A. SISTEM KETATANEGARAAN
2. Masyarakat Madani
a. Pengertian
Masyarakat Madani adalah masyarakat yang beradab dalam membangun, menjalani, dan
memaknai kehidupannya. Istilah Masyarakat madani diperkenalkan oleh mantan wakil
perdana meteri Malaysia yakni Anwar Ibrahim. Menurut Anwar Ibrahim, arti masyarakat
madani adalah sistem sosial yang subur berdasarkan prinsip moral yang menjamin
keseimbangan antara kebebasan individu dengan kestabilan masyarakat.
4
Masyarakat madani adalah kelembagaan sosial yang melindungi warga negara dari
perwujudkan kekuasaan negara yang berlebihan. Masyarakat madani merupakan tiang
utama dalam kehidupan politik berdemokratis. Wajib bagi setiap masyarakat madani yang
tidak hanya melindungi warga negara dalam berhadapan dengan negara, namun
masyarakat madani juga dapat merumuskan dan menyuarakan aspirasi masyarakat.
3. Sistem Pemeritahan
a. Infrastrukur politik
Didalam suatu kehidupan politik rakyat (the sosial political sphere), akan selalu ada
keterkaitan atau keterhubungan dengan kelompok-kelompok lain ke dalam berbagai
macam golongan yang biasanya disebut “kekuatan sosial politik masyarakat”.
Kelompok masyarakat tersebut yang merupakan kekuatan politik riil didalam
masyarakat, disebut “infrastruktur politik”. Berdasakan teori politik, infrastruktur politik
mencakup 5 (lima) unsur atau komponen sebagai berikut :
➢ Partai politik (political party ),
➢ kelompok kepentingan (interest group),
➢ kelompok penekan (pressure group),
➢ media komunikasi politik (political communication media) dan
➢ tokoh politik (political figure).
Tampak bahwa pada masa itu pemegang kekuasaan negara/pemerintah cukup tangguh
mengendalikan kehidupan politik supaya terdapat keleluasaanbagi proses
pembangunan bidang kehidupan lainnya.
Namun pasca Orde Baru (tahun 1998) yang disebut dengan era reformasi, masyarakat
berperan aktif dalam menumbuhkan sangkar partisipasi politik “demokratisasi” setelah
selama 32 tahun dikekang dengan berbagai instrument politik dan peraturan
perundangan. Berkembangnya sistem politik di Indonesia dewasa ini tidak lepas dari
peran kelompok kepentingan yang selama Orde Baru berkuasa berseberangan,
terutama dari kalangan akademisi, politikus, lembaga swadaya masyarakat, pengusaha,
dan sebagainya.
Media komunikasi politik merupakan salah satu instrument politik yang dapat berfungsi
untuk menyampaikan informasi dan persuasi mengenai politik baik dari pemerintah
kepada masyarakat maupun sebaliknya. Media komunikasi seperti surat kabar, telepon,
fax, internet, televise, radio, film, dan sebagainya dapat memainkan peran penting
terhadap penyampaian informasi serta pembentukan/mengubah pendapat umum dan
sikap politik publik.
Pada umumnya pengangkatan tokoh-tokoh politik akan memberikan angin segar dalam
memaparkan beberapa komponen perubahan dalam segala untuk dan menifestasinya.
Pengangkatan tokoh-tokoh politik akan berakibat terjadinya pergeseran di sector
infrastruktur politik, organisasi, asosiasi-asosiasi, kelompok-kelompok kepentingan serta
derajat politisasi dan partisipasi masyarakat.
Menurut Lester G. Seligman , proses pengangkatan tokoh-tokoh politik akan berkaitan
dengan beberapa aspek , yakni :
➢ Legitimasi elit politik
➢ Masalah kekuasaan
➢ Representativitas elit politik
➢ Hubungan antara pengangkatan tokoh-tokoh politik dengan perubahan politik.
b. Suprastruktur Politik
Suprastruktur politik (elit pemerintah) merupakan mesin politik resmi di suatu negara
sebagai penggerak politik formal. Kehidupan politik pemerintah bersifat kompleks karena
akan bersinggungan dengan lembaga-lembaga negara yang ada, fungsi, dan
wewenang/kekuasaan antara lembaga yang satu dengan yang lainnya. Suasana ini
pada umumnya dapat diketahui didalam konstitusi atau Undang-Undang Dasar dan
peraturan perundang-undangan suatu negara.
Dalam perkembangan ketatanegaraan modern, pada umunya elit politik pemerintah
dibagi dalam kekuasaan eksekutif (pelaksana undang-undang), legislative (pembuat
undang-undang), dan yudikatif (yang mengadili pelanggaran undang-undang), dengan
sistem pembagian kekuasaaan atau pemisahan kekuasaan.
Untuk terciptanya dan mantapnya kondisi politik negara, suprastruktur politik harus
memperoleh dukungan dari infrastruktur politik yang mantap pula. Rakyat, baik secara
berkelompok berupa partai politik atau organisasi kemasyarakatan, maupun secara
individual dapat ikut berpartisipasi dalam pemerintahan melalui wakil-wakilnya.
Suprastruktur politik di negara Indonesia sejak bergulirnya gerakan reformasi tahun
1998 sampai dengan tahun 2006 telah membawa perubahan besar di dalam sistem
politik dan ketatanegaraan Republik Indonesia. Era reformasi disebut juga sebagai “Era
kebangkitan Demokrasi”.
Sesungguhnya, kehidupan politik dalam suatu Negara, dibangun berdasarkan budaya
politik yang hidup dan berkembang dalam masyarakatnya
Almond dan Verba dengan lebih konfrenhensif membedakan komponen – komponen
Budaya Politik dalam 3 macam yaitu ::
a) Orientasi kognitif : berupa pengetahuan tentang kepercayaan pada politik, peranan,
dan segala kewajiban serta input dan outputnya.
b) Orientasi afektif : berupa perasaan terhadap sistem politik, peranannya, para aktor,
dan penampilannya.
c) Orientasi evaluatif : berupa keputusan dan pendapat tentang objek-objek politik
yang secara tipikal melibatkan standar nilai dan kriteria informasi dan perasaan.
Dengan menggunakan ketiga komponen orientasi tersebut, kita dapat mengukur
bagaimana sikap individu atau masyarakat terhadap sistem politik yang berkembang
dalam Negara.
5. Bentuk Negara
Bentuk-bentuk negara dan bentuk kenegaraan terdiri dari beberapa macam berdasarkan
dari teori-teori para ahli dan menurut yang terjadi sekarang ini. Singkat saja, mari kita
mulai dengan macam-macam bentuk negara yang dikelompokkan dalam beberapa jenis
seperti berdasarkan teori negara modern, jumlah orang yang memerintah dalam suatu
negara.
11
b. Bentuk Negara
Bentuk Negara Berdasarkan Teori Negara Modern dibedakan menjadi :
1) Negara Kesatuan
Negara kesatuan adalah bentuk negara yang merdeka dan berdaulata, dengan satu
pemerintah pusat yang berkuasa dan juga mengatur seluruh daerah.
Negara Kesatuan adalah negara bersusunan tunggal, yakni kekuasaan untuk
mengatur seluruh daerahnya ada di tangan pemerintah pusat. Pemerintah pusat
memegang kedaulatan sepenuhnya, baik ke dalam maupun ke luar. Hubungan
antara pemerintah pusat dengan rakyat dan daerahnya dapat dijalankan secara
langsung. Dalam negara kesatuan hanya ada satu konstitusi, satu kepala negara,
satu dewan menteri (kabinet), dan satu parlemen. Demikian pula dengan
pemerintahan, yaitu pemerintah pusatlah yang memegang wewenang tertinggi
dalam segala aspek pemerintahan. Ciri utama negara kesatuan adalah supremasi
parlemen pusat.
Dalam pelaksanaannya, negara kesatuan terdiri dari dua macam yaitu :
a) Negara kesatuan dengan sistem sentralisasi
Maksudnya adalah Negara kesatuan, dimana sistem pemerintahan serta seluruh
persoalan negara secara langsung diatur dan diurus oleh pemerintah pusat,
sementara daerah-daerah yang tinggal dapat melaksanakannya saja.
Dalam negara kesatuan bersistem sentralisasi, semua hal diatur dan diurus oleh
pemerintah pusat, sedangkan daerah hanya menjalankan perintah-perintah dan
peraturan-peraturan dari pemerintah pusat. Daerah tidak berwewenang membuat
peraturan-peraturan sendiri dan atau mengurus rumah tangganya sendiri.
Keuntungan sistem sentralisasi:
➢ adanya keseragaman (uniformitas) peraturan di seluruh wilayah negara;
➢ adanya kesederhanaan hukum, karena hanya ada satu lembaga yang
berwenang membuatnya;
➢ penghasilan daerah dapat digunakan untuk kepentingan seluruh wilayah
negara.
Kerugian sistem sentralisasi:
➢ bertumpuknya pekerjaan pemerintah pusat, sehingga sering menghambat
kelancaran jalannya pemerintahan;
➢ peraturan/ kebijakan dari pusat sering tidak sesuai dengan keadaan/
kebutuhan daerah;
➢ daerah-daerah lebih bersifat pasif, menunggu perintah dari pusat sehingga
melemahkan sendi-sendi pemerintahan demokratis karena kurangnya
inisiatif dari rakyat;
➢ rakyat di daerah kurang mendapatkan kesempatan untuk memikirkan dan
bertanggung jawab tentang daerahnya;
➢ keputusan-keputusan pemerintah pusat sering terlambat.
12
Dalam praktik kenegaraan, jarang dijumpai sebutan jabatan kepala negara, untuk
Negara bagian, lazimnya disebut gubernur negara bagian. Pembagian kekuasaan
antara pemerintah federal dengan negara bagian ditentukan oleh negara bagian,
sehingga kegiatan pemerintah federal adalah hal ikhwal kenegaraan selebihnya
(residuary power).
Pada umumnya kekuasaan yang dilimpahkan negara-negara bagian kepada pemerintah
federal meliputi:
• hal-hal yang menyangkut kedudukan negara sebagai subyek hukum internasional,
misalnya: masalah daerah, kewarganegaraan dan perwakilan diplomatik;
• hal-hal yang mutlak mengenai keselamatan negara, pertahanan dan keamanan
nasional, perang dan damai;
14
• hal-hal tentang konstitusi dan organisasi pemerintah federal serta azas-azas pokok
hukum maupun organisasi peradilan selama dipandang perlu oleh pemerintah pusat,
misalnya: mengenai masalah uji material konstitusi negara bagian;
• hal-hal tentang uang dan keuangan, beaya penyelenggaraan pemerintahan federal,
misalnya: hal pajak, bea cukai, monopoli, matauang (moneter);
• hal-hal tentang kepentingan bersama antarnegara bagian, misalnya: masalah pos,
telekomunikasi, statistik.
Menurut C.F. Strong, yang membedakan negara serikat yang satu dengan yang lain
adalah:
• cara pembagian kekuasaan antara pemerintah federal dan pemerintah negara
bagian;
• badan yang berwenang untuk menyelesaikan perselisihan yang timbul antara
pemerintah federal dengan pemerintah negara bagian.
Berdasarkan kedua hal tersebut, lahirlah bermacam-macam negara serikat, antara lain:
• negara serikat yang konstitusinya merinci satu persatu kekuasaan pemerintah
federal, dan kekuasaan yang tidak terinci diserahkan kepada pemerintah negara
bagian. Contoh negara serikat semacam itu antara lain: Amerika Serikat, Australia,
RIS (1949);
• negara serikat yang konstitusinya merinci satu persatu kekuasaan pemerintah negara
bagian, sedangkan sisanya diserahkan kepada pemerintah federal. Contoh: Kanada
dan India;
• negara serikat yang memberikan wewenang kepada mahkamah agung federal
dalam menyelesaikan perselisihan di antara pemerintah federal dengan pemerintah
negara bagian. Contoh: Amerika Serikat dan Australia;
• negara serikat yang memberikan kewenangan kepada parlemen federal dalam
menyelesaikan perselisihan antara pemerintah federal dengan pemerintah negara
bagian. Contoh: Swiss.
6. Bentuk Pemerintahan
o Monarki adalah bentuk pemerintahan yang dipegang oleh satu orang demi
kepentingan umum.
15
o Tirani adalah bentuk pemerintahan yang dipegang oleh seorang demi kepentingan
pribadi.
o Aristokrasi adalah bentuk pemerintahan yang dipegang oleh sekelompok
cendekiawan untuk kepentingan umum.
o Oligarki adalah bentuk pemerintahan yang dipegang oleh sekelompok
cendekiawan demi kepentingan kelompoknya.
o Politeia adalh bentuk Pemerintahan yang dipegang oleh seluruh rakyat untuk
kepentingan umum.
o Demokrasi adalah bentuk pemerintahan yang dipegang oleh orang-orang tertentu
demi kepentingan sebagian orang.
c. Ajaran POLYBIOS yang dikenal sebagai teori siklus Polybius, yang dapat
digambarkan sbb :
Menurut Polibius, sesungguhnya bentuk pemerintahan yang satu akan berubah menjadi
bentuk yang lain setelah mengalami proses yang cukup lama. Menurutnya, bentuk
pemerintahan akan berganti sampai akhirnya kembali ke bentuk asalnya, sehingga
merupakan sebuah siklus.
Bentuk pemerintahan yang dimaksud oleh Polybios tersebut adalah sbb :
o MONARKI adalah bentuk pemerintahan yang pada mulanya kekuasaannya atas
nama rakyat dengan baik dan dipercaya tapi dalam perkembangannya penguasa
(Raja) tidak lagi menjalankan pemerintahan untuk kepentingan umum tapi
menindas rakyat dan sewenang-wenang, maka bentuk MONARKI bergeser
menjadi TIRANI.
o Dalam situasi pemerintahan TIRANI muncullah perlawanan dari kaum bangsawan
dan pemerintahan diambil alih kaum bangsawan yang memperhatikan kepentingan
umum, maka pemerintahan TIRANI bergeser menjadi ARISTOKRASI.
o ARISTOKRASI yang semula memperhatikan kepentingan umum tidak lagi
menjalankan keadilan tapi hanya mementingkan diri dan kelompoknya sehingga
pemerintahan ARISTOKRASI bergeser ke OLIGARKI.
o Dalam pemerintahan OLIGARKI yang tidak memiliki keadilan, maka rakyat
mengambil alih kekuasan untuk memperbaiki nasibnya. Rakyat menjalankan
kekuasaan negara demi kepentingan rakyat, maka pemerintahan OLIGARKI
bergeser ke DEMOKRASI.
o Pemerintahan DEMOKRASI yang awalnya baik, lama kelamaan banyak diwarnai
kekacauan , KKN, kebobrokan dan hukum sulit ditegakkan sehingga pemerintahan
DEMOKRASI ini berpindah ke pemerintahan OKHLOKRASI.
o Dari pemerintahan OKHLOKRASI ini muncul seorang yang berani dan kuat yang
dengan kekerasan dapat memegang pemerintahan, maka pemerintahan
OKHLOKRASI bergeser ke pemerintahan OLIGARKI kembali.
o Dengan demikian menurut POLYBIOS antara pemerintahan yang satu dengan
lainnya memiliki hubungan kausal (sebab dan akibat).
Berakhirnya masa orde baru ditandai dengan penyerahan kekuasaan dari Presiden
Soeharto ke Wakil Presiden BJ Habibie pada tanggal 21 Mei 1998
h) Akuntabilitas
i) Visi strategis
3. Kebebasan Pers
a. Pengertian
Kebebasan Pers adalah kebebasan menggunakan pendapat, baik secara tulisan
maupun lisan, melalui media pers, seperti harian, majalah, dan buletin tanpa ada
batasan dari pemerintah / penguasa.
24
Kebebasan pers adalah hak yang diberikan oleh konstitusi atau perlindungan hukum
yang berkaitan dengan media atau bahan-bahan yang dipublikasikan seperti
menyebarluaskan, percetakan dan penerbitan melalui surat kabar, majalah, buku
atau dalam material lainnya tanpa adanya campur tangan atau perlakuan sensor dari
pemerintah.
Berarti kebebasan pers disini mempunyai kekuatan hukum dengan perlindungan dari
pemerintah dan pers mempunyai sifat netral dengan semua kejadian atau informasi
yang diberikan (tidak memihak pihak manapun) dan dalam hal ini pers dituntut lebih
jujur dalam menginformasikan berita, dan pemerintah tidak boleh campur tangan
dalam dunia pers. Disamping itu pers juga menjunjung tinggi asas, norma, kaidah
agama dan adat istiadat disuatu wilayah agar dapat tercipta suatu keselarasan hidup
yang harmonis khalayak umum pada intinya.
Dalam kode Etik Jurnalistik Wartawan Indonesia, terdapat empat Asas yaitu :
1) Profesionalisme, asas ini menuntut Pers untuk memenuhi aspek – aspek
profesionalitas, dengan ketentuan standar sebagai berikut :
• Tidak memutarbalikan fakta dengan opini dan tidak memfitnah
• Berimbang, adil dan jujur
• Mengetahui perbedaan kehidupan pribadi dan kepentingan umum
• Mengetahui teknis penulisan yang tidak melanggar asas praduga tak
bersalah
2) Nasionalisme, asas ini menuntut wartawan untuk mendahulukan kepentingan
umum diatas kepentingan pribadi / golongan, memperhatikan keselamatan dan
keamanan bangsa
3) Demokrasi, asas ini menghendaki bahwa Pers wajib member kesempatan yang
sama bagi semua fihak yang terkait dalam liputan / pemberitaannya. Asas ini
menghendaki adanya cover both side dan Jujur serta berimbang
4) Religius, asas ini menghendaki bahwa Pers Harus menghormati kaidah-kaidah
keagamaan dalam pemberitaannya dan tidak boleh melecehkan agama tertentu.
Pengawasan dan penetapan sanksi atas pelanggaran kode etik tersebut sepenuhnya
diserahkan kepada jajaran pers dan dilaksanakan oleh organisasi yang dibentuk
untukitu.
Namun, jika pelanggarannya mengarah ke Delik Pers, maka proses hukumlah yang
diberlakukan. Delik pers yang banyak terjadi adalah Pencermaran Nama Baik.
Menurut data Dewan Pers, wartawan sering melakukan pelanggaran kode etik
jurnalistik (Sumber). Bentuk pelanggarannya antara lain:
1) Berita tidak berimbang, berpihak, tidak ada verifikasi, dan menghakimi.
2) Mencampurkan fakta dan opini dalam berita
3) Data tidak akurat
4) Keterangan sumber berbeda dengan yang dikutip di dalam berita
5) Sumber berita tidak kredibel
6) Berita mengandung muatan kekerasan.
Pemberitaan suatu media terkadang kurang akurat, bahkan tidak benar sama sekali.
Hal ini disebabkan oleh berbagai factor, seperti salah kutip atau salah interpretasi
wartawan. Akibatnya Objek berita menjadi dirugikan karenanya. Oleh sebab itu, pihak
yang merasa dirugikan oleh pemberitaan media massa memiliki hak jawab yakni hak
seseorang/badan hokum yang merasa dirugikan oleh pemberitaan Media massa
untuk melakukan klarifikasi atas pemberitaan tersebut. Atau bisa juga diartikan
sebagai Hak seseorang atau sekelompok orang untuk memberikan tanggapan atau
sanggahan terhadap pemberitaan berupa fakta yang merugikan nama baiknya.
Wartawan karena pekerjaannya mempunyai kewajiban menyimpan rahasia, terkait
nama, jabatan, alamat atau identitas lain dari orang yang menjadi sumber
informasinya.
Hak koreksi: hak setiap orang untuk mengoreksi atau membetulkan kekeliruan
informasi yang diberitakan oleh pers, baik tentang dirinya maupun tentang orang lain.
Sebaliknya pers pun berkewajiban untuk mengoreksi informasi jika terbukti ada unsur
kekeliruandidalamnya.
Meskipun ketentuan tentang hak tolak, hak jawab, dan hak koreksi sudah dirangkum
dalam UU, bukan berarti dunia jurnalisme Indonesia bersih tanpa cacat. Sebagai
contoh, kasus yang menimpa wartawan Tempo, Bersihar Lubis, yang dituduh
melakukan pencemaran nama baik kejaksaan agung. Pun dengan kasus penahanan
pimpinan media harian Kompas karena memberitakan hasil rekaman penyadapan
Anggodo oleh KPK beberapa waktu silam. Andreas Harsono mengatakan, langkah
pemidanaan wartawan bukan solusi. Jika ada yang tidak berkenan terhadap isi
pemberitaan, keberatan selaiknya dibalas dengan tulisan pula. Masyarakat toh punya
hak jawab. Demikian halnya, wartawan dengan hak tolak dan hak koreksinya.
Perubahan zaman dengan arus reformasi yang menuntut format baru diberbagai
bidang kehidupan bangsa indonesia, juga menuntut pemahaman yang mendasar
entang hakikat pasal 28 UUD 1945, pasal 19 Dekrlarasi Universal HAM (freedrom of
information) dan ketetapan MPR Nomor XVII/MPR/1998 tentang HAM dala kaitanya
dengan kebebasan pers. Produk hukum tersebut tidak membolehkan pihak manapun
untuk membatasi kekebasan media massa, khususnya pers (media cetak) dengan
cara pencekalan. Pemabatsan kebebasan pers terutama bedasarkan undang-undang
hukum pidana dan perdata dilaksanakan oleh peradilan. Selain itu juga tanggung
jawab terhadap kode etik jurnalistik dan tanggung jawab sosial dalam wujud
pelaksanaan hak jawab/hak koreksi dan permintaan maaf.Pada dimensi lain, sesuai
dengan perubahan zaman, UU pers dan UU penyiaran haruslah mencerminkan
sinkroniasasi, setidaknya dalam lima kebutuhan atau tuntunan yaitu :
a). Tuntunan kebebasan informasi,
b). Tuntunan kepastian hukum,
c). Tuntunan kemajuan teknologi komunikasi (telekomunikasi)
d). Tuntunan alam, dan
e). Tuntunan kewenangan atau kekuasaan negara.
Kebebasan media massa perlu diatur oleh negara (dengan undang-undang hukum
pidana dan perdata) agar tidak merugikan kebebasan dan hak-hak pihak lain. Hal ini
karena kebebasan pers yang dimiliki justru lebih banyak ditujukan untuk mengejar
keuntungan pengusaha dan menyongkong kepentingan pihak lain tanpa
memperhatikan kode etika jurnalistik.
Negara berkewajiban mengatur siaran Radio maupun Televisi agar tidak terjadi
“tabrakan” di udara supaya tidak mengganggu radio komunikasi pemerintah atau
militer, meskipun sesungguhnya udara memang merupakan milik umum.
Disamping itu televisi selain sebagai media penyiaran juga merupakan bioskop udara
sehingga terpaksa tunduk dalam tindakan sensor, agar tayangannya tidak merugikan
masyarakat sebagai pemirsa. Meskipun begitu, perlu di berlakukan undang-undang
perfileman (kewenagan Lembaga Sensor Film) agar ada acuan yang bisa digunakan
27
mengejutkan sejak era reformasi adalah wjud nyata bahwa masyarakat kita sedang
dilanda era transisi kehidupan hampir dalam segala bidang /aspek.
Menurut M.Gurevitch, Media Massa secara langsung merupakan entitas kelompok
yang mempunyai kepentingan. Melalui Media Massa akan terjadi pemberian legitimasi
atau delegmentasi terhadap individu atau kelompok tertentu yang menunjukan
dominasi atas suatu kekuasaan terhadapnya.
Disamping itu menurut, Eriyanto, terdapat dua pola hubungan antara publik dengan
teks yang tersaji dalam berita, yakni :
• Bahwa apa yang tersaji dalam pemberitaan media tidak selalu mereprsentasikan
apa yang di inginkan public
• Bahwa publik juga mempunyai kemampuan untuk membaca dengan strategi
tersendiri dalam pemberitaan.
Apa yang disajikan media tidak secara otomatis disetujui oleh publik, diperlukan
adanya pengawasan yang melibatkan berbagai komponen komponen, antara lain:
• Media pers artinya secara internal media pers telah melakukan pengawasan
terhadap dirinya dengan senjata hati nurani dan etika moral pengelola media
ketika hendak memperoduksi berita yang akan disampaikan ke publik. Lebih
dikenal dengan istilah “self censorship”
• Asosiasi profesi wartawan, yaitu mereka yang menghimpun diri dalam
profesi jurnalistik dituntut untuk selalu meningkatkan sesama akan urgensi
pengawasan terhadap apa yang akan dikover dari sebuah peristiwa ke
dalam sebuah berita
• Masyarakat, posisi masyarakat sebagai konsumen media sekaligus sebagai
sumber beritaterus melakukan pengawasan terhadap media.
Nilai-nilai dasar ini bebas ditafsirkan oleh setiap generasi asalkan bersedia
bertanggung jawab atas akibat yang akan terjadi. Dalam proses penafsiran ini
diharapkan memperoleh nilai barn yang dapat memperkaya penafsiran-penafisran
Pancasila sebelumnya.
b. Nilai instrumental
Nilai instrumental berlaku untuk kurun waktu tertentu dan lebih bersifat konstekstual.
Nilai instrumental terkandung dalam kebijakan strategi, organisasi, sistem, rencana,
dan program yang menjabarkan lebih lanjut nilai dasar tersebut. Nilai instrumental ini
disusun oleh MPR, DPR, dan presiden.
Apabila nilai-nilai instrumental ini saling bertentangan, maka harus dicabut atau
diujikan materi hukumnya kepada Mahkamah Konstitusi.
c. Nilai praksis
Nilai praktis merupakan penjabaran dari nilai instrumental dan bersifat dinamis. Nilai-
nilai praktis terkandung dalam kehidupan sehari-hari, yaitu bagaimana cara
melaksanakan Pancasila dalam kehidupan sehari-hari.
Pancasila sebagai ideologi, falsafah, dan merupakan sumber nilai serta pedoman
norma kehidupan bangsa Indonesia. Pancasila merupakan sumber nilai kerohanian
yang mengandung nilai-nilai secara lengkap dan harmonis, etis/moral maupun
religius.
Adapun nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila secara garis besar sebagai
berikut.
Apa informasi yang kalian peroleh setelah mengamati kedua naskah tersebut?
Apakah ada persamaan atau hubungan isi kedua naskah tersebut? Proklamasi
kemerdekaan memiliki hubungan yang erat dengan Pembukaan UUD Negara
Republik Indonesia Tahun 1945.
Hubungan Proklamasi dengan Pembukaan UUD Negara Republik Indonesia Tahun
1945, dapat kalian amati dari isi kedua naskah tersebut. Proklamasi Kemerdekaan
memuat dua hal pokok yaitu pernyataan kemerdekaan bangsa Indonesia, dan
tindakan yang harus segera dilakukan dengan pernyataan kemerdekaan. Sedangkan
alinea ketiga Pembukaan UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945, memuat
pernyataan kemerdekaan. Pernyataan kemerdekaan di alinea pertama ini diawali
dengan pernyataan bahwa kemerdekaan adalah hak segala bangsa di alinea kedua
alasan perjuangan kemerdekaan bangsa Indonesia telah sampai pada saat yang
menentukan. Juga dipertegas bahwa kemerdekaan merupakan atas berkat rahmat
Allah yang Maha Kuasa dan didorongkan oleh keinginan luhur.
37
Dengan demikian pada dasarnya alinea I sampai dengan alinea III merupakan uraian
terperinci dari kalimat pertama Proklamasi Kemerdekaan. Sedangkan alinea IV
memberi arah pertanggungjawaban terhadap pelaksanaan Proklamasi Kemerdekaan.
Kemudian isi pokok kedua Proklamasi Kemerdekaan, yaitu tindakan yang harus
segara dilakukan antara lain dengan menetapkan UUD Negara Republik Indonesia
Tahun 1945 yang memuat Pembukaan. Coba kalian buat tabel bagan hubungan isi
proklamasi kemerdekaan dengan Pembukaan UUD Negara Republik Indonesia
Tahun 1945.
Uraian di atas menegaskan bahwa Pembukaan UUD Negara Republik Indonesia
Tahun 1945 dan Proklamasi Kemerdekaan merupakan satu kesatuan yang bulat.
Makna yang terkandung dalam Pembukaan merupakan amanat dari Proklamasi
Kemerdekaan. Oleh karena itu Negara Kesatuan Republik Indonesia yang
diproklamasikan 17 Agustus 1945 dapat dipahami dengan memahami Pembukaan
UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Merubah Pembukaan UUD Negara
Republik Indonesia Tahun 1945 pada hakikatnya mengubah Negara Kesatuan
Republik Indonesia yang diproklamasikan 17 Agustus 1945.
c. Pembukaan Memuat Pokok Kaidah Negara yang Fundamental
UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945 terdiri atas Pembukaan dan pasal-
pasal. Dilihat dari tertib hukum keduanya memiliki kedudukan yang berbeda.
Pembukaan memiliki kedudukan yang lebih tinggi dari pasal-pasal, karena
Pembukaan merupakan pokok kaidah negara yang fundamental ( staats
fundamental norm ) bagi Negara Republik Indonesia. Sebagai pokok kaidah negara
yang fundamental, Pembukaaan telah memenuhi persyaratan yaitu :
a) Berdasarkan sejarah terjadinya, bahwa Pembukaan ditentukan oleh pembentuk
negara. PPKI yang menetapkan UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945,
telah mewakili bangsa Indonesia.
b) Berdasarkan isinya, bahwa Pembukaan memuat asas falsafah negara
(Pancasila), asas politik negara (kedaulatan rakyat), dan tujuan negara.
c) Pembukaan menetapkan adaya suatu UUD Negara Indonesia
Pokok kaidah negara yang fundamental ini di dalam hukum mempunyai hakikat dan
kedudukan yang tetap, kuat dan tidak berubah bagi negara yang telah dibentuk.
Secara hukum Pembukaan sebagai pokok kaidah yang fundamental hanya dapat
diubah atau diganti oleh pembentuk negara pada waktu negara dibentuk.
Kelangsungan hidup negara Indonesia yang diproklamasikan 17 Agustus 1945 terikat
pada diubah atau tidaknya Pembukaan UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945 sebagai sumber hukum tertinggi di
Indonesia, maka Pembukaan UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945
merupakan sumber dari motivasi dan aspirasi perjuangan dan tekad bangsa
Indonesia, yang merupakan sumber dari cita-cita hukum dan cita-cita moral yang
ingin ditegakkan dalam berbagai lingkungan kehidupan.
38
Pembukaan memuat pokok kaidah negara yang fundamen bagi Negara Kesatuan
Republik Indoensia. Pokok kaidah yang fundamental ini antara lain pokok-pokok
pikiran yang diciptakan dan diwujudkan dalam pasal-pasal UUD, pengakuan
kemerdekaan hak segala bangsa, cita-cita nasional, pernyataan kemerdekaan, tujuan
negara, kedaulatan rakyat, dan dasar negara Pancasila.
UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945 disusun dalam masa perjuangan
”revolusi” dan UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945 disusun oleh lembaga
yang tidak setingkat dengan MPR. Pertanyaan kemudian, apakah UUD Negara
Republik Indonesia Tahun 1945 sah mejadi hukum dasar dan menjadi pedoman
penyelenggaraan bernegara bagi bangsa Indonesia. Menurut Hans Kelsen seperti
dikemukakan oleh Prof. Ismail Sunny menyatakan bahwa,”sah tidaknya suatu
Undang-Undang Dasar harus dipertimbangkan dengan berhasil atau tidaknya suatu
revolusi, dan apa-apa yang dihasilkan dalam revolusi tersebut (UUD) adalah sah.
Karena bangsa Indonesia mencapai kemerdekaannya dengan jalan revolusi maka
UUD yang dibuat dalam masa revolusi tersebut menjadi suatu konstitusi yang sah”.
UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945 disusun dalam masa revolusi
namun nilai-nilai yang terkandung dalam Pembukaan UUD Negara Republik
Indonesia Tahun 1945 adalah nilai-nilai yang luhur universal dan lestari. Universal
mengandung arti bahwa Pembukaan UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945
memiliki nilai-nilai yang dijunjung tinggi oleh bangsa-bangsa beradab di dunia dan
penghargaan terhadap hak asasi manusia . Sebuah bangsa yang menunjukkan
penghargaan terhadap terhadap hak asasi manusia merupakan salah satu bentuk
perilaku bangsa yang beradab di dunia.
Pembukaan UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945 juga mengandung nilai
lestari, bermakna mampu menampung dinamika masyarakat dan akan tetap menjadi
landasan perjuangan bangsa. Oleh karenanya Pembukaan UUD memberikan
landasan dalam pergerakan perjuangan bangsa Indonesia dan selama perjalanan
pembangunan bangsa tersebut. Pembukaan UUD Negara Republik Indonesia Tahun
1945 akan mampu menampung dinamika dan permasalahan kebangsaan selama
bangsa Indonesia mampu dijiwai dan memegang teguh Pancasila dan UUD Negara
Republik Indonesia Tahun 1945.
4. Alinea Keempat
Yang berbunyi: “kemudian daripada itu untuk membentuk suatu pemerintahan negara
Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdasakan kehidupan
bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan,
perdamaian abadi dan keadilan sosial, maka disusunlah kemerdekaan kebangsaan
Indonesia, yang terbentuk dalam suatu susunan negara Republik Indonesia yang
berkedaulatan rakyat dengan berdasarkan kepada: Ketuhanan Yang Maha Esa,
Kemanusiaan yang adil dan beradab, Persatuan Indonesia, Kerakyatan yang
dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan”.
Adanya fungsi dan sekaligus tujuan negara Indonesia, yaitu:
a) Melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah
indonesia,
b) Memajukan kesejahteraan umum,
c) Mencerdaskan kehidupan bangsa, ikut melaksanakan ketertiban dunia
yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial,
d) Kemerdekaan bangsa Indonesia yang disusun dalam suatu UUD 1945,
e) Susunan/bentuk Negara Republik Indonesia,
f) Sistem pemerintahan negara, yaitu berdasarkan kedaulatan rakyat
(demokrasi),
g) Dasar negara pancasila.
Oleh karena itu, sistem negara yang terbentuk dalam UUD 1945 harus berdasar atas
kedaulatan rakyat dan berdasarkan atas permusyawaratan/perwakilan. Memang
aliran ini sesuai dengan sifat “masyarakat Indonesia”.
Pokok pikiran keempat: “Negara berdasar atas ketuhanan yang maha Esa menurut
dasar kemanusian yang adil dan beradab”. Oleh karena itu, UUD 1945 harus
mengandung isi yang mewajibkan pemerintah dll, penyelenggara negara untuk
memelihara budi pekerti kemanusiaan yang luhur dan memegang teguh cita-cita
moral rakyat yang luhur.
d) Di atasnya masih ada dasar-dasar pokok dari UUD ataupun hukum dasar
yang tidak tertulis yang pada hakikatnya terpisah dari UUD atau hukum
dasar yang tidak tertulis itu yang dinamakan Pokok Kaidah yang
Fundamental. Berdasarkan unsur-unsur yang terkandung dalam
Pembukaan UUD 1945 maka menurut ilmu hukum tatanegara, Pembukaan
UUD 1945 pada hakikatnya telah memenuhi syarat sebagai Pokok Kaidah
Negara yang Fundamental (Staatsfundamentalnorm).
e) Pembukaan UUD 1945 merupakan sumber semangat bagi UUD 1945
Pembukaan UUD 1945, yang terkandung di dalamnya pokok-pokok pikiran
yang inti sarinya adalah Pancasila, pada hakikatnya merupakan sumber
semangat bagi para penyelenggara negara, para pemimpin pemerintahan,
para penyelenggara partai serta golongan fungsional, dan seluruh alat
perlengkapan negara lainnya.
f) Pembukaan UUD 1945 Mempunyai Kedudukan Kuat dan Tetap Sebagai
pokok kaidah negara yang fundamental, Pembukaan UUD 1945 memiliki
hakikat kedudukan hukum yang kuat, bahkan secara yuridis tidak dapat
diubah oleh siapapun, terlekat pada kelangsungan hidup negara.
Pembukaan UUD 1945 sebagai dasar, rangka dan suasana bagi
kehidupan negara dan tertib hukum Indonesia Dalam pengertian ini, isi
yang terdapat dalam Pembukaan UUD 1945 bilamana dirinci secara
sistematis merupakan suatu kesatuan yang bertingkat dan berfungsi
sebagai dasar, rangka, dan suasana bagi negara dan tertib hukum
Indonesia.
42
HAM dalam UUD 1945 (sebelum di amandemen) hanya tercantum pada pasal 27
sampai dengan pasal 34 saja dan tidak ada pasal dan bab yang bersifat khusus yang
mengatur tentang hal tersebut. Pasal – pasal UUD 1945 tersebut, mencantumkan hak
persamaan dalam hukum dan pemerintahan, hak mendapat pekerjaan dan penghidupan
yang layak (pasal 27 ayat (1) dan (2)), jaminan kemerdekaan berserikat dan berkumpul,
mengeluarkan pikiran dengan lisan dan tulisan (pasal 28), jaminan untuk memeluk
agama dan beribadah menurut agama dan kepercayaan (pasal 29 ayat (2)), hak untuk
membela Negara (pasal 30 ayat(1)),hak mendapatkan pengajaran (pasal 31 ayat (1)),
hak untuk mengembangkan kebudayaan (pasal 32), hak berekonomi (pasal 33 ayat (1)
sampai dengan (3)), dan hak social bagi fakir miskin dan anak terlantar untuk di pelihara
oleh Negara (pasal 34).
Setelah amandemen ke-4/tahun 2002, pengaturan tentang HAM dalam UUD 1945
menjadi lebih banyak dan lengkap. Di samping pasal-pasal terdahulu masih
dipertahankan, di munculkan pula bab baru yang berjudul bab XA tentang HAM beserta
pasal – pasal tambahannya (pasal 28A sampai 28J).
Disamping itu, sidang istimewa MPR yang diselenggarakan pada bulan November 1998
berhasil mengeluarkan ketetapan MPR Republik Indonesia No. XVII/MPRI/1998 tentang
HAM. Dan dimuat beberapa pertimbangan yang penting, yakni :
• bahwa manusia sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa di anugrahi hak dasar
yaitu hak asasi untuk mengembangkan diri pribadi, peranan dan sumbangan
bagi kesejahteraan hidup manusia.
• Bahwa pembukaan UUD 1945 telah mengamanatkan pengakuan, penghormatan
dan kehendah bagi pelaksanaan Hak Asasi Manusia dalam penyelenggaraan
kehidupan bermasyarakat dan bernegara.
• Bahwa bangsa Indonesia sebagai bagian masyarakat dunia patut menghormati
Hak Asasi Manusia dan termaktub dalam Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia
PBB.
Perincian HAM yang dirumuskan pada pasal 1 sampai pasal 44 Piagam HAM yang
diatur dalam Ketetapan MPR RI nomor XVII/MPR/1998 tersebut secara garis besar
adalah sebagai berikut :
1) Hak untuk hidup.
2) Hak berkeluarga dan melanjutkan keturunan.
3) Hak mengembangkan diri.
4) Hak keadilan.
5) Hak kemerdekaan.
6) Hak atas kebebasan informasi.
7) Hak keamanan.
8) Hak kesejahteraan.
9) Hak perlindungan dan pemajuaan.
10) Kewajiban menghormati hak asasi manusia lain.
43
Sedangkan dalam Undang-Undang Nomor 39 tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia,
dirinci sebagai berikut :
1) Hak untuk hidup.
2) Hak untuk berkeluarga dan melanjutkan keturunan.
3) Hak mengembangkan diri.
4) Hak memperoleh keadilan.
5) Hak atas kebebasan pribadi.
6) Hak atas rasa aman.
7) Hak atas kesejahteraan.
8) Hak turut serta dalam pemerintahan.
9) Hak wanita.
10) Hak anak.
1) Setiap orang yang ada di wilayah RI wajib patuh pada peraturan perundang-
undangan, hukum tidak tertulis, dan hukum internasional (mengenai hak asasi
manusia yang telah diterima oleh Negara RI).
2) Setiap warga Negara wajib ikut serta dalam upaya pembelaan Negara.
3) Setiap orang wajib menghormati hak asasi orang lain, moral,etika, dan tata tertib
kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.
4) Setiap hak asasi seseorang menimbulkan kewajiban dasar dan tanggung jawab
untuk menghormati hak asasi orang lain secara timbale balik.
5) Dalam menjalankan hak dan kebebasannya,setiap orang wajib tunduk kepada
batasan yang di tetapkan oleh undang-undang.
Dalam artikel 1, deklarasi tersebut menyatakan “seluruh manusia terlahir bebas dan
sama derajatnya. Mereka dihargai dengan suatu alasan dan kesadaran dan juga harus
memandang serta memperlakukan orang lain dalam semangat persaudaraan”.
Walaupun belum setiap Negara didunia meratifikasi Deklarasi HAM se-Dunia itu dalam
tata hukum nasionalnya, namun secara moral setiap bangsa dan Negara di dunia
,seharusnya mendukung dan merealisasikan gagasan dan konsep luhur penghargaan
hak asasi manusia tersebut. konvensi internasional tentang perlindungan HAM juga
diikuti dan menjadi perhatian penting pemerintah Indonesia.
Hal ini menjadi salah satu bukti komitmen pemerintah Indonesia yang peduli dengan
perlindungan HAM sebagai salah satu usaha untuk ikut melaksanakan ketertiban dan
perdamaian dunia. Beberapa konvensi internasional yang telah diratifikasi, yaitu
mengenai konvensi internasional tentang penghapusan segala bentuk diskriminasi
terhadap perempuan international Convention on the Elimination of All Forms
Discrimination Against Women (CEDAW) yang telah diratifikasi melalui Undang-Undang
Nomor 29 Tahun 1999 tentang Konvensi Internasional tentang Penghapusan Segala
bentuk Diskriminasi Rasial.
1965 (international Convention on the Elimination of 11 Forms of Racial Discrimination,
1965) adanya ratifikasi CEDAW ini. Membuat Indonesia mempunyai kewajiban untuk
melakukan penyesuaian berbagai peraturan perundang undangan nasional yang terkait
dengan konvensi internasional tersebut dan mempunyai komitmen untuk melaksanakan
kewajiban melaporkan pelaksanaan dalam rangka menghapuskan segala bentuk
diskriminasi terutama yang terkait dengan diskriminasi terhadap perempuan.
Hambatan dan Tantangan dalam Penegakan HAM di Indonesia.
Hambatan dan tantangan yang berasal dari dalam negeri, antara lain sebagai berikut :
a) Kualitas peraturan perundang undangan yang belum sesuai dengan harapan
masyarakat
Hal ini disebabkan oleh adanya berbagai peraturan (materi) hukum peninggalan
atau warisan kolonial (peninggalan zaman kolonial belanda), padahal sejak
kemerdekaan Indonesia sudah berlaku tata hukum nasional.
Tentu saja jiwa dan latar belakangnya sangat erat dengan nilai- nilai dan sistem
politik penjajah. Yang jauh dari perlindungan, keadilan dan hak asasi manusia
Indonesia.
b) Penegakan hukum yang kurang atau tidak bijaksana karena bertentangan dengan
aspirasi masyarakat
Misalnya :
Hak atas penggunaan tanah yang kepemilikannya di atur oleh undang undang, di
buktikan dengan sertifikat kepemilikan tanah. Secara yuridis formal sah-sah saja
pemilik lahan menggunakan lahannya menurut kepentingannya, namunaspirasi
masyarakat bisa saja bertentangan dengan pemilik lahan.
Untuk itu, di perlukan kesadaran semua pihak akan pentingnya penggunaan hak
dan kewajiban asasi orang lain.
c) Kesadaran hukum yang masih rendah sebagai akibat rendahnya kualitas sumber
daya manusia.
Berbagai bentuk pelanggaran hukum atau ketidakpedulian terhadap perlindungan
hak asasi orang lain sering terjadi karena hal ini.
Misalnya :
Keroyok massa, salah suatu perbuatan main hakim sendiri ( eigenrichting ) yang
biasanya dianggap perbuatan yang biasa dan bukan pelanggaran hukum di
masyarakat. Dan penegak hukum di masyarakat pun tidak mampu menegakkan
hukum dalam situai kacau yang melibatkan massa seperti itu.
Salah satu solusinya bagi anak zaman sekarang adalah dengan belajar sehingga
memperoleh pendidikan di bangku sekolah yang tujuannya tak lain adalah untuk
meningkatkan sumber daya manusia di indonesia dan untuk mendidik anak agar
mengerti hukum.
46
Di bidang ekonomi
Seluruh aktivitas ekonomi dipegang secara totaliter oleh negara. Hak milik
perorangan terhadap alat produksi tidak diakui, karena semuanya sudah ditentukan
oleh pusat ( sentralisasi ).
Di bidang agama
Negara yang menganut paham komunisme melarang rakyatnya untuk memeluk
agama, karena agama dianggap racun masyarakat yang dapat menghambat
kemajuan.
Atas dasar pelaksanaan yang demikian, ajaran komunis mempunyai empat
kecendurungan, dan dampak yang kurang kondusif bagi tegaknya hak asasi
manusia, yaitu:
1) Timbulnya suasana tegang dan resah, karena komunis cenderung
menciptakan konflik dan kontradiksi bagi masyarakan dalam merebut
kekuasaan.
2) Terciptanya sistem otoriter, sebab awal terbentuknya masyarakat didahului
oleh sistem dictator proletariat, kemudian sistem dictator jatuh ke tangan
partai.
3) Timbulnya proses dehumanisasi, yaitu timbulnya berbagai tindakan yang
dapat merendahkan harkat dan martabat manusia diluar batas kemanusiaan.
Sebabnya ajaran menghalalkan segala cara menjadi popular di masyarakat
komunis.
4) Menjalankan ekspansi kekuasaan karena tujuan komunisme internasional
adalah menjadikan masyarakat dunia ini seluruhnya menjadi komunis (
mengkomuniskan dunia).
Perwakilan Konsuler
Perwakilan Konsuler yaitu pejabat yang bertugas mengurus kepentingan warga
Negara yang berada di Negara asing, bidang tugasnya meliputi masalah non politis.
Macamnya ada dua yaitu Konsul misi ( consules Missi) yaitu pejabat yang dikirim
khusus oleh Negaranya untuk menjadi konsul di Negara penerima dan konsul elekti
( consules election ) pejabat yang diangkat dari warga negara penerima untuk
ditugaskan sebagai konsul kehormatan dari Negara asing.
Tingkatan-tingkatan jabatan konsul terdiri dari ;
• Konsul jnderal
• Konsul
• Wakil konsul
• Agen konsul
Tugas perwakilan konsuler adalah mengurusi kepentingan negara dan warga negara di
negara lain menyangkut:
3. Kewarganegaraan
Pengertian Pewarganegaraan
Pengertian pewarganegaraan yaitu proses dan berbagai cara dalam mendapatkan
mewarganegarakan. Menurut UU, pengertian pewarganegaraan adalah suatu tata
cara bagi orang asing guna mendapatkan kewarganegaraan Republik Indonesia
dengan melalui permohonan.
h) Anak yang lahir di wilayah NKRI yang pada saat waktu lahir tidak jelas status
kewarganegaraan seorang ayah dan ibunya.
i) Anak yang baru lahir yang ditemukan di wilayah Indonesia selama ayah dan
ibunya belum diketahui.
j) Anak yang lahir di wilayah NKRI apabila ayah serta ibunya tidak mempunyai
status kewarganegaraan ataupun tidak diketahui keberadaan mereka.
k) Anak yang dilahirkan di luar wilayah NKRI dari seorang ayah dan ibu WNI,
yang dikarenakan ketentuan dari negara tempat anak tersebut dilahirkan
memberikan status kewarganegaraan kepada anak tersebut yang
bersangkutan.
l) Anak dari ayah atau ibu yang telah diterima permohonan
kewarganegaraannya, lalu seorang ayah atau ibunya meninggal sebelum
menyatakan janji setia atau mengucapkan sumpah.
Contoh :
Andi merupakan seorang anak yang lahir di wilayah Indonesia, serta Indonesia
berlaku asas ius soli tersebut, maka anak tersebut secara otomatis akan menjadi
warga negara Indonesia, hal ini karena ia lahir di Indonesia.
Dua asas tersebut diatas menimbulkan terjadinya dua kasus yakni Apatride dan
bipatride
Apatride merupakan suatu keadaan dimana seseorang tidak memiliki status
kewarganegaraan sama sekali. Hal ini terjadi karena dia lahir dari seorang ibu
yang berasal dari Negara yang menganut asas Ius soli sedangkan tempat
kelahirannya adalah Negara yang menganut asas ius sanguinis, maka dia tidak
akan memiliki status kewarganegaraan dari Negara manapun, baik dari Negara
tempat lahirnya maupuan dari Negara tempat asal orang tuanya.
Bipatride merupakan suatu keadaan dimana seseorang memiliki status
kewarganegaraan ganda/doble, hal ini terjadi karena dia merupakan anak dari
seorang Ibu yang berasal dari Negara yang menganut asa ius sanguinis
sementara dia lahir di Negara yang menganut asa Ius soli. Maka status
kewarganegaraannya menjadi ganda, karena dia diakui sebagai warga Negara
asal orang tuanya sekaligus juga dia akan diakui sebagai Warga Negara tempat
dimana dia dilahirkan.
Cara Memperoleh Status Kewarganegaraan dengan Cara Pewarganegaraan
maksudnya adalah cara seseorang untuk melakukan suatu permohonan
pewarganegaraan yang diajukan oleh orang yang bersangkutan (pemohon) yang
telah memenuhi berbagai syarat tertentu secara tertulis dengan menggunakan
bahasa Indonesia, diatas kertas yang bermaterai kepada presiden RI melalui
menteri Hukum dan HAM. Kemudian Menteri akan meneruskan permohonan
tersebut dengan pertimbangan presiden dalam waktu paling lambat sekitar 3
bulan. Selanjutnya Presiden akan mengabulkan atau menolak permohonan
tersebut.
7) Secara sukarela mengangkat sumpah atau janji setia kepada asing atau masuk
bagian dari Negara asing itu.
8) Mempunyai paspor atau surat-surat yang bersifat paspor dari Negara asing.
9) Bertempat tinggal diluar wilayah Indonesia selama 5 tahun berturut-turut bukan
dalam rangka dinas Negara, serta tanpa adanya alasan yang sah.
4. Organisasi Internasional
a. Peserikatan Bangsa-Bangsa
• Tujuan :
1) Menciptakan perdamaian dan keamanan Internasional
2) Memajukan hubungan persahabatan antar bangsa
3) Mewujudka kerjasama Internasional dalam rangka memecahkan masalah-
masalah ekososbud dan kemanusiaan
4) Menjadikan PBB sebagaai pusat kegiatan bangsa-bangsa
• Asas – Asas PBB :
1) Persamaan kedaulatan
2) Setiap anggota harus memenuhi kewajibannya sebagai anggota
3) Menyelesaikan sengketa secara damai
4) Tidak menggunakan ancaman dan kekerasan terhadap integritas politik
suatu Negara
5) Setiap anggota harus membantu PBB sesuai ketentuan yang diatur dalam
Piagam PBB
6) Tidak mencampuri urusan dalam negeri Negara anggota
• Organ Utama PBB :
1) Majelis Umum
2) Dewan Keamanan
3) Sekertariat
4) Dewan Ekonomi dan Sosial
5) Dewan Perwalian
6) Mahkamah Internasional
• Badan Khusus PBB
Badan-badan khusus yang berada dibawah Dewan Ekonomi dan Sosial antara
lain :
1. GATT (General Agreement on Tarrif and Trade)
2. ILO ( International Labour Organization )
3. FAO ( Food and Agriculture Organization)
4. UNESCO ( United Nations Educational Scientific and Cultural Organization
)
5. WHO ( World Health Organization )
6. IMF ( International Monetery Fund )
• KEANGGOTAAN PBB
Keanggotaan PBB bersifat terbuka bagi seluruh Negara merdeka/berdaulat,
dibedakan menjadi :
a) Original members yaitu Negara-negara anggota PBB yang ikut serta
menandatangani Piagam PBB di San Francisco tahun 1945
b) Subsequent members adalah Negara-negara merdeka dan berdaulat yang
secara sukarela menjadi anggota PBB setelah mendapat rekomendasi dari
dewan keamanan, dan diputuskan dalam sidang Majelis Umum
• Peran PBB dalam Perdamaian Dunia :
PBB memilki peran penting dalam menjaga perdamaian dunia terbukti dengan
banyak masalah sengketa yang berhasilkan diselesaikan secara adil oleh PBB.
Dalam menjaga perdamaian dunia, bisa dikatakan PBB adalah satu-satunya
tumpuan semua Negara manapun di Dunia. Peran tersebut dapat dilihat antara
lain dalam menghadapi permasalahn berikut :
54
Sebagai siasat dilakukan oleh Belanda untuk mengalihkan masalah Irian Barat,
Belanda mengatakan akan memerdekakan Irian Barat dengan nama Negara
Papua namun dapat digagalkan oleh PBB. Pada tahun 1962 akhirnya Indonesia
merebut kembali melalui perjuangan diplomasi dan militer oleh komando
Mandala
Kini ASEAN beranggotakan semua negara di Asia tenggara (kecuali Timor Leste
dan Papua Nugini). Berikut ini adalah negara-negara anggota ASEAN:
• Filipina (negara pendiri)
• Indonesia (negara pendiri)
• Malaysia (negara pendiri)
• Singapura (negara pendiri)
• Thailand (negara pendiri)
• Brunei Darussalam (7 Januari 1984)
• Vietnam (28 Juli 1995)
• Laos (23 Juli 1997)
• Myanmar (23 Juli 1997)
• Kamboja (30 April 1999)
Pada bulan Agustus 2007 diresmikan Asean Forum 2007 di Jakarta. Forum ini
diselenggarakan untuk mendukung terwujudnya Komunitas Asean 2015
diselenggarakan dalam rangka memperingati hari jadi Asean ke-40.
Pada KTT Asean ke 19 tanggal 17-19 November 2011 Indonesia kembali menjadi
tuan rumah, salah satu catatan penting peran Indonesia dalam Asean adalah
kesepakatan Kawasan Bebas Senjata Nuklir Asia Tenggara atau Southeast Asia
Nuclear Weapon Free Zone (SEANWFZ). Traktat yang sebelumnya sudah disusun
di Bangkok, Thailand akhirnya bisa diratifikasi selama Indonesia menjadi Ketua
ASEAN. Lewat traktat ini, negara-negara anggota berkewajiban untuk tidak
mengembangkan, memproduksi, atapun membeli, mempunyai atau menguasai
senjata nuklir.
5. Perjanjian Internasional
Pada dasarnya setiap Negara yang terlibat dalam pembuatan Perjanjian Internasional
tidak pernah memikirkan tentang apa yang akan terjadi dimasa yang akan datang (asas
rebus sic stantibus)
Menurut Konvensi Wina, syarat-syarat yang harus dipenuhi untuk penerapan asas rebus
sic stantibus antara lain :
• Perubahan suatu keadaan tidak terdapat pada waktu pembentukan
• Merupakan suatu keadaan yang sangat fundamental bagi perjanjian tersebut
• Perubahan yang tidak terduga sebelumnya
• Kondisi perubahan sangat penting untuk disetujuai bersama oleh Negara-negara
peserta
• Akibat perubahan tersebut mempengaruhi ruang gerak peserta perjanjian
PBB, kecuali ditentukan lain, maka pensyaratan memerlukan persetujuan dari lembaga
yang berwenang dari organisasi internasional itu.
Selanjutnya pasal 20 ayat (4) Konvensi Wina 1969 mengatur tentang akibat hukum
dari pensyaratan, yakni sebagai berikut:
1) Suatu pensyaratan yang diajukan oleh suatu negara dan diterima oleh negara
peserta lain, maka antara negara yang menyatakan pensyaratan dan
negara yang menerimanya, perjanjian itu akan berlaku di antara mereka;
2) Suatu pensyaratan/keberatan oleh negara peserta lain terhadap suatu
pensyaratan tidak mengesampingkan berlakunya perjanjian (diantara mereka),
kecuali jika maksud yang bertentangan secara tegas dinyatakan oleh negara
yang berkeberatan tersebut;
3) Suatu tindakan yang menyatakan keinginan suatu negara untuk diikat dalam
suatu perjanjian dan berisikan suatu pensyaratan, mulai berlaku sejak setidak-
tidaknya satu peserta lain menerima pensyaratan tersebut.
Unsur – unsur penting yang harus dipenuhi dalam suatu persyaratan adalah :
1) Dinyatakan secara formal
2) Bermaksud untuk membatasi, meniadakan atau mengubah akibat hokum
dari ketentuan-ketentuan yang terdapat dalam suatu perjanjian.
Tentang pensyaratan dalam Perjanjian Internasional terdapat dua teori yang biasa
dijadikan dasar yaitu :
1) Teori kebulatan suara (Un animity Principle)
Pensyaratan hanya sah jika disetujui oleh seluruh Negara peserta perjanjian
Internasional, artinya pensyaratan itu hanya sah bagi Negara yang mengajukan,
jika disetujui oleh semua Negara peserta perjanjian secara bulat. Contoh :
Pembentukan PBB
2) Teori Pan Amerika
Setiap pensyaratan hanya mengikat Negara yang mengajukan dengan Negara
yang menyetujuinya. Meskipun tidak semua Negara peserta perjanjian
menyetujui. Contoh : Pembentukan AFTA dan NATO.