi langsung disalurkan ke pemasok
sehingga meminimalisasi bahkan meniadakan jumlah hasil produksi yang tertahan di gudang
persediaan barang jadi dan tentunya akan mengatasi pemborosan.
Apabila terjadi kelebihan produksi maka tentunya kita akan mengeluarkan biaya penyimpanan
dan biaya antisipasi jika barang tersebut ternyata tidak laku dijual kemudian mengalami
kerusakan karena terlalu lama disimpan di gudang.
Pesanan untuk pembelian suku cadang dilakukan dengan online sedangkan pemesanan sepeda
motor dilakukan melalui faksmili/telepon. Ketika ada pesanan PT AHM akan memasok bahan
baku dari vendor yang dilakukan tepat waktu,jadi ketika bahan baku sampai maka akan langsung
diproses dan setelah jadi maka akan langsung dikirimkan ke main dealer. Hal ini terbukti sangat
ampuh untuk mengurangi persediaan atau over produksi.
2. Waktu Siklus
PT AHM berhasil memangkas pemrosesan menjadi lebih efisien karena proses produksi
dilakukan dalam satu lot. PT AHM memproduksi 1 unit motor dalam waktu 13 menit. Produksi
dilakukan dengan mesin sehingga tenaga manusia dialihkan untuk mengawasi dan menganalisis
jalannya produksi. Sistem JIT telah memangkas waktu tunggu dan membuat setiap aliran produk
menjadi lebih efisien Waktu menunggu terjadi akibat pengaruh kecepatan produksi yang
ditentukan misalnya oleh kuota produksi suatu mesin.
Pada PT AHM produksi dilaksanakan dengan seefisien mungkin dan waktu menunggu bahkan
tidak ada. Untuk memproduksi satu unit produk hanya membutuhkan waktu 13 menit. Hal ini
bisa terjadi karena kemampuan teknologi yang dipakai PT AHM dalam proses produksi.
Kemudian dapat disalurkan langsung ke main dealer sesuai dengan pesanan.
Maka dengan dukungan teknologi dan sumber daya yang dimiliki maka tidak akan menimbulkan
waktu menunnggu karena semua rangkaian produksi berdasarkan perhitungan yang tepat.
Semakin tinggi kecepatan produksi suatu perusahaan maka semakin kecil pula waktu menunggu
untuk suatu produk mengalami proses selanjutnya, begitupun sebaliknya.
4. Penghapusan pemborosan
Penghaspusan pemborosan dapat dilakukan karena PT AHM telah memenuhi kondisi sebagai
berikut:
Produksi tidak menyisakan persediaan
Waktu tunggu minimum, bahkan hampir tidak ada
Minimalisasi biaya terhadap barang cacat
Beban kerja yang seimbang dan merata
Tidak ada interupsi karena kehabisan persediaan dan kualitas buruk,
Ternyata tidak selamanya JIT berdapampak positif.
Penerapan JIT pada perusahaan manufaktur juga akan menimbulkan dampak negatif
apabila:
a) Pengiriman bahan baku terlambat sehingga terganggunya proses produksi
b) Kinerja manajer dianggap menurun apabila pengambil keputusan tertinggi masih
berorientasi pada Total Quantity Manufacture
c) Sistem TI sangat berpengaruh pada sistem keseluruhan produksi mengalami kerusakan
atau di hack
Setiap pengambilan keputusan atas perkembangan perusahaan akan memiliki dua
dampak yang berbeda dan akan menimbulkan opportunity cost. Yang paling penting dalam
penerapan JIT adalah penggunaan persediaan seefisien mungkin dan menghindari
pemborosan.