Anda di halaman 1dari 16

Tugas Karya Ilmiah

TENTANG TREND LGBD DALAM PANDANGAN


MASYARAKAT INDONESIA

Tujuan
Karya Tulis Ilmiah ini dibuat untuk memenuhi syarat ujian
nasional sebagai tugas praktek Bahasa Indonesia

Disusun Oleh :

NAMA :
KELAS : XII – AP1

SMK SWASTA HARAPAN MEKAR – 2


MEDAN

Alamat : Jl. Marelan Raya No.77 Kelurahan Rengas Pulau Kecamatan Medan
Marelan. Medan – Sumatera Utara

TAHUN AJARAN 2017 / 2018

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas limpahan dan berkat-Nya


sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul Trend LGBT
dalam Pandangan Masyarakat Indonesia ini dengan baik. Makalah ini
disusun sebagai salah satu tugas mata kuliah umum Ilmu Sosial dan
Kebudayaan Dasar (ISBD). Makalah ini menjelaskan dan membahas lebih
dalam mengenai kasus Lesbian, Gay, Biseksual dan Transgender (LGBT)
dengan bahasa yang lebih mudah untuk di cerna dan di pahami.
Makalah ini ditulis dari hasil penyusunan data-data sekunder yang
penulis peroleh dari buku panduan yang berkaitan dengan Ilmu Sosial dan
Kebudayaan Dasar, skripsi yang membahas tentang LGBT, serta infomasi
dari media massa yang berhubungan dengan kasus LGBT yang popular
sekarang ini.
Penulis berharap, dengan membaca makalah ini dapat memberi
manfaat bagi kita semua, dalam hal ini dapat menambah wawasan kita
mengenai trend LGBT yang marak di perdebatkan saat ini. Akhir kata,
mungkin dalam penulisan makalah ini masih banyak kekurangan. Kritik dan
saran tentunya sangat kami harapkan demi perbaikan dan kesempurnaan.
Akhirnya penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar besarnya kepada
semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini, sehingga
makalah ini dapat terselesaikan.

Jember, 6 Maret 2016

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...........................................................................................i
DAFTAR ISI.......................................................................................................ii
BAB 1. PENDAHULUAN..................................................................................1
1.1 Latar Belakang.........................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah...................................................................................2
1.3 Tujuan......................................................................................................2
1.4 Manfaat....................................................................................................2
BAB 2. LANDASAN TEORI.............................................................................3
2.1 Pengertian Manusia Sebagai Makhluk Individu.......................................3
2.2 Pengertian Manusia Sebagai Makhluk Sosial.........................................4
2.3 Pengertian Hak Asasi Manusia (HAM)....................................................5
BAB 3. PEMBAHASAN....................................................................................7
3.1 Sejarah Perkembangan LGBT di Indonesia............................................7
3.2 Perspektif Masyarakat Indonesia tentang LGBT.....................................8
3.3 Hukum Perkawinan Sesama Jenis di Indonesia....................................11
BAB 4. PENUTUP..............................................................................................i
4.1 Kesimpulan..............................................................................................5
4.2 Saran........................................................................................................5
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................14

iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Zaman sekarang ini sangat marak sekali kaum homo seksual yang terjadi
yang terjadi di dalam masyarakat, baik masyarakat Indonesia maupun
masyarakat di luar Indonesia. Mereka pada saat ini sudah tidak malu-malu
dan sembunyi-sembunyi untuk melakukan hubungan mereka, bahkan
mereka sedang berusaha agar sesama jenis maupun transjender ini
dilegalkan di seluruh dunia, karena mereka beranggapan bahwa hubungan
yang merek jalankan adalah merupakan bagian dari hak asasi manusia juga.
Di negara Indonesia sendiri para kaum homo seksual telah mencoba untuk
membuat legal atau diakuinya hubungan mereka oleh pemerintah, karena
mereka menganggap hal tersebut sebagai hal asasi manusia. Selain itu di
Indonesia marak pula kasus yang diberi nama LGBT (Lesbian, Gay,
Biseksual, dan Transgender). Kasus ini sama dengan kasus homo seksual,
yang mana mereka sama-sama memperjuangkan diakuinya keberadaan
mereka di masyarakat.
Tentu saja hal tersebut tidak mungkin dapat berjalan dengan mudah,
karena hal tersebut tidak tidak benar dan mayoritas penduduk Indonesia
beragama muslim tentunya melarang hal tersebut, karena hal tersebut telah
dilarang di dalam kitab suci umat Islam yaitu Al-Quran. Selain itu tentunya
agama-agama lain selain Islam di Indonesia tentunya juga melarang hal
tersebut, karena pada umumnya berbagai agama akan mengajarkan hal-hal
yang baik untuk umatnya.
Secara keseluruhan bangsa Indonesia sendiri telah melarang hal
tersebut yang tercermin dalam hukum adat dan UU tentang perkawinan di
Indonesia yang telah diatur dalam pasal 1 nomor 1 tahun 1974 yang
berbunyi: ”perkawinan ialah ikatan lahir batin antara seseorang pria dengan
seorang wanita sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga
(rumah tangga) yang berbahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang
Maha Esa”.
Di dunia sendiri homo seksual telah ada semenjak beribu tahun yang lalu
dan menjadi perbincangan, saat mereka ingin melegalkan hubungan mereka
di mata hukum. Saat ini banyak terjadi kasus mengenai homo seksual
tersebut, namun di kemas dalam nama LGBT (Lesbian, Gay, Biseksual, dan
Transgender). Oleh karena itu, dalam makalah ini akan membahas mengenai
kasus LGBT yang terjadi Indonesia.

1
1.2 Rumusan Masalah
1. Dalam perspektif masyarakat Indonesia apakah LGBT dibenarkan?
2. Apakah pilihan menjadi LGBT merupakan bagian dari kebutuhan manusia
sebagai makhluk individu dan makhluk sosial?
3. Apakah mungkin LGBT tersebut dapat dilegalkan di Indonesia?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui kasus LGBT yang terjadi Indonesia.
2. Untuk mengetahui apakah LGBT tersebut merupakan kebutuhan dari
manusia sebagai makhluk individu maupun manusia sebagai makhluk
sosial.
3. Untuk mengetahui kasus LGBT dalam pandangan masyarakat dan hukum
di Indonesia.

1.4 Manfaat
Manfaat yang bis diperoleh dari makalah ini yaitu agar bisa mengetahui
kebutuhan dan hak-hak serta kewajiban apa saja yang harus diketahui oleh
masyarakat sebagai makhluk individu dan makhluk sosial, serta agar
mengetahui kasus LGBT dalam pandangan masyarakat dan hukum
Indonesia.

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Manusia Sebagai Makhluk Individu


Setiap manusia lahir ke dunia dengan membawa potensi masing-masing
yang dapat di kembangkan melalui proses belajar maupun pendidikan. Oleh
karena itu manusia lahir sebagai makhluk individu, memiliki perbedaan yang
khas dengan dengan manusia lain, hal ini sesuai dengan Pendapat Allport
mengatakan bahwa individu berasal dari kata “individe” yang berarti tak dapat
dibagi-bagi, maksudnya bahwa manusia merupakan satu kesatuan jiwa dan
raga yang tak dapat dipisah satu sama lain. Seorang manusia dikatakan
sebagai suatu individu apabila adanya keterpaduan antara jiwa dan raganya.
Kegiatan fisik yang dilakukan manusia merupakan kegiatan manifestasi dari
kegiatan psikisnya. Contohnya : seseorang melakukan kegiatan menulis
merupakan perintah dari jiwa/psikisnya untuk menyuruh fisik (dalam hal ini
tangannya) untuk menulis sesuatu dengan pulpen pada kertas. Tanpa
adanya keterpaduan dari kedua aspek tersebut maka manusia tidak dapat
melakukan sesuatu secara sempurna.
Pada saat seorang anak lahir ke dunia ini, sampai usia kanak-kanak awal
(sampai umur 5 tahun) ia mulai mengenal siapa dirinya. Melalui proses
sosialisasi yang dimulai dari lingkungan keluarganya ia mulia mengenal
“aku”. Proses ini terus tumbuh dan berkembang sampai seorang terbentuk
keperibadiannya secara untuh (Sapriya, 2006).
Individu berasal dari kata in dan divided. Dalam Bahasa Inggris in salah
satunya mengandung pengertian tidak, sedangkan dengan divided artinya
terbagi. Jadi individu artinya tidak terbagi, atau suatu kesatuan yang tidak
dapat dibagi-bagi melainkan sebagai kesatuan yang terbatas, yaitu sebagai
manusia perorangan sehingga sering digunakan sebagai sebutan “orang-
seorang” atau “manusia perorangan. Individu merupakan kesatuan aspek
jasmani dan rohani. Dengan kemampuan rohaninya individu dapat
berhubungan dan berfikir serta dengan pikirannya itu mengendalikan dan
memimpin sesanggupan akali dan kesanggupan budi untuk mengatasi
segala masalah dan kenyataan yang dialaminya (effendi 2006).

3
Pada dasarnya, setiap individu memiliki ciri-ciri dan karakteristik yang
berbeda. Perbedaan-perbedaan tersebut semakin terlihat sejalan dengan
perkembangan individu. Kata perbedaan dalam istilah perbedaan individual
menurut Landgren ( 1980:578) merupakan suatu variasi yan terjadi, baik
pada aspek fisik maupun psikologis (Sumantri, 2007).
Individu bukan berarti manusia sebagai suatu keseluruhan yang tak
dapat dibagi melainkan sebagai suatu keseluruhan yang terbatas yaitu
sebagai manusia perorangan (Abu, 2003).

2.2 Manusia Sebagai Makhluk Sosial


Sosial berarti berkenaan dengan masyarakat.Sosial sering dikaitkan
dengan sosiologi yang mana “socius” berarti teman dan “logos” berarti
ilmu.Jadi sosiologi adalah ilmu pengetahuan tentang pertemanan.Dan secara
lebih luas diartikan sebagai ilmu pengetahuan yang mempelajari interaksi
antara manusia didalam masyarakat.
Menurut kodratnya manusia adalah makhluk sosial atau makhluk
bermasyarakat, yang diberikan akal pikiran yang berkembang serta dapat
dikembangkan. Dalam hubungannya dengan manusia sebagai makhluk
sosial, manusia selalu hidup bersama dengan manusia lainnya. Dorongan
masyarakat yang dibina sejak lahir akan selalu menampakkan dirinya dalam
berbagai bentuk, karena itu dengan sendirinya manusia akan selalu
bermasyarakat dalam kehidupannya.
Manusia dikatakan sebagai makhluk sosial, karena beberapa alasan,
yaitu:
a. Manusia tunduk pada aturan, norma sosial.
b. Perilaku manusia mengharapkan suatu penilaian dari orang lain.
c. Manusia memiliki kebutuhan untuk berinteraksi dengan orang lain
d. Potensi manusia akan berkembang bila ia hidup di tengah-tengah
Menurut (Hartomo et al ,1997) faktor-faktor yang mendorong manusia
hidup bersama :
1. Adanya dorongan seksual yaitu dorongan manusia untuk mengembangkan
keturunan atau jenisnya.
2. Adanya kenyataan bahwa manusia itu adalah seibu tidak bisa atau
sebegai makhluk lemah. Karena itu mendesak atau mencari kekuatan
bersama yang terdapat dalam perserikatan dengan orang lain sehingga

4
mereka berlindung bersama sama dan mengejar kebutuhan hidup sehari
hari.
3. Adanya kesamaan keturunan, kesamaan teritorial, kesamaan nasib,
kesamaan keyakinan/cita cita serta kesamaan kebudayaan.

2.3 Pengertian Hak Asasi Manusia (HAM)


HAM adalah hak-hak yang telah dipunyai seseorang sejak ia dalam
kandungan. HAM berlaku secara universal. Dasar-dasar HAM tertuang dalam
deklarasi kemerdekaan Amerika Serikat (Declaration of Independence of
USA) dan tercantum dalam UUD 1945 Republik Indonesia, seperti pada
pasa; 27 ayat 1, pasal 28, pasal 29 ayat 2, pasal 30 ayat 1 dan pasal 31 ayat
1.
Dalam kaitannya dengan itu, maka HAM yang kita kenal sekarang adalah
sesuatu yang sangat berbeda dengan yang hak-hak yang sebelumnya
termuat, misal, dalam Deklarasi Kemerdekaan Amerika atau Deklarasi
Perancis. HAM yang dirujuk sekarang adalah seperangkat hak yang
dikembangkan oleh PBB sejak berakhirnya perang dunia II yang tidak
mengenal berbagai batasan-batasan kenegaraan. Sebagai konsekuensinya,
negara-negara tidak bisa berkelit untuk tidak melindungi HAM yang bukan
warga negaranya. Dengan kata lain, selama menyangkut persoalan HAM
setiap negara, tanpa kecuali, pada tataran tertentu memiliki tanggung jawab,
utamanya terkait pemenuhan HAM pribadi-pribadi yang ada di dalam
jurisdiksinya, termasuk orang asing sekalipun. Oleh karenanya, pada tataran
tertentu, akan menjadi sangat salah untuk mengidentikan atau menyamakan
antara HAM dengan hak-hak yang dimiliki warga negara. HAM dimiliki oleh
siapa saja, sepanjang ia bisa disebut sebagai manusia.
Alasan di atas pula yang menyebabkan HAM bagian integral dari kajian
dalam disiplin ilmu hukum internasional. Oleh karenannya bukan sesuatu
yang kontroversial bila komunitas internasional memiliki kepedulian serius
dan nyata terhadap isu HAM di tingkat domestik. Malahan, peran komunitas
internasional sangat pokok dalam perlindungan HAM karena sifat dan watak
HAM itu sendiri yang merupakan mekanisme pertahanan dan perlindungan
individu terhadap kekuasaan negara yang sangat rentan untuk
disalahgunakan, sebagaimana telah sering dibuktikan sejarah umat manusia
sendiri. Contoh pelanggaran HAM:

5
1. Penindasan dan membatasi hak rakyat dan oposisi dengan sewenang-
wenang.
2. Hukum (aturan dan/atau UU) diperlakukan tidak adil dan tidak
manusiawi.
3. Manipulatif dan membuat aturan pemilu sesuai dengan penguasa dan
partai tiran/otoriter.

BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Sejarah Perkembangan LGBT di Indonesia
Sinyo (2014) menjelaskan kaum homoseksual mulai bermunculan di
kota-kota besar pada zaman Hindia Belanda. Di Indonesia terdapat
komunitas kecil LGBT walaupun pada saat zaman Hindia Belanda tersebut
belum muncul sebagai pergerakan sosial. Pada sekitar tahun 1968 istilah
wadam (wanita adam) digunakan sebagai pengganti kata banci atau
bencong yang dianggap bercitra negatif. Sehingga didirikan organisasi
wadam yang pertama, dibantu serta difasilitasi oleh gubernur DKI Jakarta,
Bapak Ali Sadikin. Organisasi wadam tersebut bernama Himpunan Wadam
Djakarta (HIWAD). Pada tahun 1980 karena Adam merupakan nama nabi
bagi umat islam maka sebagian besar tokoh Islam keberatan mengenai
singkatan dari Wadam sehingga nama Wadam diganti menjadi waria (wanita-
pria). Organisasi terbuka yang menaungi kaum gay pertama berdiri di
Indonesia tanggal 1 Maret 1982, sehingga merupakan hari yang bersejarah
bagi kaum LGBT Indonesia. Organisasi tersebut bernama Lambda. Lambda
memiliki sekretariat di Solo. Cabang-cabang Lamda kemudian berdiri dikota
besar lainnya seperti Yogyakarta, Surabaya, dan Jakarta. Mereka
menerbitkan buletin dengan nama G: Gaya Hidup Ceria pada tahun 1982-
1984.

6
Pada tahun 1985 berdiri juga komunitas gay di Yogyakarta mendirikan
organisasi gay. Organisasi tersebut bernama Persaudaraan Gay Yogyakarta
(PGY). Tahun 1988 PGY berubah nama menjadi Indonesian Gay Society
(IGS). Tanggal 1 Agustus 1987 berdiri kembali komunitas gay di Indonesia,
yaitu berdirinya Kelompok Kerja Lesbian dan Gaya Nusantara (KKLGN) yang
kemudian disingkat menjadi GAYa Nusantara (GN). GN didirikan di Pasuruan,
Surabaya sebagai penerus Lambda Indonesia. GN menerbitkan majalah
GAYa Nusantara. Tahun 90-an muncul organisasi gay dihampir semua kota
besar di Indonesia seperti Pekanbaru, Bandung, Jakarta, Denpasar, dan
Malang (Sinyo, 2014).
Pada akhir tahun 1993 diadakan pertemuan pertama antar komunitas
LGBT di Indonesia. Pertemuan tersebut diselenggarakan di Kaliurang,
Yogyakarta dan diberi nama Kongres Lesbian dan Gay Indonesia I atau yang
dikenal sebagai KLG I. Jumlah peserta yang hadir kurang lebih 40-an dari
seluruh Indonesia yang mewakili daerahnya masing-masing. GAYa
Nusantara mendapat mandat untuk mengatur dan memantau perkembangan
Jaringan Lesbian dan Gay Indonesia (JLGI). KLG II dilakukan pada bulan
Desember 1995 di Lembang, Jawa Barat. Peserta yang hadir melebihi dari
KLG I dan datang dari berbagai daerah di Indonesia. Tanggal 22 Juli 1996,
salah satu partai politik di Indonesia yaitu Partai Rakyat Demokratik (PRD),
mencatat diri sebagai partai pertama di Indonesia yang mengakomodasi hak-
hak kaum homoseksual dan transeksual dalam manifestonya. Kemudian KLG
III diselenggarakan di Denpasar, Bali pada bulan november 1997. KLG III
merupakan pertama kalinya para wartawan diperbolehkan meliput kongres
diluar sidang-sidang. Hasil kongres ini adalah peninjauan kembali efektivitas
kongres sehingga untuk sementara akan diadakan rapat kerja nasional
sebagai gantinya (Sinyo, 2014) Untuk pertama kalinya Gay Pride dirayakan
secara terbuka di kota Surabaya pada bulan Juni tahun 1999. Acara tersebut
merupakan kerja sama antara GN dan Persatuan Waria kota Surabaya
(PERWAKOS). Pada tahun ini juga Rakernas yang rencananya akan
diselenggarakan di Solo batal dilaksanakan karena mendapat ancaman dari
Front Pembela Islam Surakarta (FPIS). Tanggal 7 November 1999 pasangan
gay Dr. Mamoto Gultom (41) dan Hendry M. Sahertian (30) melakukan
pertunangan dan dilanjutkan dengan mendirikan Yayasan Pelangi Kasih
Nusantara (YPKN). Yayasan ini bergerak dalam bidang pencegahan dan

7
penyuluhan tentang penyakit HIV/AIDS dikalangan komunitas gay di
Indonesia (Sinyo, 2014).

3.2 Perspektif Masyarakan Indonesia Tentang LGBT


Homoseksualitas merupakan sebuah rasa ketertarikan secara perasaan
dalam bentuk kasih sayang, hubungan emosional baik secara erotis atau
tidak, di mana ia bisa muncul secara menonjol, ekspresif maupun secara
ekslusif yang ditujukan terhadap orang-orang berjenis kelamin sama. Kata
homoseksual berasal dari 2 kata, yaitu ‘homo’ dan ‘seksual’ yang berarti
mengacu pada hubungan kelamin, hubungan seksual mengacu pada kata
yang sama (Hatib, 2007). Terjadinya orientasi seks homoseksual,
heteroseksual, ataupun biseksual tersebut dipengaruhi oleh lingkungan,
khususnya lingkungan masa kecilnya bersama kedua orang tua (Kartono,
1989).
Fenomena LGBT di masyarakat modern saat ini mulai berubah dari hal
tabu menjadi hal yang tidak tabu. Kaum gay membuat komunitas-komunitas
sendiri, ada yang tertutup dan ada pula yang terang-terangan. Bahkan di
Bandung sendiri, di tempat-tempat tertentu banyak dijumpai pasangan gay
yang tidak segan lagi menunjukkan identitas diri mereka sebagai gay dengan
berperilaku mesra, seperti berpegangan tangan, saling membelai dan lain
sebagainya.
Di beberapa negara bahkan membuat UU yang melegalkan pernikahan
sesama jenis ini, di antaranya Belanda, Belgia, Swedia, dan Portugal. Hal ini
menunjukkan betapa fenomonena LGBT bukan merupakan hal tabu saat ini.
Pandangan masyarakat heteroseksual terhadap kaum homoseksual saat ini
sudah mulai terbuka. Batas toleransi masyarakat heteroseksual semakin
meluas. Mereka melihat kaum homoseksual sebagai seseorang yang
mempunyai kesamaan di masyarakat. Namun jika kembali lagi pada agama,
perilaku LGBT ini tidak bisa dibenarkan.
Adapun faktor penyebab tejadinya homoseksualitas atau LGBT bisa
bermacam-macam,seperti karena kekurangan hormon lelaki selama masa
pertumbuhan, karena mendapat pengalaman homoseksual yang
menyenangkan pada masa remaja atau sesudahnya, karena memandang
perilaku heteroseksual sebagai sesuatu yang menakutkan atau tidak
menyenangkan, ataupun karena besar ditengah keluarga dimana ibu lebih
dominan daripada sang ayah atau bahkan tidak ada (Moertihko, 2001).

8
Lalu apakah perilaku LGBT itu sebuah penyakit ataukah suatu perilaku
yang tidak sesuai di dalam masyarakat? Bisa dikatakan bahwa LGBT itu
adalah sebuah penyakit dimana mereka melampiaskan kebutuhan
seksualnya tetapi tidak pada hal yang sewajarnya, mereka melakukanya
tidak pada lawan jenis tetapi sesama jenis. Biasanya perilaku itu muncul
karena lingkunganya lah yang sudah membentuk main set/pikiran mereka
untuk melakukan tindakan penyimpangan itu, mungkin pada suatu daerah hal
itu dianggap biasa saja tetapi pada masyarakat umumnya hal itu adalah
suatu yang tabu untuk dilakukan, apalagi menurut agama perbuatan itu
sangat dilarang dan melanggar ajaran-ajaran agama (Moertihko, 2001).
Fenomena LGBT di Indonesia tidak bisa diterima bahkan ditolak karena
budaya kita dibatasi oleh konstitusi-konstitusi HAM yang berlaku di Indonesia.
HAM tanpa batas itu sekuler tetapi Indonesia bukanlah negara Liberal yang
menganut paham kebebasan melainkan menganut paham yang lebih
didasari oleh agama dan budaya masyarakat yang telah ada sejak dulu.
Apalagi jika mereka melakukan pernikahan sesama jenis dan menginginkan
pengakuan masyarakat atas pernikahan itu selayaknya pernikahan yang
dilakukan masyarakat pada umumnya, di Indonesia sendiri belum
mempunyai peraturan ataupun kaedah mengenai pernikahan sesama jenis
tersebut.
Gereja Katolik, misalnya tetap mempertahankan doktrinnya yang
menolak praktik homoseksual. Tahun 1975, Vatikan mengeluarkan keputusan
bertajuk “The Vatican Declaration on Sexual Ethics.” Isinya, antara lain
menegaskan: “It (Scripture) does attest to the fact that homosexual acts are
intrinsically disordered and can in no case be approved of.” Dalam Pidatonya
pada malam Tahun Baru 2006, Paus Benediktus XVI juga menegaskan
kembali tentang terkutuknya perilaku homoseksual. Dalam Islam, soal
homoseksual ini sudah jelas hukumnya. Meskipun sudah sejak dulu ada
orang-orang yang orientasi seksualnya homoseks, ajaran Islam tetap tidak
berubah, dan tidak mengikuti hawa nafsu kaum homo atau pendukungnya
(Akbar, 2000).
Tidak ada ulama atau dosen agama yang berani menghalalkan
tindakan homoseksual, seperti yang dilakukan oleh Prof. Siti Musdah Mulia
dari UIN Jakarta tersebut. Nabi Muhammad saw bersabda, “Siapa saja yang
menemukan pria pelaku homoseks, maka bunuhlah pelakunya tersebut.” (HR
Abu Dawud, at-Tirmizi, an-Nasai, Ibnu Majah, al-Hakim, dan al-Baihaki).

9
Imam Syafii berpendapat, bahwa pelaku homoseksual harus dirajam
(dilempari batu sampai mati) tanpa membedakan apakah pelakunya masih
bujangan atau sudah menikah (Akbar, 2000).
3.3 Hukum Perkawinan Sesama Jenis di Indonesia
Berdasarkan Pasal 1 Undang-Undang No. 1 Tahun 1974 tentang
Perkawinan “UU Perkawinan”, perkawinan adalah ikatan lahir batin antara
seorang pria dengan seorang wanita sebagai suami isteri.
Pasal 1
“Perkawinan ialah ikatan lahir bathin antara seorang pria dengan seorang
wanita sebagai suami isteri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah
tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha esa.”
Selain itu, di dalam Pasal 2 ayat (1) UU Perkawinan dikatakan juga
bahwa perkawinan adalah sah apabila dilakukan menurut hukum masing-
masing agamanya dan kepercayaannya. Ini berarti selain negara hanya
mengenal perkawinan antara wanita dan pria, negara juga mengembalikan
lagi hal tersebut kepada agama masing-masing.
Kemudian, dari sisi agama Islam, perkawinan antara sesama jenis
secara tegas dilarang. Hal ini dapat dilihat dalam Surah Al-A’raaf (7): 80-84,
yang artinya sebagai berikut:
"Dan (Kami juga telah mengutus) Luth (kepada kaumnya). (Ingatlah) tatkala
dia berkata kepada mereka: "Mengapa kamu mengerjakan perbuatan
faahisyah (keji) itu, yang belum pernah dikerjakan oleh seorangpun (di dunia
ini) sebelummu?" Sesungguhnya kamu mendatangi lelaki untuk melepaskan
nafsumu (kepada mereka), bukan kepada wanita, malah kamu ini adalah
kaum yang melampaui batas. Jawab kaumnya tidak lain hanya mengatakan:
"Usirlah mereka (Luth dan pengikut-pengikutnya) dari kotamu ini;
sesungguhnya mereka adalah orang-orang yang berpura-pura mensucikan
diri. Kemudian Kami selamatkan dia dan pengikut-pengikutnya (yang
beriman) kecuali istrinya (istri Nabi Luth); dia termasuk orang-orang yang
tertinggal (dibinasakan). Dan Kami turunkan kepada mereka hujan (batu);
maka perhatikanlah bagaimana kesudahan orang-orang yang berdosa itu."
Jadi, dapat disimpulkan bahwa berdasarkan peraturan perundang-
undangan di Indonesia perkawinan sesama jenis tidak dapat dilakukan
karena menurut hukum, perkawinan adalah antara seorang pria dan seorang
wanita. Pada sisi lain, hukum agama Islam secara tegas melarang
perkawinan sesama jenis.

10
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan

11
1. Kasus LGBT di Indonesia sebenarnya sudah ada sejak tahun 1968, namun
dengan nama yang berbeda dan bersifat tertutup sehingga media tidak
banyak meliput tentang perkembangan LGBT di Indonesia.
2. LGBT bukan merupakan kebutuhan dari manusia sebagai makhluk
individu dan sosial. Sebagai makhluk individu manusia memerlukan
makan, tempat tinggal dan hidup, sedangkan sebagai makhluk sosial
manusia membutuhkan orang lain untuk berinteraksi dalam kehidupannya.
3. Masyarakat menganggap LGBT merupakan hal yang tabu dan
perilaku yang menyimpang. Hal ini dikarenakan LGBT menyalahi aturan
agama dan norma sosial yang berlaku di massyarakat. Di Indonesia sudah
terdapat Undang-Undang tentang perkawinan No. 1 Tahun 1974 yaitu
perkawinan adalah ikatan lahir batin antara seorang pria dengan seorang
wanita sebagai suami isteri. Selain itu Islam secara tegas melarang
perkawinan sesama jenis yang terdapat di Al-Quran

4.2 Saran
Sebaiknya pemerintah bertindak lebih tegas dan berani mengatakan
bahwa LGBT merupakan perilaku yang dilarang di Indonesia karena LGBT
bukan merupakan HAM dan telah menyalahi aturan dalam konteks agama
dan norma yang berlaku di masyarakat

DAFTAR PUSTAKA

12
Abu, Ahmadi. 2003. Psikologi Umum. Jakarta: Rineka Cipta.

Akbar, Ali. 2000. Seksualitas ditinjau dari Hukum Islam. Jakarta: Ghalia Indonesia.

Effendi, Ridwan. 2006. Ilmu Sosial dan Budaya Dasar. Jakarta: Kencana.

Hartomo. 1997. Seksualitas Ditinjau dari Hukum Islam. Jakarta: Ghalia Indonesia

Hatib, Abdul Kadir. 2007. Tangan Kuasa dalam Kelamin Telaah Homoseks, Pekerja
Seks dan Seks Bebas di Indonesia. Yogyakarta: Insist Press
Kartono, K. 1989. Psikologi Abnormal dan Abnormalitas Seksual. Bandung: Bandar
Maju.
Landgren .1980. Lesbian, Gay, Bisexual and Transgender Youth. New York: GLSEN.
Moertihko. 2001. Transeksual dan Waria. Solo: Surya Murti Publishing.

Ramali, Ahmad. 2003. Memelihara Kesehatan dalam Hukum Islam. Jakarta: Balai
Pustaka.
Sapriya. 2006. Konsep Dasar IPS. Bandung: UI Press.

Sinyo. 2014. Anakku Bertanya Tentang LGBT. Jakarta: PT. Elex Media

Sumantri, Mulyani. 2007. Perkembangan Peserta Didik. Bandung: Universitas


Terbuka.

13

Anda mungkin juga menyukai