Anda di halaman 1dari 63

1

A. SISTEM KETATANEGARAAN

1. Faktor Pembentuk Bangsa Indonesia

a. Faktor-faktor Pembentuk Bangsa


Bangsa terbentuk karena beberapa faktor yaitu primordial, sakral, tokoh, sejarah,
bhineka tunggal ika (unity in diversity), perkembangan ekonomi, dan kelembagaan.
Berikut penjelasan dari faktor-faktor tersebut:
a) Primordial
Primordial artinya adanya ikatan kekerabatan (darah dan keluarga) dan
kesamaan suku bangsa, daerah, bahasa dan adat istiadat. Namun,
kemajemukan secara budaya biasanya belum menjamin pembentukan
nasionalis karena mudah terjadi konflik nilai.
b) Sakral
Kesamaan akan kepercayaan agama yang dianut oleh masyarakat
menimbulkan ideologi doktriner yang kuat dalam suatu masyarakat sehingga
keterkaitanya dapat membentuk bangsa dan negara. Namun hal ini juga belum
menjamin pembentukan nasionalitas karena masing-masing masyrarakat
memiliki penilaian yang berbeda-beda.
c) Tokoh
Tokoh karismatik bisa jadi panutan masyarakat untuk mewujudkan visi dan misi
bangsa. Sifat kepemimpinan seperti ini tidak bisa diwariskan. Di indonesia
contohnya seperti Ir. Soekarno dan Drs. Mohammad Hatta.
d) Sejarah
Sejarah dan pengalaman di masa lalu seperti penderitaan akibat penjajahan
akan melahirkan solidaritas atau rasa senasib dan sepenanggungan sehingga
memungkinkan memunculkan suatu tekad untuk satu tujuan antar kelompok
masyarakat.
e) Bhineka Tunggal Ika (Unity in Diversity
Faktor bhineka tunggal ika merupakan faktor kesadaran antar anggota
masyarakat mengenai pentingnya persatuan dalam berbagai perbedaan.
f) Perkembangan Ekono
Faktor perkembangan ekonomi yang terspesialisasi sesuai kebutuhan
masyarakat menyebabkan meningkatnya kebutuhan masyarakat sehingga ini
akan menyebabkan ketergantungan akan orang lain untuk pemenuhan
kebutuhan dan meningkatkan hubungan antar anggota masyarakat.
g) Kelembagaan
Lembaga-lembaga pemerintahan seperti birokrasi, angkatan bersenjata,
ataupun partai politik mempertemukan berbagai kepentingan di kalangan
masyarakat sehingga membentuk kepentingan nasional, watak kerja, dan
pelayananya

b. Negara Kesatuan Republik Indonesia

Hakikat Negara Republik Indonesia


Berdiri Negara Republik Indonesia, tidak lepas dari peristiwa proklamasi kemerdekaan
pada tanggal 17 Agustus 1945. Melalui proklamasi itulah bangsa Indonesia berhasil
mendirikan sebuah negara sekaligus menyatakan pada dunia luar akan adanya negara
baru yaitu, NKRI. Para pendiri bangsa menyadari bahwa NKRI yang hendak didirikan
haruslah mampu diatas semua kelompok dan golongan yang beragam. Salah satu
gagasan yang diperlukan membentuk suatu bangsa yaitu bangsa Indonesia berhasil
diwujudkan dalam ikrar sumpah pemuda tanggal 28 Oktober 1928.
2

Adapun faktor-faktor penting bagi pembentukan bangsa Indonesia, antara lain :


• Adanya persamaan nasib, yaitu penderitaan dibawah penjajahan bangsa asing
selama 350 tahun.
• Adanya keinginan bersama untuk merdeka
• Adanya kesatuan tempat tinggal yaitu wilayah nusantara yang membentang dari
sabang sampai mereauke.
• Adanya cita-cita bersama mencapai kemakmuran dan keadilan sebagai suatu
bangsa.

c. Cita-cita, Tujuan dan Visi NKRI


Cita-cita NKRI adalah terwujudnya adanya negara yang bersatu, berdaulat adil dan
makmur. Dengan rumusan yang singkat cita-cita NKRI berdasarkan Pancasila dan UUD
1945 .(Fungsi dan Tujuan NKRI)

d. Semangat Nasionalisme dan Patriotisme


Nasionlaisme yaitu paham kebangsaan yang mengandung makna kesadaran dan
semangat cinta tanah air; memiliki rasa kebanggaan bangsa, tau memelihara kehormatan
bangsa. Rasa rasionalisme juga identik dengan memiliki rasa solidaritas terhadap musibah
dan kekurang-beruntungan saudara setanah air, sebangsa, dan senegara.
Nasionalisme menurut Hertz mengandung empat unsur, yaitu hasrat untuk mencapai
kesatuan; hasrat untuk mencapai kesatuan; hasrat untuk mencapai kemerdekaan; hasrat
untuk mencapai kehormatan bangsa.
Munculnya nasionalisme terbukti sangat efektif sebagai alat perjuangan bersama merebut
kemerdekaan dari cengkraman kolonial. Semangad nasionalisme dihadapkan secara
efektif oleh par penganutnya dan dipakai sebagai metode perlawanan dan kawan.
Identitas kebangsaan (political unity) merujuk pada bangsa dalam pengertian politik,
yaitu bangsa-negara. Bisa saja dalam negara hanya adasatu bangsa (homogen),
tetapi umumnya terdiri dari banyak bangsa (heterogen). Karena itu negara perlu
menciptakan identitas kebangsaan atau identitas nasional, yang merupakan
kesepakatan dari banyak bangsa di dalamnya. Identitas nasional dapat berasal dari
identitas satu bangsa yang kemudian disepakati oleh bangsa-bangsa lainnya yang
ada dalam negara itu, atau juga dari identitas beberapa bangsa yang ada kemudian
disepakati untuk dijadikan identitas bersama sebagai identitas bangsa-negara.
Kesediaan dan kesetiaan warga bangsa/negara untuk mendukung identitasnasional
perlu ditanamkan, dipupuk, dan dikembangkan terus-menerus. Mengapa? Karena
warga lebih dulu memiliki identitas kelompoknya, sehingga jangan sampai melun-turkan
identitas nasional. Di sini perlu ditekankan bahwa kesetiaan pada identitas
nasional akan mempersatukan warga bangsa itu sebagai ”satu bangsa” dalam
negara. Bentuk identitas kebangsaan bisa berupa adat-istiadat, bahasa nasional,
lambang nasional, bendera nasional, termasuk juga ideologi nasional.
Proses pembentukan identitas nasional di Indonesia cukup panjang, dimulai dengan
kesadaran adanya perasaan senasib sepenanggungan ”bangsa Indonesia” akibat
kekejaman penjajah Belanda, kemudian memunculkan komitmen bangsa (tekad, dan
kemudian menjadi kesepakatan bersama) untuk berjuang dengan upaya yang lebih
teratur melalui organisasi-organisasi perjuangan (pergerakan) kemerdekaan meng-usir
penjajah sampai akhirnya Indonesia merdeka pada tanggal 17 Agustus 1945 dan
membentuk negara.
Beberapa bentuk identitas nasional Indonesia sebagai wujud konkrit dari hasil perjuangan
bangsa yang dimaksud adalah :
a) Dasar falsafah dan ideologi negara, yaitu Pancasila.
b) Bahasa nasional atau bahasa persatuan, yaitu bahasa Indonesia.
c) Lagu kebangsaan, yaitu Indonesia Raya.
d) Lambang negara, yaitu Garuda Pancasila.
3

e) Semboyan negara, yaitu Bhinneka Tunggal Ika.


f) Bendera negara, yaitu Sang Merah Putih.
g) Hukum dasar negara (konstitusi), yaitu UUD 1945.
h) Bentuk negara, yaitu NKRI dan bentuk pemerintahannya Republik.
i) Konsepsi wawasan nusantara, yaitu sebagai cara pandang bangsa Indonesia
a. mengenai diri dan lingkungannya yang serba beragam dan memiliki nilai stra-
tegis dengan mengutamakan persatuan dan kesatuan bangsa, kesatuan wilayah
b. dalam penyelenggaraan kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara,
c. untuk mencapai tujuan nasional.
j) Beragam kebudayaan daerah yang telah diterima sebagai kebudayaan nasional.

f. Wujud Pengamalan Nasionalisme dan Patriotisme dalam kehidupan sehari hari


Bentuk pengalaman Nasionalisme dan Patriotisme dalam kehidupan, bermasyarakat,
bernegara dan sekolah bisa dalam berbagai bentuk.
1) Dalam kehidupan Negara
a) Membayar pajak secara tertib
b) Menjaga fasilitas-fasilitas umum, seperti halte, terminal, telpon umum
c) Mengharumkan nama bangsa dalam dunia internasional, misalnya menjadi
juara olimpiade dan lomba-lomba lain tingkat internasional
d) Memberikan sumbangan devisa bagi Negara, misalnya TKI yang berkerja di
luar negeri, pengusaha yang membawa keuntungan perusahaannya di luar
negeri ke Indonesia
e) Berpartisipasi aktif dalam ikut membrantas korupsi dan kolusi serta
nepostisme sesuai dengan aturan yang berlaku.
2) Dalam kehidupan bermasyarakat
a) kerja bakti memajukan daerahnya
b) Mendorong masyarakat melalui penyuluhan tentang pentingnya lingkungan
yang bersih dan sehat
c) Menjadi orang tua asuh untuk membiayai pendidikan anak tak mampu di
lingkungannya
d) Menjaga nama baik masyarakat dengan tidak melakukan tindakan tercela
e) Menjaga dan mencegah agar lingkungan tetap sehat dalam arti fisik atau
moral
3) Dalam kehidupan berkeluarga
a) menjaga nama baik keluarga
b) berjuang untuk kemajuan dan kesejahteraan keluarga
c) orang tua yang sadar akan pentingnya pendidikan bagi anak-anaknya
dengan bekerja keras mencarikan biaya
d) dengan tulus merelakan kepergian putra-putrinya menjadi guru di daerah
terpecil
4) dalam kehidupan sekolah
a) menjaga nama baik sekolah
b) mengharumkan nama baik sekolah, misalnya menjadi juara dalam lomba di
berbagai bidang
c) belajar tekun untuk mendapatkan prestasi yang membanggakan bagi
sekolah atau bagi diri sendiri
d) melaksanakan hak dan kewajiban sebagai siswa sesuai dengan tata tertib
sekolah
e) sumbangan dari para siswa untuk korban bencana alam merupakan
partisipasi siswa yang menunjukkan keluhuran budi pekertinya.

2. Masyarakat Madani
a. Pengertian
Masyarakat Madani adalah masyarakat yang beradab dalam membangun, menjalani, dan
memaknai kehidupannya. Istilah Masyarakat madani diperkenalkan oleh mantan wakil
perdana meteri Malaysia yakni Anwar Ibrahim. Menurut Anwar Ibrahim, arti masyarakat
madani adalah sistem sosial yang subur berdasarkan prinsip moral yang menjamin
keseimbangan antara kebebasan individu dengan kestabilan masyarakat.
4

Masyarakat madani adalah kelembagaan sosial yang melindungi warga negara dari
perwujudkan kekuasaan negara yang berlebihan. Masyarakat madani merupakan tiang
utama dalam kehidupan politik berdemokratis. Wajib bagi setiap masyarakat madani yang
tidak hanya melindungi warga negara dalam berhadapan dengan negara, namun
masyarakat madani juga dapat merumuskan dan menyuarakan aspirasi masyarakat.

b. Ciri-Ciri Masyarakat Madani/Karakteristik Masyarakat Madani


Masyarakat madani memiliki beragam karakteristik/ciri-ciri baik itu secara umum maupun
pendapat para ahli. Ciri-ciri umum masyarakat madani adalah sebagai berikut :
a) Diakui semangat pluralisme. Artinya plularis menjadi sebuah keniscayaan yang
tidak dapat dielakkan, sehingga plularitas telah menjadi suatu kaidah yang abadi.
b) Sikap toleran antara sesama agama dan umat agama lain. Sikap toleran
merupakan sikap suka mendengar, dan menghargai pendapat dan juga pendirian
orang lain.
c) Tegaknya prinsip demokrasi. Demokrasi tidak sekedar kebebasan dan persaingan,
demokrasi juga pilihan untuk bersama-sama membangun, dan memperjuangkan
masyarakat untuk semakin sejaktera.
Ciri-Ciri/Karakteristik Masyarakat Madani Menurut Bahmuller (1997)
a) Terintegrasinya individu-individu dan kelompok-kelompok eksklusif ke dalam
masyarakat dengan kontak sosial dan aliansi sosial.
b) Menyebarkan kekuasaan sehingga kepentingan-kepetingan yang mendominasi
dalam masyarakat dapat dikurangi oleh kekuatan-kekuatan alternatif.
c) Terjembataninya kepentingan-kepentingan individu dan negara karena
keanggotaan organisasi-organisasi volunter mampu memberikan masukan-
masukan terhadap keputusan-keputusan pemerintah.
d) Meluasnya kesetiaan (loyalty) dan kepercayaan (trust) sehingga individu-individu
mengakui keterkaitannya dengan orang lain dan tidak mementingkan diri sendiri
(individualis).
e) Adanya kebebasan masyarakat melalui kegiatan lembaga-lembaga sosial dengan
berbagai perspektif.

c. Syarat Masyarakat Madani


Terdapat tujuh syarat yang harus dipenuhi untuk bisa mewujudkan suatu masyarakat
madani sebagai berikut :
a) Terpenuhinya kebutuhan dasar individu, keluarga, dan juga kelompok yang berada
di dalam masyarakat.
b) Berkembangnya human capital (modal manusia) dan social capital (modal sosial)
yang kondusif untuk terbentuknya kemampuan melaksanakan tugas-tugas
kehidupan an terjalinnya kepercayaan dan relasi sosial antar kelompok.
c) Tidak adanya diskriminasi dalam setiap bidang pembangunan atau terbukanya
akses berbagai pelayanan sosial
d) Adanya Hak, kemampuan, dan kesempatan bagi masyarakat dan lembaga-
lembaga swadaya untuk terlibat dalam setiap forum, sehingga isu-isu kepentingan
bersama dan kebijakan publik dapat dikembangkan.
e) Adanya persatuan antarkelompok di masyarakat serta tumbuhnya sikap saling
menghargai perbedaan antarbudaya dan kepercayaan.
f) Terselenggaranya sistem pemerintahan yang lembaga-lembaga ekonomi hukum,
sosial berjalansecara produktif dan berkeadilan sosial
g) Adanya jaminan, kepastian, dan kepercayaan dari setiap jaringan-jaringan
kemasyarakatan sehingga terjalinnya hubungan dan komunikasi antara
masyarakat secara teratur, terbuka dan terperacaya.
5

d. Unsur-Unsur Masyarakat Madani


Masyarakat Madani tidak muncul dengan sendirinya. Ia menghendaki adanya
beberapa unsur sosial sebagai prasyarat terwujudnya tatanan itu.
Beberapa unsur pokok masyarakat madani tersebut adalah :
a) Adanya wilayah publik yang luas, adalah ruang publik yang bebas sebagai sarana
mengemukakan pendapat warga masyarakat.
b) Demokrasi, ialah prasyarat mutlak keberadaan civil society yang murni (genuine).
c) Toleransi, ialah sikap saling menghargai dan meghormati adanya perbedaan
pendapat
d) Pluralisme, ialah tidak hanya sebagai batas sikap dan menerima kenyataan sosial
yang beragam tapi disertai dengan sikap tulus menerima perbedaan dan rahmat
tuhan yang bernilai positig bagi kehidupan masyarakat.
e) Keadilan sosial, adalah keseimbangna dan pembagian yang proporsional atas hak
dan kewajiban setiap warga Negara yang mengenai seluruh aspek kehidupan;
ekonomi, pilitik, pengetahuan dan kesempatan.

3. Sistem Pemeritahan

Sistem Pemerintahan dibedakan menjadi :


a. Sistem Pemerintahan Parlementer adalah sistem pemerintahan dimana parlemen
atau badan legislatif memiliki peran penting dalam pemerintahan. Maksudnya,
bahwa kekuasaan Parlemen berada diatas kekuasaan Elsekutif

Ciri-ciri atau karakteristik system pemerintahan parlementer sebagai berikut :


➢ Raja, ratu atau presiden sebagai kepala negara tidak memiliki kekuasan
pemerintahan.
➢ Kepala pemerintahan adalah perdana menteri
➢ Parlemen adalah satu-satunya lembaga yang anggotanya dipilih langsung rakyat
melalui pemilihan Umum.
➢ Eksekutif adalah kabinet bertanggung jawab kepada legislatif atau parlemen.
➢ Bila parlemen mengeluarkan mosi tak percaya kepada menteri tertentu atau seluruh
menteri maka kabinet harus menyerahkan mandatnya kepada kepala negara.
➢ Dalam sistem dua partai yang ditunjuk membentuk kabinet segali gus sebagai
perdana menteri adalah ketua partai politik pemenang pemilu.
➢ Dalam sistem banyak partai formatur kabinet membentuk kabinet secara koalisi dan
mendapat kepercayaan parlemen.
➢ Bila terjadi perselisihan antara kabinet dengan parlemen maka kepala negara
menganggap kabinet yang benar maka parlemen dibubarkan oleh kepala negara.

Kelebihan sistem pemerintahan Parlementer :


➢ Pembuatan kebijakan cepat karena mudah terjadi penyesuaian pendapat anatar
legislatif dengan eksekutif.
➢ Garis tanggung jawab dalam pembuatan dan pelaksanaan kebijakan publik jelas.
➢ Adanya pengawasan yang kuat dari parlemen terhadap kabinet sehingga kabinet
berhati-hati dalam menjalankan pemerintahan.

Kekurangan sistem pemerintahan parlementer :


➢ Kedudukan eksekutif/kabinet tergantung dukungan mayoritas parlemen, sehingga
sewaktu waktu kabinet dapat dijatuhkan oleh parlemen.
➢ Kabinet sewaktu-waktu dapat bubar tergantung dukungan mayoritas parlemen.
➢ Kabinet yang berasal dari partai pemenang pemilu dapat menguasai parlemen.
➢ Parlemen tempat pengkaderan bagi jabatan eksekutif. Anggota parlemen
merangkap menteri atau kabinet.
6

b. Sistem pemerintahan Presidensial, adalah keseluruhan hubungan kerja antar


lembaga negara melalui pemisahan kekuasan negara, disini presiden adalah kunci
dalam pengelolaan kekuasaan menjalankan pemerintahan negara.
Ciri-ciri atau karakteristik sistem pemerintahan Presidensial sebagai berikut :
➢ Presiden sebagai kepala negara sekaligus kepala pemerintahan.
➢ Kabinet atau dewan menteri dibentuk oleh presiden.
➢ Presiden tidak bertanggung jawab kepada parleme
➢ Presiden tidak dapat membubarkan parlemen
➢ Menteri tidak boleh merangkap anggota parlemen
➢ Menteri bertanggung jawab kepada presiden
➢ Masa jabatan mebteri tergantung pada keprcayaan presiden.
➢ Peran eksekutif dan legislatif dibuat seimbang dengan sistem check and balances.
Kelebihan sistem Presidensial :
➢ Kedudukan eksekutif stabil sebab tidak tergantung pada legislatif atau parlemen.
➢ Masa jabatan eksekutif jelas, misalnya 4 tahun, 5 tahun atau 6 tahun.
➢ Penyususnan program kabinet mudah karena disesuaikan dengan masa jabatan.
➢ Legislatif buakn tempat kaderisasi eksekutif sebab anggota parlemen tidak boleh
dirangkap pejabat eksekutif.
Kekurangan Sistem Presidensiasl :
➢ Kekuasaan eksekutif diluar pengawasan langsung legislatif sehingga dapat
menciptakan kekuasaan mutlak.
➢ Sistem pertanggungjawaban kurang jelas.
➢ Pembuatan kebijakan publik hasil tawar-menawar antara eksekutif dengan legislatif,
tidak tegas dan waktu lama.
Prinsip-prinsip sistem pemerintahan presidensial adalah :
➢ Pemisahan jabatan karena larangan rangkap jabatan antara anggota parlemen
dengan menteri atau kabinet.
➢ Kontrol dan keseimbangan (check and balances) yaitu masing-masing cabang
kekuasaan diberi kekuasaan untuk mengontrol cabang kekuasaan lain.

c. Sistem Pemerintahan Referendum


Di negara Swiss pembuatan UU berada dibawah pengawasan rakyat yang memiliki
hak pilih. Pengawasan itu dilakukan dalam bentuk referendum.
Referendum dibedakan dalam 3 macam yaitu :
➢ Referendum Obligatoir adalah referendum yang harus lebih dulu mendapat
persetujuan langsung dari rakyat sebelum suatu UUD tertentu diberlakukan.
➢ Referendun Fakultatif adalah referendunm yang dilaksanakan apabila dalam
waktu tertentu setelah UU dilaksanakan, sejumlah orang tertentu menginginka
dilaksanakannya referendum. Apabila hasil referendum menghendaki
dilaksanakannya UU maka akan terus berlaku, tapi sebaliknya.
➢ Referendum Konsultatif adalah referendum yang menyangkut soal-soal teknis.
Biasanya rakyat kurang paham tentangmateri UU yang diminta
persetujuannya.

4. Komponen – Komponen Politik


Pada setiap sistem politik Negara-negara dunia, akan selalu dijumpai adanya struktur
politik. Struktur politik di dalam suatu negara adalah pelembagaan hubungan organisasi
antara komponen-komponen yang membentuk bangunan politik. stuktur politik sebagai
bagian dari struktur yang pada umumnya selalu berkenaan dengan alokasi nilai-nilai yang
bersifat otoratif, yaitu yang dipengaruhi oleh distribusi serta penggunaan kekuasaan.
Permasalahan politik menurut Alfian, dapat dikaji melalui berbagai pendekatan, yaitu
didekati dari sudut kekuasaan, struktur politik, komunikasi politik, konstitusi, pendidikan dan
sosialisasi politik, pemikiran dan kebudayaan politik.
Sistem politik yang pada umumnya berlaku di setiap negara meliputi dua struktur
kehidupan politik, yakni, infrastrukur politik dan suprastruktur politik.
7

a. Infrastrukur politik

Didalam suatu kehidupan politik rakyat (the sosial political sphere), akan selalu ada
keterkaitan atau keterhubungan dengan kelompok-kelompok lain ke dalam berbagai
macam golongan yang biasanya disebut “kekuatan sosial politik masyarakat”.
Kelompok masyarakat tersebut yang merupakan kekuatan politik riil didalam
masyarakat, disebut “infrastruktur politik”. Berdasakan teori politik, infrastruktur politik
mencakup 5 (lima) unsur atau komponen sebagai berikut :
➢ Partai politik (political party ),
➢ kelompok kepentingan (interest group),
➢ kelompok penekan (pressure group),
➢ media komunikasi politik (political communication media) dan
➢ tokoh politik (political figure).

1) Partai politik ( political party ) di Indonesia


Partai politik sebagai institusi mempunyai hubungan yang sangat erat dengan
masyarakat dalam mengendalikan kekuasaan. Hubungan ini banyak dipengaruhi oleh
kebudayaan masyarakat yang melahirkannya. Kalau kelahiran partai politik dilihat
sebagai pengewajantahan dari kedaulatan rakyat dalam poltik formal, maka semangat
kebebasan selalu dikaitkan orang ketika berbicara tentang partai politik sebagai
pengendali kekuasaan. Perjalanan sejarah kehidupan partai poliik di Indonesia secara
garis besarnya dapat dijelaskan sebagai berikut :
Masa pra kemerdekaan
Organisasi modern pertama di Indonesia yang melakukan perlawanan terhadap
penjajah (tidak secara fisik) adalah Budi Utomo yang didirikan di Jakarta pada
tanggal 20 Mei 1908. Pada awalnya, organisasi ini berkembang di kalangan pelajar
dalam bentuk studieclub dan organisasi pendidikan. Namun dalam perkembangan
berikutnya, ia menjadi partai politik yang didukung kaum terpelajar dan massa buruh
tani.
Masa pasca kemerdekaan (tahun 1945-1965)
Tumbuh suburnya partai-partai politik pasca kemerdekaan, didasarkan pada
Maklumat Pemerintah tertanggal 3 November 1945 yang ditandantangani Wakil
Presden Moh. Hatta yang antara lain memuat keinginan pemerintah akan kehadiran
partai politik agar masyarakat dapat menyalurkan aspirasi (aliran pahamnya) secara
teratur.
Sejak dikeluarkannya Maklumat Pemerintah tersebut, dapat diklasifikasi sejumlah
partai politik yang ada sebagai berikut :

a) Dasar Ketuhanan : Partai Masjumi, Partai Sjarikat Indonesia, Pergerakan


Tarbiyah Islamiah (Perti), Partai Kristen Indonesia (Parkindo), Nahdlatul Ulama
(NU), dan Partai Katolik.
b) Dasar Kebangsaan : Partai Nasional Indonesia (PNI), Partai Indonesia Raya
(Parindra Persatuan Indonesia Raya (PIR), Partai Rakyat Indonesia (PRI),
Partai Demokrasi Rakyat (Banteng), Partai Rakyat Nasional (PRN), Partai
Wanita Rakyat (PWR), Partai Kebangsaan Indonesia (Parki), Partai Kedaulatan
Rakyat (PKR), Serikat Kerakyatan Indonesia (SKI), Ikatan Nasional Indonesia
(INI), Partai Rakyat Jelata (PRJ), Partai Tani Indonesia (PTI), Wanita
Demokrasi Indonesia (PTI).
c) Dasar Marxisme : Partai Komunis Indonesia (PKI), Partai Sosialis Indonesia,
Partai Murba, Partai Buruh, Persatuan Rakyat Marhaen Indonesia (Permai).
d) Dasar Nasionalisme: Partai Demokrat Tionghoa (PTDI), Partai Indonesia
Nasional(PIN), Partai Ikatan Pendukung Kemerdekaan Indonesia (IPKI),
Masa Orde baru (tahun 1966-1998).
Awal kebangkitan orde baru (1966) dalam melakukan pembelahan institusi politik,
tetap berpandang bahwa jumlah partai politik yang terlalu banyak tidak menjamin
stabilitas politik. Usaha pertama disamping memulihkan partai-partai yang tidak
8

secara resmi dilarang, adalah menyusun undang-undang tentang pemiluyang


dianggap sesuai dengan perkembangan masyarakat saat itu. Dan pemilu yang
direncanakan dilaksanakan dalam waktu dekat, ternyata baru terlaksana tahun 1971
dengan peserta sebanyak 10 partai politik. (Golkar, Parmusi, NU, PSII, Partai Islam,
Parkindo, Partai Katolik, PNI, Murba, dan IPKI).
Hasil Pemilu 1971 menunjukkan kemenangan Golkar yang diikuti oleh Parmusi, NU
dan PNI. Selanjutnya dengan diberlakukannya UU RI no. 03 tahun 1975, Pemilu
tahun 1977 dan 1982 hanya diikuti oleh 3 ( tiga) peserta :
a) PPP dengan ciri ke-islaman dan ideologi islam.
b) Golkar dengan ciri kekayaan dan keadilan sosial.
c) PDI dengan ciri demokrasi, kebangsaan (nasionalisme), dan kedilan
Pada pemilu tahun 1987 dan 1992 dengan diberlakukannya UU NO. 3 tahun 1985,
partai politik dan Golkar ditetapkan hanya mempergunakan satu-satunya asas, yaitu
Pancasila dengan tujuan agar setiap kontestan pemilu lebih berorientasi pada
program kerja masing-masing. penerapan atas tersebut langsung sampai dengan
pelaksanaan pemilu 1997. fakta memperlihatkan bahwa selama pemilu orde baru,
golkar selalu dominan. dalam pemilu 1971 golkar meraih (62,8%), tahun 1997
(62,1%), tahun 1982 (64,3%), tahun 1987 (73,2%) tahun 1992 (68,1%) dan pada
tahun 1997 (70,2%).
Era orde baru mengalami antiklimaks kekuasaan setelah pada akhir tahun 1997
negara Indonesia mengalami krisis moneter yang selanjutnya berkembang menjadi
krisis multidimensi karena terperangkap hutang luar negeri yang besar dan
banyaknya praktik korupsi, kolusi, nepotisme (KKN) yang melibatkan pejabat
birokrasi dan pengusaha.

Masa Repormasi (tahun 1999 s.d.sekarang)


Era reformasi benar-benar merupakan arus angin perubahan menuju demokratisasi
dan asas keadilan. Partai-partai politik diberikan kesempatan untuk hidup kembali
dan mengikuti pemilu dengan multipartai yang terselenggarakan pada tahun 1999
berdasarkan undang-undang No. 3 tahun 1999. sangat mengejutkan bagi semua
manusia elemen masyarakat Indonesia ternyata paska-orde baru pemilu diikuti
sebanyak 48 partai politik.

2) Kelompok kepentingan (interest group)


Kelompok kepentingan (interest group), dalam gerak langkahnya akan sangat
tergantung pada sistem kepartaian yang diterapkan dalam suatu negara. Aktivitas
kelompok kepentingan umumnya menyangkut tujuan-tujuan yang lebih terbatas, dengan
sasaran-sasaran yang monolitis dan intensitas usaha yang tidak berlebihan.
Menurut Gabriel A. Almond, kelompok kepentingan dapat diidentifikasikan ke dalam
jenis-jenis kelompok sebagai berikut :
➢ Kelompok Anomik : kelompok yang terbentuk dari unsur–unsur masyarakat secara
spontan dan seketika akibat isu kebijakan pemerintah, agama, politik, dsb.
➢ Kelompok non-asosiasional: Kelompok yang berasal dari unsur keluarga dan
keturunan atau etnik, regional, status dan kelas yang menyatakan kepentingannya
berdasarkan situasi.
➢ Kelompok insitusional : kelompok yang bersifat formal dan memiliki fungsi–fungsi
politik atau sosial.
➢ Kelompok asosiasional: Kelompok yang menyatakan kepentinganya secara khusus,
memakai tenaga professional dan memiliki prosedur yang teratur untuk
merumuskan kepentingan dan tuntutan.
Di negara berkembang pada umumnya. dan khususnya di Indonesia masyarakat yang
tergabung dalam kelompok kepentingan biasanya sensitive terhadap isu politik dalam
lingkup kelompok politik yang sempit. Masyarakat masih dibatasi realita politiknya
(terutama masa orde baru) oleh para pemegang kekuasaan negara/pemerintah, dengan
asumsi demi stabilitas politik.
9

Tampak bahwa pada masa itu pemegang kekuasaan negara/pemerintah cukup tangguh
mengendalikan kehidupan politik supaya terdapat keleluasaanbagi proses
pembangunan bidang kehidupan lainnya.
Namun pasca Orde Baru (tahun 1998) yang disebut dengan era reformasi, masyarakat
berperan aktif dalam menumbuhkan sangkar partisipasi politik “demokratisasi” setelah
selama 32 tahun dikekang dengan berbagai instrument politik dan peraturan
perundangan. Berkembangnya sistem politik di Indonesia dewasa ini tidak lepas dari
peran kelompok kepentingan yang selama Orde Baru berkuasa berseberangan,
terutama dari kalangan akademisi, politikus, lembaga swadaya masyarakat, pengusaha,
dan sebagainya.

3) Kelompok Penekan (pressure group)


Kelompok penekan merupakan salah satu institusi politik yang dapat dipergunakan oleh
rakyat untuk menyalurkan aspirasi dan kebutuhannya dengan sasaran akhir adalah
untuk mempengaruhi atau bahkan membentuk kebijakan pemerintah. Kelompok
penekan dapat terhimpun dalam beberapa asosiasi yang mempunyai kepentingan
sama, antara lain :
➢ Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM)
➢ Organisasi-organisasi sosial keagamaan
➢ Organisasikepemudaan
➢ Organisasi Lingkungan Kehidupan
➢ Organisasi pembela Hukum dan HAM
➢ Yayasan atau Badan hukum lainnya, Mereka pada umumnya dapat menjadi
kelompok penekan dengan cara mengatur orientasi tujuan-tujuannya yang secara
operasional (melakukan negosiasi) sehingga dapat mempengaruhi kebijaksanaan
umum.
Dalam realitas kehidupan politik, kita mengenal berbagai kelompok penekan baik yang
sifatnya sektoral maupun regional. Tujuan dan target mereka biasanya bagaimana agar
keputusan politik berupa undang-undang atau kebijakan yang dikeluarkan oleh
pemerintah lebih menguntungkan kelompoknya (sekurang-kurangnya tidak merugikan).
Kelompok penekan, kadang-kadang muncul lebih dominan dibanding dengan partai
politik, manakala partai politik peranannya tidak bisa lagi diharapkan untuk mengangkat
isu sentral yang mereka perjuangkan. Kondisi inilah yang mendorong kelompok penekan
tampil ke depan sebagai alternative terkemuka.

4) Media komunikasi politik (political communication media)

Media komunikasi politik merupakan salah satu instrument politik yang dapat berfungsi
untuk menyampaikan informasi dan persuasi mengenai politik baik dari pemerintah
kepada masyarakat maupun sebaliknya. Media komunikasi seperti surat kabar, telepon,
fax, internet, televise, radio, film, dan sebagainya dapat memainkan peran penting
terhadap penyampaian informasi serta pembentukan/mengubah pendapat umum dan
sikap politik publik.

5) Tokoh Politik (political/figure)

Pengangkatan tokoh-tokoh merupakan proses transformasi seleksi terhadap anggota-


anggota masyarakat dari berbagai sub-kluktur, keagamaan, status sosial, kelas, dan
atas dasar isme-isme kesukuan dan kualifikasi tertentu, yang kemudian memperkenal
kan mereka pada peran-peran khusus dalam sistem politik. Bagi actor-aktor politik itu
sendiri, pengangkatan mereka selalu melalui proses, yaitu :
➢ Transformasi dari peranan-peranan non-politis kepada suatu situasi di mana
mereka menjadi cukup berbobot memainkan peranan-peranan politik yang bersifat
khusus.
10

➢ Pengangkatan dan penugasan untuk menjalankan kegiatan-kegiatan politik yang


selama ini belum pernah mereka kerjakan, walaupun mereka telah cukup mampu
untuk mengemban tugas seperti itu.
➢ Menghendaki adanya persyaratan baik status maupun posisi khusus mereka.

Pada umumnya pengangkatan tokoh-tokoh politik akan memberikan angin segar dalam
memaparkan beberapa komponen perubahan dalam segala untuk dan menifestasinya.
Pengangkatan tokoh-tokoh politik akan berakibat terjadinya pergeseran di sector
infrastruktur politik, organisasi, asosiasi-asosiasi, kelompok-kelompok kepentingan serta
derajat politisasi dan partisipasi masyarakat.
Menurut Lester G. Seligman , proses pengangkatan tokoh-tokoh politik akan berkaitan
dengan beberapa aspek , yakni :
➢ Legitimasi elit politik
➢ Masalah kekuasaan
➢ Representativitas elit politik
➢ Hubungan antara pengangkatan tokoh-tokoh politik dengan perubahan politik.

b. Suprastruktur Politik
Suprastruktur politik (elit pemerintah) merupakan mesin politik resmi di suatu negara
sebagai penggerak politik formal. Kehidupan politik pemerintah bersifat kompleks karena
akan bersinggungan dengan lembaga-lembaga negara yang ada, fungsi, dan
wewenang/kekuasaan antara lembaga yang satu dengan yang lainnya. Suasana ini
pada umumnya dapat diketahui didalam konstitusi atau Undang-Undang Dasar dan
peraturan perundang-undangan suatu negara.
Dalam perkembangan ketatanegaraan modern, pada umunya elit politik pemerintah
dibagi dalam kekuasaan eksekutif (pelaksana undang-undang), legislative (pembuat
undang-undang), dan yudikatif (yang mengadili pelanggaran undang-undang), dengan
sistem pembagian kekuasaaan atau pemisahan kekuasaan.
Untuk terciptanya dan mantapnya kondisi politik negara, suprastruktur politik harus
memperoleh dukungan dari infrastruktur politik yang mantap pula. Rakyat, baik secara
berkelompok berupa partai politik atau organisasi kemasyarakatan, maupun secara
individual dapat ikut berpartisipasi dalam pemerintahan melalui wakil-wakilnya.
Suprastruktur politik di negara Indonesia sejak bergulirnya gerakan reformasi tahun
1998 sampai dengan tahun 2006 telah membawa perubahan besar di dalam sistem
politik dan ketatanegaraan Republik Indonesia. Era reformasi disebut juga sebagai “Era
kebangkitan Demokrasi”.
Sesungguhnya, kehidupan politik dalam suatu Negara, dibangun berdasarkan budaya
politik yang hidup dan berkembang dalam masyarakatnya
Almond dan Verba dengan lebih konfrenhensif membedakan komponen – komponen
Budaya Politik dalam 3 macam yaitu ::
a) Orientasi kognitif : berupa pengetahuan tentang kepercayaan pada politik, peranan,
dan segala kewajiban serta input dan outputnya.
b) Orientasi afektif : berupa perasaan terhadap sistem politik, peranannya, para aktor,
dan penampilannya.
c) Orientasi evaluatif : berupa keputusan dan pendapat tentang objek-objek politik
yang secara tipikal melibatkan standar nilai dan kriteria informasi dan perasaan.
Dengan menggunakan ketiga komponen orientasi tersebut, kita dapat mengukur
bagaimana sikap individu atau masyarakat terhadap sistem politik yang berkembang
dalam Negara.

5. Bentuk Negara
Bentuk-bentuk negara dan bentuk kenegaraan terdiri dari beberapa macam berdasarkan
dari teori-teori para ahli dan menurut yang terjadi sekarang ini. Singkat saja, mari kita
mulai dengan macam-macam bentuk negara yang dikelompokkan dalam beberapa jenis
seperti berdasarkan teori negara modern, jumlah orang yang memerintah dalam suatu
negara.
11

Berikut penjelasan bentuk-bentuk negara yang dikelompokkan sebagai berikut


a. Bentuk Kenegaraan / Konfederasi merupakan gabungan dari sejumlah Negara
melalui sejumlah perjanjian internasional yang memberikan wewenang tertentu
kepada konfederasi. Dalam bentuk gabungan ini, negara-negara anggota
konfederasi masing-masingnya tetap merupakan negara-negara yang berdaulat dan
subjek hukum internasional. Bentuk konfederasi hanya di bad XIX.
Walaupun Swiss secara resmi menamakan dirinya sebagai konfederasi tetapi
semenjak tahun 1848 pada hakekatnya lebih banyak bersifat federal dimana
wewenang luar negeri berada ditangan pemerintah federal.

b. Bentuk Negara
Bentuk Negara Berdasarkan Teori Negara Modern dibedakan menjadi :
1) Negara Kesatuan
Negara kesatuan adalah bentuk negara yang merdeka dan berdaulata, dengan satu
pemerintah pusat yang berkuasa dan juga mengatur seluruh daerah.
Negara Kesatuan adalah negara bersusunan tunggal, yakni kekuasaan untuk
mengatur seluruh daerahnya ada di tangan pemerintah pusat. Pemerintah pusat
memegang kedaulatan sepenuhnya, baik ke dalam maupun ke luar. Hubungan
antara pemerintah pusat dengan rakyat dan daerahnya dapat dijalankan secara
langsung. Dalam negara kesatuan hanya ada satu konstitusi, satu kepala negara,
satu dewan menteri (kabinet), dan satu parlemen. Demikian pula dengan
pemerintahan, yaitu pemerintah pusatlah yang memegang wewenang tertinggi
dalam segala aspek pemerintahan. Ciri utama negara kesatuan adalah supremasi
parlemen pusat.
Dalam pelaksanaannya, negara kesatuan terdiri dari dua macam yaitu :
a) Negara kesatuan dengan sistem sentralisasi
Maksudnya adalah Negara kesatuan, dimana sistem pemerintahan serta seluruh
persoalan negara secara langsung diatur dan diurus oleh pemerintah pusat,
sementara daerah-daerah yang tinggal dapat melaksanakannya saja.
Dalam negara kesatuan bersistem sentralisasi, semua hal diatur dan diurus oleh
pemerintah pusat, sedangkan daerah hanya menjalankan perintah-perintah dan
peraturan-peraturan dari pemerintah pusat. Daerah tidak berwewenang membuat
peraturan-peraturan sendiri dan atau mengurus rumah tangganya sendiri.
Keuntungan sistem sentralisasi:
➢ adanya keseragaman (uniformitas) peraturan di seluruh wilayah negara;
➢ adanya kesederhanaan hukum, karena hanya ada satu lembaga yang
berwenang membuatnya;
➢ penghasilan daerah dapat digunakan untuk kepentingan seluruh wilayah
negara.
Kerugian sistem sentralisasi:
➢ bertumpuknya pekerjaan pemerintah pusat, sehingga sering menghambat
kelancaran jalannya pemerintahan;
➢ peraturan/ kebijakan dari pusat sering tidak sesuai dengan keadaan/
kebutuhan daerah;
➢ daerah-daerah lebih bersifat pasif, menunggu perintah dari pusat sehingga
melemahkan sendi-sendi pemerintahan demokratis karena kurangnya
inisiatif dari rakyat;
➢ rakyat di daerah kurang mendapatkan kesempatan untuk memikirkan dan
bertanggung jawab tentang daerahnya;
➢ keputusan-keputusan pemerintah pusat sering terlambat.
12

b) Negara kesatuan dengan sistem desentralisasi.


Sistem desentralsiasi merupakan kebalikan pada sistem sentralisasi yang kepala
daerah sebagai pemerintah daerah diberi kesempatan dan kekuasaan untuk
mengurus/mengatur Rumah Tangga daerahnya sendiri. Sistem tersebut dikenal
dengan nama otonomi daerah atau swatantra.
Dalam negara kesatuan bersistem desentralisasi, daerah diberi kekuasaan untuk
mengatur rumah tangganya sendiri (otonomi, swatantra). Untuk menampung
aspirasi rakyat di daerah, terdapat parlemen daerah. Meskipun demikian,
pemerintah pusat tetap memegang kekuasaan tertinggi.

Keuntungan sistem desentralisasi:


➢ pembangunan daerah akan berkembang sesuai dengan ciri khas daerah itu
sendiri;
➢ peraturan dan kebijakan di daerah sesuai dengan kebutuhan dan kondisi
daerah itu sendiri;
➢ tidak bertumpuknya pekerjaan pemerintah pusat, sehingga pemerintahan
dapat berjalan lancar;
➢ partisipasi dan tanggung jawab masyarakat terhadap daerahnya akan
meningkat;
➢ penghematan biaya, karena sebagian ditanggung sendiri oleh daerah.

Kerugian sistem desentralisasi adalah


➢ ketidakseragaman peraturan dan kebijakan
➢ ketidakseragaman kemajuan pembangunan.

Karakteristik Negara Kesatuan


Secara umum, bentuk-bentuk negara kesatuan memiliki karakteristik berikut :
• Kedaulatan negara mencakup kedaulatan ke dalam dan ke luar yang ditangani oleh
pemerintah pusat
• Negara hanya memiliki satu undang-undang dasar, satu kepala negara, satu dewan
menteri, dan satu dewan perwakilan rakyat.
• Hanya ada satu kebikjaksanaan yang menyangkut mengenai persoalan politik, sosial
budaya, ekonomi, serta pertahanan dan keamanan.
Contoh Negara Kesatuan adalah : Belanda, Jepang, Filipina, Indonesia, dan Italia.
Secara Umum dapat disimpulkan bahwa bentuk negara kesatuan memiliki ciri - ciri
sebagai berikut :
• Terdapat pemerintah pusat yang memiliki kedaulatan baik ke dalam maupun ke luar.
• Terdapat satu UUD yang berlaku untuk seluruh wilayah negara.
• Terdapat satu kepala negara atau pemerintahan.
• Terdapat satu badan perwakilan rakyat.

2) Negara Serikat (Federasi)


• Suatu negara yang terdiri dari beberapa negara bagian yang tidak berdaulat sedang
yang berdaulat adalah gabungan dari negara - negara bagian itu. Negara bagian
diberi kekuasaan untuk membuat undang - undang sendiri yang tidak boleh
bertentangan dengan UUD negara serikat tersebut.
• Negara Serikat adalah negara bersusunan jamak, terdiri atas beberapa negara
bagian yang masing-masing tidak berdaulat. Kendati negara-negara bagian boleh
memiliki konstitusi sendiri, kepala negara sendiri, parlemen sendiri, dan kabinet
sendiri, yang berdaulat dalam negara serikat adalah gabungan negara-negara bagian
yang disebut negara federal.
Setiap negara bagian bebas melakukan tindakan ke dalam, asal tak bertentangan
dengan konstitusi federal. Tindakan ke luar (hubungan dengan negara lain) hanya
dapat dilakukan oleh pemerintah federal.
13

• Negara serikat adalah gabungan dari beberapa negara bagian. Negara-negara


bagian pada awalnya adalah negara yang merdeka, berdaulat dan berdiri sendiri.
Setelah menggabungkan diri dan membentuk negara serikat, negara-negara tersebut
melepaskan sebagian kekuasaannya dan menyerahkannya pada negara serikat.
Penyerahan kekuasaan dari negara bagian pada negara serikat disebut dengan
negara limitatif yang berarti sebuah demi sebuah. Hanya kekuasaan yang disebut
oleh negara bagian saja yang menjadi kekuasaan negara serikat.
Kekuasaan asli dalam negara serikat tetap pada negara bagian, karena negara
bagian berhubungan langsung kepada rakyatnya. Sementara dari itu, kekuasaan
diserahkan oleh negara bagian kepada negara serikat adalah hal-hal yang berkaitan
langsung dengan hubungan luar negeri, pertahanan negara, keuangan dan urusan
pos, kekuasaan ini yang didelegasikan (delegated powes).
Hakekatnya, Negara Serikat merupakan negara yang terdiri dari beberapa negara
bagian dengan satu pemerintah pusat yang memiliki kedaulatan. Namun tiap negara
bagian punya kedaulatan ke dalam untuk mengatur wilayahnya masing - masing.
Tiap negara bagian punya UUD sendiri, kepala negara, dan badan perwakilan.
Kekuasaan pemerintah pusat menyangkut urusan luar negeri, pertahanan dan
keamanan, keuangan, dan peradilan.

Karakteristik Negara Serikat (Federasi)


Secara umum, negara serikat memiliki karakteristik berikut :
• Tiap negara bagian berstatus berdaulat, karena kekuasaan asli tetap ada pada
negara bagian tersebut, hanya saja Negara bagian tidak memiliki kedaulatan ekstern
• Kepala negara di Negara bagian, dipilih oleh rakyat dan bertanggung jawab kepada
rakyat
• Pemerintah pusat memperoleh kedaulatan rakyat dari negara-negara bagian untuk
urusan ke luar dan sebagian ke dalam
• Setiap negara bagian memiliki kewenangan dalam mebuat UUD sendiri yang selama
ini tidak bertentangan dengan pemerintah pusat
• Kepala negara memilik hak veto (pembatalan keputusan) yang diajukan oleh
parlemen (senat dan kongres)
Contoh-Contoh Negara Serikat (Federasi) - Contoh negara yang berbentuk serikat
seperti Amerika serikat, Australia, Jerman, Swiss, India, Malaysia dan Jerman.
Secara umum dapat disimpulkan bahwa ciri-ciri negara serikat/ federal adalah sebagai
berikut :
• tiap negara bagian memiliki kepala negara, parlemen, dewan menteri (kabinet) demi
kepentingan negara bagian;
• tiap negara bagian boleh membuat konstitusi sendiri, tetapi tidak boleh bertentangan
dengan konstitusi negara serikat;
• hubungan antara pemerintah federal (pusat) dengan rakyat diatur melalui negara
bagian, kecuali dalam hal tertentu yang kewenangannya telah diserahkan secara
langsung kepada pemerintah federal.

Dalam praktik kenegaraan, jarang dijumpai sebutan jabatan kepala negara, untuk
Negara bagian, lazimnya disebut gubernur negara bagian. Pembagian kekuasaan
antara pemerintah federal dengan negara bagian ditentukan oleh negara bagian,
sehingga kegiatan pemerintah federal adalah hal ikhwal kenegaraan selebihnya
(residuary power).
Pada umumnya kekuasaan yang dilimpahkan negara-negara bagian kepada pemerintah
federal meliputi:
• hal-hal yang menyangkut kedudukan negara sebagai subyek hukum internasional,
misalnya: masalah daerah, kewarganegaraan dan perwakilan diplomatik;
• hal-hal yang mutlak mengenai keselamatan negara, pertahanan dan keamanan
nasional, perang dan damai;
14

• hal-hal tentang konstitusi dan organisasi pemerintah federal serta azas-azas pokok
hukum maupun organisasi peradilan selama dipandang perlu oleh pemerintah pusat,
misalnya: mengenai masalah uji material konstitusi negara bagian;
• hal-hal tentang uang dan keuangan, beaya penyelenggaraan pemerintahan federal,
misalnya: hal pajak, bea cukai, monopoli, matauang (moneter);
• hal-hal tentang kepentingan bersama antarnegara bagian, misalnya: masalah pos,
telekomunikasi, statistik.
Menurut C.F. Strong, yang membedakan negara serikat yang satu dengan yang lain
adalah:
• cara pembagian kekuasaan antara pemerintah federal dan pemerintah negara
bagian;
• badan yang berwenang untuk menyelesaikan perselisihan yang timbul antara
pemerintah federal dengan pemerintah negara bagian.
Berdasarkan kedua hal tersebut, lahirlah bermacam-macam negara serikat, antara lain:
• negara serikat yang konstitusinya merinci satu persatu kekuasaan pemerintah
federal, dan kekuasaan yang tidak terinci diserahkan kepada pemerintah negara
bagian. Contoh negara serikat semacam itu antara lain: Amerika Serikat, Australia,
RIS (1949);
• negara serikat yang konstitusinya merinci satu persatu kekuasaan pemerintah negara
bagian, sedangkan sisanya diserahkan kepada pemerintah federal. Contoh: Kanada
dan India;
• negara serikat yang memberikan wewenang kepada mahkamah agung federal
dalam menyelesaikan perselisihan di antara pemerintah federal dengan pemerintah
negara bagian. Contoh: Amerika Serikat dan Australia;
• negara serikat yang memberikan kewenangan kepada parlemen federal dalam
menyelesaikan perselisihan antara pemerintah federal dengan pemerintah negara
bagian. Contoh: Swiss.

Persamaan antara negara serikat dan negara kesatuan bersistem desentralisasi:


1) Pemerintah pusat sebagai pemegang kedaulatan ke luar;
2) Sama-sama memiliki hak mengatur daerah sendiri (otonomi).
Sedangkan perbedaannya adalah: mengenai asal-asul hak mengurus rumah tangga
sendiri itu. Pada negara bagian, hak otonomi itu merupakan hak aslinya, sedangkan
pada daerah otonom, hak itu diperoleh dari pemerintah pusat.

6. Bentuk Pemerintahan

1) Bentuk Pemerintahan Klasik


a. Ajaran Plato ada 5 bentuk pemerintahan :
o Aristokrasi adalah bentuk pemerintahan yang dipegang oleh kaum cendekiawan
sesuai dengan pikiran keadilan.
o Timokrasi adalah bentuk pemerintahan yang dipegang oleh orang-orang yang ingin
mencapai kemasyhuran dan kehormatan.
o Oligarki adalah bentuk pemerintahan yang dipegang oleh golongan hartawan.
o Demokrasiadalah bentuk pemerintahanyang dipegang oleh rakyat jelata.
o Tiraniadalah bentuk pemerintahan yang dipegang oleh seorang tiran (sewenang-
wenang) dan jauh dari keadilan.

b. Ajaran Aristoteles ada 6 bentuk pemerintahan :

o Monarki adalah bentuk pemerintahan yang dipegang oleh satu orang demi
kepentingan umum.
15

o Tirani adalah bentuk pemerintahan yang dipegang oleh seorang demi kepentingan
pribadi.
o Aristokrasi adalah bentuk pemerintahan yang dipegang oleh sekelompok
cendekiawan untuk kepentingan umum.
o Oligarki adalah bentuk pemerintahan yang dipegang oleh sekelompok
cendekiawan demi kepentingan kelompoknya.
o Politeia adalh bentuk Pemerintahan yang dipegang oleh seluruh rakyat untuk
kepentingan umum.
o Demokrasi adalah bentuk pemerintahan yang dipegang oleh orang-orang tertentu
demi kepentingan sebagian orang.
c. Ajaran POLYBIOS yang dikenal sebagai teori siklus Polybius, yang dapat
digambarkan sbb :
Menurut Polibius, sesungguhnya bentuk pemerintahan yang satu akan berubah menjadi
bentuk yang lain setelah mengalami proses yang cukup lama. Menurutnya, bentuk
pemerintahan akan berganti sampai akhirnya kembali ke bentuk asalnya, sehingga
merupakan sebuah siklus.
Bentuk pemerintahan yang dimaksud oleh Polybios tersebut adalah sbb :
o MONARKI adalah bentuk pemerintahan yang pada mulanya kekuasaannya atas
nama rakyat dengan baik dan dipercaya tapi dalam perkembangannya penguasa
(Raja) tidak lagi menjalankan pemerintahan untuk kepentingan umum tapi
menindas rakyat dan sewenang-wenang, maka bentuk MONARKI bergeser
menjadi TIRANI.
o Dalam situasi pemerintahan TIRANI muncullah perlawanan dari kaum bangsawan
dan pemerintahan diambil alih kaum bangsawan yang memperhatikan kepentingan
umum, maka pemerintahan TIRANI bergeser menjadi ARISTOKRASI.
o ARISTOKRASI yang semula memperhatikan kepentingan umum tidak lagi
menjalankan keadilan tapi hanya mementingkan diri dan kelompoknya sehingga
pemerintahan ARISTOKRASI bergeser ke OLIGARKI.
o Dalam pemerintahan OLIGARKI yang tidak memiliki keadilan, maka rakyat
mengambil alih kekuasan untuk memperbaiki nasibnya. Rakyat menjalankan
kekuasaan negara demi kepentingan rakyat, maka pemerintahan OLIGARKI
bergeser ke DEMOKRASI.
o Pemerintahan DEMOKRASI yang awalnya baik, lama kelamaan banyak diwarnai
kekacauan , KKN, kebobrokan dan hukum sulit ditegakkan sehingga pemerintahan
DEMOKRASI ini berpindah ke pemerintahan OKHLOKRASI.
o Dari pemerintahan OKHLOKRASI ini muncul seorang yang berani dan kuat yang
dengan kekerasan dapat memegang pemerintahan, maka pemerintahan
OKHLOKRASI bergeser ke pemerintahan OLIGARKI kembali.
o Dengan demikian menurut POLYBIOS antara pemerintahan yang satu dengan
lainnya memiliki hubungan kausal (sebab dan akibat).

Gb. Bagan siklus Polibios


16

2) Bentuk Pemerintahan Modern :


Banyak tokoh mengemukakan bentuk pemerintahan modern yang sampai kini dianut
oleh negara-negara di dunia diantaranya adalah :

a. Jellineck, membagi bentuk pemerintahan berdasarkan cara membentuk kehendak


Negara
b. Leon Duquit, membagi bentuk pemerintahan berdasarkan cara penunjukkan
Kepala Negara
Kedua tokoh tersebut membedakan bentuk pemerintahan menjadi dua macam yaitu :
➢ Monarkhi yaitu bentuk pemerintahan yang dipimpin oleh seorang Raja, yang
memimpin secara turun temurun denganmasa jabatan seumur hidup.
➢ Republik yaitu bentuk pemerintahan yang dipimpin oleh seorang Presiden yang
memerintah berdasarkan pemilihan dengan masa jabatan tertentu

Bentuk pemerintahan monarki dapat dibedakan menjadi :


a. Monarki Absolut adalah bentuk pemerintahan suatu negara yang dikepalai oleh
seorang raja, ratu, syah, atau kaisar yang kekuasaannya tidak terbatas. Raja
merangkap merangkap sebagai penguasa legislatif, eksekutif dan yudikatif yang
disatukan dalam perbuatannya. Raja adalah Undang-undang itu sendiri. Contoh:
Prancis di masa Raja Louis XIV semboyannya L’ etat C’est Moi (negara adalah
aku).
b. Monarki Konstitusional adalah bentuk pemerintahan suatu negara yang
dikepalai oleh seorang raja yang kekuasaanya dibatasi oleh undang-undang
dasar (konstitusi).terjadinya monarki konstitusional ada 2 cara :
o Datang dari raja sendiri karena ia takut dikudeta. Contoh: Jepang dengan
hak octroi.
o Karena adanya revolusi rakyat kepada raja. Contoh Inggris yang
melahirkan Bill of Rights I tahun 1689, yordania, Denmark, Arab Saudi
dan Brunai Darussalam.
c. Monarki Parlementer adalah bentuk pemerintahan suatu negara yang dikepalai
oleh seorang raja dengan sistem parlemen (DPR) sebagai pemegang kekuasaan
tertinggi. Dalam monarki perlementer kekuasaan eksekutif dipegang oleh
Kabinet (Perdana Menteri) yang bertanggung jawab kepada parlemen. Fungsi
raja sebagai kepala negara (simbol kekuasaan) dan tidak dapat diganggu gugat.
Contoh: Inggris, Belanda, dan Malaysia.
Bentuk pemerintahan Republik dibedakan menjadi :
a. Republik Absolut, pemerintahan bersifat diktator tanpa ada pembatasan
kekuasaan. Parlemen kurang berfungsi, konstitusi diabaikan untuk legitimasi
kekuasaan.
b. Republik Konstitusional, presiden memegang kekuasaan sebagai kepala
negara dan kepala pemerintahan yang dibatasi oleh konstitusi, pengawasan
efektif dilakukan oleh parlemen.
c. Republik Parlementer, presiden hanya berfungsi sebagai kepala negara, tapi
presiden tidak dapat diganggu gugat. Kepala pemerintahan dipegang oleh
Perdana Menteri yang bertanggung jawab kepada parlemen. Kekuasan legislatif
lebih tinggi dari kekuasaan eksekutif.
17

B. DEMOKRASI DAN KEBEBASAN PERS

1. Pelaksanaan Demokrasi di Indonesia

Perkembangan demokrasi di Indonesia sejak Proklamasi kemerdekaan sampai sekarang,


dapat dibedakan menjadi :

a) Demokrasi pada masa awal proklamasi kemerdekaan.


Pada masa pemerintahan revolusi kemerdekaan ini (1945-1949), pelaksanaan
demokrasi baru terbatas pada interaksi politik diparlemen dan berfungsinya pers yang
mendukungrevolusikemerdekaan.
Meskipun tidak banyak catatan sejarah yang menyangkut perkembangan demokrasi
pada periode ini, akan tetapi pada periode tersebut telah diletakkan hal-hal
mendasar. Diantaranya :
• Pemberian hak-hak politik secara menyeluruh.
• Presiden yang secara konstitusional ada kemungkinan untuk menjadi diktator.
• Melalui maklumat Wakil Presiden, maka dimungkinkan terbentuknya sejumlah
partai politik yang kemudian menjadi peletak dasar bagi system kepartaian di
Indonesia untuk masa-masa selanjutnya dalam sejarah kehidupan politik
Indonesia.
Peristiwa penting yang terjadi masa Ini :
• Keluarnya maklumat 16 Oktober 1945
• Keluarnya maklumat pemerintah 3 Nopember 1945
• Keluarnya maklumat pemeritah 14 Nopember 1945

Karakteristik pemerintahan demokrasi masa ini antara lain :


• Kebijakan pemerintah harus sesuai keinginan DPR sebab kalo tidak sesuai maka
bisa dibubarkan oleh DPR melalui mosi tk percaya
• Kemerdekaan mengeluarkan pendapat ditafsirkan sebagai kebebasan yang
seluas-luasnya
• Kritik yyang dilancarkan kaum oposisi bukan merupakan kritik yang bersifat
membangun ttp menyerang pemerintah sehinggamenyebabkan pemerintah mjd
tdk stabil
b) Demokrasi parlementer (1950-1959)
Masa demokrasi parlementer merupakan masa kejayaan demokrasi di Indonesia,
karena hampir semua elemen demokrasi dapat kita temukan perwujudannya dalam
kehidupan politik di Indonesia diantaranya adalah :
• lembaga perwakilan rakyat atau parlemen memainkan peranam yang sangat
tinggi dalam proses politik yang berjalan.
• Akuntabilitas (pertanggungjawaban) pemegang jabatan dan politis pada
umumnya sangat tinggi.
• Kehidupan kepartaian boleh dikatakan memperoleh pelung yang sebesar-
besarnya untuk berkembang secara maksimal.
• Meskipun Pemilihan Umum hanya dilaksanakan satu kali yaitu pada 1955, tetapi
Pemilihan Umum tersebut benar-benar dilaksanakan dengan prinsip demokrasi.
• Masyarakat pada umumnya dapat merasakan bahwa hak-hak dasar mereka
tidak dikurangi sama sekali, sekalipun tidak semua warga Negara dapat
memanfaatkannya dengan maksimal.
• Dalam masa pemerintahan Parlementer, daerah-daerah memperoleh otonomi
yang cukup bahkan otonomi yamg seluas-luasnya dengan asas desentralisasi
sebagai landasan untuk berpijak dalam mengatur hubungan kekuasaan antara
pemerintah pusat dengan pemerintah daerah.
18

Pertanyaan yang kemudian muncul adalah mengapa demokrasi perlementer


mengalami kegagalan ? jawabannya antara lain adalah

• munculnya usulan presiden yang dikenal dengan konsepsi presiden untuk


membentuk pemerintahan yang bersifat gotong-royong.
• Dewan Konstituante mengalami jalan buntu untuk mencapai kesepakatan
merumuskan ideologi nasional.
• Dominannya politik aliran, sehingga membawa konsekuensi terhadap
pengelolaan konflik.
• Basis social ekonomi yang masih sangat lemah.

c) Demokrasi Terpimpin masa ORLA (1959-1965)


Demokrasi terpimpin merupakan pembalikan total dari proses politik yang berjalan
pada masa demokrasi perlementer.
Dengan demikian, kekeliruan yang besar dalam Demokrasi Terpimpin Soekarno
adalah adanya pengingkaran terhadap nilai-nilai demokrasi yaitu absolutisme dan
terpusatnya kekuasaan hanya pada diri pemimpin. Selain itu, tidak ada ruang kontrol
sosial dan check and balance dari legislatif terhadap eksekutif. Ciri-ciri demokrasi
pada periode Orde Lama antara lain presiden sangat mendominasi pemerintahan,
terbatasnya peran partai politik, berkembangnya pengaruh komunis, dan meluasnya
peranan ABRI sebagai unsur sosial politik.
Secara umum karakteristik pemerintahan demokrasi masa Ode Lama adalah :
• Peran dominan Presiden.
• Terbatasnya Partai – partai Politik.
• Berkembangnya pengaruh Komunis.
• Meluasnya peran ABRI sebagai unsur sosial politik.
Demokrasi yang berlangsung pada masa ini adalah Demokrasi terpimpin. Dasar
hukum pelaksanaan Demokrasi Terpimpin adalah Ketetapan MPRS nomor
VIII/MPRS/1965.
Menurut Ketatapan ini, penyelenggaraan Demokrasi terpimpinpada prinsipnya adalah
Musyawarah Mufakat, tetapi apabila Musyawarah tersebut tidak dapat dilaksankan,
maka ada 3 jalan yang bisa ditempuh :
1) Pembicaraan mengenai persoalan tersebut ditangguhkan
2) Penyelesaian mengenai persoalan tersebut diserahkan kepada pimpinan agar
mengambil kebjakan untuk menetapkan putusan dengan mempertimbangkan
pendapat yang ada
3) Pembicaraan mengenai persoalan tersebut ditiadakan

d) Demokrasi pada masa Orde Baru (1966-1998)


Rezim Orde Baru ditandai dengan dominannya peranan ABRI, birokratisasi dan
sentralisasi pengambilan keputusan politik, pembatasan peran dan fungsi partai
politik, campur tangan pemerintah dalam persoalan partai politik dan publik, masa
mengambang, monolitisasi ideologi negara, dan inkorporasi lembaga nonpemerintah.
Secara umum, karakteristik demokrasi masa orde baru antara lain adalah
• rotasi kekuasaan eksekutif boleh dikatakan hampir tidak pernah terjadi
• rekruitmen politik bersifat tertutup.
• Pemilihan Umum yang jauh dari semangat demokratis
• hak dasar warga Negara yang terbatas
• tumbuhnya KKN yang merajarela
Sebab- sebab jatuhnya Orde Baru sesungguhnya adalah :
• Hancurnya ekonomi nasional ( krisis ekonomi )
• Terjadinya krisis politik
• TNI juga tidak bersedia menjadi alat kekuasaan orba
• Gelombang demonstrasi yang menghebat menuntut Presiden Soeharto
untuk turun jadi Presiden
19

Berakhirnya masa orde baru ditandai dengan penyerahan kekuasaan dari Presiden
Soeharto ke Wakil Presiden BJ Habibie pada tanggal 21 Mei 1998

e) Demokrasi pada masa Reformasi (1998 sampai dengan sekarang)


Reformasi ditandai dengan turunnya Presiden Soeharto pada tanggal 21 Mei 1998.
Jabatan presiden kemudian diisi oleh wakil presiden, Prof. DR. Ir. Ing. B.J. Habibie.
Turunnya presiden Soeharto disebabkan karena tidak adanya lagi kepercayaan dari
rakyat terhadap pemerintahan Orde Baru.
Bergulirnya reformasi yang mengiringi keruntuhan rezim Orde Baru.
Dalam masa pemerintahan Habibie inilah muncul beberapa indikator demokrasi yang
sesungguhnya di Indonesia yaitu :
Pertama, diberikannya ruang kebebasan pers sebagai ruang publik untuk
berpartisipasi dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
Kedua, diberlakunya system multi partai dalam pemilu tahun 1999.
Demokrasi yang diterapkan Negara Indonesia pada era reformasi ini adalah
demokrasi Pancasila, tentu saja dengan karakteristik yang berbeda dengan masa
orde baru dan sedikit mirip dengan demokrasi perlementer tahun 1950-1959 yaitu :
• Pemilu yang dilaksanakan (1999-2004) jauh lebih demokratis dari yang
sebelumnya.
• Rotasi kekuasaan dilaksanakan dari mulai pemerintahan pusat sampai tingkat
desa.
• Pola rekruitmen politik untuk pengisian sebagian besar jabatan politik dilakukan
secara terbuka.
• Hak - hak dasar bisa terjamin, seperti adanya kebebasan menyatakan pendapat,
kebebasan pers, dsb
Demokrasi yang berkembang pada masa reformasi pada dasarnya adalah
demokrasi dengan mendasarkan pada Pancasila dan UUD 1945, dengan
penyempurnaan pelaksanaannya dan perbaikan peraturan-peraturan yang tidak
demokratis, dengan meningkatkan peran lembaga-lembaga tinggi dan tertinggi
negara dengan menegaskan fungsi, wewenang dan tanggung jawab yang mengacu
pada prinsip pemisahan kekuasaan dan tata hubungan yang jelas antara lembaga-
lembaga eksekutif, legislatif dan yudikatif.
Demokrasi Indonesia saat ini telah dimulai dengan terbentuknya DPR – MPR hasil
Pemilu 1999 yang telah memilih presiden dan wakil presiden serta terbentuknya
lembaga-lembaga tinggi yang lain.
Masa reformasi berusaha membangun kembali kehidupan yang demokratis antara
lain:
• Keluarnya Ketetapan MPR RI No. X/MPR/1998 tentang pokok-pokok reformasi
• Ketetapan No. VII/MPR/1998 tentang pencabutan tap MPR tentang Referandum
• Tap MPR RI No. XI/MPR/1998 tentang penyelenggaraan Negara yang bebas
dari KKN
• Tap MPR RI No. XIII/MPR/1998 tentang pembatasan Masa Jabatan Presiden
dan Wakil Presiden RI
• Amandemen UUD 1945 yang dilaksankan selama masa I, II, III, IV
Secara umum bisa dilihat bahwa karakteristik Pelaksanaan Demokrasi masa
reformasi antara lain adalah :
• Adanya Parpol yang independen yang tidak dipengaruhi oleh kekuatan birokrat
maupun militer dan mempunyai dukungan luas dari masyarakat
• Adanya konsensus atau persetujuan umum mengenai aturan main politik yang
menyangkut pengambilan keputusan dan nilai-nilai ekonomi, social, budaya
• Adanya pemberdayaan masyarakat sipil melalui penyampaian informasi secara
transparan.
• Adanya penguatan lembaga perwakilan rakyat, sehingga dapat melaksanakan
fungsi control dengan baik
20

2. Pemerintahan yang terbuka


Pengertian terbuka / Transparan
• suatu keadaan yang tidak dirahasiakan,
• mau menerima sesuatu dari luar dirinya’
• bersedia berkomunikasi dengan dunia luar ( masyarakat sekitar )
Jadi Keterbukaan diartikan sebagai :
• Keadaan yang memungkinkan ketersediaan informasi yang dapat diberikan dan
didapatkan oleh masyarakat luas.
• Bersedia menerima pengetahuan atau informasi dan sikap untuk bersedia
memberitahukan kepada pihak lain.

Latar Belakang perlunya Keterbukaan


Alasan – alasan yang menyebabkan pentingnya keterbukaan, yaitu :
a) Kekuasaan pada dasarnya cenderung diselewengkan. Semakin besar
kekuasaan semakin besar pula peluang terjadinya penyelewengan kekuasaan
bila tidak ada keterbukaan dalam penyelenggaraan pemerintahan
Oleh karena itu diperlukan keterbukaan dalam penyelenggaraan pemerintahan
agar tidak terjadi penyelewengan kekuasaan.
b) Dasar penyelenggaraan pemerintahan di negara demokrasi adalah pemerintahan
dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat. OKI berbagai aturan hukum yang ada
semaksimal mungkin mengupayakan adanya keterbukaan dalam
penyelenggaraan pemerintahan
c) Keterbukaan memungkinkan setiap warga negara bebas mengakses berbagai
sumber informasi. Hal itu akan menjadikan warga negara memiliki pemahaman
yang jernih mengenai berbagai hal yang berkaitan dengan penyelenggaraan
pemerintahan, sehingga warga negara akan mampu berpartisipasi dalam
penyelenggaraan pemerintahan.

Manfaat keterbukaan dalam penyelenggaraan negara adalah :


a) Menghilangkan ketertutupan dan prasangka buruk dalam penyelenggaraan
pemerintahan
b) Mendorong masyarakat untuk berpartisipasi aktif dalam pemerintahan atau
dalam pelaksanaan pembangunan
c) Mendorong masyarakat melakukan kontrol sosial terhadap setiap kebijakan
pemerintah sehingga dapat menghindari adanya KKN dalam pemerintahan.
d) Memperkuat dukungan rakyat terhadap penyelenggaraan negara
e) Menimbulkan kepercayaan rakyat terhadap penyelenggaraan pemerintahan.

Ciri-ciri keterbukaan dalam penyelenggaraan negara


Menurut David Beetham dan Kevin Boyle, pemerintahan yang terbuka, minimal
harus memiliki ciri- ciri berikut :
a) Pemerintahan menyediakan berbagai informasi faktual mengenai kebijakan -
kebijakan yang akan dan sudah dibuatnya ( spt : dasar dibuatnya kebijakan,
dampak yang muncul, aturan pelaksanaan kebijakan serta berbagai informasi itu
diperoleh) .
b) Adanya peluang bagi publik dan pers untuk mendapatkan dan mengakses
berbagai dokumen pemerintah
c) Terbukanya rapat-rapat pemerintah bagi publik dan pers serta
d) Adanya konsultasi publik yang dilakukan secara sistematik oleh pemerintah.

Keterbukaan merupakan ciri pemerintahan yang demokratis


Adanya keterbukaan menandakan iktikad yang baik dari pemerintah atas kegiatan
yang dilakukan dalam mempertanggung jawabkannya kepada rakyat sebagai
pemegang kedaulatan. Oleh karena itu setiap warga negara dituntut untuk
berpartisipasi secara aktif dalam kehidupan bernegara. Bentuknya berupa :
21

kesediaan untuk memberitahukan , melaporkan,menyatakan pendapat; memberikan


gagasan, usul, kritik dan saran kepada pemerintah.
Perilaku inilah yang merupakan wujud keterbukaan dalam kehidupan berbangsa dan
bernegara

Pentingnya Keterbukaan dalam Penyelenggaraan Negara


Keterbukaan dalam penyelenggaraan negara mempunyai arti yang penting, karena
dapat :
a. meningkatkan partisipasi rakyat
b. menciptakan pemerintah yang bertanggung jawab
c. dapat memperkokoh persatuan bangsa , karena dengan keterbukaan dapat
dihindari terjadinya kesalahpahaman antara seluruh komponen bangsa.
Oleh sebab itu, keterbukaan dalam penyelenggaraan Negara sangat diperlukan
karena sebab-sebab diatas. Selain itu, Penyelenggaraan Pemerintah yang terbuka
akan dapat mewujudkan Pemerintahan yang baik (good Govermance) yang
selanjutnya akan melahirkan pemerintahan yang bersih ( Good Governance ).
Dalam Undang-Undang Nomor 28 tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara
yang bersih dan bebas KKN diatur adanya tujuh asas penyelenggaraan negara yang
diharapkan mampu mewujudkan penyelenggaraan pemerintahan yang baik, yaitu :
a) Asas kepastian hukum artinya bahwa peraturan per-uu , kepatutan dan keadilan
menjadi landasan dalam setiap kebijakan penyelenggara negara
b) Asas tertib penyelenggaraan negara
c) Asas kepentingan umum maksudnya adalah mendahulukan kesejahteraan
umum dengan cara yang aspiratif, akomodatif dan selektif.
d) Asas keterbukaan artinya membuka diri terhadap hak masyarakat untuk
memperoleh informasi yang benar, jujur dan tidak diskriminatif dengan
memperhatikan perlindungan atas hak asasi pribadi, golongan dan rahasia
negara
e) Asas proporsionalitas yaitu asas yang mengutamakan keseimbangan antara hak
dan kewajiban penyelenggara negara.
f) Asas profesionalitas
g) Asas Akuntabilitas makskudnya bahwa setiap kegiatan dan hasil akhir kegiatan
penyelenggara negara harus dapat dipertanggung jawabkan kepada masyarakat
atau rakyat sebagai pemegang kedaulatan negara tertinggi sesuai dengan
peraturan per-uu yang berlaku.
Sedangkan menurut UNDP ( United Nations Depelopment Program ) prinsip-
prinsip Penyelenggaraan Pemerintahan yang baik ( transparan ) adalah :
a) Partisipasi
b) Aturan hukum
c) Transparan
d) Daya tanggap
e) Berorientasi pada konsensus
f) Berkeadilan
g) Efektivitas dan efisiensi
h) Akuntabilitas
i) Bervisi strategis
j) Saling keterkaitan
Sementara itu, Good Governance menurut Masyarakat Transparansi Indonesia (
MTI ) harus memenuhi 9 prinsip, yaitu :
a) Partisipasi masyarakat
b) Tegaknya supremasi hukum
c) Keterbukaan
d) Peduli pada stakeholder
e) Berorientasi pada konsensus
f) Kesetaraan
g) Eektivitas dan efisiensi
22

h) Akuntabilitas
i) Visi strategis

Dampak Penyelenggaraan Pemeritahan Yang Tidak Transparan


Dampak yang paling besar terhadap penyelenggaraan pemerintahan yang tidak
transparan adalah korupsi. Istilah “korupsi” dapat dinyatakan sebagai suatu
perbuatan tidak jujur atau penyelewengan yang dilakukan karena adanya suatu
pemberian.Dalam praktiknya, korupsi lebih dikenal sebagai menerima uang yang ada
hubungannnya dengan jabatan tanpa ada catatan admnistratif.
Menurut MTI (Masyarakat Transparansi Internasional), “korupsi merupakan perilaku
pejabat, baik politisi maupun pegawai negeri, yang secara tidak wajar dan tidak legal
memperkaya diri atau memperkaya mereka yang dekat dengannya dengan
menyalahgunakan kekuasaan publik yang dipercayakan kepada mereka.”
Korupsi tumbuh subur terutama pada negara-negara yang menerapkan sistem politik
yang cenderung tertutup, seperti absolut, diktatur, totaliter, dam otoriter.
Hal ini sejalan dengan pandangan Lord Acton, bahwa “the power tends to
corrupt…” (kekuasaan cenderung untuk menyimpang) dan “… absolute power
corrupts absolutely” (semakin lama seseorang berkuasa, penyimpangan yang
dilakukannya akan semakin menjadi-jadi).
Di Indonesia, rezim pemerintahan yang paling korup adalah masa Orde Baru.
Berdasarkan laporan Wold Economic Forum dalam “the global competitivenness
report 1999”, kondisi Indonesia termasuk yang terburuk diantara 59 negara yang
diteliti.
Bahkan pada tahun 2002, menurut laporan “political and risk consultancy (PERC)
atau Lembaga Konsultasi Politik dan Risiko yang berkedudukan di Hongkong,
Indonesia berhasil mengukir prestasi sebagai negara yang paling korup di Asia.
Tampaknya tdak salah lagi bahwa rezim Orde Baru yang berkuasa kurang lebih
selama 32 (tiga puluh dua) tahun telah membawa Indonesia kejurang kehancuran
krisis ekonomi yang berkepanjangan. Ini semua merupakan akumulasi dari
pemerintahan yang dikelola dengan tidak transparan, sehingga masalah korupsi,
kolusi, dan nepotisme (KKN) telah meracuni semua aspek kehidupan dan
mencangkup hampir semua institusi formal maupun nonformal. Mafia peradilan dan
praktik politik uang merupakan contoh dari segudang bentuk praktik KKN.
Secara umum ciri pemerintahan yang tidak transparan adalah sbb:
1) sistem politiknya cenderung makin tertutup dan eksklusif
2) para elite politik yang duduk di pemerintahan cenderung menjauh dari kekuatan
sosiap politik yang kritis dan membatasi dialog dengan dengan unsur sosial
politik dalam masyarakat
3) sentralisasi kekuasaan politik dan ekonomi makin terakumulasi di sekitar
lapisan elite politik
4) kekuatan sosial politik tidak diberi kesempatan ikut serta menentukan jalannnya
proses pengambilan keputusan
5) mekanisme kontrol sistem politik bersifat egois dan otoriter
6) sistem informasi politik yang ada sangat terbatas pada penyampaian pesan-
pesan dari atas.
7) Alternatif informasi sangat dibatasi yang berakibat, masyarakat lebih banyak
mengkonsumsi daripada memproduksi.
Sementara itu, penyelenggaraan Negara yang tidak transparan ( tertutup ) akan
mengakibatkan terjadinya hal-hal berikut :
1) Masyarakat menjadi tidak tahu akan adanya kebijakan yang dikeluarkan
2) Kebijakan mudah disalahgunakan karena kurangnya pengawasan atau
ketidaktahuan masyarakat.
3) Kebijakan menjadi tidak jelas bagi masyarakat
4) Memunculkan kecurigaan warga terhadap penyelenggara negara
5) Menimbulkan kemarahan rakyat terhadap pemerintah
6) Menciptakan ketidakpercayaan rakyat terhadap aparat negara
23

7) Memperlemah dukungan rakyat terhadap pemerintahan


8) Menciptakan pemerintahan dan negara yang tidak demokratis

Upaya pencegahan terhadap penyelenggaraan pemerintah yang tidak


transparan
Upaya menghindari penyelenggaraan pemerintahan yang tidak transparan sehingga
melahirkan “budaya” korupsi, kolusi dan nepotisme (KKN) dapat dilakukan, anatara
lain dapat dilakukan melalui jalur-jalur sebagai berikut:

Formal pemerintah/ kekuasaan :


(1) pemerintah dan pejabat publik perlu pengawasan melekat (waskat) dari aparat
berwenang, DPR, dan masyarakat luas sehingga yang terbukti bersalah
diberikan sanksi yang tegas tanpa diskriminasi
(2) mengefektifkan peran dan fingsi aparat penegak hukum, seperti kepolisian,
kejaksaan, para hakim, serta komisi pemberantas korupsi
(3) pembekalan secara intensif dan sistematis terhadap aparatur pemerintah dan
pejabat publik dalam hal nilai-nilai agama dan sosial budaya
(4) menegakkan supermasi hukum dan perundang-undangan secara konsisten dan
bertanggung jawab serta menjamin dan menghormati hak asasi manusia
(5) mengatur peralihan kekuasaan secara tertib, damai dan demokrastis sesuai
dengan hukum dan perundang-undangan
(6) menata kehidupan politik agar distribusi kekuasaan dalam berbagai tingakat
struktur politik dan hubungan kekuasaan dapat berlangsung dengan seimbang
(7) meningkatkan integritas, profesionalisme, dan tanggung jawab dalam
penyenggaraan negara serta memberdayakan masyarakat untuk melakukan
kontrol sosial secara konstruktif dan efektif
Organisasi non-pemerintah dan media massa :
(1) keterlibatan lembaga swadaya masyarakat (LSM) atau NGO (non-Government
Organization) dalam mengawasi setiap kebijakan publik yang dibuat
pemerintahan seperti ICW, MTI, GOWA dan sebagainya
(2) adanya kontrol sosial untuk perbaikan komunikasi yang berimbang antara
pemerintah dan rakyat melalui berbagai media massa elektronik maupun cetak
Pendidikan dan Masyarakat :
(1) memperkenalkan sejak dini melalui pembelajaran di sekolah tentang pentingnya
pemerintah yang transparan melalui mata pelajaran Kewarganegaraan
(2) menjadikan pancasila sebagai dasar negara yang mampu membuka wacana dan
dialog interaktif di dalam masyarakat sehingga dapat menjawab tantangan yang
dihadapi sesuai dengan visi Indonesia masa depan
(3) meningkatkan kekurangan sosial anatara pemeluk agama, suku, dan kelompok-
kelompok masyarakat lainnya melalui dialog dan kerja sama dengan prinsip
kebersamaan, kesetaraan, toleransi, dan saling menghormati
(4) memberdayakan masyarakat melalui perbaikan sistem politik yang demokratis
sehingga dapat melahirkan pemimpin yang berkualitas, bertanggung jawab,
menjadi panutan masyarakat, dan mampu mempersatukan bangsa dan negara

3. Kebebasan Pers
a. Pengertian
Kebebasan Pers adalah kebebasan menggunakan pendapat, baik secara tulisan
maupun lisan, melalui media pers, seperti harian, majalah, dan buletin tanpa ada
batasan dari pemerintah / penguasa.
24

Kebebasan pers adalah hak yang diberikan oleh konstitusi atau perlindungan hukum
yang berkaitan dengan media atau bahan-bahan yang dipublikasikan seperti
menyebarluaskan, percetakan dan penerbitan melalui surat kabar, majalah, buku
atau dalam material lainnya tanpa adanya campur tangan atau perlakuan sensor dari
pemerintah.
Berarti kebebasan pers disini mempunyai kekuatan hukum dengan perlindungan dari
pemerintah dan pers mempunyai sifat netral dengan semua kejadian atau informasi
yang diberikan (tidak memihak pihak manapun) dan dalam hal ini pers dituntut lebih
jujur dalam menginformasikan berita, dan pemerintah tidak boleh campur tangan
dalam dunia pers. Disamping itu pers juga menjunjung tinggi asas, norma, kaidah
agama dan adat istiadat disuatu wilayah agar dapat tercipta suatu keselarasan hidup
yang harmonis khalayak umum pada intinya.

b. Fungsi dan Peranan Pers


Berikut ini adalah fungsi Pers dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan
bernegara :
a) Memberi Informasi : Pers sebagai penyediaan informasi tentang jalannya
pemerintahan suatu bangsa, informasi suatu Negara, keadaan social, budaya
politik dan ekonomi suatu negara.
b) Mendidik : Pers melalui tulisan dan pesan serta tayangan nya dapat medidik
masyarakat / pembaca, dengan demikian Pers memiliki kontribusi dalam
meningkatkan kualitas SDM.
c) Kontrol Sosial : Pers dapat melakukan control social dengan menyampaikan
berbagai kritik yang bersifat membangun dan bermanfaat bagi masyarakat
luas.
d) Menghubungkan/Menjembatani : Pers dapat menjadi penghubung kebijakan
pemerintah dengan rakyatnya secara timbal balik dan bisa sebagai alat
menemukan suatu solusi dalam suatu masalah.
e) Hiburan : Pers dapat memberikan hiburan kepada Masyarakat. Menghibur
bukan hanya untuk hal-hal yang sifatnya lucu saja, melainkan dalam arti yang
lebih luas yakni semua tayangan/ tulisan/pesan yang dapat menimbulkan
rasa puas dari pembaca/pemirsa.
Sedangkan Peranan Pers Nasional sebagaimana diatur dalam pasal 6 Undang -
Undang nomor 40 tahun 1999 adalah :
a) Memenuhi hak masyarakat untuk mengetahui
b) Menegakkan nilai-nilai dasar demokrasi, mendorong terwujudnya supremasi
hukum dan hak asasi manusia serta menghormati kebhinekaan
c) Mengembangkan pendapat umum berdasarkan informasi yang tepat, akurat
dan benar.
d) Melakukan pengawasan, kritik, koreksi dan saran terhadap hal-hal yang
berkaitan dengan kepentingan umum.
e) Memperjuangkan kebenaran dan keadilan

c. Kode Etik Jurnalistik Wartawan Indonesia

Kode Etik Wartawan Indonesia (KEWI) dirumuskan, ditetapkan, dan ditandatangani 6


Agustus 1999 oleh 24 organisasi wartawan Indonesia di Bandung, lalu ditetapkan
sebagai Kode Etik Jurnalistik yang berlaku bagi seluruh wartawan Indonesia oleh
Dewan Pers sebagaimana diamanatkan UU No. 40 Tahun 1999 tentang Pers melalui
SK Dewan Pers No. 1/SK-DP/2000 tanggal 20 Juni 2000.
Kode Etik Wartawan Indonesia meliputi tujuh hal sebagai berikut:
1) Wartawan Indonesia menghormati hak masyarakat untuk memperoleh informasi
yang benar;
25

2) Wartawan Indonesia menempuh tatacara yang etis untuk memperoleh dan


menyiarkan informasi serta memberikan identitas kepada sumber informasi;
3) Wartawan Indonesia menghormati asas praduga tak bersalah, tidak
mencampurkan fakta dengan opini, berimbang, dan selalu meneliti kebenaran
informasi serta tidak melakukan plagiat;
4) Wartawan Indonesia tidak menyiarkan informasi yang bersifat dusta, fitnah,
sadis, cabul, serta tidak menyebutkan identitas korban kejahatan susila;
5) Wartawan Indonesia tidak menerima suap dan tidak menyalahgunakan profesi;
6) Wartawan Indonesia memiliki Hak Tolak, menghargai ketentuan embargo,
informasi latar belakang, dan off the record sesuai kesepakatan;
7) Wartawan Indonesia segera mencabut dan meralat kekeliruan dalam
pemberitaan serta melayani Hak Jawab.

Dalam kode Etik Jurnalistik Wartawan Indonesia, terdapat empat Asas yaitu :
1) Profesionalisme, asas ini menuntut Pers untuk memenuhi aspek – aspek
profesionalitas, dengan ketentuan standar sebagai berikut :
• Tidak memutarbalikan fakta dengan opini dan tidak memfitnah
• Berimbang, adil dan jujur
• Mengetahui perbedaan kehidupan pribadi dan kepentingan umum
• Mengetahui teknis penulisan yang tidak melanggar asas praduga tak
bersalah
2) Nasionalisme, asas ini menuntut wartawan untuk mendahulukan kepentingan
umum diatas kepentingan pribadi / golongan, memperhatikan keselamatan dan
keamanan bangsa
3) Demokrasi, asas ini menghendaki bahwa Pers wajib member kesempatan yang
sama bagi semua fihak yang terkait dalam liputan / pemberitaannya. Asas ini
menghendaki adanya cover both side dan Jujur serta berimbang
4) Religius, asas ini menghendaki bahwa Pers Harus menghormati kaidah-kaidah
keagamaan dalam pemberitaannya dan tidak boleh melecehkan agama tertentu.
Pengawasan dan penetapan sanksi atas pelanggaran kode etik tersebut sepenuhnya
diserahkan kepada jajaran pers dan dilaksanakan oleh organisasi yang dibentuk
untukitu.
Namun, jika pelanggarannya mengarah ke Delik Pers, maka proses hukumlah yang
diberlakukan. Delik pers yang banyak terjadi adalah Pencermaran Nama Baik.
Menurut data Dewan Pers, wartawan sering melakukan pelanggaran kode etik
jurnalistik (Sumber). Bentuk pelanggarannya antara lain:
1) Berita tidak berimbang, berpihak, tidak ada verifikasi, dan menghakimi.
2) Mencampurkan fakta dan opini dalam berita
3) Data tidak akurat
4) Keterangan sumber berbeda dengan yang dikutip di dalam berita
5) Sumber berita tidak kredibel
6) Berita mengandung muatan kekerasan.

d. Hak Tolak, Hak Jawab dan Hak Koreksi


Jika suatu ketika terdapat orang yang merasa dirugikan oleh pemberitaan Media
Massa, biasanya yang bersangkutan akan merasa penasaran ingin mengetahui
sumber berita yang membocorkan informasi sehingga menyebar melalui media
massa. Kemudian dia menghubungi Media Massa yang memuat berita itu untuk
menanyakan sumber beritanya. Akan tetapi pihak redaksi tidak bersedia
memberitahukannya. Hal itulah yang dikenal sebagai hak Tolak. al sebagai hak Tolak
Hak Tolak: hak wartawan karena profesinya, untuk menolak mengungkapkan nama
dan atau identitas lainnya dari sumber berita yang harus dirahasiakannya.
26

Pemberitaan suatu media terkadang kurang akurat, bahkan tidak benar sama sekali.
Hal ini disebabkan oleh berbagai factor, seperti salah kutip atau salah interpretasi
wartawan. Akibatnya Objek berita menjadi dirugikan karenanya. Oleh sebab itu, pihak
yang merasa dirugikan oleh pemberitaan media massa memiliki hak jawab yakni hak
seseorang/badan hokum yang merasa dirugikan oleh pemberitaan Media massa
untuk melakukan klarifikasi atas pemberitaan tersebut. Atau bisa juga diartikan
sebagai Hak seseorang atau sekelompok orang untuk memberikan tanggapan atau
sanggahan terhadap pemberitaan berupa fakta yang merugikan nama baiknya.
Wartawan karena pekerjaannya mempunyai kewajiban menyimpan rahasia, terkait
nama, jabatan, alamat atau identitas lain dari orang yang menjadi sumber
informasinya.
Hak koreksi: hak setiap orang untuk mengoreksi atau membetulkan kekeliruan
informasi yang diberitakan oleh pers, baik tentang dirinya maupun tentang orang lain.
Sebaliknya pers pun berkewajiban untuk mengoreksi informasi jika terbukti ada unsur
kekeliruandidalamnya.
Meskipun ketentuan tentang hak tolak, hak jawab, dan hak koreksi sudah dirangkum
dalam UU, bukan berarti dunia jurnalisme Indonesia bersih tanpa cacat. Sebagai
contoh, kasus yang menimpa wartawan Tempo, Bersihar Lubis, yang dituduh
melakukan pencemaran nama baik kejaksaan agung. Pun dengan kasus penahanan
pimpinan media harian Kompas karena memberitakan hasil rekaman penyadapan
Anggodo oleh KPK beberapa waktu silam. Andreas Harsono mengatakan, langkah
pemidanaan wartawan bukan solusi. Jika ada yang tidak berkenan terhadap isi
pemberitaan, keberatan selaiknya dibalas dengan tulisan pula. Masyarakat toh punya
hak jawab. Demikian halnya, wartawan dengan hak tolak dan hak koreksinya.

e. Dampak Penyalahgunaan Kebebasan Pers

Perubahan zaman dengan arus reformasi yang menuntut format baru diberbagai
bidang kehidupan bangsa indonesia, juga menuntut pemahaman yang mendasar
entang hakikat pasal 28 UUD 1945, pasal 19 Dekrlarasi Universal HAM (freedrom of
information) dan ketetapan MPR Nomor XVII/MPR/1998 tentang HAM dala kaitanya
dengan kebebasan pers. Produk hukum tersebut tidak membolehkan pihak manapun
untuk membatasi kekebasan media massa, khususnya pers (media cetak) dengan
cara pencekalan. Pemabatsan kebebasan pers terutama bedasarkan undang-undang
hukum pidana dan perdata dilaksanakan oleh peradilan. Selain itu juga tanggung
jawab terhadap kode etik jurnalistik dan tanggung jawab sosial dalam wujud
pelaksanaan hak jawab/hak koreksi dan permintaan maaf.Pada dimensi lain, sesuai
dengan perubahan zaman, UU pers dan UU penyiaran haruslah mencerminkan
sinkroniasasi, setidaknya dalam lima kebutuhan atau tuntunan yaitu :
a). Tuntunan kebebasan informasi,
b). Tuntunan kepastian hukum,
c). Tuntunan kemajuan teknologi komunikasi (telekomunikasi)
d). Tuntunan alam, dan
e). Tuntunan kewenangan atau kekuasaan negara.
Kebebasan media massa perlu diatur oleh negara (dengan undang-undang hukum
pidana dan perdata) agar tidak merugikan kebebasan dan hak-hak pihak lain. Hal ini
karena kebebasan pers yang dimiliki justru lebih banyak ditujukan untuk mengejar
keuntungan pengusaha dan menyongkong kepentingan pihak lain tanpa
memperhatikan kode etika jurnalistik.
Negara berkewajiban mengatur siaran Radio maupun Televisi agar tidak terjadi
“tabrakan” di udara supaya tidak mengganggu radio komunikasi pemerintah atau
militer, meskipun sesungguhnya udara memang merupakan milik umum.
Disamping itu televisi selain sebagai media penyiaran juga merupakan bioskop udara
sehingga terpaksa tunduk dalam tindakan sensor, agar tayangannya tidak merugikan
masyarakat sebagai pemirsa. Meskipun begitu, perlu di berlakukan undang-undang
perfileman (kewenagan Lembaga Sensor Film) agar ada acuan yang bisa digunakan
27

untuk mengatur kebebasannya dalam menayangkan segala jenis tontonan supaya


tidak merugikan masyarakat.
Menurut UU No. 40 tahun 1999, Pers Indonesia memiliki kebebasan yang luas sesuai
dengan tuntunan era reformasi. Hal ini merupakan kemajuan yang sungguh berarti
sehingga pers bebas mencari informasi, bebas menulis, bebas mengumamkan
pendapat, dan bebas memerintahkan kepada publik sesuai keinginan dan idealisme
pers tentang berbagai masalah dan bidang-bidang kehidupan.
Berikut ini contoh bentuk penyalahgunaan penyampaian informasi melalui media
massa yaitu:
a) Penyiaran berita atau informasi yang menyalahi kode etik jurnalistik,
misalanya penyebutan nama tersangka dan gambar lengkap tersangka dalam
sebuah berita kriminal.
b) Peradilan oleh pers, misalanya berita yang kurang berimbang dan tidak
menghadirkan sumber lain.
c) Mebentuk opini yang menyesatkan masyarakat.
d) Menyiarkan tulisan yang bersifat provaktif dan menimbulkan emosi masyarkat.
e) Pelanggran terhadap ketentuan Undang-Undang Hukum Pidana adalah
sebagai berikut :
1) Berisi penghinaan terhadap pemerintah, baik Presiden maupun Wakil
Presiden
2) Berisi berita yang menyebar kebencian atau penghinaan terhadap
pihak lain.
3) Berisi berita yang menghina agama tertentu.
4) berita bersifat menipu, tidak jujur, dan merugikan kepentingan
masyarakat.
Oleh karena itu jasa pers dalam kenyataan sehari-hari, sering terjadi pers dapat
mencipatakan citra positif seseorang. Tetapi sebaiknya dapat juga menjadikan reputasi
seseorang hancur karena pemberitaan pers. Berkaitan dengan masyarakat, tulisan
dalam pers kurang seimbang mengakitbakan kebenaran menjadi kabur sehingga
masyarakat dapat tertipu oleh informasi tersebut. Adapun bagi negara penyalahgunaan
kebebasan pers tertentu saja akan menimbulkan berkurangnya tingkat kepercayaan
masyarakat dalam negeri dan luar negeri terhadap pemerintah.
Akibat yang timbul penyalahgunaan kebebasan pers, antara lain:
1) Pers yang bebas tanpa batas cenderung menimbulkan imperialism dan
kolonialisme pada pilar opini, dan pandangan hidup yang berlebihan. Jika ini
dibiarkan dapat merusakan persatuan dan kerusakan bangsa.
2) Pers yang disalah gunakan oleh pihak tertentu bisa saja menimbulkan
pepecahan dan konflik antar pihak satu dengan pihak lain.
3) Pemberitaan Media Massa yang tidak bertanggung jawab bisa menimbulkan
hancurnya kehidupan dan citra, baik sekelompok orang, golongan, atau
bangsa.
4) Pers yang terlalu bebas dapat mengancam pemerintah yang sah dengan kritik
yang merusak.
5) Pers yang terlalu bebas dapat menimbulkan kesimpangsiuran informasi dan
kekacuan.
6) Persaingan antar pers yang tidak sehat dapat menghancurkan kehidupan
ekonomi, politik sosial, budaya, bahkan kepecayaan suatu bangsa.
7) Pers yang disalah gunakan juga dapat menimbulkan fanastisme yang
berlebihan terhadap suatu hal.
Dengan demikian, persatuan bangsa serta intergritas suatu bangsa mudah
terancam hanya karena Media Massa yang menyalah gunakan kebebasanya.

f. Manfaat Media Massa dalam Kehidupan Sehari-hari


Sejak adanya perubahan kehidupan pers sehingga menjadi lebih bebas, maka sering
terjadi tarik menarik antara pers dengan publik dalam melihat realita dan menafsirkan
isi permintaan. Dinamika masyarakat yang selalu mengalami perubahan secara
28

mengejutkan sejak era reformasi adalah wjud nyata bahwa masyarakat kita sedang
dilanda era transisi kehidupan hampir dalam segala bidang /aspek.
Menurut M.Gurevitch, Media Massa secara langsung merupakan entitas kelompok
yang mempunyai kepentingan. Melalui Media Massa akan terjadi pemberian legitimasi
atau delegmentasi terhadap individu atau kelompok tertentu yang menunjukan
dominasi atas suatu kekuasaan terhadapnya.
Disamping itu menurut, Eriyanto, terdapat dua pola hubungan antara publik dengan
teks yang tersaji dalam berita, yakni :
• Bahwa apa yang tersaji dalam pemberitaan media tidak selalu mereprsentasikan
apa yang di inginkan public
• Bahwa publik juga mempunyai kemampuan untuk membaca dengan strategi
tersendiri dalam pemberitaan.
Apa yang disajikan media tidak secara otomatis disetujui oleh publik, diperlukan
adanya pengawasan yang melibatkan berbagai komponen komponen, antara lain:
• Media pers artinya secara internal media pers telah melakukan pengawasan
terhadap dirinya dengan senjata hati nurani dan etika moral pengelola media
ketika hendak memperoduksi berita yang akan disampaikan ke publik. Lebih
dikenal dengan istilah “self censorship”
• Asosiasi profesi wartawan, yaitu mereka yang menghimpun diri dalam
profesi jurnalistik dituntut untuk selalu meningkatkan sesama akan urgensi
pengawasan terhadap apa yang akan dikover dari sebuah peristiwa ke
dalam sebuah berita
• Masyarakat, posisi masyarakat sebagai konsumen media sekaligus sebagai
sumber beritaterus melakukan pengawasan terhadap media.

g. Dampak dari Penyalahgunaan Kebebasan Pers


Dampak Positif Kebebasan Pers
Dampak positif dari pers adalah sejalan dengan fungsi pers dalam kedudukannya
yaitu memberi ruang kepada publik untuk menginformasikan segala sesuatu yang
berguna untuk khalayak umum dari semua golongan yang ada dalam masyarakat,
dan dapat memberi tambahan wawasan nusantara dalam kehidupan bernegara
ataupun memberi ruang pendidikan secara umum.
Dampak Negatif Kebebasan Pers
Dampak negatif yang ditimbulkan oleh Pers sangatlah banyak apabila masyarakat
tidak bisa memilah mana yang harus ditonton atau didengarkan, apalagi untuk
golongan muda, yang sangatlah rawan dengan dampak buruk kebebasan Pers,
karena pers dampak mempengaruhi tingkah laku, pola pikir seseorang secara tidak
sadar dan dapat menimbulkan ketagihan akan hal yang disenangi pemirsa, karena
perkembangan mode yang ditampilkan oleh pers cenderung mempengaruhi tred dan
gaya anak muda zaman sekarang salah satunya trend berbusana, model potongan
rambut, dan trend perawatan tubuh. Saat ini saja kebebasan Pers yang sudah
tersentuh arus globalisasi dapat memimbulkan pola konsumtif seseorang. Contohnya
adalah banyaknya iklan di media baik media elektronik maupun media massa yang
dapat meningkatkan seseorang ingin berbelanjaan secara berlebihan.

h. Bentuk-bentuk Penyalahgunaan Kebebasan PERS


1) Penyiaran berita/informasi yang tidak memenuhi kode etik jurnalistik
Penyalahgunaan kebebasan pers yang pertama adalah penyiaran yang tidak
sesuai dengan kode etik jurnalistik. Penyiaran yang seperti ini merupakan
penyalahgunaan yang paling sering dilakukan oleh wartawan atau pengelola
media massa yang belum profesional. Dampak dari penyiaran yang tidak sesuai
dengan kode etik jurnalistik adalah dapat merugikan pihak-pihak tertentu,
sebagai contoh adalah kesalahan penyebutan nama tersangka dan kuran
jelasnya penjelasan atau gambar suatu peristiwa.
29

2) Peradilan oleh Pers (Tria By Press)


Pemberitahuan terus menerus pada satu pihak, sedangkan pihak lain yang tidak
terlibat tidak diberitakan akan menghasilkan berita yang tidak seimbang. Tentu
saja secara tidak langsung seseorang merasa diadili oleh pers karena
pemberitaan yang tidak seimbang tersebut. Hal ini juga bisa melanggar asas
praduga tak bersalah.
3) Membentuk opini yang menyesatkan
Penyalahgunaan kebebasan pers yang ketiga adalah menyiarkan berita yang
dapat membentuk opini yang menyesatkan. Penyalahgunaan ini juga dapat
merugikan salah satu pihak, pasalnya berita tersebut menyesatkan dan membuat
opini negatif terhadap orang atau kelompok tertentu. Biasanya berita yang seperti
ini banyak ditemukan pada saat adanya pemilu, baik itu pada saat pilpres atau
pileg (pilihan legislatif).
Opini yang menyesatkan ini bisa terbentuk karena berita yang diinformasikan
kurang jelas, serta tingkat pemahaman masing masing orang berbeda beda.
Sehingga dapat membuat opini atau pendapat yang salah dan tidak sesuai
dengan fakta yang ada.
4) Bentuk tulisan/siaran bebas yang bersifat provokatif
Penyalahgunaan kebebasan pers yang keempat adalah bentuk tulisan yang
provokatif, maksunya adalah media memberitakan sesuatu yang dapat
memprovokasi untuk melakukan sesuatu seperti konflik atau yang lainnya.
Penyalahgunaan ini dapat juga dikatakan dengan media yang memberitakan
informasi yang berbau pengaruh akan meinmbulkan keterlibatan pihak lain dan
memicu emosi pihak lain tersebut yang sebenarnya tidak terlibat dalam suatu
peristiwa.
5) Pelanggaran terhadap ketentuan Undang undang Hukum Pidana
Sanksi penyalahgunaan penyampaian informasi dan komunikasi, antara terdapat
dalam KUHP, misalnya :
o Delik Penghinaan Presiden dan Wakil Presiden (137 KUHP)
o Delik Penyebar Kebencian (154 KUHP)
o Delik Penghinaan Agama (156 a KUHP)
o Delik Kesusilaan/Pornografi (282 KUHP)
6) Iklan yang menipu/melanggar hukum dll
Penyalahgunaan pers yang ke-enam adalah iklan yang menipu. Umumnya iklan
yang dimuat di pers Indonesia harus bersifat membangung, bermanfaat, dan
tidak membohongi publik. Iklan juga harus bebas dari hal hal yang berbau por-
nografi, tidak melanggar hukum dan lain sebagainya. Dan berikut ini adalah
unsur unsur iklan yang dapat membuat penyalahgunaan pers :
o Bersifat menipu atau tidak jujur, menyesatkan, merugikan salah satu pihak,
baik moral maupun material atau kepentingan umum
o Iklan yang melanggar hukum, mengganggu kepentingan umum atau yang
dapat menyinggung rasa susila yang bersifat pornografi atau vulgar
o Iklan yang dapat merusak pergaulan masyarakat yang dapat menimbulkan
efek psikologis yang merusak kepribadian bangsa, serta yang merusak
nama baik dan martabat seseorang.
o Iklan yang dapat merusak kepentingan nasional secara moral, material, dan
spiritual atau kepentingan lain yang berlawanan dengan asas pancasila
o Iklan yang bertentangan dengan kode profesi golongan lain
30

C. DASAR NEGARA DAN KONSTITUSI

1. Pancasila Sebagai Ideologi Terbuka


Ideologi terbuka adalah ideologi yang mampu mengikuti perkembangan jaman dan
bersifat dinamis atau merupakan suatu sistem pemikiran terbuka yang merupakan
hasil konsensus dari masyarakat itu sendiri, nilai-nilai dari cita-citanya tidak
dipaksakan dari luar melainkan digali dan diambil dari suatu kekayaan, rohani, moral
dan budaya masyarakat itu sendiri. Kebalikan dari Ideologi terbuka adalah Ideologi
tertutup yaitu ideology yang nilai-nilainya dipaksakan oleh sekelompok orang tanpa
ada kesempatan untuk melakukan koreksi terhadapnya.
Gagasan mengenai pancasila sebagai ideologi terbuka mulai berkembang sejak
tahun 1985. tetapi semangatnya sudah tumbuh sejak Pancasila itu sendiri ditetapkan
sebagai dasar Negara (Emran, 1994:38). Sebagai ideologi, Pancasila menjadi
pedoman dan acuan kita dalam menjalankan aktivitas di segala bidang, sehingga
sifatnya harus terbuka, luwes dan fleksibel dan tidak tertutup, kaku yang akan
membuatnya ketinggalan zaman. Sebagaimana yang dikemukakan oleh Alfian,
Pancasila telah memenuhi syarat sebagai ideologi terbuka. Hal ini dibuktikan dari
adanya sifat-sifat yang melekat pada Pancasila maupun kekuatan yang terkandung di
dalamnya, yaitu pemenuhan persyaratan kualitas tiga dimensi yaitu :
1) Dimensi Realitas adalah mencerminkan kemampuan ideologi untuk
mengadaptasika nilai-nilai hidup dan berkembang dalam masyarakat
2) Dimensi Idealisme adalah idealisme yang ada dalam ideologi mampu
menggugah harapan para pendukugnya
3) Dimensi fleksibilitas adalah mencerminkan atau menggambarkan
kemampuan suatu ideologi untuk memengaruhi dan menyesuaikan dengan
perkembangan masyarakat.
Yang dimaksud dengan Pancasila sebagai ideologi terbuka adalah Pancasila
merupakan ideologi yang mampu menyesuaikan diri dengan perkembagan jaman
tanpa pengubahan nilai dasarnya. Ini bukan berarti bahwa nilai dasar Pancasila dapat
diubah dengan nilai dasar yang lain yang sama artinya dengan meniadakan
Pancasila atau meniadakan identitas/jati diri bangsa Indonesia (AL Marsudi,
2000:62). Pancasila sebagai ideologi terbuka mengandung makna bahwa nilai-nilai
dasar Pancasila itu dapat dikembangkan sesuai dengan dinamika kehidupan
bangsa Indonesia dan tuntutan perkembangan zaman secara kreatif dengan
memperhatikan tingkat kebutuhan dan perkembangan masyarakat Indonesia sendiri.
Ideologi Pancasila memenuhi syarat sebagai ideologi terbuka oleh karena
mempunyai ciri-ciri:
a) Bahwa nilai-nilai dan cita-citanya tidak berasal dari luar melainkan digali
dan diambil dari moral , budaya masyarakat itu sendiri.
b) Dasarnya bukan keyakinan ideologis sekelompok orang melainkan hasil
musyawarah dari konsensus masyarakat tersebut
c) Bahwa ideologi itu tidak diciptakan oleh negara melainkan digali dan
ditemukan dalam masyarakat itu sendiri. Masyarakatlah yang memiliki
ideologi Pancasila
Maka, ciri khas ideologi terbuka adalah bahwa isinya tidak operasional dan akan
menjadi operasional apabila sudah dijabarkan kedalam peraturan
perundangan. Oleh karena itu ideologi terbuka sebagaimana dikembangkan
oleh bangsa Indonesia senantiasa terbuka untuk proses reformasi dalam
bidang kenegaraan, karena ideologi terbuka berasal dari masyarakat yang
sifatnyadinamis.
Pancasila sebagai suatu ideologi tidak bersifat kaku dan tertutup, namun
bersifat reformatif, dinamis dan terbuka. Hal ini dimaksudkan bahwa ideologi
Pancasila mampu menyesuaikan dengan perkembangan zaman, ilmu
pengetahuan dan teknologi serta dinamika perkembangan aspirasi
masyarakat.
31

Keterbukaan ideologi Pancasila bukan berarti mengubah nilainilai


dasar yang terkandung didalamnya , namun mengeksplisitkan wawasan
secara lebih kongkret sehingga memiliki kemampuan yang reformatif untuk
memecahkan masalah-masalah aktual yang senantiasa berkembang seiring
dengan aspirasi rakyat .
Moerdiono (BP7 Pusat, 1992:399) menyebutkan beberapa factor yang mendorong
pemikiran Pancasila sebagai ideologi terbuka.
1) Dalam proses pembangunan nasional berencana, dinamika masyarakat kita
berkembang amat cepat. Dengan demikian tidak semua persoalan kehidupan
dapat ditemukan jawabannya secara ideologis dalam pemikiran ideologi-ideologi
sebelumnya.
2) Kenyataan bangkrutnya ideologi tertutup seperti marxismeleninisme/komunisme.
Dewasa ini kubu komunisme dihadapkan pada pilihan yang amat berat, menjadi
suatu ideologi terbuka atau tetap mempertahankan ideologi lainnya.
3) Pengalaman sejarah politik kita sendiri dengan pengaruh komunisme sangat
penting. Karena pengaruh ideologi komunisme yang pada dasarnya bersifat
tertutup, Pancasila pernah merosot menjadi semacam dogma yang kaku.
Pancasila tidak lagi tampil sebagai acuan bersama, tetapi sebagai senjata
konseptual untuk menyerang lawan-lawan politik.
4) Kebijaksanaan pemerintah di saat itu menjadi absolute. Konsekuensinya,
perbedaan-perbedaan menjadi alasan untuk secara langsung dicap sebagai anti
pancasila.
5) Tekad kita untuk menjadikan Pancasila sebagai satu-satunya asas dalam
kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Sebagai catatan, istilah
Pancasila sebagai satu-satunya asas telah dicabut berdasarkan ketetapan MPR
tahun 1999, namun pencabutan ini kita artikan sebagai pengembalian fungsi
utama Pancasila sebagai dasar Negara. Dalam kedudukannya sebagai dasar
Negara, Pancasila harus dijadikan jiwa (volkgeits) bangsa Indonesia dalam
kehidupan berbangsa dan bernegara terutama dalam pengembangan Pancasila
sebagai Ideologi terbuka. Di samping itu, ada faktor lain, yaitu adanya tekad
bangsa Indonesia untuk menjadikan Pancasila sebagai alternative ideologi dunia.
Disamping itu, Pancasila sebagai ideologi negara memiliki 4 fungsi pokok yaitu:
a) Mempersatukan bangsa, memelihara dan mengukuhkan persatuan dan
kesatuan
b) Membimbing dan mengarahkan bangsa menuju tujuannya
c) Memberikan tekad untuk memelihara dan mengembangkan identitas
bangsa
d) Pancasila menjadi ukuran untuk melakukan kritik mengenai keadaan
bangsa dan negara

a. Proses perumusan Pancasila sebagai dasar negara


Proses perumusan pancasila sebagi dasar negara menjelang tahun 1945 Jepang
mengalami kekalahan di Asia Timur Raya, banyak cara yang digunakan jepang untuk
menarik simpati khususnya kepada bangsa Indonesia, salah satunya adalah janji
Jepang untuk memberi kemerdekaan bagi bangsa Indonesia yang diucapkan oleh
Perdana Menteri Kaiso pada tanggal 7 September 1944. Sebagai kelajutan dari janji
tersebut, maka pada tanggal 29 April 1945, Jepang membentuk Badan Penyelidik
Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesi (BPUPKI atau Dokuritsu Zyunbi
Tyoosakai, yang bertugas untuk menyelidiki segala sesuatu mengenai persiapan
kemerdekaan Indonesia. BPUPKI diketuai oleh DR. Rajiman Widiodiningrat, wakil
ketua R. Panji Suroso dan Tuan Ichibangase dari Jepang dan beranggotakan 60
orang.
32

Dalam rangka mempersiapkan kemerdekaan BPUPKI mengadakan sidang pertama


pada tanggal 29 Mei – 1 Juni 1945, membahas tentang rumusan dasar negara.
Dalam kesempatan siding tersebut tampil tiga tokoh yang mengemukakan konsep
rumusan Dasar Negara Indonesia merdeka.
Tanggal 29 Mei 1945 Moh. Yamin mengemukakan 5 dasar negara Indonesia (dalam
pidato secara lisan)
1) Peri Kebangsaan
2) Peri Kemanusiaan
3) Peri Ke-Tuhanan
4) Peri Kerakyatan
5) Kesejahteraan rakyat
Pada akhir pidatonya beliau menyerahkan rancangan berikut (tertulis)
1) Ke-Tuhanan Yang maha Esa
2) Kebangsaan Persatuan Indonesia
3) Rasa Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab
4) Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
5) permusyawaratan/ Perwakilan
6) Keadilan sosial bagi seluruh Indonesia
Tanggal 31 Mei 1945 Prof. Dr. Supomo mengemukakan usulan dasar negara
Indonesia yaitu:
1) Persatuan
2) Kekeluargaan
3) Kesimbangan lahir dan batin
4) Musyawarah
5) Keadilan rakyat
Tanggal 1 Juni 1945 Ir. Soekarno menyampaikan pidatonya mengenai lima hal yang
menjadi dasar negara merdeka, yaitu:
1) Kebangsaan Indonesia
2) Internasionalisme atau kemanusiaan
3) Mufakat atau demokrasi
4) Kesejahteraan sosial
5) Ke-Tuhanan yang berkebudayaan
Pendapat ketiga tokoh dibahas oleh Panitia Sembilan tanggal 22 Juli 1945 dan
menghasilkan rumusan yang menggambarkan maksud dan tujuan pembentukan
negara Indonesia merdeka yang terkenal dengan nama “Piagam Jakarta” atau
Jakarta Charter”.
Sidang kedua BPUPKI pada tanggal 10 – 17 Juli 1945 menerima laporan Panitia
Sembilan tentang isi Piagam Jakarta, membahas rancangan Pembukaan UUD 1945
dan tugasnya selesai BPUPKI dibubarkan.
Pada tanggal 7 Agustus 1945 dibentuk PPKI dan mengadakan sidang pada tanggal
18 Agustus 1945 setelah melalui perdebatan yang sengit akhirnya menerima
perubahan Piagam Jakarta menjadi Pembukaan UUD’45 dengan rumusan Pancasila
sebagai berikut:
1) Ke-Tuhanan Yang Maha Esa
2) Kemanusiaan yang adil dan beradab
3) Persatuan Indonesia
4) Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan perwakilan
5) Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia
Kemudian mengesahkan UUD 1945, mengangkat Ir. Soekarno sebagai presiden dan
Drs. Moh. Hatta sebagai wakil presiden, sebelum MPR/DPR terbentuk tugas
presiden dibantu oleh KNIP.
33

b. Fungsi Pokok Pancasila sebagai dasar Negara dan Ideologi Negara


Pancasila sebagai dasar negara dijadikan sebagai landasan setiap aspek
penyelenggaraan negara, termasuk segala peraturan perundangan dalam negara,
pemerintahan dan aspek-aspek kenegaraan lainnya.
Adapun fungsi pokok pancasila sebagai dasar negara adalah sebagai berikut:
1) Sebagai dasar Negara, pancasila berkedudukan sebagai norma dasar atau
norma fundamental (fundamental norm) Negara dengan demikian Pancasila
menempati norma hukum tertinggi dalam Negara ideologi Indonesia. Pancasila
adalah cita hukum ( staatside ) baik hukum tertulis dan tidak tertulis ( konvensi ).
2) Sebagai sumber dari segala sumber hukum, Pancasila merupakan kaidah
Negara yang fundamental artinya kedudukannya paling tinggi, oleh karena itu
Pancasila juga sebagai landasan ideal penyususnan arturan – aturan di
Indonesia. Oleh karena itu semua peraturan perundangan baik yang dipusat
maupun daerah tidak menyimpang dari nilai Pancasila atau harus bersumber dari
nilai -nilai Pancasila.
3) Sebagai Pandangan Hidup, yaitu nilai Pancasila merupakan pedoman dan
pegangan dalam pembangunan bangsa dan Negara agar tetap berdiri kokoh dan
mengetahui arah dalam memecahkan masalah ideologi, politik, ekonomi, sosial
dan budaya serta pertahanan dan keamanan.
4) Sebagai jiwa dan kepribadian bangsa Indonesia, nilai pancasila itu
mencerminkan kepribadian bangsa sebab nilai dasarnya kristalisasi nilai budaya
bangsa Indonesia asli, bukan diambil dari bangsa lain.
5) Sebagai Perjanjian luhur bangsa Indonesia, pancasila lahir dari hasil
musyawarah para pendiri bangsa dan negara (founding fathers) sebagi para
wakil bangsa, Pancasila yang dihasilkan itu dapat dipertanggungjawabkan
secara moral, sisio kulturil. Moral dalam arti tidak bertentangan dengan nilai
agama yang berlaku di Indonesia, sosio kultural berarti cerminan dari nilai
budaya bangsa Indonesia, karena itu Pancasila merangkul segenap lapisan
masyarakat Indonesia yang majemuk ini.

2. Pancasila sebagai Sumber Nilai


Nilai pada hakikatnya merupakan sifat atau kualitas yang ada pada suatu objek
Notonagoro membagi nilai menjadi tiga, yaitu :
a) Nilai material, yaitu segala sesuatu yang berguna bagi unsur manusia.
b) Nilai vital, yaitu segala sesuatu yang berguna bagi manusia untuk dapat
mengadakan kegiatan atau aktivitas.
c) Nilai kerohanian, yaitu segala sesuatu yang berguna bagi rohani manusia.
Nilai kerohanian dapat di bedakan atas empat macam.
1) Nilai kebenaran atau kenyataan yang bersumber pada unsur akal manusia
(rati, budi, cipta).
2) Nilai keindahan yang bersumber pada unsur rasa manusia (gevoel, perasaan,
aestetis).
3) Nilai kebaikan atau nilai moral yang bersumber pada unsur kehendak atau
kemauan manusia (will, karsa, ethic).
4) Nilai religius yang merupakan nilai ketuhan, kerohanian yang tertinggi dan
mutlak.
Nilai material relatif, dapat diukur dengan mudah menggunakan alat pengukur,
sedangkan nilai rohaniah diukur dengan budi nurani manusia sehingga lebih sulit
dilakukan. Manusia yang mengadakan penilaian terhadap sesuatu yang bersifat
rohaniah harus menggunakan budi nurani dengan dibantu oleh indra, akal, perasaan,
kehendak, dan keyakinannya.
Pancasila merupakan sumber nilai kerohanian yang mengandung nilai-nilai secara
lengkap dan harmonis, etis/moral maupun religius. Pancasila sebagai sumber nilai
mempunyai 3 (tiga) nilai penting, yaitu sebagai berikut.
a. Nilai dasar
Pancasila memuat lima nilai dasar tentang penyelenggaraan negara yaitu, Ketuhanan
Yang Maha Esa, kemanusiaan yang adil dan beradab, persatuan Indonesia,
kerakyatan yang dipimpin oleh kebijaksanaan dalam permusayawaratan perwakilan,
dan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
34

Nilai-nilai dasar ini bebas ditafsirkan oleh setiap generasi asalkan bersedia
bertanggung jawab atas akibat yang akan terjadi. Dalam proses penafsiran ini
diharapkan memperoleh nilai barn yang dapat memperkaya penafsiran-penafisran
Pancasila sebelumnya.
b. Nilai instrumental
Nilai instrumental berlaku untuk kurun waktu tertentu dan lebih bersifat konstekstual.
Nilai instrumental terkandung dalam kebijakan strategi, organisasi, sistem, rencana,
dan program yang menjabarkan lebih lanjut nilai dasar tersebut. Nilai instrumental ini
disusun oleh MPR, DPR, dan presiden.
Apabila nilai-nilai instrumental ini saling bertentangan, maka harus dicabut atau
diujikan materi hukumnya kepada Mahkamah Konstitusi.
c. Nilai praksis
Nilai praktis merupakan penjabaran dari nilai instrumental dan bersifat dinamis. Nilai-
nilai praktis terkandung dalam kehidupan sehari-hari, yaitu bagaimana cara
melaksanakan Pancasila dalam kehidupan sehari-hari.
Pancasila sebagai ideologi, falsafah, dan merupakan sumber nilai serta pedoman
norma kehidupan bangsa Indonesia. Pancasila merupakan sumber nilai kerohanian
yang mengandung nilai-nilai secara lengkap dan harmonis, etis/moral maupun
religius.
Adapun nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila secara garis besar sebagai
berikut.

a. Slla Ketuhanan Yang Maha Esa


1) Keyakinan kepada Tuhan Yang Maha Esa, dengan sifat-sifatnya yang Maha
Sempuma, Maha Kasih, dan Maha Kuasa.
2) Ketakwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa.
3) Toleransi terhadap sesama manusia, dan Iain-lain.

b. Sila Kemanusiaan yang Adil dan Beradab


1) Pengakuan terhadap harkat dan martabat manusia.
2) Perlakuan yang adil terhadap sesama manusia.
3) Perlakuan dan penghormatan terhadap cipta, rasa, dan karsa manusia.
4) Penghormatan terhadap keberanlan membela kebenaran

c. Sila Persatuan Indonesia


1) Persatuan bangsa yang mendiami seluruh wilayah Indonesia.
2) Pengakuan perbedaan dalam satu kesatuan.
3) Pengakuan terhadap rasa kebangsaan atau patriotisme, bersedia rela
berkorban demi bangsa dan negara.
d. berkorban demi bangsa dan negara.Sila Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat
Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan/ Perwakilan
1) Kedaulatan di tangan rakyat.
2) Pimpinan kerakyatan adalah hikmat kebijaksanaan yang dilandasi akalsehat.
3) Manusia Indonesia sebagai warga negara mempunyai hak dan kedudukan
yang sama.
4) Menghargai sikap etis yang bertanggung jawab sebagai pemegang amanat
kepada manusia dan Tuhan Yang Maha Esa.
e. Sila Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia.
1) Perwujudan keadilan bagi seluruh rakyat.
2) Periakuan yang adil terhadap seluruh rakyat baik bidang ideologi, politik,
sosial, budaya, dan pertahanan keamanan.
3) Keseimbangan antara hak dan kewajiban.
4) Cinta akan kemajuan dalam pembangunan.
35

Begitu pentingnya Pancasila bagi kelangsungan hidup bangsa dan negara


Indonesia menempatkan Pancasila menjadi norma dasar negara yang paling
fundamental. Hal ini berarti bahwa Pancasila menjadi norma dasar yang paling
tinggi dalam struktur penyelenggaraan kehidupan bermasyarakat, berbangsa,
dan bernegara. Konsekuensinya adalah Pancasila menjadi sumber dari segala
sumber nilai dan hukum yang berlaku dalam negara. Segala pola sikap dan
tingkah laku warga masyarakat harus dan tidak boleh bertentangan dengan nilai-
nilai Pancasila.
Pancasila juga menjadi semacam causa prima bagi peraturan perundangan yang
berlaku di negara Indonesia. Akibatnya segala peraturan perundangan yang
berlaku harus sesuai dan mendukung pelaksanaan nilai-nilai Pancasila. Jika
terjadi suatu peraturan/undang-undang yang tidak sesuai dengan nilai-nilai
Pancasila, maka segera peraturan tersebut harus diubah atau bahkan dicabut.
Pancasila terdiri atas lima sila yang kesemuanya itu tersusun secara hierarki
yang berbentuk piramidal. Dalam urut-urutan kelima sila itu, setiap sila
merupakan pengkhususan dari sila yang dimukanya. Setiap sila itu mempunyai
hubungan yang mengikat satu dengan yang lain, sehingga merupakan satu
kesatuan yang tidak dapat dipisah-pisahkan. Dalam susunan yang hierarkis dan
piramidal tersebut, sila Ketuhanan Yang Maha Esa merupakan basis atau dasar
dari sila-sila lainnya.
Dengan demikian, kita harus menerima Pancasila sebagai suatu kesatuan yang
bulat. Pancasila sebagai suatu kesatuan yang bulat terdiri atas 5 sila, di mana
tiap-tiap sila telah meleburkan dirinya dalam sila lainnya. Sehingga Pancasila itu
telah merupakan perpaduan dari kelima sila itu. Dalam pengertian sila-sila itu
tidak dapat lagi dipisahkan satu sama lain.
Kesatuan antara sila-sila Pancasila itu dapat diuraikan berikut ini.
a) Sila pertama menjiwai dan meliputi sila kedua, ketiga, keempat, dan
kelima.
b) Sila kedua, dijiwai sila pertama, meliputi sila ketiga, keempat dan kelima.
c) Sila ketiga, dijiwai sila pertama dan kedua, meliputi sila keempat dan
kelima.
d) Sila keempat, dijiwai sila pertama, kedua, dan ketiga; meliputi sila kelima.
e) Sila kelima, dijiwai dan diliputi sila pertama, kedua, ketiga, dan keempat.

3. Pelaksanaan UUD Negara RI tahun 1945 sebagai Kaidah yang fundamental

a. Kedudukan Pembukaan UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945


Undang-Undang Dasar merupakan sebagian hukum dasar yang tertulis. Disamping
hukum dasar yang tertulis terdapat hukum dasar yang tidak tertulis yaitu aturan dasar
yang timbul dan terpelihara dalam praktik penyelenggaraan negara meskipun tidak
tertulis. Hukum dasar yang tidak tertulis ini disebut konvensi. Sebagai hukum dasar
maka UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945 merupakan sumber hukum bagi
peraturan perundang-undangan, dan merupakan hukum tertinggi dalam tata urutan
peraturan perundang-undangan di Indonesia.
Pembukaan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Undang-Undang Dasar.
UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945 sebelum perubahan (amandemen)
terdiri atas Pembukaan, Batang Tubuh (pasal-pasal), dan penjelasan.
36

Sedangkan setelah perubahan (amandemen) terdiri atas Pembukaan dan pasal-


pasal, sebagai mana ditegaskan dalam pasal II Aturan Tambahan yaitu “Dengan
ditetapkannya perubahan Undang-Undang Dasar ini, Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945 terdiri atas Pembukaan dan pasal- pasal.” Selain itu
Pembukaan memiliki hubungan yang erat dengan Proklamasi Kemerdekaan.
Pembukaan juga memuat kaidah-kaidah yang fundamental bagi penyelenggaraan
negara.

b. Hubungan Pembukaan dengan Proklamasi Kemerdekaan


Coba kalian baca dan cermati persamaan naskah Pembukaan Undang-Undang
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dengan naskah Proklamasi
Kemerdekaan berikut ini :

Apa informasi yang kalian peroleh setelah mengamati kedua naskah tersebut?
Apakah ada persamaan atau hubungan isi kedua naskah tersebut? Proklamasi
kemerdekaan memiliki hubungan yang erat dengan Pembukaan UUD Negara
Republik Indonesia Tahun 1945.
Hubungan Proklamasi dengan Pembukaan UUD Negara Republik Indonesia Tahun
1945, dapat kalian amati dari isi kedua naskah tersebut. Proklamasi Kemerdekaan
memuat dua hal pokok yaitu pernyataan kemerdekaan bangsa Indonesia, dan
tindakan yang harus segera dilakukan dengan pernyataan kemerdekaan. Sedangkan
alinea ketiga Pembukaan UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945, memuat
pernyataan kemerdekaan. Pernyataan kemerdekaan di alinea pertama ini diawali
dengan pernyataan bahwa kemerdekaan adalah hak segala bangsa di alinea kedua
alasan perjuangan kemerdekaan bangsa Indonesia telah sampai pada saat yang
menentukan. Juga dipertegas bahwa kemerdekaan merupakan atas berkat rahmat
Allah yang Maha Kuasa dan didorongkan oleh keinginan luhur.
37

Dengan demikian pada dasarnya alinea I sampai dengan alinea III merupakan uraian
terperinci dari kalimat pertama Proklamasi Kemerdekaan. Sedangkan alinea IV
memberi arah pertanggungjawaban terhadap pelaksanaan Proklamasi Kemerdekaan.
Kemudian isi pokok kedua Proklamasi Kemerdekaan, yaitu tindakan yang harus
segara dilakukan antara lain dengan menetapkan UUD Negara Republik Indonesia
Tahun 1945 yang memuat Pembukaan. Coba kalian buat tabel bagan hubungan isi
proklamasi kemerdekaan dengan Pembukaan UUD Negara Republik Indonesia
Tahun 1945.
Uraian di atas menegaskan bahwa Pembukaan UUD Negara Republik Indonesia
Tahun 1945 dan Proklamasi Kemerdekaan merupakan satu kesatuan yang bulat.
Makna yang terkandung dalam Pembukaan merupakan amanat dari Proklamasi
Kemerdekaan. Oleh karena itu Negara Kesatuan Republik Indonesia yang
diproklamasikan 17 Agustus 1945 dapat dipahami dengan memahami Pembukaan
UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Merubah Pembukaan UUD Negara
Republik Indonesia Tahun 1945 pada hakikatnya mengubah Negara Kesatuan
Republik Indonesia yang diproklamasikan 17 Agustus 1945.
c. Pembukaan Memuat Pokok Kaidah Negara yang Fundamental

UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945 terdiri atas Pembukaan dan pasal-
pasal. Dilihat dari tertib hukum keduanya memiliki kedudukan yang berbeda.
Pembukaan memiliki kedudukan yang lebih tinggi dari pasal-pasal, karena
Pembukaan merupakan pokok kaidah negara yang fundamental ( staats
fundamental norm ) bagi Negara Republik Indonesia. Sebagai pokok kaidah negara
yang fundamental, Pembukaaan telah memenuhi persyaratan yaitu :
a) Berdasarkan sejarah terjadinya, bahwa Pembukaan ditentukan oleh pembentuk
negara. PPKI yang menetapkan UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945,
telah mewakili bangsa Indonesia.
b) Berdasarkan isinya, bahwa Pembukaan memuat asas falsafah negara
(Pancasila), asas politik negara (kedaulatan rakyat), dan tujuan negara.
c) Pembukaan menetapkan adaya suatu UUD Negara Indonesia

Pokok kaidah negara yang fundamental ini di dalam hukum mempunyai hakikat dan
kedudukan yang tetap, kuat dan tidak berubah bagi negara yang telah dibentuk.
Secara hukum Pembukaan sebagai pokok kaidah yang fundamental hanya dapat
diubah atau diganti oleh pembentuk negara pada waktu negara dibentuk.
Kelangsungan hidup negara Indonesia yang diproklamasikan 17 Agustus 1945 terikat
pada diubah atau tidaknya Pembukaan UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945 sebagai sumber hukum tertinggi di
Indonesia, maka Pembukaan UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945
merupakan sumber dari motivasi dan aspirasi perjuangan dan tekad bangsa
Indonesia, yang merupakan sumber dari cita-cita hukum dan cita-cita moral yang
ingin ditegakkan dalam berbagai lingkungan kehidupan.
38

Pembukaan memuat pokok kaidah negara yang fundamen bagi Negara Kesatuan
Republik Indoensia. Pokok kaidah yang fundamental ini antara lain pokok-pokok
pikiran yang diciptakan dan diwujudkan dalam pasal-pasal UUD, pengakuan
kemerdekaan hak segala bangsa, cita-cita nasional, pernyataan kemerdekaan, tujuan
negara, kedaulatan rakyat, dan dasar negara Pancasila.
UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945 disusun dalam masa perjuangan
”revolusi” dan UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945 disusun oleh lembaga
yang tidak setingkat dengan MPR. Pertanyaan kemudian, apakah UUD Negara
Republik Indonesia Tahun 1945 sah mejadi hukum dasar dan menjadi pedoman
penyelenggaraan bernegara bagi bangsa Indonesia. Menurut Hans Kelsen seperti
dikemukakan oleh Prof. Ismail Sunny menyatakan bahwa,”sah tidaknya suatu
Undang-Undang Dasar harus dipertimbangkan dengan berhasil atau tidaknya suatu
revolusi, dan apa-apa yang dihasilkan dalam revolusi tersebut (UUD) adalah sah.
Karena bangsa Indonesia mencapai kemerdekaannya dengan jalan revolusi maka
UUD yang dibuat dalam masa revolusi tersebut menjadi suatu konstitusi yang sah”.
UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945 disusun dalam masa revolusi
namun nilai-nilai yang terkandung dalam Pembukaan UUD Negara Republik
Indonesia Tahun 1945 adalah nilai-nilai yang luhur universal dan lestari. Universal
mengandung arti bahwa Pembukaan UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945
memiliki nilai-nilai yang dijunjung tinggi oleh bangsa-bangsa beradab di dunia dan
penghargaan terhadap hak asasi manusia . Sebuah bangsa yang menunjukkan
penghargaan terhadap terhadap hak asasi manusia merupakan salah satu bentuk
perilaku bangsa yang beradab di dunia.
Pembukaan UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945 juga mengandung nilai
lestari, bermakna mampu menampung dinamika masyarakat dan akan tetap menjadi
landasan perjuangan bangsa. Oleh karenanya Pembukaan UUD memberikan
landasan dalam pergerakan perjuangan bangsa Indonesia dan selama perjalanan
pembangunan bangsa tersebut. Pembukaan UUD Negara Republik Indonesia Tahun
1945 akan mampu menampung dinamika dan permasalahan kebangsaan selama
bangsa Indonesia mampu dijiwai dan memegang teguh Pancasila dan UUD Negara
Republik Indonesia Tahun 1945.

d. Makna setiap Aliea dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945


Makna disetiap alinea Pembukaan UUD 1945 adalah sebagai berikut:
1. Alinea Pertama
Dari pembukaan UUD 1945, yang berbunyi: “Bahwa kemerdekaan itu ialah hal segala
bangsa, oleh sebab itu maka penjajahan di atas dunia harus dihapuskan karena tidak
sesuai dengan peri kemanusiaan dan peri keadilan”. Adapun maknanya adalah:
a) Keteguhan bangsa Indonesia dalam membela kemerdekaan melawan
penjajah dalam segala bentuk,
b) Pernyataan subjektif bangsa Indonesia untuk menentang dan menghapus
penajajahan diatas dunia,
c) Pernyataan objektif bangsa Indonesia bahwa penjajahan tidak sesuai
dengan peri kemanusiaan dan peri keadilan,
d) Pemerintah Indonesia mendukung kemerdekaan bagi setiap bangsa
Indonesia untuk berdiri sendiri.
2. Alinea Kedua.
Yang berbunyi: “Dan pergerakan kemerdekaan Indonesia telah sampailah kepada
saat yang berbahagia dengan selamat sentosa mengantarkan rakyat Indonesia
kedepan pintu gerbang kemerdekaan negara Indonesia, yang merdeka, bersatu,
berdaulat adil dan makmur”. Adapun maknanya adalah:
39

a) Kemerdekaan yang dicapai oleh bangsa Indonesia merupakan hasil


perjuangan pergerakan melawan penjajah,
b) Adanya momentum yang harus dimanfaatkan untuk menyatakan
kemerdekaan,
c) Bahwa kemerdekaan bukanlah akhir dari sebuah perjuangan, tetapi harus
diisi dengan mewujudkan negara Indonesia yang merdeka, bersatu,
berdaulan, adil, dan makmur.
3. Alinea Ketiga
Yang berbunyi: “atas berkat rahmat Allah Yang Maha Kuasa dan dengan didorongkan
oleh keinginan luhur, supaya berkehidupan kebangsaan yang bebas, maka rakyat
Indonesia dengan ini menyatakan kemerdekaannya”. Adapun makananya adalah:
a) Motivasi spiritual yang luhur bahwa kemerdekaan kita adalah berkat Allah
Yang Maha Kuasa,
b) Keinginan yang didambakan oleh segenap bangsa Indonesia terhadap
suatu kehidupan yang berkesinambungan antara kehidupan material dan
spiritual, dan kehidupan didunia maupun akhirat,
c) Pengukuhan pernyataan proklamasi kemerdekaan.

4. Alinea Keempat
Yang berbunyi: “kemudian daripada itu untuk membentuk suatu pemerintahan negara
Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdasakan kehidupan
bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan,
perdamaian abadi dan keadilan sosial, maka disusunlah kemerdekaan kebangsaan
Indonesia, yang terbentuk dalam suatu susunan negara Republik Indonesia yang
berkedaulatan rakyat dengan berdasarkan kepada: Ketuhanan Yang Maha Esa,
Kemanusiaan yang adil dan beradab, Persatuan Indonesia, Kerakyatan yang
dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan”.
Adanya fungsi dan sekaligus tujuan negara Indonesia, yaitu:
a) Melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah
indonesia,
b) Memajukan kesejahteraan umum,
c) Mencerdaskan kehidupan bangsa, ikut melaksanakan ketertiban dunia
yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial,
d) Kemerdekaan bangsa Indonesia yang disusun dalam suatu UUD 1945,
e) Susunan/bentuk Negara Republik Indonesia,
f) Sistem pemerintahan negara, yaitu berdasarkan kedaulatan rakyat
(demokrasi),
g) Dasar negara pancasila.

Pokok-pokok pikiran dalam pembukaan undang-undang dasar 1945


Pokok pikiran pertama: “Negara - begitu bunyinya – melindungi segenap bangsa
Indonesia dan seluruh tumpah darah manusia untuk berdasarkan atas persatuan
mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia”. Dalam pembukaan ini
diterima aliran pengertian negara persatuan, negara yang melindungi dan meliputi
segenap bangsa seluruhnya.
Pokok pikiran kedua: “Negara hendak mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh
rakyat”. Hal ini merupakan pokok pikiran keadilan sosial. Pokok pikiran yang hendak
diwujudkan oleh negara oleh seluruh rakyat, ini didasarkan pada kesadaran bahwa
manusia indonesia mempunya hak dan kewajiban yang sama untuk menciptakan
keadilan sosial dalam kehidupan masyarakat.
Pokok pikiran ketiga: “Negara yang berkedaulatan rakyat berdasarkan atau
kerakyatan dan permusyawaratan/perwakilan”.
40

Oleh karena itu, sistem negara yang terbentuk dalam UUD 1945 harus berdasar atas
kedaulatan rakyat dan berdasarkan atas permusyawaratan/perwakilan. Memang
aliran ini sesuai dengan sifat “masyarakat Indonesia”.
Pokok pikiran keempat: “Negara berdasar atas ketuhanan yang maha Esa menurut
dasar kemanusian yang adil dan beradab”. Oleh karena itu, UUD 1945 harus
mengandung isi yang mewajibkan pemerintah dll, penyelenggara negara untuk
memelihara budi pekerti kemanusiaan yang luhur dan memegang teguh cita-cita
moral rakyat yang luhur.

Hubungan antara pokok pikiran dengan batang tubuh undang-undang dasar


1945
Pokok-Pokok pikiran Pembukaan UUD 1945 merupakan suasana kebathinan UUD
negara Indonesia serta mewujudkan cita hukum yang menguasai hukum dasar
negara, baik yang tertulis maupun yang tidak tertulis, dan pokok-pokok pikiran
tersebut dijelmakan dalam pasal UUD 1945. Oleh karena itu, dipahami bahwa
suasana kebathinan UUD 1945 serta cita hukum UUD 1945 bersumber atau dijiwai
oleh dasar falsafah pancasila. Inilah yang dimaksudkan dengan arti dan fungsi
pancasila sebagai dasar negara.
Dengan demikian, jelaslah bahwa pembukaan UUD 1945 mempunyai fungsi atau
hubungan langsung dengan batang tubuh UUD 1945, karena pembukaan UUD 1945
mengandung pokok-pokok pikiran yang dijabarkan lebih lanjut dalam pasal-pasal
dibatang tubuh UUD 1945 tersebut. Pembukaan UUD 1945 memuat dasar falsafah
negara pancasila dan batang tubuh UUD 1945 yang merupakan satu kesatuan yang
tidak dapat dipisahkan, bahkan hal ini menjadi rangkaian kesatuan dan norma yang
terpadu.

Hakikat dan Kedudukan Pembukaan UUD I945


Walaupun Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 dan batang tubuhnya disahkan
sebagai satu kesatuan, namun antara keduanya dalam ilmu hukum mempunyai
kedudukan yang berbeda, yaitu Pembukaan UUD 1945 mempunyai kedudukan di
atas Batang Tubuh Undang-Undang Dasar 1945. Adapun kedudukan Pembukaan
UUD 1945 dalam Negara Republik Indonesia adalah sebagai berikut.
a) Pembukaan UUD 1945 sebagai pernyataan kemerdekaan yang terperinci
Bangsa Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945 telah menyatakan
proklamasi kemerdekaannya yaitu dalam suatu Naskah Proklamasi yang
dibacakan oleh Soekarno-Hatta atas nama seluruh bangsa Indonesia.
Proklamasi pada hakikatnya memiliki dua makna, yaitu suatu pernyataan
tentang kemerdekaan bangsa Indonesia dan tindakan-tindakan yang harus
segera dilaksanakan berkaitan dengan proklamasi tersebut, artinya mulai
detik proklamasi tersebut bangsa Indonesia menyusun negara yang
merdeka yang memiliki kedaulatan sendiri untuk mewujudkan cita-cita
bersama, yaitu masyarakat yang adil dan makmur, material maupun
spiritual. Dalam Pembukaan UUD 1945, baik pernyataan proklamasi (pada
alinea ke-3) maupun tindakan-tindakan tentang pembentukan Negara
Republik Indonesia terinci sejak alinea ke-3.
b) Pembukaan UUD 1945 memenuhi syarat adanya tertib hukum Indonesia
Dalam alinea keempat Pembukaan UUD 1945 ditemukan unsur-unsur yang
menurut ilmu hukum merupakan syarat bagi adanya suatu tertib hukum di
Indonesia, yaitu suatu kebulatan dari keseluruhan peraturan-peraturan
hukum.
c) Pembukaan UUD 1945 sebagai pokok kaidah negara yang fundamental Di
dalam suatu tertib hukum terdapat urut-urutan susunan yang bersifat
hirarkis, dimana UUD (pasal-pasalnya) bukanlah merupakan suatu tertib
hukum yang tertinggi.
41

d) Di atasnya masih ada dasar-dasar pokok dari UUD ataupun hukum dasar
yang tidak tertulis yang pada hakikatnya terpisah dari UUD atau hukum
dasar yang tidak tertulis itu yang dinamakan Pokok Kaidah yang
Fundamental. Berdasarkan unsur-unsur yang terkandung dalam
Pembukaan UUD 1945 maka menurut ilmu hukum tatanegara, Pembukaan
UUD 1945 pada hakikatnya telah memenuhi syarat sebagai Pokok Kaidah
Negara yang Fundamental (Staatsfundamentalnorm).
e) Pembukaan UUD 1945 merupakan sumber semangat bagi UUD 1945
Pembukaan UUD 1945, yang terkandung di dalamnya pokok-pokok pikiran
yang inti sarinya adalah Pancasila, pada hakikatnya merupakan sumber
semangat bagi para penyelenggara negara, para pemimpin pemerintahan,
para penyelenggara partai serta golongan fungsional, dan seluruh alat
perlengkapan negara lainnya.
f) Pembukaan UUD 1945 Mempunyai Kedudukan Kuat dan Tetap Sebagai
pokok kaidah negara yang fundamental, Pembukaan UUD 1945 memiliki
hakikat kedudukan hukum yang kuat, bahkan secara yuridis tidak dapat
diubah oleh siapapun, terlekat pada kelangsungan hidup negara.
Pembukaan UUD 1945 sebagai dasar, rangka dan suasana bagi
kehidupan negara dan tertib hukum Indonesia Dalam pengertian ini, isi
yang terdapat dalam Pembukaan UUD 1945 bilamana dirinci secara
sistematis merupakan suatu kesatuan yang bertingkat dan berfungsi
sebagai dasar, rangka, dan suasana bagi negara dan tertib hukum
Indonesia.
42

D. HUBUNGAN INTERNASIONAL DAN HAK ASASI MANUSIA

1. Penghormatan dan Penegakkan Hak Asasi Manusia


Hak Asasi Manusia adalah hak dasar stiap manusia sejak dilahirkan dan merupakan
anugrah dari Tuhan. Hak asasi memiliki ciri khusus,yaitu :
• Hakiki,artinya Hak asasi manusia adalah hak yang sudah ada sejak lahir.
• Universal, artinya Hak asasi manusia berlaku untuk semua orang dan tidak
memandang dari suku,ras,agama,bangsa,gender dan perbedaan lainnya.
• Tidak dapat dicabut, yaitu Hak asasi manusia tidak dapat di cabut atau
dserahkan.
• Tidak dapat dibagi,yaitu semua orang berhak mendapatkan haknya.

HAM dalam UUD 1945 (sebelum di amandemen) hanya tercantum pada pasal 27
sampai dengan pasal 34 saja dan tidak ada pasal dan bab yang bersifat khusus yang
mengatur tentang hal tersebut. Pasal – pasal UUD 1945 tersebut, mencantumkan hak
persamaan dalam hukum dan pemerintahan, hak mendapat pekerjaan dan penghidupan
yang layak (pasal 27 ayat (1) dan (2)), jaminan kemerdekaan berserikat dan berkumpul,
mengeluarkan pikiran dengan lisan dan tulisan (pasal 28), jaminan untuk memeluk
agama dan beribadah menurut agama dan kepercayaan (pasal 29 ayat (2)), hak untuk
membela Negara (pasal 30 ayat(1)),hak mendapatkan pengajaran (pasal 31 ayat (1)),
hak untuk mengembangkan kebudayaan (pasal 32), hak berekonomi (pasal 33 ayat (1)
sampai dengan (3)), dan hak social bagi fakir miskin dan anak terlantar untuk di pelihara
oleh Negara (pasal 34).
Setelah amandemen ke-4/tahun 2002, pengaturan tentang HAM dalam UUD 1945
menjadi lebih banyak dan lengkap. Di samping pasal-pasal terdahulu masih
dipertahankan, di munculkan pula bab baru yang berjudul bab XA tentang HAM beserta
pasal – pasal tambahannya (pasal 28A sampai 28J).
Disamping itu, sidang istimewa MPR yang diselenggarakan pada bulan November 1998
berhasil mengeluarkan ketetapan MPR Republik Indonesia No. XVII/MPRI/1998 tentang
HAM. Dan dimuat beberapa pertimbangan yang penting, yakni :
• bahwa manusia sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa di anugrahi hak dasar
yaitu hak asasi untuk mengembangkan diri pribadi, peranan dan sumbangan
bagi kesejahteraan hidup manusia.
• Bahwa pembukaan UUD 1945 telah mengamanatkan pengakuan, penghormatan
dan kehendah bagi pelaksanaan Hak Asasi Manusia dalam penyelenggaraan
kehidupan bermasyarakat dan bernegara.
• Bahwa bangsa Indonesia sebagai bagian masyarakat dunia patut menghormati
Hak Asasi Manusia dan termaktub dalam Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia
PBB.
Perincian HAM yang dirumuskan pada pasal 1 sampai pasal 44 Piagam HAM yang
diatur dalam Ketetapan MPR RI nomor XVII/MPR/1998 tersebut secara garis besar
adalah sebagai berikut :
1) Hak untuk hidup.
2) Hak berkeluarga dan melanjutkan keturunan.
3) Hak mengembangkan diri.
4) Hak keadilan.
5) Hak kemerdekaan.
6) Hak atas kebebasan informasi.
7) Hak keamanan.
8) Hak kesejahteraan.
9) Hak perlindungan dan pemajuaan.
10) Kewajiban menghormati hak asasi manusia lain.
43

Sedangkan dalam Undang-Undang Nomor 39 tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia,
dirinci sebagai berikut :
1) Hak untuk hidup.
2) Hak untuk berkeluarga dan melanjutkan keturunan.
3) Hak mengembangkan diri.
4) Hak memperoleh keadilan.
5) Hak atas kebebasan pribadi.
6) Hak atas rasa aman.
7) Hak atas kesejahteraan.
8) Hak turut serta dalam pemerintahan.
9) Hak wanita.
10) Hak anak.

Di samping itu, dimuat pula kewajiban dasar manusia, yaitu :

1) Setiap orang yang ada di wilayah RI wajib patuh pada peraturan perundang-
undangan, hukum tidak tertulis, dan hukum internasional (mengenai hak asasi
manusia yang telah diterima oleh Negara RI).
2) Setiap warga Negara wajib ikut serta dalam upaya pembelaan Negara.
3) Setiap orang wajib menghormati hak asasi orang lain, moral,etika, dan tata tertib
kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.
4) Setiap hak asasi seseorang menimbulkan kewajiban dasar dan tanggung jawab
untuk menghormati hak asasi orang lain secara timbale balik.
5) Dalam menjalankan hak dan kebebasannya,setiap orang wajib tunduk kepada
batasan yang di tetapkan oleh undang-undang.

Bidang Hak Asasi Manusia terdiri atas 6 macam, yaitu :

1) Hak asasi pribadi (personal rights).


2) Hak asasi ekonomi (poverty rights)
3) Hak politik (political rights).
4) Hak asasi untuk memperoleh perlakuan yang sama dalam hukum dan
pemerintahan (rights of legal equality).
5) Hak asasi social dan kebudayaan (social and cultural rights).
6) Hak asasi untuk memperoleh perlakuaan tata cara peradilan dan perlindungan
(procedural rights).
Dalam perkembangan selanjutnya beberapa undang-undang yang mengandung unsur
perlindungan dan penegakan HAM yang telah disahkan, yaitu:
1) UU Nomor 23 tahun 2004, tentang penghapusan kekerasan dalam rumah
tangga.
2) UU Nomor 23 tahun 2002, tentang perlindungan anak.
3) UU Nomor 18 tahun 2002, tentang advokasi.
4) UU Nomor 24 tahun 2003, tentang Mahkamah Konstitusi.
5) UU Nomor 2 tahun 2004, tentang kepolisian.
6) UU Nomor 4 tahun 2004, tentang kekuasaan dan kehakiman.
7) UU Nomor 5 tahun 2004, tentang perubahan atas UU No.14 tahun 1985 tentang
Mahkamah agung.
8) UU Nomor 8 tahun 2004, tentang Peradilan Umum.
9) UU Nomor 16 tahun 2004, tentang Kejaksaan RI.
10) UU Nomor 27 tahun 2004, tentang Komisi kebenaran dan Rekonsiliasi.

Peran serta Pemerintah dalam Penegakan HAM di Indonesia


Kewajiban dan tanggung jawab pemerintah terhadap HAM sesuai dengan UU No. 39
1999 tentang HAM adalah sebagai berikut:
44

1) pemerintah wajib bertanggung jawab menghormati, melindungi, menegakkan,


dan memajukan hak asasi manusia, sesuai peraturan perundang-undangan,
dan hukum internasional tentang HAM yang diterima oleh negara Republik
Indonesia (pasal 71).
2) Kewajiban dan tanggung jawab pemerintah meliputi langkah implementasi
yang efektif dalam hukum, politik, ekonomi, sosial, budaya, pertahanan
keamanan negara, dan bidang lain (pasal 72).
Peran KOMNAS HAM alat perjuangan penegakkan HAM diIndonesia
Komnas HAM dibentuk dengan tujuan:
1) Mengembangkan kondisi yang kondusif bagi pelaksanaan hak asasi
manusia sesuai dengan pancasila, UUD 1945, dan piagam PBB, serta
deklarasi universal Hak Asasi Manusia.
2) Meningkatkan perlindungan dan penegakkan hak asasi manusia guna
berkembangnya pribadi manusia Indonesia seutuhnya dan
kemampuannya berpartisipasi dalam berbagai kehidupan.
3) Untuk melaksanakan fungsi mediasi, Komnas HAM bertugas dan
berwenang melakukan:
• perdamaian kedua belah pihak
• penyelesaian erkara melalui cara konsultasi, negosiasi, mediasi,
konsiliasi dan penilaian ahli
• pemberian saran kepada para pihak untuk mennyelesaikan
sengketa melalui pengadilan
• penyampaian rekomendasi atas suatu kasus pelanggaran HAM
kepada pemerintah untuk ditindaklanjuti penyelesaiannya dan
• penyampaian rekomendasi atas suatu kasus pelanggaran HAM
kepada dewan perwakilan rakyat Republik Indonesia untuk
ditindaklanjuti.

Tentang partisipasi perlindungan dan penegakan HAM di Indonesia maka


Komnas HAM lebih menekankan pada :
1) membantu terwujudnya peradilan yang kredibel
2) memprakarsai dan atau memfasilitasi pembentukan komisi HAM di
daerah-daerah
3) mengatasi pelanggaran HAM berat (groos-violation of human rights)
4) meningkatkan kemampian para penegak hukum dalam menangani
kasus-kasus pelanggaran HAM pada umumnya, hak anak dan hak
perempuan pada khususnya.
5) Meningkatkan pemahaman dan kesadaran masyarakat tentang
perspektif gender dan hak anak
6) Menjamin berlanjutnya proses hukum secara tuntas terhadap kasus-
kasus pelanggaran hak asasi manusia.
7) Membuat kriteria dan indikator pelanggaran ha asasi manusia yang
jelas bagi penegak hukum.
8) Setiap hari kita selalu mendengar, membaca, dan melihat, baik dari
media cetak maupun elektronik beerbagai peristiwa pelanggaran HAM.
Masalah penegakan HAM adalah masalah bersama yang menjadi
tanggung jawab bersama antara pemerintah rakyat, dan lembaga-
lembaga tertentu, seperti Komnas HAM.

Ratifikasi Piagam dan Konvensi Internasional HAM


Bangsa Indonesia memiliki ideologi nasional Pancasila sangat menjunjung nilai-nilai
kemanusiaan. Penghargaan itu diwujudkan dengan mengakui dan menghormati
berbagai piagam dan dokumen HAM. Deklarasi HAM se-Dunia merupakan dokumen
hak asasi manusia internasional yang paling penting yang berisi panduan atau standar
tingkah laku bagi seluruh Negara.
45

Dalam artikel 1, deklarasi tersebut menyatakan “seluruh manusia terlahir bebas dan
sama derajatnya. Mereka dihargai dengan suatu alasan dan kesadaran dan juga harus
memandang serta memperlakukan orang lain dalam semangat persaudaraan”.
Walaupun belum setiap Negara didunia meratifikasi Deklarasi HAM se-Dunia itu dalam
tata hukum nasionalnya, namun secara moral setiap bangsa dan Negara di dunia
,seharusnya mendukung dan merealisasikan gagasan dan konsep luhur penghargaan
hak asasi manusia tersebut. konvensi internasional tentang perlindungan HAM juga
diikuti dan menjadi perhatian penting pemerintah Indonesia.
Hal ini menjadi salah satu bukti komitmen pemerintah Indonesia yang peduli dengan
perlindungan HAM sebagai salah satu usaha untuk ikut melaksanakan ketertiban dan
perdamaian dunia. Beberapa konvensi internasional yang telah diratifikasi, yaitu
mengenai konvensi internasional tentang penghapusan segala bentuk diskriminasi
terhadap perempuan international Convention on the Elimination of All Forms
Discrimination Against Women (CEDAW) yang telah diratifikasi melalui Undang-Undang
Nomor 29 Tahun 1999 tentang Konvensi Internasional tentang Penghapusan Segala
bentuk Diskriminasi Rasial.
1965 (international Convention on the Elimination of 11 Forms of Racial Discrimination,
1965) adanya ratifikasi CEDAW ini. Membuat Indonesia mempunyai kewajiban untuk
melakukan penyesuaian berbagai peraturan perundang undangan nasional yang terkait
dengan konvensi internasional tersebut dan mempunyai komitmen untuk melaksanakan
kewajiban melaporkan pelaksanaan dalam rangka menghapuskan segala bentuk
diskriminasi terutama yang terkait dengan diskriminasi terhadap perempuan.
Hambatan dan Tantangan dalam Penegakan HAM di Indonesia.
Hambatan dan tantangan yang berasal dari dalam negeri, antara lain sebagai berikut :
a) Kualitas peraturan perundang undangan yang belum sesuai dengan harapan
masyarakat
Hal ini disebabkan oleh adanya berbagai peraturan (materi) hukum peninggalan
atau warisan kolonial (peninggalan zaman kolonial belanda), padahal sejak
kemerdekaan Indonesia sudah berlaku tata hukum nasional.
Tentu saja jiwa dan latar belakangnya sangat erat dengan nilai- nilai dan sistem
politik penjajah. Yang jauh dari perlindungan, keadilan dan hak asasi manusia
Indonesia.
b) Penegakan hukum yang kurang atau tidak bijaksana karena bertentangan dengan
aspirasi masyarakat
Misalnya :
Hak atas penggunaan tanah yang kepemilikannya di atur oleh undang undang, di
buktikan dengan sertifikat kepemilikan tanah. Secara yuridis formal sah-sah saja
pemilik lahan menggunakan lahannya menurut kepentingannya, namunaspirasi
masyarakat bisa saja bertentangan dengan pemilik lahan.
Untuk itu, di perlukan kesadaran semua pihak akan pentingnya penggunaan hak
dan kewajiban asasi orang lain.
c) Kesadaran hukum yang masih rendah sebagai akibat rendahnya kualitas sumber
daya manusia.
Berbagai bentuk pelanggaran hukum atau ketidakpedulian terhadap perlindungan
hak asasi orang lain sering terjadi karena hal ini.
Misalnya :
Keroyok massa, salah suatu perbuatan main hakim sendiri ( eigenrichting ) yang
biasanya dianggap perbuatan yang biasa dan bukan pelanggaran hukum di
masyarakat. Dan penegak hukum di masyarakat pun tidak mampu menegakkan
hukum dalam situai kacau yang melibatkan massa seperti itu.
Salah satu solusinya bagi anak zaman sekarang adalah dengan belajar sehingga
memperoleh pendidikan di bangku sekolah yang tujuannya tak lain adalah untuk
meningkatkan sumber daya manusia di indonesia dan untuk mendidik anak agar
mengerti hukum.
46

d) Rendahnya penguasaan hukum dari sebagian aparat penegak hukum


Sebagai seorang penegak hukum di suatu negara, seharusnya mereka bisa
menguasai hukum baik teori maupun pelaksanaannya. Serius dan profesional
dalam menangani perkara hukum yang terjadi. Tetapi jangan menggunakan cara
yang kasar yang bertentangan dengan hukum itu sendiri.
e) Mekanisme lembaga penegak hukum yang fragmentaris, sehingga sering timbul
disparitas penegak hukum dalam kasus yang sama.
Sistem pengadilan hukum dan upaya mencari keadilan di negara kita mengenai
tingkatan peradilan yang belum sepenuhnya di pahami masyarakat. Secara
kenyataan, di negara kita berlaku sistem hukuman maksimal dalam hukum pidana
materiil (KUHP) dan hukuman hukuman lainnya yang di berikan kepada pelanggar
sesuai dengan perbuatannya. Oleh sebab itu, di mungkinkan terjadinya perbedaan
bobot hukuman oleh hakim dari tingkat peradilan yang berbeda walaupun dalam
perkara yang sama. Akubatnya sebagian warga masyarakat merasakan tidak
adanya kepastian hukum.
f) Budaya hukum dan hak asasi manusia yang belum terpadu
Perbedaan persepsi dalam kasus hukum tertentu masih sering mewarnai kehidupan
masyarakat.
Misalnya :
Orang tua menganiaya anak kandungnya hingga melewati batas kewajaran yang
menurutnya itu adalah hal yang wajar dalam mendidik anaknya. Sebagian warga
ada yang setuju dengan orang tua itu dan sebagian lagi justru bertentangan.
Tetapi sebaiknya orang tua tersebut tidak boleh mendidik anaknya dengan kasar
sehingga melanggar terhadap HAM dan anak tersebut seharusnya mendengarkan
nasehat orang tuanya.
g) Keadaan geografis indonesia yang luas
Wilayah indonesia yang luas dengan jumlah penduduk yang menyebar di seluruh
nusantara, menjadi kendala komunikasi dan sosialisasi tentang hukum dan
perundang-undangan dan memerlukan waktu yang lama untuk
mensosialisasikannya. Akibatnya banyak warga indonesia yang tidak mengetahui
tentang pelanggaran hak asasi manusia yang mungkin saja mereka lakukan.
Menurut prof. Baharuddin Lopa, S.H. ada 4 tipe pelanggaran HAM di Indonesia, yaitu :
1) Adanya kecenderungan pada pihak pihak tertentu, terutama yang memiliki
kekuasaan dan wewenang, saling tidak mampu mengekang.
2) Adanya kebiasaan bahwa pihak yang memiliki wewenang dan kekuasaan, masih
sering menyalah gunakan kewenangannya
3) Masih kentalnya budaya “ewuh pakewuh” artinya rasa tidak enak di perasaan,
sehingga membuka peluang terjadinya pelanggaran HAM sehingga penegakkannya
(enforcement) terganggu.
4) Law enforcement masih lemah dan sering kali bersifat diskriminatif.

Hambatan dan tantangan dari luar negri, antara lain :


a) Penetrasi Ideologi dan Kekuatan Komunisme
Di era global sekarang pengaruh ideologi asing sangat mudah masuk ke suatu
negara termasuk Indonesia, misalnya komunisme. Meskipun idiologi ini semakin
kurang popular namun tetap perlu diwaspadai. Inti ajaran dari Karl Marx yang
disebut historis materialisme merupakan asal mula ajaran komunisme dunia.
Dalam praktiknya ajaran komunisme mempunyai ciri menonjol, yaitu:
Di bidang politik
Pemerintah dipegang oleh kaum proletar yang menjalankan pemerintahan secara
diktator, sehingga disebut diktator proletariat. Dalam hal ini penguasa dapat
bertindak apa saja dan menyingkirkan siapa saja yang dianggap menghambat
tercapainya tujuan.
47

Di bidang ekonomi
Seluruh aktivitas ekonomi dipegang secara totaliter oleh negara. Hak milik
perorangan terhadap alat produksi tidak diakui, karena semuanya sudah ditentukan
oleh pusat ( sentralisasi ).
Di bidang agama
Negara yang menganut paham komunisme melarang rakyatnya untuk memeluk
agama, karena agama dianggap racun masyarakat yang dapat menghambat
kemajuan.
Atas dasar pelaksanaan yang demikian, ajaran komunis mempunyai empat
kecendurungan, dan dampak yang kurang kondusif bagi tegaknya hak asasi
manusia, yaitu:
1) Timbulnya suasana tegang dan resah, karena komunis cenderung
menciptakan konflik dan kontradiksi bagi masyarakan dalam merebut
kekuasaan.
2) Terciptanya sistem otoriter, sebab awal terbentuknya masyarakat didahului
oleh sistem dictator proletariat, kemudian sistem dictator jatuh ke tangan
partai.
3) Timbulnya proses dehumanisasi, yaitu timbulnya berbagai tindakan yang
dapat merendahkan harkat dan martabat manusia diluar batas kemanusiaan.
Sebabnya ajaran menghalalkan segala cara menjadi popular di masyarakat
komunis.
4) Menjalankan ekspansi kekuasaan karena tujuan komunisme internasional
adalah menjadikan masyarakat dunia ini seluruhnya menjadi komunis (
mengkomuniskan dunia).

b) Penetrasi Idiologi dan Kekuatan Liberalisme.


Liberalisme barasal dari kata liberal yang berarti berpendirian bebas. Liberalisme
adalah suatu paham yang melihat manusia sebagai mahluk bebas. Artinya,
manusia memiliki kemauan bebas serta merdeka serta harus di berikan
kesempatan untuk memajukan diri sendiri dengan merdeka pula. Liberal
membatasi hak negara untuk urusan ekonomi, kebudayaan, agama dan
sebagainya.
Dalam bidang politik, kebebasan individu atau partai sanagat ditonjolkan sehingga
dikenal adanya adanya partai oposisi dan mosi tidak percaya kepada pemerintah.
Paham Liberalisme dilaksanakan di Eropa Barat, Amerika Serikat, dan beberapa
negara di Asia.
Paham ini menghendaki hal-hal berikut :
1) Kekuasaan mutlak mayoritas atas minoritas.
2) Lebih mengutamakan pemungutan suara mayoritas dalam mengambil
keputusan.
3) Golongan besar dan kuat dapat memaksakan kehendaknyanya kepada
minoritas.
Kebebasan yang tidak terkendali dapat mengganggu jalannya pemerintahan,
contohnya pelaksanaan demonstrasi.
4) Di bidang ekonomi, persaingan bebas akan mematikan ekonomi golongan
lemah.
Paham Liberal akan melahirkan manusia egois-individualitas yang jauh dari
sifat kekeluargaan.

2. Perwakilan Diplomatik / Hubungan Internasional


Hubungan antar bangsa / hubungan internasional biasa dikenal dengan sebutan
hubungan diplomatik yang dilaksanakan dengan tujuan mengusahakan agar fihak-
fihak yang mengadakan hubungan mendapat manfaat sebesar-besarnya bagi
kesejahteraan rakyat masing-masing.
48

Sarana yang dapat digunakan dalam melaksanakan hubungan internasional


adalah :
• Departemen luar negeri adalah bagian dari pemerintah Negara yang dipimpin
oleh seorang menteri dan bertanggung jawab langsung kepada presiden dengan
tugas pokok menyelesaikan sebagian tugas umum pemerintahan dan
pembangunan di bidang politik dan hubungan luar negeri
• Perwakilan diplomatik adalah petugas- petugas yang mewakili suatu Negara di
Negara lain yang dikirim untuk menyelenggarakan hubungan resmi antar Negara.
Perwakilan luar negeri Negara Republik Indonesia dibedakan menjadi 3 macam :
• Perwakilan diplomatik
• Perwakilan konsuler
• Perutusan tetap di PBB
Pentingnya Hubungan Internasional
Seperti halnya manusia, negarapun tidak akan dapat memenuhi kebutuhannya tanpa
berhubungan dengan Negara lain. Oleh sebab itu hubungan antar bangsa sangat
diperlukan, dalam rangka mewujudkan kerukunan dan kerjasama yang saling
menguntungkan. Disamping itu, adanya kekhawatiran Negara tidak dapat
mempertahankan eksistensinya dalam percaturan Internasional, jika tidak melakukan
hubungan antar bangsa.

Manfaat Hubungan Internasional antara lain :


• Saling membantu kekurangan yang ada pada masing-masing Negara
• Mendukung pelaksanaan pembangunan di Negara masing-masing
• Saling membantu dalam penyelesaian masalah yang dihadapi suatu bangsa
Tugas dan fungsi pewakilan diplomatik menurut Konvensi Wiena 1961 :
• Mewakili negaranya di Negara penerima (reprecentation)
• Melindungi kepentingan Negara pengirim di Negara penerima dalam batas –
batas yang diperkenankan oleh hokum internasional (protection)
• Mengadakan perundingan dengan pemerintah dimana dia ditempatkan
(negociation )
• Membuat laporan kepada Negara pengirim mengenai keadaan dan
perkembangan di Negara penerima ( reportation )
• Meningkatkan hubungan persahabatan dengan Negara penerima ( friendships )
Klasifikasi perwakilan Diplomatik :
Menurut ketentuan Konvensi Wiena 1961 terdiri dari :
• Duta besar atau perwakilan tahta suci
• Duta, menteri berkuasa penuh dan wakil Paus diluar Vatikan
• Menteri Residen
• Kuasa Usaha
• Atase-atase
Hak-hak perwakilan diplomatik:
• Hak inviolability yakni kekebalan terhadap alat-alat kekuasaan dari Negara
penerima dan kekebalan dari segala gangguan yang merugikan para pejabat
diplomatic
• Hak immunity yakni kekebalan terhadap yurisdiksi hokum dari Negara penerima
Kekebalan bagi pejabat diplomatic dibedakan menjadi :
1) Kekebalan pribadi ( immunitas perseorangan ) meliputi :
a) Hak atas perlindungan istimewa terhadap pribadi dan harta bendanya
b) Bebas dari alat paksaan baik untuk masalah perdata maupun masalah
pidana
c) Bebas dari kewajiban menjadi saksi
d) Bebas dari semua pajak langsung
2) Kekebalan kantor perwakilan dan rumah kediamannya ( immunitas tempat
tinggal )
49

Kantor perwakilan diplomatic dan rumah kediamannya tidak boleh dimasuki


tanpa ijin dari pejabat diplomatic yang brrsangkutan. Kekebalan ini menimbulkan
munculnya hak asylum yaitu hak untuk memberi perlindungan politik kepada
seseorang yang minta perlindungan di kantor atau di kediamannya.
3) Kekebalan terhadap korespondensi perwakilan diplomatic ( immunitas surat
menyurat )
Surat menyurat untuk kantor perwakilan diplomatic suatu Negara, tidak boleh
disensor oleh pemerintah Negara penerima.

Hal – hal yang menjadi bahan pertimbangan dalam penempatan Perwakilan


Diplomatik :
a) Erat/tidaknya hubungan antara negara pengirim dengan negara penerima
b) Tinggi/rendahnya kedudukan negara pengirim dengan negara penerima
c) Banyak/tidaknya permasalahan yang dihadapi oleh kedua negara ( pengirim dan
d) negara penerima ).

Perwakilan Konsuler
Perwakilan Konsuler yaitu pejabat yang bertugas mengurus kepentingan warga
Negara yang berada di Negara asing, bidang tugasnya meliputi masalah non politis.

Macamnya ada dua yaitu Konsul misi ( consules Missi) yaitu pejabat yang dikirim
khusus oleh Negaranya untuk menjadi konsul di Negara penerima dan konsul elekti
( consules election ) pejabat yang diangkat dari warga negara penerima untuk
ditugaskan sebagai konsul kehormatan dari Negara asing.
Tingkatan-tingkatan jabatan konsul terdiri dari ;
• Konsul jnderal
• Konsul
• Wakil konsul
• Agen konsul

Tugas perwakilan konsuler adalah mengurusi kepentingan negara dan warga negara di
negara lain menyangkut:

1) Bidang Ekonomi, yaitu menciptakan tata ekonomi dunia baru dengan


menggalakkan ekspor komoditas nonmigas, promosi perdagangan, mengawasi
pelayanan, pelaksanaan perjanjian perdagangan dan lain-lain.
2) Bidang Kebudayaan dan Ilmu Pengetahuan, seperti; tukar-menukar pelajar,
mahasiswa, dan lain-lain.
3) Bidang-bidang lain seperti :
• Memberikan paspor dan dokumen perjalanan kepada warga pengirim dan
visa atau dokumen kepada orang yang ingin mengunjungi negara pengirim;
• Bertindak sebagai notaris dan pencatat sipil serta menyelenggarakan fungsi
administratif lainnya;
• Bertindak sebagai subjek hukum dalam praktek dan prosedur pengadilan
atau badan lain di negara penerima.

3. Kewarganegaraan

Pengertian kewarganegaraan adalah suatu hal yang berhubungan dengan warga


negara serta keanggotaan sebagai warga negara. Seorang warga negara memiliki
hak untuk mempunyai paspor dari negara yang dianggotainya.
Kewarganegaraan adalah bagian dari konsep kewargaan. Warga suatu kota atau
kabupaten dapat disebut sebagai warga kota atau warga kabupaten, karena
keduanya adalah satuan politik. Dalam otonomi daerah, kewargaan ini menjadi
sebuah hal yang penting, hal ini karena masing-masing dari satuan politik tersebut
akan memberikan hak (biasanya sosial) yang berbeda-beda bagi setiap warganya.
50

Kewarganegaraan mempunyai kemiripan dengan kebangsaan. Yang membedakan


antara keduanya adalah hak-hak untuk aktif dalam dunia politik. Terdapat
kemungkinan dalam memperoleh kebangsaan tanpa menjadi warga negara (contoh :
secara hukum merupakan subyek suatu negara serta berhak mendapatkan
perlindungan tanpa mempunyai hak dalam berpartisipasi politik). Juga dimungkinkan
untuk mempunyai hak politik tanpa menjadi suatu anggota bangsa dari negara
tersebut.
Di bawah teori kontrak sosial, status kewarganegaraan mempunyai implikasi hak
serta kewajiban. Dalam filosofi "kewarganegaraan aktif", warga negara disyaratkan
dapat menyumbangkan kemampuannya bagi perbaikan komunitas dengan cara
melalui partisipasi ekonomi, layanan publik, dan berbagai kegiatan positif lainnya
untuk memperbaiki kesejahteraan masyarakatnya. Dari dasar pemikiran ini, sekarang
muncul mata pelajaran Kewarganegaraan yang merupakan salah satu pelajaran di
sekolah.

Pengertian Pewarganegaraan
Pengertian pewarganegaraan yaitu proses dan berbagai cara dalam mendapatkan
mewarganegarakan. Menurut UU, pengertian pewarganegaraan adalah suatu tata
cara bagi orang asing guna mendapatkan kewarganegaraan Republik Indonesia
dengan melalui permohonan.

Pengertian Warga Negara


Pengertian warga Negara ialah orang yang secara resmi ikut serta menjadi bagian
dari suatu penduduk negara dan mereka menjadi salah satu unsur negara. Warga
negara ialah warga dari sebuah Negara yang ditetapkan dengan berdasarkan UU
yangberlakdalamNegaratersebut.
Warga Negara merupakan salah satu unsur pokok sebuah negara dan masing-
masing warga negara mempunyai hak serta kewajiban yang tentunya harus dilindungi
dan dijamin pelaksanaannya. Warga negara adalah rakyat yang menetap pada
wilayah dan rakyat tertentu dalam hubungannya dengan sebuah Negara. Setiap
warga negara mempunyai hak dan juga kewajiban terhadap negaranya. Sebaliknya,
negara memiliki kewajiban dalam memberikan perlindungan kepada setiap warga
negaranya.
Kewarganegaraan Republik Indonesia telah diatur dalam UU no. 12 tahun 2006
mengenai Kewarganegaraan Republik Indonesia.
Menurut UU tersebut, orang yang dapat menjadi Warga Negara Indonesia antara lain:
a) Setiap orang yang sebelum berlakunya Undang-Undang tersebut telah
menjadi warga negara Indonesia (WNI).
b) Anak yang lahir dari suatu perkawinan yang sah dari ayah dan ibu warga
negara Indonesia.
c) Anak yang lahir dari suatu perkawinan yang sah dari ayah WNI serta ibu
WNA ataupun sebaliknya.
d) Anak yang lahir dari suatu perkawinan yang sah dari ibu WNI serta ayah
yang tidak mempunyai status kewarganegaraan atau hukum negara asal
dari si ayah tidak memberikan kewarganegaraan terhadap anak tersebut.
e) Anak yang lahir dalam masa tenggang waktu hingga 300 hari setelah
ayahnya meninggal dunia dari suatu perkawinan yang sah, serta ayahnya
tersebut WNI.
f) Anak yang lahir di luar suatu perkawinan yang sah dari ibu warga negara
Indonesia.
g) Anak yang lahir di luar suatu perkawinan yang sah dari seorang ibu WNA
yang sudah diakui oleh ayahnya yang WNI sebagai anaknya serta
pengakuan tersebut sudah dilakukan sebelum anaknya menginjak usia 18
tahun atau belum kawin.
51

h) Anak yang lahir di wilayah NKRI yang pada saat waktu lahir tidak jelas status
kewarganegaraan seorang ayah dan ibunya.
i) Anak yang baru lahir yang ditemukan di wilayah Indonesia selama ayah dan
ibunya belum diketahui.
j) Anak yang lahir di wilayah NKRI apabila ayah serta ibunya tidak mempunyai
status kewarganegaraan ataupun tidak diketahui keberadaan mereka.
k) Anak yang dilahirkan di luar wilayah NKRI dari seorang ayah dan ibu WNI,
yang dikarenakan ketentuan dari negara tempat anak tersebut dilahirkan
memberikan status kewarganegaraan kepada anak tersebut yang
bersangkutan.
l) Anak dari ayah atau ibu yang telah diterima permohonan
kewarganegaraannya, lalu seorang ayah atau ibunya meninggal sebelum
menyatakan janji setia atau mengucapkan sumpah.

Selain itu, seseorang dapat diakui pula sebagai WNI bagi :


1). Anak warga negara Indonesia yang lahir di luar suatu perkawinan yang
sah dan belum berusia 18 tahun serta belum kawin, diakui secara sah oleh
seorang ayahnya yang mempunyai kewarganegaraan asing.
2). Anak warga negara Indonesia yang belum menginjak usia 5 tahun, yang
kemudian diangkat secara sah sebagai seorang anak oleh WNA dengan
berdasarkan penetapan pengadilan.
3). Anak yang belum menginjak usia 18 tahun atau belum kawin, berada dan
juga bertempat tinggal di wilayah Indonesia, yang seorang ayah atau
ibunya memperoleh status kewarganegaraan Indonesia.
4). Anak warga negara asing yang belum berusia 5 tahun yang kemudian
diangkat menjadi seorang anak secara sah yang menurut penetapan
pengadilan sebagai anak oleh WNI.
Status kewarganegaraan Indonesia juga dapat diperoleh seseorang yang
termasuk dalam beberapa situasi sebagai berikut:
1. Anak yang belum menginjak usia 18 tahun atau belum kawin, berada serta
bertempat tinggal di wilayah Indonesia, yang seorang ayah atau ibunya
mendapatkan status kewarganegaraan Indonesia.
2. Anak seorang warga negara asing yang belum menginjak usia 5 tahun yang
kemudian diangkat sebagai anak secara sah menurut dari penetapan
Pengadilan sebagai seorang anak oleh WNI.
Di samping perolehan dalam mendapat status kewarganegaraan seperti di atas,
dimungkinkan juga perolehan kewarganegaraan Republik Indonesia dengan
melalui proses pewarganegaraan. Warga Negara asing (WNA) yang kawin secara
sah dengan WNI dan telah tinggal Indonesia sedikitnya 5 tahun berturut-turut atau
paling tidak 10 tidak berturut-turut dapat menyampaikan pernyataan untuk menjadi
WNI di hadapan pejabat yang berwenang, asalkan ia tidak mengakibatkan
mempunyai kewarganegaraan ganda.
Berbeda dari UU Kewarganegaraan yang terdahulu, UU Kewarganegaraan tahun
2006 dapat memperbolehkan dwikewarganegaraan secara terbatas, yakni bagi
anak yang belum menginjak usia 18 tahun serta belum kawin sampai usia
tersebut. Pengaturan lebih lanjut mengenai warga negara dicantumkan pada
Peraturan Pemerintah no. 2 tahun 2007.
Dari Undang-Undang ini terlihat bahwa secara prinsip Indonesia menganut adanya
asas kewarganegaraan ius sanguinis, ditambah dengan ius soli terbatas, serta
kewarganegaraan ganda terbatas.
Asas Ius Soli
Asas ius soli merupakan salah satu asas dalam memperoleh status
kewarganegaraan dengan menentukan kewarganegaraan seseorang berdasarkan
pada Negara tempat kelahirannya.
52

Contoh :
Andi merupakan seorang anak yang lahir di wilayah Indonesia, serta Indonesia
berlaku asas ius soli tersebut, maka anak tersebut secara otomatis akan menjadi
warga negara Indonesia, hal ini karena ia lahir di Indonesia.

Asas Ius Sanguinis


Asas ius saguinis merupakan salah satu asas dalam memperoleh status
kewarganegaraan seseorang yang berdasarkan keturunan.
Contoh :
Andi lahir dari perkawinan yang sah dari seorang ibu dan ayah WNI dan Indonesia
memakai asas ius sanguinis, maka anak itu memiliki kewarganegaraan warga
negara Indonesia, hal ini karena ybs ikut kewarganegaraan yang dimiliki orang
tuanya.

Dua asas tersebut diatas menimbulkan terjadinya dua kasus yakni Apatride dan
bipatride
Apatride merupakan suatu keadaan dimana seseorang tidak memiliki status
kewarganegaraan sama sekali. Hal ini terjadi karena dia lahir dari seorang ibu
yang berasal dari Negara yang menganut asas Ius soli sedangkan tempat
kelahirannya adalah Negara yang menganut asas ius sanguinis, maka dia tidak
akan memiliki status kewarganegaraan dari Negara manapun, baik dari Negara
tempat lahirnya maupuan dari Negara tempat asal orang tuanya.
Bipatride merupakan suatu keadaan dimana seseorang memiliki status
kewarganegaraan ganda/doble, hal ini terjadi karena dia merupakan anak dari
seorang Ibu yang berasal dari Negara yang menganut asa ius sanguinis
sementara dia lahir di Negara yang menganut asa Ius soli. Maka status
kewarganegaraannya menjadi ganda, karena dia diakui sebagai warga Negara
asal orang tuanya sekaligus juga dia akan diakui sebagai Warga Negara tempat
dimana dia dilahirkan.
Cara Memperoleh Status Kewarganegaraan dengan Cara Pewarganegaraan
maksudnya adalah cara seseorang untuk melakukan suatu permohonan
pewarganegaraan yang diajukan oleh orang yang bersangkutan (pemohon) yang
telah memenuhi berbagai syarat tertentu secara tertulis dengan menggunakan
bahasa Indonesia, diatas kertas yang bermaterai kepada presiden RI melalui
menteri Hukum dan HAM. Kemudian Menteri akan meneruskan permohonan
tersebut dengan pertimbangan presiden dalam waktu paling lambat sekitar 3
bulan. Selanjutnya Presiden akan mengabulkan atau menolak permohonan
tersebut.

Kehilangan kewarganegaraan Indonesia


Seorang Warga Negara Indonesia bisa kehilangan kewarganegaraannya karena alas
an berikut :
1) Memperoleh kewarganegaraan negara lain atas kemauan dari diri sendiri.
2) Tidak melepas kewarganegaraan negara lain, sedangkan orang yang
bersangkutan tersebut mendapatkan kesempatan untuk itu.
3) Dinyatakan hilang status kewarganegaraannya oleh presiden Indonesia atas
permohonannya sendiri.
4) Masuk dalam dinas tentara negara asing tanpa izin terlebih dahulu kepada
presiden.
5) Secara sukarela orang tersebut masuk dalam dinas Negara asing, yang
jabatannya itu di Indonesia hanya dapat dijabat oleh WNI.
6) Tidak diwajibkan namun turut berpartisipasi dalam pemilihan yang mempunyai
sifat ketatanegaraan bagi Negara asing.
53

7) Secara sukarela mengangkat sumpah atau janji setia kepada asing atau masuk
bagian dari Negara asing itu.
8) Mempunyai paspor atau surat-surat yang bersifat paspor dari Negara asing.
9) Bertempat tinggal diluar wilayah Indonesia selama 5 tahun berturut-turut bukan
dalam rangka dinas Negara, serta tanpa adanya alasan yang sah.

4. Organisasi Internasional
a. Peserikatan Bangsa-Bangsa
• Tujuan :
1) Menciptakan perdamaian dan keamanan Internasional
2) Memajukan hubungan persahabatan antar bangsa
3) Mewujudka kerjasama Internasional dalam rangka memecahkan masalah-
masalah ekososbud dan kemanusiaan
4) Menjadikan PBB sebagaai pusat kegiatan bangsa-bangsa
• Asas – Asas PBB :
1) Persamaan kedaulatan
2) Setiap anggota harus memenuhi kewajibannya sebagai anggota
3) Menyelesaikan sengketa secara damai
4) Tidak menggunakan ancaman dan kekerasan terhadap integritas politik
suatu Negara
5) Setiap anggota harus membantu PBB sesuai ketentuan yang diatur dalam
Piagam PBB
6) Tidak mencampuri urusan dalam negeri Negara anggota
• Organ Utama PBB :
1) Majelis Umum
2) Dewan Keamanan
3) Sekertariat
4) Dewan Ekonomi dan Sosial
5) Dewan Perwalian
6) Mahkamah Internasional
• Badan Khusus PBB
Badan-badan khusus yang berada dibawah Dewan Ekonomi dan Sosial antara
lain :
1. GATT (General Agreement on Tarrif and Trade)
2. ILO ( International Labour Organization )
3. FAO ( Food and Agriculture Organization)
4. UNESCO ( United Nations Educational Scientific and Cultural Organization
)
5. WHO ( World Health Organization )
6. IMF ( International Monetery Fund )
• KEANGGOTAAN PBB
Keanggotaan PBB bersifat terbuka bagi seluruh Negara merdeka/berdaulat,
dibedakan menjadi :
a) Original members yaitu Negara-negara anggota PBB yang ikut serta
menandatangani Piagam PBB di San Francisco tahun 1945
b) Subsequent members adalah Negara-negara merdeka dan berdaulat yang
secara sukarela menjadi anggota PBB setelah mendapat rekomendasi dari
dewan keamanan, dan diputuskan dalam sidang Majelis Umum
• Peran PBB dalam Perdamaian Dunia :
PBB memilki peran penting dalam menjaga perdamaian dunia terbukti dengan
banyak masalah sengketa yang berhasilkan diselesaikan secara adil oleh PBB.
Dalam menjaga perdamaian dunia, bisa dikatakan PBB adalah satu-satunya
tumpuan semua Negara manapun di Dunia. Peran tersebut dapat dilihat antara
lain dalam menghadapi permasalahn berikut :
54

a) PBB mengambil tindakan tegas dalam masalah dekolonisasi, dengan


mendesak kepada pemerintah koloni, jika perlu dengan tindakan paksaan
melalui dewan keamanan PBB.
b) Sikap PBB terhadap politik “Aphertheid” di Afrika Selatan yang dianggap
sebagai kejahatan kemanusian.
c) PBB berusaha mengumpulkan para pemuda di seluruh dunia dalam suatu
wadah “World Youth Assembly”, denga harapan mereka menjadi penerus
yang baik dalam menjaga perdamaian dunia.
d) PBB juga menyadari pentingnya penaggulangan ledakan penduduk yang
menyebabkan kemiskinan, kebodohan dan keterbelakangan.
Dalam beberapa hal untuk menjaga perdamaian dunia PBB melakukan
kegiatan perjanjian pelucutan senjata konvensional maupun nuklir, larangan
melakukan percobaan meledekkan bom atom.

Peran PBB Bagi Indonesia.


Pada tanggal 27 september 1950 indonesia resmi menjadi anggota PBB ke-60
yang memilki peran penting menjaga kestabilan keamanan dalam negeri
diantaranya.
a) Agresi Militer Belanda,
Pada waktu terjadinya agresi militer Belanda I tanggal 21 Juli 1947,
wakil-wakil India dan Australia melakukan perundingan yang
menghasilkan genjatan senjata yang diawasi oleh Komisi Konsuler.
b) Pembentukan Komisi Tiga Negara
Komisi Tiga Negara adalah hasil dari perundingan pada tanggal 27
oktober 1947 yang beranggotakan Amerika Serikat, Belgia dan Australia
sebagai pengawas oleh PBB untuk gencatan senjata dan akhirnya
menghasilkan perundingan Renville pada tanggal 17 Januari 1948.
c) Agresi Militer Belanda kedua
Perundingan Agresi Militer Belnda yang kedua pada tanggal 19
Desember 1948 mengalami kegagalan. Oleh karena itu PBB melakukan
Konfrensi Asia di New Delhi atas gagasan Birma dan India dan
menghasilkan kesepakatan berikut :

• Pemerintah RI dikembalikan ke Yogyakarta.


• Pembentukan pemerintah ad interim uang mempunya kedaulatan
keluar pada tanggal 15 Maret 1950.
• Penarikan tentara belanda dari selurh Indonesia.
• Pengakuan kedaulatan pemerintahan Indonesia pada tanggal 1
januari 1950.
• Penyelesaian Irian Barat.

Sebagai siasat dilakukan oleh Belanda untuk mengalihkan masalah Irian Barat,
Belanda mengatakan akan memerdekakan Irian Barat dengan nama Negara
Papua namun dapat digagalkan oleh PBB. Pada tahun 1962 akhirnya Indonesia
merebut kembali melalui perjuangan diplomasi dan militer oleh komando
Mandala

Peran Indonesia dalam PBB


Sebagai anggota PBB Indonesia juga aktif dalam memelihara
perdamaian di dunia. Kontingen Garuda disingkat KONGA atau Pasukan
Garuda adalah pasukan Tentara Nasional Indonesia yang ditugaskan
sebagai pasukan perdamaian di negara lain.
55

Indonesia mulai turut serta mengirim pasukannya sebagai bagian dari


pasukan penjaga perdamaian PBB sejak 1957. Berikut ini daftar nama
Kontingen Garuda yang dikirim Indonesia :
1) Kontingen Garuda I, Kontingen Garuda I dikirim pada 8 Januari
1957 ke Mesir;
2) Kontingen Garuda II, Kontingen Garuda II dikirim ke Kongo pada
1960;
3) Kontingen Garuda III, Kontingen Garuda III dikirim ke Kongo pada
1962;
4) Kontingen Garuda IV, Kontingen Garuda IV dikirim ke Vietnam
pada 1973;
5) Kontingen Garuda V, Kontingen Garuda V dikirim ke Vietnam pada
1973;
6) Kontingen Garuda VI Kontingen Garuda VI dikirim ke Timur Tengah
pada 1973
7) Kontingen Garuda VII Kontingen Garuda VII dikirim ke Vietnam
pada 1974.
8) Kontingen Garuda VIII, Kontingen Garuda VIII dikirim dalam rangka
misi perdamaian PBB di Timur Tengah paska Perang Yom Kippur
antara Mesir dan Israel
9) Kontingen Garuda IX, Kontingen Garuda IX dikirim ke Iran-Irak
pada 1988;
10) Kontingen Garuda X, Kontingen Garuda X dikirim ke Namibia pada
1989;
11) Kontingen Garuda XI, Kontingen Garuda XI dikirim ke Irak-Kuwait
pada 1992;
12) Kontingen Garuda XII, Kontingen Garuda XII dikirim ke Kamboja
pada 1992;
13) Kontingen Garuda XIII, Kontingen Garuda XIII dikirim ke Somalia
pada 1992;
14) Kontingen Garuda XIV, Kontingen Garuda XIV dikirim ke Bosnia-
Herzegovina pada 1993;
15) Kontingen Garuda XV, Kontingen Garuda XV dikirim ke Georgia
pada 1994;
16) Kontingen Garuda XVI, Kontingen Garuda XVI dikirim ke Mozambik
pada 1994;
17) Kontingen Garuda XVII, Kontingen Garuda XVII dikirim ke Filipina
pada 1994;
18) Kontingen Garuda XVIII, Kontingen Garuda XVIII dikirim ke
Tajikistan pada November 1997;
19) Kontingen Garuda XIX, Kontingen Garuda XIX dikirim ke Sierra
Leone pada 1999-2002;
20) Kontingen Garuda XX/A, Kontingen Garuda XX dikirim ke Bungo,
Kongo pada 6 September 2003 dan bertugas selama 1 tahun;
21) Kontingen Garuda XXI, Kontingen Garuda XXI merupakan
kontribusi TNI dalam misi perdamaian PBB di Liberia (UNMIL);
22) Kontingen Garuda XXII, Kontingen Garuda XXII merupakan
kontribusi TNI dalam misi perdamaian PBB di Sudan (UNMIS);
23) Kontingen Garuda XXIII, Kontingen Garuda XXIII bertugas sebagai
bagian dari Pasukan Perdamaian PBB di Lebanon (UNIFIL) ;
56

24) Kontingen Garuda XXIV, bertugas di Nepal. Kontingen Garuda


XXIV merupakan kontribusi TNI dalam misi perdamaian PBB di
Nepal (UNMIN);
25) Kontingen Garuda XXV, berdasarkan Frago (fragmentery order)
Nomor10-10-08 tanggal 30 Oktober 2008, penambahan Kontingen
Indonesia dalam rangka misi perdamaian dunia di Lebanon
Selatan;
26) Kontingen Garuda XXVI, menyusul keberhasilan penugasan
Kontingen Garuda XXIII bersama dengan UNIFIL, sekaligus dalam
rangka memperbesar peran serta Indonesia dalam pemeliharaan
perdamaian di Lebanon Selatan dan atas permintaan PBB;
27) Kontingen Garuda Indonesia XXVII, Kontingen Garuda XXVII - 1
tergabung dalam misi UNAMID di Darfur bertugas sejak tanggal 21
Agustus 2008 sampai dengan tanggal 21 Agustus 2009 dalam
satgas Milubs.

b. ASEAN ( Association of South East Asia Nation’s )


Didirikan oleh lima negara pemrakarsa, yaitu Indonesia, Malaysia, Filipina,
Singapura dan Thailand di Bangkok melalui Deklarasi Bangkok pada tanggal 8
Agustus 1967. Menteri luar negeri penanda tangan Deklarasi Bangkok kala itu ialah
Adam Malik (Indonesia), Narciso R. Ramos (Filipina), Tun Abdul Razak (Malaysia),
S. Rajaratnam (Singapura), dan Thanat Khoman (Thailand).
ASEAN menganut asas keanggotaan terbuka,artinyabahwa ASEAN member
kesempatan kepada Negara-negara lain untuk bergabung di dalamnya.
Selengkapnya, asas – asas tersebut tercantum dalam Delkarasi Bangkok, yaitu :
a) Adanya kepentingan bersama dan masalah-masalah dikalangan negara-negara
kawasan Asia Tenggara, dan keyakinan akan perlunya memperkukuh
solidaritas bersama.
b) Adanya hasrat untuk membentuk suatu landasan yang teguh untuk kegiatan-
kegiatan bersama guna meningkatkan kerjasama regional di Asia Tenggara
atas dasar persamaan dan persahabatan.
c) Adanya kesadaran bahwa di dunia ini terdapat saling ketergantungan antar
Negara yang satu dengan Negara yang lain sehingga diperlukan adanya saling
pengertian dan kerjasama yang baik.
d) Negara – Negara Asia Tenggara bertanggung jawab terhadap semua
permasalahan yang terjadi di kawasannya, tanpa campur tangan dari luar.
e) Semua pangkalan asing bersifat sementara dan akan tinggal hanya dengan
persetujuan yang dinyatakan oleh Negara-negara yang bersangkutan.

Tujuan dibentuknya ASEAN adalah :

a) Mempercepat pertumbuhan ekonomi,kemajuan dan pengembangan


kebudayaan di kawasan Asia Tenggara, melalui usaha bersama dalam
semangat dalam semangat persamaan dan persahabatan.
b) Meningkatkan perdamaian dan stabilitas regional melalui penghormatan
keadilan dan tertib hukum dalam hubungan antar Negara Asia Tenggara
c) Memajukan kerjasama aktif dan saling membantu dalam hal kepentingan
bersama di bidang ekososbud
d) Saling membantu dalam bentuk kemudahan latihan dan penelitian di bidang
pendidikan, profesi, teknik serta administrasi.
e) Bekerjasama secara efektif untuk penggunaan pertanian dan industry mereka
yang lebih besar.
57

f) Memajukan pengkajian Asia Tenggara


g) Memelihara kerjasama yang erat dan berguna dengan organisasi internasional
dan regional

Kini ASEAN beranggotakan semua negara di Asia tenggara (kecuali Timor Leste
dan Papua Nugini). Berikut ini adalah negara-negara anggota ASEAN:
• Filipina (negara pendiri)
• Indonesia (negara pendiri)
• Malaysia (negara pendiri)
• Singapura (negara pendiri)
• Thailand (negara pendiri)
• Brunei Darussalam (7 Januari 1984)
• Vietnam (28 Juli 1995)
• Laos (23 Juli 1997)
• Myanmar (23 Juli 1997)
• Kamboja (30 April 1999)

Peran ASEAN dalam mewujudkan Perdamaian di Kawasan Asia Tenggara


Krisis di Kamboja terjadi pada tahun 1975 dan semakin meluas pada tahun 1978,
ketika Democratic Kampuchea (DK) melakukan serangan balasan yang dilancarkan
di baratdaya perbatasan Vietnam dan atas permintaan Kampuchea United Front for
National Salvation, tentara Vietnam melancarkan serangan penuh terhadap
kelompok Khmer Merah yang dipimpin Pol Pot. Kelompok Khmer Merah diduga
telah membantai sekitar 1,6 juta orang Kamboja atas dasar pemurnian dan
totalisme dalam bertindak. Dalam kurun waktu 3 minggu, tentara Vietnam berhasil
menguasai Phnom Penh dan membantu mendirikan People’s Republic of
Kampuchea (PRK). Terdapat beberapa keganjilan terkait pembalasan dendam yang
melibatkan aktor di luar kawasan ketika krisis Kamboja terjadi. Amerika dan China
berada di belakang Pol Pot guna membalaskan dendam masa lalu mereka terhadap
Vietnam. DK dan PRK menjadi bidak oleh aktor-aktor yang bermain di krisis
Kamboja. DK atau Khmer Merah didukung oleh China dan Amerika sedangkan PRK
yang dipimpin Hun Sen didukung oleh Vietnam. Konfrontasi antara kedua bidak
tersebut berlangsung cukup a lot karena masing-masing memiliki back-up. Di sini
ASEAN mengambil peran untuk menjadi penengah dalam menyelesaikan konflik
yang terjadi karena dapat mengancam stabilitas keamanan kawasan.
Pada tahun 2012 tepatnya 8 Agustus nanti, ASEAN menginjak umurnya yang ke-45
dan selama itu pula tidak pernah ada perang terbuka yang terjadi di antara negara
anggotanya. Meskipun tidak ada perang terbuka, konflik terus terjadi dari dekade ke
dekade. Proses perdamaian di ASEAN sangat kental dengan prinsipnya yang tidak
akan mengintervensi dan menghormati kedaulatan dari negara anggotanya. Dapat
kita ambil contoh ketika konflik di Kamboja terjadi.
Untuk mewujudkan komunitas politik ASEAN 2015 nanti, ASEAN menempuh 3
langkah : Langkah pertama adalah “Peace”. Peace yang dimaksud di sini adalah
kondisi dimana kawasan Asia Tenggara kondusif untuk perdamaian, potensi konflik
selalu ada untuk semua kawasan akan tetepi dengan terciptanya kawasan yang
kondusif akan memudahkan proses perdamaian dan resolusi konflik yang terjadi.
Hal ini dibuktikan dengan salah satu instrumen politik ASEAN yang telah ada yaitu
Zone of Peace, Freedom and Neutrality atau disingkat ZOPFAN. Komitmen ASEAN
sangat kuat dalam menjaga perdamaian. Langkah kedua adalah prosperity
“kemakmuran” dengan komitmen mengentaskan kemiskinan di kawasan Asia
Tenggara melalui pemerataaan pembangunan dan penguatan pasar agar selisih
atau gap GDP yang tinggi dapat teratasi.
58

Dan langkah ketiga adalah people, ASEAN menjadikan masyarakat sebagai


landasan utama dalam terciptanya komunitas politik yang kuat dengan collective
identity sebagai warga ASEAN sehingga tercetuslah bahwa ASEAN adalah
organisasi kawasan dengan people-oriented sebagai acuan dasar dan yang paling
utama.
Langkah-langkah tersebut kemudian diwujudkan dengan 3 cetak biru komunitas
ASEAN antara lain ASEAN Political-Security Community (APSC Blueprint), ASEAN
Economic Community (AEC Blueprint) dan ASEAN Socio-Cultural Community
(ASCC Blueprint) Yang akan menjadi sorotan adalah bagaimana neo-fungsionalis
melihat komunitas politik-keamanan ASEAN dalam menyelesaikan masalah intra
maupun ekstra kawasan, akankah berdampak signifikan terhadap perdamaian
kawasan. Dari sini terdapat dua kemungkinan yaitu terciptanya positive peace atau
negative peace dengan melihat bagaimana sebuah komunitas menangani konflik
yang terjadi di dalam maupun di luarnya. ASEAN berkomitmen pada perdamaian,
hal tersebut sangat absolut dan tidak dapat diganggu gugat, meskipun
konsekuensinya mengorbankan banyak hal dalam mencapai perdamaian tersebut
dan konflik tentu saja selalu ada.

Peran Indonesia dalam ASEAN :


Sejak Asean berdiri, Indonesia telah mengambil peran yang sangat penting.
Peran pertama Indonesia ditunjukkan dengan ikut mendirikan Asean. Selanjutnya
Indonesia diberi kepercayaan sebagai penyelenggara KTT Asean I. KTT ini
dilaksanakan di Bali pada tanggal 23-24 Februari 1976. Salah satu kesepakatan
yang dihasilkan KTT Asean I adalah pembentukan Sekretariat Asean di Jakarta.
Adapun yang menjadi Sekretaris Jenderal (Sekjen) Asean pertama adalah H.R.
Dharsono, seorang putra Indonesia. Hal tersebut memberikan gambaran bahwa
negara kita cukup berperan besar dalam Asean.
Indonesia juga berperan dalam menciptakan perdamaian. Indonesia banyak
membantu negara-negara anggota Asean lain yang sedang mengalami konflik.
Indonesia pernah menjadi penengah konflik antara Vietnam dan Kamboja. Konflik
ini terjadi karena Vietnam menduduki Kamboja. Indonesia menjadi penengah kedua
belah pihak sejak tahun 1987. Akhirnya, pada Konferensi Paris untuk Kamboja
tahun 1991, Kamboja dan Vietnam menyepakati perjanjian damai.
Peran penting lainnya adalah saat Indonesia menjadi penengah antara Pemerintah
Filipina dan Pemberontak Moro National Front Liberation (MNLF). Baik Pemerintah
Filipina maupun MNLF sepakat untuk melakukan pertemuan di Indonesia dan
membuat perjanjian damai.
Selain hal-hal di atas, peran Indonesia juga tampak pada beberapa hal berikut.
Pada KTT Asean ke-9 tanggal 7?8 Oktober 2003 di Bali, Indonesia mengusulkan
pembentukan Komunitas Asean (Asean Community). Komunitas ini mencakup
bidang keamanan, sosial-kebudayaan, dan ekonomi.
Pada tahun 2004, Indonesia menjadi negara yang memimpin ASEAN. Selama
memimpin, Indonesia menyelenggarakan serangkaian pertemuan. Di antara
pertemuan itu adalah Pertemuan Tingkat Menteri Asean (Asean Ministerial
Meeting), Forum Kawasan Asean (Asean Regional Forum), Pertemuan
Kementerian Kawasan mengenai Penanggulangan Terorisme, dan beberapa
pertemuan lainnya.
Menjadi tuan rumah pertemuan khusus pasca Gempa Bumi dan Tsunami pada
Januari 2005. Pertemuan ini bertujuan untuk membicarakan tindakan-tindakan
mengatasi bencana Tsunami pada 26 Desember 2004. Negara Asean yang terkena
tsunami adalah Indonesia, Thailand, dan Malaysia.
59

Pada bulan Agustus 2007 diresmikan Asean Forum 2007 di Jakarta. Forum ini
diselenggarakan untuk mendukung terwujudnya Komunitas Asean 2015
diselenggarakan dalam rangka memperingati hari jadi Asean ke-40.
Pada KTT Asean ke 19 tanggal 17-19 November 2011 Indonesia kembali menjadi
tuan rumah, salah satu catatan penting peran Indonesia dalam Asean adalah
kesepakatan Kawasan Bebas Senjata Nuklir Asia Tenggara atau Southeast Asia
Nuclear Weapon Free Zone (SEANWFZ). Traktat yang sebelumnya sudah disusun
di Bangkok, Thailand akhirnya bisa diratifikasi selama Indonesia menjadi Ketua
ASEAN. Lewat traktat ini, negara-negara anggota berkewajiban untuk tidak
mengembangkan, memproduksi, atapun membeli, mempunyai atau menguasai
senjata nuklir.

c. Konferensi Asia Afrika


Pada tanggal 18 April 1955, diselenggarakan Konperensi Asia Afrika di kota
Bandung, Jawa Barat. Peserta Konperensi tersebut terdiri 5 negara sponsor, 14
negara Asia, 8 negara Arab, dan 4 negara Afrika. Penyelenggaraan KAA tahun
1955 menepis keraguan berbagai pihak akan kemampuan Indonesia dalam
menyelenggarakan konperensi internasional. Selain pemerintah kota Bandung yang
telah mempersiapkan segalanya dengan matang, seluruh masyarakat bandung juga
dilibatkan dalam penyelenggaraan Konperensi tersebut.
Presiden Sukarno pada saat itu telah mengobarkan semangat pemimpin negara
Asia Afrika melalui pidatonya didepan para peserta konferensi. Beliau mengatakan
meskipun Konperensi tersebut berasal dari berbagai perbedaan, tetapi Konperensi
ini ingin menyatukan dunia. Dua benua ini mempunyai sikap yang sama dalam
membenci kolonialisme dan rasialisme. Konperensi ini telah berdampak pada
terbebasnya puluhan bangsa di Asia dan Afrika dari penjajahan menjadi negara
yang merdeka terlepas dari penjajahan bangsa asing.
Konperensi Asia Afrika di Bandung telah membakar semangat para pejuang
bangsa-bangsa Asia dan Afrika yang pada masa itu tengah memperjuangkan
kemerdekaan tanah air mereka, sehingga kemudian lahirlah sejumlah Negara
merdeka di kawasan Asia dan Afrika.
Konperensi Asia Afrika juga telah berhasil menumbuhkan semangat solidaritas di
antara Negara-negara Asia Afrika, baik dalam menghadapi masalah internasional
maupun regional. Beberapa Konperensi antar organisasi seperti Konperensi
Mahasiswa Asia Afrika, Konperensi Wartawan Asia Afrika, dan Konperensi
Setiakawan Asia Afrika.
Konperensi Asia Afrika menghasilkan deklarasi yang lebih dikenal dengan Dasasila
Bandung 1955, yang isinya sebagai berikut:
a) Menghormati hak-hak dasar manusia dan tujuan-tujuan serta asas-asas yang
termuat dalam Piagam PBB.
b) Menghormati kedaulatan dan integritas territorial semua bangsa-bangsa.
c) Mengakui persamaan semua suku bangsa dan persamaan semua bangsa-
bangsa besar maupun kecil.
d) Tidak melakukan intervensi atau campur tangan dalam soal-soal dalam negeri
negara lain.
e) Menghormati hak tiap-tiap bangsa untuk mempertahankan diri sendiri secara
sendirian atau secara kolektif, yang sesuai dengan Piagam PBB.
f) Tidak mempergunakan peraturan-peraturan dari pertahanan kolektif untuk
bertindak bagi kepentingan khusus dari salah satu negara-negara besar.
Tidak melakukan tekanan terhadap negara lain.
60

g) Tidak melakukan tindakan-tindakan atau ancaman agresi ataupun


penggunaan kekerasan terhadap integritas territorial atau kemerdekaan politik
suatu negara.
h) Menyelesaikan segala perselisihan internasional dengan jalan damai, seperti
perundingan persetujuan, arbitrase atau penyelesaian hakim ataupun lain-lain
cara damai lagi menurut pilihan pihak-pihak yang bersangkutan, yang sesuai
dengan Piagam PBB.
i) Memajukan kepentingan bersama dan kerjasama.
j) Menghormati hukum dan kewajiban-kewajiban internasional.

d. Organisasi Gerakan Non Blok ( GNB )


Gerakan Non-Blok (GNB) : organisasi internasional beranggotakan lebih dari 100
negara yang menganggap dirinya tidak beraliansi dengan blok atau kekuatan besar
apapun.
GNB diperkenalkan Perdana Menteri India Nehru dalam pidatonya di Colombo, Sri
Langka pada 1954 yang menjelaskan 5 pilar pedoman relasi Sino-India yang kemudian
digunakan sebagai asas GNB, yang berisi:
1) Saling menghormati integritas teritorial dan kedaulatan
2) Perjanjian non-agresi
3) Tidak mengintervensi urusan dalam negeri negara lain
4) Kesetaraan dan keuntungan bersama
5) Menjaga perdamaian
GNB muncul setelah penyelanggaraan KAA yang didasarkan pada Dasasila Bandung.
GNB didirikan pada Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) I GNB di Beogard, Yugoslavia 1-6
September 1961.
KTT I GNB dihadiri 25 negara : Afghanistan, Yeman, Myanmar, Kamboja, Sri Langka,
Kongo, Kuba, Cyprus, Mesir, Ethiopia, Ghana, Guinea, Indonesia, Iraq, Lebanon, Mali,
Morocco, Nepal, Arab Saudi, Somalia, Sudan, Suriah, Tunisia, & Yugoslavia
Tujuan Berkaitan Perdamaian Dunia & HAM (seperti yang tercantum dalam Deklarasi
Havana 1979):
• Menjamin kemerdekaan, kedaulatan, integritas teritorial, dan keamanan negara-
negara non-blok.
• Menentang imperialisme, kolonialisme, neo-kolonialisme, apartheid, dan rasisme.
• Menentang segala bentuk agresi militer, penududukan, dominasi, dan interferensi /
hegemoni.
• Menentang segala bentuk blok politik.
Peran Indonesia dalam Organisasi Gerakan Non Blok
• KAA di Bandung menjadi momen penting berdirinya GNB.
• Presiden Indonesia, Soekarno menajdi salah 1 pelopor Gerakan.
• Presiden Indonesia, Soeharto menjadi Sekjen GNB pada 1991 atas penggelaran
KTT X di Jakarta.
• Pada KTT X telah berhasil merumuskan kesepakatan bersama, Pesan Jakarta yang
berisi visi GNB.
• Berperan penting dalam peredaan ketegangan di bekas kawasan Yugoslavia pada
1991.
• Ikut mengupayakan GNB agar berperan menyerukan perdamaian dan keamanan
internasional.
• Meningkatkan kerja sama antar anggota GNB terutama perkembangan teknik &
ekonomi.
• Membantu penyelesaian konflik regional beberapa negara seperti Kamboja,
sengketa Laut Cina Selatan, & gerakan separatis Moro di Filiphina.
• Aktif dalam mendukung rakyat Palestina.
61

5. Perjanjian Internasional

Perjanjian Internasional diartikan sebagai pernjanjian yang diadakan antara anggota


masyarakat bangsa-bangsa dan bertujuan mengakibatkan adanya akibat-akibat hukum
tertentu, pengertian ini dikemukakan oleh Moechtar Koesoemaatmadja.
Sedangkan menurut Oppenheimer & lauterpacht, perjanjian internasional adalah
persetujuan antara negara-negara, yang menimbulkan hak dan kewajiban diantara
mereka.

Penggolongan Perjanjian Internasional :


1. Berdasarkan subyek yang melaksanakannya, dibedakan menjadi:
o Perjanjian antara Negara dengan Negara
o Perjanjian antara Negara dengan subyek hukum lainnya
o Perjanjian antar sesama subyek hukum yang bukan Negara
2. Berdasarkan jumlah fihak yang mengadakannya, dibedakan menjadi :
o Perjanjian bilateral
o Perjanjian multilateral
3. Berdasarkan sifat pelaksanaan perjanjian
o Despositive treaties
o Executory Treaties
4. Berdasarkan fungsinya dalam pembentukan hukum:
o Law making treaty
o Treaty Contact

Pembuatan, Berlaku dan Berkhirnya Perjanjian Interansional


Proses pembuatan Perjanjian Internasional, biasanya diatur dalam ketentuan peraturan
perudangan di Negara masing-masing, karena itu tidak ada keseragaman antara Negara
yang satu dengan Negara yang lain.
Secara umum terdapat 3 tahap pembuatan Perjanjian Internasional yaitu :
1. Perundingan (Negociation)
2. Penadatanganan ( Signature )
3. Pengesahan ( Ratification )
Akan tetapi bisa juga perjanjian Inetrnasional dibuat hanya dengan 2 tahap, biasanya
untuk perjanjjian Internasional yang non politis. Perjanjian Internasional yang dibuat
dalam dua tahap terdiri dari :
1. Perundingan (Negociation)
2. Penadatanganan ( Signature )

Ketentuan berlakunya suatu perjanjian internasional, sesuai pasal 24 Konvensi


Wina :
• Sesuai ketentuan yang tertulis dalam perjanjian tersebut
• Jika perjanjian tersebut tidak mencantumkan waktu berlaku, maka perjanjian
tersebut berlaku setelah ada persetujuan mengikatkan diri dari pihak-pihak yang
terkait.

Berakhirnya suatu perjanjian internasional biasanya diatur oleh Negara-negara


peserta perjanjian tersebut, akan tetapi penyebabnya adalah :
• Tercapainya tujuan
• Habis masa berlakunya
• Punahnya salah satu pihak peserta perjanjian
• Adanya persetujuan dari pihak-pihak untuk mengakhiri
• Ada perjanjian baru yang meniadakan perjanjian yang lama
62

• Dipenuhinya syarat-syarat tentang pengakhiran perjanjian sesuai ketentuan


perjanjian tersebut
• Diakhiri secara sepihak

Pada dasarnya setiap Negara yang terlibat dalam pembuatan Perjanjian Internasional
tidak pernah memikirkan tentang apa yang akan terjadi dimasa yang akan datang (asas
rebus sic stantibus)
Menurut Konvensi Wina, syarat-syarat yang harus dipenuhi untuk penerapan asas rebus
sic stantibus antara lain :
• Perubahan suatu keadaan tidak terdapat pada waktu pembentukan
• Merupakan suatu keadaan yang sangat fundamental bagi perjanjian tersebut
• Perubahan yang tidak terduga sebelumnya
• Kondisi perubahan sangat penting untuk disetujuai bersama oleh Negara-negara
peserta
• Akibat perubahan tersebut mempengaruhi ruang gerak peserta perjanjian

Batalnya suatu Perjanjian Internasional disebabkan hal – hal berikut :


Konvensi Wina tahun 1969 menetapkan alasan-alasan yang dapat diajukan oleh suatu
negara untuk membatalkan persetujuan atau perjanjian yang telah disepakati,
diantaranya sebagai berikut.
1) Terjadi pelanggaran terhadap ketentuan-ketentuan hukum nasional salah satu
peserta yang berkaitan dengan kewenangan (kompetensi) kuasa penuh negara
yang bersangkutan.
2) Terdapat unsur kesalahan (error) berkenaan dengan suatu fakta atau/keadaan
pada waktu perjanjian dibuat.
3) Terdapat unsur penipuan oleh suatu negara peserta terhadap negara peserta
lain pada waktu pembentukan perjanjian.
4) Terdapat kelicikan atau akal bulus, baik secara langsung maupun tidak langsung
terhadap mereka yang menjadi kuasa penuh dan negara peserta tertentu.
5) Terdapat unsur paksaan dalam arti penggunaan kekerasan dan ancaman
kepada seorang kuasa penuh atau negara peserta tertentu.
6) Terdapat ketentuan yang bertentangan dengan suatu kaidah dasar atau asas ius
cogenst. Maksud asas ini adalah kaidah atau norma yang telah diterima dan
diakui oleh masyarakat internasional secara keseluruhan yang tidak boleh
dilanggar dan hanya dapat diubah oleh suatu norma dasar hukum internasional
umum yang baru dan mempunyai sifat sama.

Lembaga Persyaratan ( RESERVASI )


Menurut ketentuan pasal 19 Konvensi Wina 1969, negara berhak mengemukakan
pensyaratan pada saat penandatanganan, penyerahan instmmen ratifikasi, menerima
suatu perjanjian, menyatakan turut serta, kecuali apabila perjanjian itu melarang untuk
mengadakan pensyaratan, atau perjanjian tersebut menyebutkan bahwa hanya
pensyaratan khusus yang diperbolehkan, sedangkan pensyaratan lain tidak
diperkenankan, atau pensyaratan itu bertentangan dengan maksud dan tujuan dari
perjanjian itu sendiri.
Pasal 20 ayat (1) Konvensi Wina 1969 menyebutkan bahwa bila pensyaratan diijinkan
oleh perjanjian, maka tidak perlu meminta suatu pernyataan diterima oleh negara lain,
kecuali jika hal demikian itu disebutkan dalam perjanjian itu. Sedangkan pasal 20 ayat
(2) menghendaki bahwa dalam keadaan khusus, yakni jika perjanjian tersebut harus
berlaku secara keseluruhan (seutuhnya), maka persetujuan dari setiap negara peserta
perjanjian disyaratkan. Kemudian pasal 20 ayat (3) menjanjikan bahwa jika perjanjian
dimaksud merupakan suatu Anggaran Dasar suatu organisasi internasional, misalnya
63

PBB, kecuali ditentukan lain, maka pensyaratan memerlukan persetujuan dari lembaga
yang berwenang dari organisasi internasional itu.
Selanjutnya pasal 20 ayat (4) Konvensi Wina 1969 mengatur tentang akibat hukum
dari pensyaratan, yakni sebagai berikut:
1) Suatu pensyaratan yang diajukan oleh suatu negara dan diterima oleh negara
peserta lain, maka antara negara yang menyatakan pensyaratan dan
negara yang menerimanya, perjanjian itu akan berlaku di antara mereka;
2) Suatu pensyaratan/keberatan oleh negara peserta lain terhadap suatu
pensyaratan tidak mengesampingkan berlakunya perjanjian (diantara mereka),
kecuali jika maksud yang bertentangan secara tegas dinyatakan oleh negara
yang berkeberatan tersebut;
3) Suatu tindakan yang menyatakan keinginan suatu negara untuk diikat dalam
suatu perjanjian dan berisikan suatu pensyaratan, mulai berlaku sejak setidak-
tidaknya satu peserta lain menerima pensyaratan tersebut.
Unsur – unsur penting yang harus dipenuhi dalam suatu persyaratan adalah :
1) Dinyatakan secara formal
2) Bermaksud untuk membatasi, meniadakan atau mengubah akibat hokum
dari ketentuan-ketentuan yang terdapat dalam suatu perjanjian.
Tentang pensyaratan dalam Perjanjian Internasional terdapat dua teori yang biasa
dijadikan dasar yaitu :
1) Teori kebulatan suara (Un animity Principle)
Pensyaratan hanya sah jika disetujui oleh seluruh Negara peserta perjanjian
Internasional, artinya pensyaratan itu hanya sah bagi Negara yang mengajukan,
jika disetujui oleh semua Negara peserta perjanjian secara bulat. Contoh :
Pembentukan PBB
2) Teori Pan Amerika
Setiap pensyaratan hanya mengikat Negara yang mengajukan dengan Negara
yang menyetujuinya. Meskipun tidak semua Negara peserta perjanjian
menyetujui. Contoh : Pembentukan AFTA dan NATO.

====================selamat belajar semoga sukses ==========================

Anda mungkin juga menyukai