Anda di halaman 1dari 7

SEJARAH PENDIDIKAN DAN PROMOSI KESEHATAN

DI INDONESIA

ERA PROPAGANDA DAN PENDIDIKAN KESEHATAN RAKYAT


(Masa Penjajahan dan Awal Kemerdekaan sampai sekitar Tahun 1960 an)

Pada tahun 1924 oleh pemerintah Belanda dibentuk Dinas Higiene. Kegiatan
pertamanya berupa pemberantasan cacing tambang di daerah Banten. Bentuk usahanya
dengan mendorong rakyat untuk membuat kakus/jamban sederhana dan
mempergunakannya. Lambat laun pemberantasan cacing tambang tumbuh menjadi apa
yang dinamakan “Medisch Hygienische Propaganda”. Propaganda ini kemudian meluas
pada penyakit perut lainnya, bahkan melangkah pula dengan penyuluhan di sekolah-
sekolah dan pengobatan kepada anak-anak sekolah yang sakit. Timbullah gerakan, untuk
mendirikan “brigade sekolah” dimana-mana. Hanya saja gerakan ini tidak lama usianya.
Baru pada tahun 1933 dapat dimulai organisasi higiene tersendiri, dalam bentuk
Percontohan Dinas Kesehatan Kabupaten di Purwokerto. Dinas ini terpisah dari Dinas
Kuratif tetapi dalam pelaksanaannya bekerjasama erat. Dalam hubungan usaha higiene ini
perlu disebutkan nama Dr.John Lee Hydrick dari Rocckefeller Fundation (Amerika), yang
memimpin pemberantasan cacing tambang mulai tahun 1924 sampai 1939, dengan menitik
beratkan pada Pendidikan Kesehatan kepada masyarakat. Ia mengangkat kegiatan
Pendidikan Kesehatan Rakyat (Medisch Hygienische Propaganda) dengan mengadakan
penelitian operasional tentang lingkup penderita penyakit cacing tambang di daerah
Banyumas. Ia menyelenggarakan kegiatan Pendidikan Kesehatan tentang Hygiene dan
Sanitasi, dengan mencurahkan banyak informasi tentang penyakit-penyakit yang berkaitan
dengan kebersihan dan kesehatan lingkungan serta usaha pencegahan dan peningkatan
kesehatan (cacing tambang, malaria, tbc.). Ia mengadakan pendekatan dalam upaya
membangkitkan dan menggerakkan partisipasi masyarakat (pendekatan seperti ini nanti
dikenal dengan nama “pendekatan edukatif”). Yang menonjol pada waktu itu adalah
penggunaan media pendidikan (booklets, poster, film dsb) dan juga kunjungan rumah yang
dilakukan oleh petugas sanitasi yang terdidik.
Pendidikan Kesehatan Rakyat
Dalam tulisannya tersebut, Dr. R. Mochtar jelas memberikan gambaran betapa
penting arti Pendidikan Kesehatan Rakyat dalam upaya membangkitkan dan
menggerakkan partisipasi masyarakat dalam Kesehatan Rakyat, yang sejak sebelum
Hydrick, yaitu 1911, sudah mulai digalakkan oleh pemeritah Belanda. Ada bebarapa
pokok penting yang dapat diangkat dari tulisan Dr. R.Mochtar, yaitu :
1. Pendidikan Kesehatan Rakjat (PKR) sudah dirasakan pentingnya sejak permulaan
abad ke XX, namun direalisasikan dalam bentuk kegiatan nyata baru dalam tahun
911, yang dikenal dengan nama Medisch Hygienische Propaganda.
2. Pendidikan Kesehatan Rakyat (PKR) terkait pada program kesehatan, yaitu
Hygiene dan Sanitasi lingkungan (PKR bukan suatu program yang berdiri sendiri).
3. Walaupun Pendidikan Kesehatan merupakan bagian dan kegiatan terintegrasi
dalam program-program kesehatan, namun hal ini perlu ditangani secara
“professional”. Untuk ini perlu organisasi/unit kerja khusus yang menangani
Pendidikan Kesehatan, dan diperlukan pula tenaga terdidik atau terlatih.
Dalam hal ini tenaga sanitasi, disiapkan untuk mampu memberikan pendidikan
tentang kesehatan dan sanitasi kepada masyarakat desa, disertai alat/media pendidikan
(Audio Visual Aid ). Tenaga “Health Educators” ini bekerja dengan penuh keyakinan dan
dedikasi.
Pada waktu itu sudah ada anggapan bahwa Pendidikan Kesehatan tidak diperlukan,
jika masyarakat telah maju. Hal ini tidak dibenarkan oleh Dr.R.Mochtar, karena kenyataan
memperlihatkan bahwa di negara-negara yang telah majupun kegiatan Pendidikan
Kesehatan Rakyat masih diperlukan dan dilaksanakan. Cara pendekatan, metodologi serta
tehnologi yang dipergunakan disesuaikan dengan kemajuan masyarakat setempat.

ERA PENDIDIKAN DAN PENYULUHAN KESEHATAN


(Kurun Waktu 1960-1980)

Istilah Pendidikan Kesehatan dan UU Kesehatan 1960


Dr. J. Leimena, selaku Menteri Kesehatan menyampaikan kepada Presiden
Sukarno, Presiden I RI, pada tahun 1955 (dalam buku Kesehatan Rakyat di Indonesia,
Pandangan dan Planning), bahwa merajalelanya berbagai penyakit di Indonesia pada saat
itu adalah karena kurang baiknya keadaan hygiene lingkungan di Indonesia. Hal ini
disebabkan antara lain karena kurangnya pengertian masyarakat tentang hygiene
perseorangan dan hygiene umum. Oleh karena itu maka Pendidikan Kesehatan kepada
Rakyat adalah suatu soal yang penting di Indonesia.
Dalam kaitan itu beliau juga menyatakan bahwa pada umumnya semua usaha di
lapangan kesehatan masyarakat tidak akan berhasil jika masyarakat tidak diberikan
pendidikan dan penerangan yang sebaik-baiknya tentang masalah itu. ”The public health
administration can achieve no solid, durable and effective result unless the public is given
Health Education”. Mengenai pentingnya pendidikan kesehatan ini juga dapat dilihat pada
Undang-undang No. 9 Ytahun 1960 tentang Pokok-pokok Kesehatan.

Penetapan Hari Kesehatan Nasional


Pada sekitar tahun 1960-an malaria merupakan salah satu penyakit rakyat yang
berkembang dengan subur. Ratusan ribu jiwa mati akibat malaria. Berdasarkan
penyelidikan dan pengalaman, sebenarnya penyakit malaria di Indonesia dapat
dilenyapkan. Untuk itu cara kerja harus dirubah dan diperbarui. Maka pada September
1959 dibentuk Dinas Pembasmian Malaria (DPM) yang kemudian pada Januari 1963
dirubah menjadi Komando Operasi Pembasmian Malaria (KOPEM). Pembasmian malaria
tersebut ditangani secara serius oleh pemerintah dengan dibantu oleh USAID dan WHO.
Direncanakan bahwa pada tahun 1970 malaria hilang dari bumi Indonesia.
Pada akhir tahun 1963, dalam rangka pembasmian malaria dengan racun serangga
DDT, telah dijalankan penyemprotan rumah-rumah di seluruh Jawa, Bali dan Lampung,
sehingga l.k. 64,5 juta penduduk telah mendapat perlindungan dari kemungkinan serangan
malaria. Usaha itu juga dilanjutkan dengan nusaha surveilans yang berhasil menurunkan
”parasite index” dengan cepat, yaitu dari 15 % menjadi hanya 2%.
Pada saat itulah, tepatnya pada tanggal 12 November 1964, peristiwa
penyemprotan nyamuk malaria secara simbolis dilakukan oleh Bung Karno selaku
Presiden RI di desa Kalasan, sekitar 10 km di sebelah timur kota Yogyakarta. Meskipun
peristiwanya sendiri merupakan upacara simbolis penyemprotan nyamuk, tetapi kegiatan
tersebut harus dibarengi dengan kegiatan pendidikan atau penyuluhan kepada masyarakat.
Peristiwa itu kemudian dikenal sebagai Hari Kesehatan Nasional (HKN), yang setiap tahun
terus menerus diperingati sampai sekarang. Sejak itu, HKN dijadikan momentum untuk
melakukan pendidikan/penyuluhan kesehatan kepada masyarakat.
Tetapi pemberantasan malaria dengan cara penyemprotan tersebut ternyata tidak
dapat diteruskan karena tiadanya biaya. Bantuan dari USAID dan WHO berhenti. Juga
karena adanya pemberontakan G30S/PKI pada tahun 1965.

ERA PKMD, POSYANDU DAN


PENYULUHAN KESEHATAN MELALUI MEDIA ELEKTRONIK
(Kurun Waktu 1975 - 1995)

Peran Serta Dan Pemberdayaan Masyarakat Bidang Kesehatan


Sebelum cerita tentang Pembangunan Kesehatan Masyarakat Desa (PKMD)
kiranya perlu cerita sedikit tentang peranserta masyarakat yang merupakan komponen
utama dalam PKMD. Perlunya peranserta masyarakat dalam pembangunan, termasuk di
bidang kesehatan, didasarkan pada kesadaran bahwa tidak mungkin pembangunan hanya
dilakukan dan ditanggung oleh pemerintah saja. Masyarakat harus diikut sertakan dan
berperanserta di dalamnya. Masyarakat bukan hanya sebagai obyek, tetapi juga sebagai
subyek pembangunan. Hal ini sejak awal sudah merupakan konsep dasar pendidikan atau
penyuluhan kesehatan, yang sudah dilaksanakan sejak sebelum dan di awal kemerdekaan.

Munculnya PKMD
PKMD (Pembangunan Kesehatan Masyarakat Desa) mulai muncul di permukaan
pada sekitar tahun 1975. Pada waktu itu oleh Depkes dibentuk Panitya Kerja untuk
menyiapkan konsep program Pembangunan Kesehatan Masyarakat Desa (PKMD).
Ketuanya adalah Dr. R. Soebekti, Dirjen Pembinaan Kesehatan Masyarakat. Landasan
dasar dikembangkannya PKMD ini adalah sejarah budaya bangsa Indonesia yang telah
turun temurun, yakni “gotong royong’ dan “musyawarah”. Mengacu pada dua prinsip ini
maka konsep PKMD dikembangkan dengan semangat kekeluargaan dan saling membantu,
yang kuat membantu yang lemah, yang kaya membantu yang miskin, dan yang sehat
membantu yang sakit.

Munculnya Posyandu
Dengan berkembangnya PKMD dan dalam implementasinya menggunakan
pendekatan edukatif, muncullah berbagai kegiatan sawadaya masyarakat untuk pelayanan
kesehatan antara lain: Pos Penimbangan Balita, Pos Imunisasi, Pos KB Desa, Pos
Kesehatan, Dana Sehat. Selain itu juga muncul berbagai kegiatan lain, yang berada di luar
kesehatan, meskipun tetap ada kaitannya dengan bidang kesehatan. Kegiatan-kegiatan
tersebut murni muncul dari masyarakat sendiri, dan untuk pelayanan mereka sendiri,
dibidang kesehatan.

ERA PROMOSI KESEHATAN DAN PARADIGMA SEHAT


(Kurun waktu 1995-2005)

Konferensi Internasional Promosi Kesehatan I di Ottawa, Kanada, munculnya istilah


promosi kesehatan (Ottawa Charter, 1986) memuat 5 strategi pokok Promosi Kesehatan,
yaitu :
(1) Mengembangkan kebijakan yang berwawasan kesehatan (healthy public policy);
(2) Menciptakan lingkungan yang mendukung (supportive environment);
(3) Memperkuat gerakan masyarakat (community action);
(4) Mengembangkan kemampuan perorangan (personnal skills) ; dan
(5) Menata kembali arah pelayanan kesehatan (reorient health services).

Konferensi Internasional Promosi Kesehatan II di Adelaide, Australia (1988)


Konferensi ini menekankan 4 bidang prioritas, yaitu:
(1) Mendukung kesehatan wanita;
(2) Makanan dan gizi;
(3) Rokok dan alkohol; dan
(4) Menciptakan lingkungan sehat.
Konferensi Internasional Promosi Kesehatan III di Sundval, Swedia (1991). Konferensi ini
mengemukakan 4 strategi kunci, yakni: (1) Memperkuat advokasi diseluruh lapisan
masyarakat; (2) Memberdayakan masyarakat dan individu agar mampu menjaga kesehatan
dan lingkungannya melalui pendidikan dan pemberdayaan; (3) Membangun aliansi; dan
(4) Menjadi penengah diantara berbagai konflik kepentingan di tengah masyarakat.
Promosi Kesehatan abad 21 adalah : Meningkatkan tanggungjawab sosial dalam
kesehatan, Meningkatkan investasi untuk pembangunan kesehatan, Meningkatkan
kemitraan untuk kesehatan, Meningkatkan kemampuan perorangan dan memberdayakan
masyarakat, Mengembangkan infra struktur promosi kesehatan.
TUGAS DPKIP
(DASAR PENDIDIKAN KESEHATAN DAN ILMU PERILAKU)

SEJARAH PENDIDIKAN DAN PROMOSI KESEHATAN


DI INDONESIA

D
I
S
U
S
U
N
OLEH:

RACHMADHANI BR MANGUNSONG
NIM 121000151
KELAS B

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT


UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN 2014

Anda mungkin juga menyukai