Chapter II PDF
Chapter II PDF
TINJAUAN PUSTAKA
2. 1. 1 Pengertian
2.1.2 Persyaratan
Sampai saat ini belum ada satu pun bahan yang mampu memenuhi semua kriteria
tersebut di atas. ( Combe. EC,1986)
Berbagai bahan telah digunakan dalam pembuatan basis gigi tiruan. Kayu, tulang,
ivory, keramik, logam, logam aloi dan berbagai polimer telah diaplikasikan untuk
basis gigitiruan. Perkembangan yang pesat dalam bahan basis gigi tiruan
menyebabkan terjadinya peralihan dari penggunaan bahan alami menjadi penggunaan
resin sintetis dalam pembuatan basis gigi tiruan. (AB. Car, 2005 ; J Kenneth
Anusavice , 2003).
Ada dua kelompok resin akrilik dalam kedokteran gigi. Satu kelompok adalah
turunan asam akrilik, CH=CHCOOH dan kelompok lain dari asam metakrilik
CH2=C(CH3)COOH. Setiap molekul metil metakrilat dianggap sebagai „mer‟. Pada
keadaan yang sesuai, molekul metil metakrilat akan menyambung membentuk suatu
rantai poli (metilmetakrilat).
Gambar 2.1 Basis gigi tiruan berbahan resin akrilik (Oleh Endang Dwiyana
Label: bahan kuliah)
Resin akrilik telah digunakan sebagai basis gigi tiruan selama lebih dari 60 tahun dan
saat ini merupakan bahan yang paling umum digunakan untuk pembuatan basis gigi
tiruan. Resin akrilik polimerisasi panas merupakan polimer yang paling banyak
digunakan saat ini dalam pembuatan basis gig tiruan karena bernilai estetis dan
ekonomi, memiliki sifat fisis dan mekanis yang cukup baik, serta mudah dimanipulasi
dengan peralatan yang sederhana.( RG Craig , 2000 ; AWG Walls , 2008) Walaupun
2.2.1 Komposisi
Resin akrilik polimerisasi panas terdiri dari : (SK Khindria ,2009 ; K Kortrakuljig ,
2008 ; F Foat ,2009)
A. Bubuk
Polimer (poli metal metakrilat)
Initiator : berupa 0,2 – 0,5 % benzoil peroksida
Pigmen : merkuri sulfit atau cadmium sulfit
Plasticizer : dibutil phthalate
Opacifiers : seng atau Titanium oksida
B. Cairan
Monomer (metil metakrilat)
Stabilizer : sekitar 0,006 % hidroquinon untuk mencegah berlangsungnya
polimerisasi selama penyimpanan.
Bahan untuk memacu ikatan silang, seperti etilen glikol dimetakrilat (1 –
2 %)
Gambar 2.2 : Acron MC-GC America,Salah Satu Nama Dagang Resin Akrilik
Polimerisasi Panas (Nirwana I, Soekartono RH. Sitotoksisitas resin
akrilik hybrid setelah penambahan glass fiber dengan metode
berbeda. J Dent 2005)
Beberapa hal yang perlu diperhatikan pada saat manipulasi resin akrilik polimerisasi
panas yaitu:
b. Pencampuran
Polimer dan monomer dengan perbandingan yang benar dicampurkan dalam tempat
yang tertutup lalu dibiarkan beberapa menit sampai mencapai fase dough.( SK
Khindria ,2009)
Pada saat pencampuran ada empat tahapan yang terjadi, yaitu:
1. Sandy stage adalah terbentuknya campuran yang menyerupai pasir
basah.
2. Sticky stage adalah saat bahan akan merekat ketika bubuk mulai larut
dalam cairan dan berserat ketika ditarik.
3. Dough stage adalah saat konsistensi adonan mudah diangkat dan tidak
melekat lagi, dimana tahap ini merupakan waktu yang tepat untuk memasukkan
adonan ke dalam mould dan kebanyakan dicapai dalam waktu 10 menit.
4. Rubber hard stage adalah tahap seperti karet dan tidak dapat dibentuk
dengan kompresi konvensional.
c. Pengisian
Sebelum pengisian, dinding mould diberi bahan separator untuk mencegah
merembesnya cairan ke bahan mould dan berpolimerisasi sehingga menghasilkan
permukaan yang kasar, merekat dengan bahan tanam gips dan mencegah air dari
gipsmasuk ke dalam resin akrilik. (AWG Walls, 2008)
d. Kuring
Kuvet dibiarkan pada temperatur kamar kemudian dipanaskan pada suhu 70
dibiarkan selama 30 menit, dan selanjutnya 100 dibiarkan selama 90 menit. (G
Uzun , 2001)
Proses kuring resin akrilik dilakukan dengan cara mengaplikasikan panas pada
resin dengan merendam kuvet dalam air yang dipanaskan hingga mencapai suhu 70oC
selama 30 menit kemudian dilanjutkan selama 90 menit pada suhu 100oC.
Pengaplikasian panas harus teratur karena reaksi kimia antara monomer dan polimer
bersifat eksotermis. Bila polimerisasi telah dimulai maka suhu resin akrilik akan jauh
lebih tinggi dari airnya dan monomer akan mendidih pada temperatur 212oF atau
100oC, oleh karena itu pada tahap awal proses kuring, suhu air harus dijaga jangan
terlalu tinggi.
Setelah proses polimerisasi selesai kemudian kuvet dibiarkan dingin secara
perlahan hingga sama dengan suhu ruangan. Bahan resin yang telah selesai
berpolimerisasi dikeluarkan dari bahan mold. Selanjutnya dilakukan pemolesan resin
akrilik untuk mendapatkan permukaan yang halus dan mengkilap.
Sebagai bahan pembuat gigi tiruan, resin akrilik polimerisasi panas menunjukkan
beberapa keuntungan: (AB Carr , 2005 ; G Uzun ,2001)
a. Warnanya harmonis dengan jaringan sekitarnya, sehingga memenuhi faktor estetik
b. Dapat dilapis dan dicekatkan kembali
c. Relatif lebih ringan
Akrilik ini terdiri dari 2 bagian yaitu bubuk polimer dan cairan monomer. Komposisi
bubuk polimer adalah poli( metil metakrilat ), organic peroxide initiator, agen titanium
dioksida dan pigmen inorganik ( untuk warna ).(JM Powers ,2008 ; KJ Anusavice , 2003 ;
DB Barbosa , 2007)
2.3.1 Komposisi
Bubuk polimer yaitu poli( metil metakrilat ) adalah resin transparan yang dapat
menyalurkan cahaya dalam range ultraviolet hingga yang mempunyai wavelength
250nm. Ia mempunyai kekerasan dari 18 hingga 20 Knoop Number. Kekuatan
tensilnya dianggarkan dalam 60 Mpa, ketumpatannya adalah 1.19 g/cm2 dan modulus
elasticity dianggarkan 2.4 Gpa (2400 Mpa). (JM Powers ,2008 ; KJ Anusavice , 2003
; DB Barbosa , 2007)
Polimer ini sangat stabil. Ia tidak mengalami diskolorisasi dalam cahaya
ultraviolet, secara kimiawi stabil dalam panas dan melembut pada 125°C dan dapat
dibentuk seperti bahan termoplastik. Depolimerisasi terjadi pada suhu di antara 125°C
dan 200°C. Sekitar suhu 450°C, 90% polimer telah terdepolimerisasi membentuk
monomer. (JM Powers ,2008 ; KJ Anusavice , 2003 ; DB Barbosa , 2007). Poli (metil
metakrilat) mempunyai kecenderungan untuk meresap air melalui proses imbibisi. Ini
karena, struktur non-kristalinnya mempunyai tenaga internal yang tinggi. Jadi, diffusi
molekul dapat terjadi dengan mudah karena tidak memerlukan tenaga aktivasi yang
banyak. Disebabkan poli (metil metakrilat) adalah polimer yang linear seperti yang
Cross linked polimer akrilik adalah lebih kaku, lebih tahan terhadap perubahan
suhu dan lebih tahan larut dibandingkan dengan polimer yang non cross linked. Cross
linked polimer juga lebih tahan terhadap surface cracking atau crazing didalam mulut
dan tahan terhadap keterlarutan dalam pelarut organik seperti etanol. Ia juga lebih
mudah digrind dan dipolish. Cairan monomer adalah metil metakrilat yaitu suatu
cairan bening pada suhu ruangan yang mempunyai sifat fisikal berikut:
a. Berat molekul : 100 u
b. Suhu lebur : - 48°C
c. Suhu didih : 100.8°C
d. Ketumpatan : 0.945 g/mL pada 20°C
e. Tenaga polimerisasi : 12.9 kcal/mol
Metil metakrilat menunjukkan tekanan uap yang tinggi dan merupakan pelarut
organik yang baik. Struktur molekul metil metakrilat ditunjukkan oleh Gambar 2.4.
Self cure resin akrilik diaktivasi oleh bahan kimia penurun (reducing agent)
yang disebut initiator yang ditambahkan pada cairan monomer. Bahan kimia ini yang
selalu digunakan adalah tertiary aromatic anime. Reducing agent ini bereaksi dengan
benzoyl peroxide pada suhu kamar untuk menghasilkan radikal bebas peroksida, yang
akan menginisiasi proses polimerisasi monomer. Cara inisiasi radikal bebas untuk
ketiga – tiga jenis resin akrilik ditunjukkan oleh Gambar 2.5.
Gambar 2.5 : Cara inisiasi radikal bebas untuk induksi polimerisasi resin
akrilik. (From: Powers JM, Wataha JC. Dental Materials
Properties and Manipulation. 9th Ed. Missouri : Mosby Elsevier
2008 : 292)
Perbedaan paling jelas antara self cure dan heat cure akrilik adalah pada
proses aktivasi (induksi) polimerisasi. Heat cure diaktivasi oleh panas, sedangkan self
cure diaktivasi oleh bahan kimia.
Penambahan bahan penguat serat telah diakui dapat meningkatkan sifat mekanis resin
akrilik terutama untuk memperkuat basis gigi tiruan resin akrilik, namun
penggunaannya belum umum di bidang kedokteran gigi. Penambahan serat pada basis
gigitiruan dapat mempengaruhi kekuatan impak, kekuatan transversal (Rohani, 2011)
modulus elastisitas dan daya tahan terhadap fraktur basis gigitiruan resin
akrilik.(http://en.wikipedia.org/wiki/Fiberglass (24 Mei 2012) Terdapat bebebrapa
jenis penguat serat yaitu aramid, karbom, polieter, dan serat kaca.( G Uzun, 2001 ; D
Jagger, 1999)
2.4.2.1 Pengertian
Serat kaca (fiberglass) adalah kaca cair yang ditarik menjadi serat tipis dengan garis
tengah sekitar 0,005 mm – 0,01 mm. Serat kaca merupakan material yang terbuat dari
serabut-serabut yang sangat halus dari kaca. Serat kaca dapat beradhesi dengan
matriks polimer didalam resin akrilik sehingga memiliki kekuatan ikatan yang baik
dengan resin akrilik, oleh karena itu serta kaca menjadi pilihan untuk ditambahkan ke
dalam resin akrilik sebagai bahan penguat.
Efektivitas dari serat kaca tergantung dari material yang digunakan, kuantitas
serat dengan matrik polimer, orientasi dari serat, diameter, panjang, adhesi serat
terhadap matriks polimer dan sifat – sifat serat dan polimer.(SI Lee ,2001)
2.4.2.2 Komposisi
2.4.3 Bentuk-bentuk
Serat kaca mempunyai beberapa bentuk diantaranya adalah bentuk batang, anyaman
dan potongan kecil.
2.4.3.1 Batang
Serat kaca berbentuk batang terbuat dari serat kaca continuous unidirectional yang
terdiri atas 1.000 – 200.000 serabut serat kaca dan diameternya adalah 3 – 25 μm
(gambar 1). Beberapa penelitian menyatakan bahwa penggabungan serat kaca pada
bahan basis gigi tiruan resin akrilik akan meningkatkan kekuatan basis gigi tiruan,
tetapi terdapat beberapa kekurangan yaitu penanganan yang lebih sulit dan penyerapan
serat dengan resin akrilik tidak adekuat.(Lee dkk,2001 ; L. Goguta dkk, 2006 ;
M.Obukuro dkk,2008)
Gambar 2.6 Serat kaca berbentuk batang (Lee SI, Kim CW, Kim YS. Effect of
chopped glass fiber on the strength of heat-cured PMMA resin. J
Korean Acad Prosthodont 2001)
Serat kaca bentuk anyaman dapat digunakan untuk mereparasi basis gigi tiruan. Serat
kaca bentuk anyaman memiliki ketebalan 0,005 mm (gambar 2). Uzun, dkk (1999)
menyatakan bahwa serat kaca berbentuk anyaman yang ditambahkan pada bahan basis
gigi tiruan dapat meningkatkan kekuatan impak dan kekuatan transversal. (Uzun G,
1999)
Gambar 2.7 Serat Kaca Bentuk Anyaman (Lee SI, Kim CW, Kim YS. Effect of
chopped glass fiber on the strength of heat-cured PMMA resin. J
Korean Acad Prosthodont 2001)
Pemakaian serat kaca berbentuk potongan kecil telah banyak dilakukan dalam
beberapa penelitian. Kelebihan serat kaca berbentuk potongan kecil yaitu lebih praktis
dan lebih tersebar merata pada resin akrilik (gambar 2.3) (Uzun G,1999 ; Lee dkk
2001). Keuntungan menggunakan serat kaca potongan kecil yaitu lebih mudah
menempatkannya pada resin akrilik dan dianggap lebih mewakili ukuran yang cocok
pada saat manipulasi resin akrilik sehingga bentuk ini lebih praktis digunakan.
Lee, dkk (2007) menyatakan bahwa serat kaca berbentuk potongan kecil
berukuran 3 mm yang ditambahkan pada bahan basis gigi tiruan resin akrilik dapat
meningkatkan kekuatan transversal (Lee,2007). Tacir, dkk (2006) menyatakan bahwa
serat kaca berbentuk potongan kecil 2% yang ditambahkan pada bahan basis gigi
Sifat fisis adalah sifat suatu bahan yang diukur tanpa diberikan tekanan atau gaya dan
tidak mengubah sifat kimia dari bahan tersebut. Sifat fisis terdiri atas massa jenis,
ekspansi termal, porositas,kekasaran permukaan,dan densitas. (GA Zarb , 2004)
a. Massa Jenis
Resin akrilik memiliki massa jenis yang relatif rendah yaitu sekitar 1,2 g/cm3. Hal ini
disebabkan resin akrilik terdiri dari kumpulan atom-atom ringan, seperti karbon,
oksigen dan hidrogen. (GA Zarb , 2004)
b. Ekspansi Termal
Koefisien ekspansi termal resin akrilik polimerisasi panas adalah sekitar 80 ppm/oC.
Nilai ini merupakan angka yang cukup tinggi dari kelompok resin. Umumnya hal ini
tidak menimbulkan masalah, namun terdapat kemungkinan bahwa anasir gigi tiruan
porselen yang tersusun pada basis gigi tiruan dapat menjadi longgar dan lepas akibat
perbedaan ekspansi dan kontraksi. (SK Khindria, 2009)
c. Porositas
Adanya gelembung atau porositas di permukaan dan di bawah permukaan dapat
mempengaruhi sifat fisis, estetik dan kebersihan basis gigi tiruan. (Gambar 2.9)
Porositas cenderung terjadi pada bagian basis gigi tiruan yang lebih tebal. Porositas
polimer yang rendah, disertai temperatur resin akrilik selama kuring mencapai atau
melebihi titik didih bahan tersebut. (D. Jagger, 1999)
Porositas juga dapat berasal dari pengadukan komponen bubuk dan cairan
yang tidak tepat. Timbulnya porositas dapat diminimalkan dengan adonan resin akrilik
yang homogen, penggunaan perbandingan polimer dan monomer yang tepat, prosedur
pengadukan yang terkontrol dengan baik, serta waktu pengisian bahan ke dalam
mould yang tepat .(D. Jagger, 1999)
Porositas dinyatakan dalam persen (%) rongga fraksi volume dari suatu rongga
yang ada. Besarnya porositas pada suatu material bervariasi mulai dari 0% sampai
90% tergantung dari jenis dan aplikasinya. Porositas suatu bahan dinyatakan dengan
persamaan:
(2.1)
d. Kekasaran Permukaan
Pemolesan gigi tiruan akrilik dapat dilakukan dengan pemolesan mekanis, atau
dengan pemolesan kemis merendam akrilik dalam larutan pemolesan kemis yang telah
dipanaskan. Pemolesan kemis memiliki keuntungan yaitu waktu yang dibutuhkan
lebih singkat. Selain pemolesan mekanis dan kemis, juga dapat digunakan sealant
yang diaktivasi dengan sinar ultraviolet untuk pemolesan. Sofou dkk. (2001)
menyatakan bahwa kekasaran permukaan yang dihasilkan dengan bahan ini sama
dengan yang dihasilkan oleh pemolesan mekanis. Cara ini juga cukup hemat waktu
seperti pemolesan kemis dan Valittu (1996) menemukan bahwa sealant ini
menurunkan tingkat monomer sisa.(Anonymous , 2008) Pfeiffer dan Rosenbauer
(2004) serta Valittu (1996) menyatakan bahwa resin akrilik yang dipoles dengan baik
menunjukkan penurunan pelepasan monomer yang signifikan dibandingkan dengan
yang tidak dipoles.(M. Ferbiani, 2003).
e. Densitas ( Density)
Resin akrilik memiliki massa jenis yaitu sekitar 1,2 g/cm3. Hal ini disebabkan resin
terdiri dari kumpulan atom – atom ringan, seperti karbon, oksigen, dan hydrogen.
(Polat TN, 2003)
Densitas merupakan ukuran kepadatan dari suatu material atau sering
didefinisikan sebagai perbandingan antara massa (m) dengan volume (v) dalam
hbungannya dapat dituliskan sebagai berikut:
(2.2)
f. Monomer sisa
Monomer sisa berpengaruh pada berat molekul rata-rata. Polimerisasi pada suhu yang
terlalu rendah dan dalam waktu singkat menghasilkan monomer sisa lebih tinggi.
Monomer sisa yang tinggi berpotensi untuk menyebabkan iritasi jaringan mulut,
inflamasi dan alergi, selain itu juga dapat mempengaruhi sifat fisik resin akrilik yang
dihasilkan karena monomer sisa akan bertindak sebagai plasticizer yang menyebabkan
resin akrilik menjadi fleksibel dan kekuatannya menurun. Pada akrilik yang telah
berpolimerisasi secara benar, masih terdapat monomer sisa sebesar 0.2 sampai
0.5%.12 Proses kuring yang adekuat pada temperatur tinggi sangat direkomendasikan
untuk mengurangi ketidaknyamanan pasien yang diketahui memiliki riwayat alergi
terhadap MMA (Metil Metakrilat).
g. Absorbsi air
Resin akrilik polimerisasi panas relatif menyerap air lebih sedikit pada lingkungan
yang basah. Nilai absorbsi air oleh resin akrilik yaitu 0.69%mg/cm2. Absorbsi air oleh
resin akrilik terjadi akibat proses difusi, dimana molekul air dapat diadsorbsi pada
permukaan polimer yang padat dan beberapa lagi dapat menempati posisi di antara
rantai polimer. Hal inilah yang menyebabkan rantai polimer mengalami
ekspansi.12,13 Setiap kenaikan berat akrilik sebesar 1% yang disebabkan oleh
absorbsi air menyebabkan terjadinya ekspansi linear sebesar 0.23%. Sebaliknya
pengeringan bahan ini akan disertai oleh timbulnya kontraksi.
h. Retak
Pada permukaan resin akrilik dapat terjadi retak. Hal ini diduga karena adanya tekanan
tarik (tensile stress) yang menyebabkan terpisahnya molekul-molekul polimer.
Keretakan seperti ini dapat terjadi oleh karena stress mekanik, stress akibat perbedaan
ekspansi termis dan kerja bahan pelarut. Adanya crazing (retak kecil) dapat
memperlemah gigi tiruan.
j. Kestabilan dimensional
Kestabilan dimensional berhubungan dengan absorbsi air oleh resin akrilik. Absorbsi
air dapat menyebabkan ekspansi pada resin akrilik. Pada resin akrilik dapat terjadi
hilangnya internal stress selama pemakaian gigi tiruan. Pengaruh ini sangat kecil dan
secara klinis tidak bermakna.
Resistensi resin akrilik terhadap larutan yang mengandung asam atau basa lemah
adalah baik. Penggunaan alkohol dapat menyebabkan retaknya protesa. Ethanol juga
berfungsi sebagai plasticizer dan dapat mengurangi temperatur transisi kaca. Oleh
karena itu, larutan yang mengandung alkohol sebaiknya tidak digunakan untuk
membersihkan protesa.
Sem digunakan pada sampel yang tebal dan memungkinkan untuk analisis
permukaan. Pancaran berkas yang jatuh pada sampel akan dipantulkan dan
didifraksikan. Adanya elektron yang terdifraksi dapat diamati dalam bentuk pola –
pola difraksi. Pola – pola difraksi yang tampak sangat bergantung pada bentuk dan
ukuran sel satuan dari sampel. Sem juga dapat digunakan untuk menyimpulkan data –
data kristalografi, sehingga hal ini dapat dikembangkan untuk menentukan elemen
atau senyawa.
Komponen utama SEM terdiri dari dua unit, elektron coloumb dan display
console. Elektron Coloumb merupakan elektron beam scanning.Sedangkan display
console merupakan elektron sekunder yang didalamnnya terdapat CRT. Pancaran
elektron energy tinggi dihasilkan oleh elektron gun yang kedua tipenya berdasar pada
pemanfaaatan arus. Yang pertama pistol termionik dimana pancaran elektron tercapai
dengan pemanasan tungseng atau filament katoda pada suhu 1500 K sampai 3000 K.
Katoda merupakan kutub negative yang dibutuhkan untuk mempercepat tegangan E0
ke anoda yang diground, sehingga elektron yang bermuatan negative dipercepat dari
katoda dan meninggalkan anoda dengan energi E0 kali elektron volt (KeV). pistol
termionik sangat luas penggunaannya karena relative aman untuk digunakan dalam
tabung vakum 10-9 Torr, atau lebih kecil dari pada itu.
Sumber alternative lain dari pistol field emission dimana ujung kawat
wolframtidak membutuhkan pemanasan yang dapat dilakukan pada suhu kamar,
menuju tabung vakum yang dipercepat seperti pada pistol termionik kearah anoda.
Pistol field emission terantung dari permukaan emitter yang secara otomatis bersih,
sehingga harus bekerja pada operasi kevakuman yang ultra tinggi kira – kira 10-9 Torr,
namun jika lebih besar maka akan lebih baik. Jarak panjang dari emitter electron
coloumb. Pemnacaran elektron dari elektron coloumb pada chamber harus dipompa
cukup vakum menggunakan oil – diffusion, turbo molecular, atau pompa ion. (Chan,
1993)
Energi-dispersif spektroskopi sinar-X (EDS atau EDX) adalah sebuah teknik analisis
yang digunakan untuk elemen analisis atau karakterisasi kimia sampel. Ini adalah
salah satu varian dari fluoresensi sinar-X spektroskopi yang bergantung pada
penyelidikan sampel melalui interaksi antara radiasi elektromagnetik dan materi,
menganalisis sinar-X yang dipancarkan oleh materi dalam menanggapi pukulan
dengan partikel bermuatan.
Ada empat komponen utama dari setup EDS yaitu sumber sinar, detector sinar
– X, prosesor pulsa, dan analisa. Mikroscope Electron Scanning dilengkapi dengan
katoda dan magnetic lensa untuk membuat dan fokus sinar elektron, dan sejak 1960-an
mereka telah dilengkapi dengan kemampuan analisis unsur. Sebuah detektor
digunakan untuk mengkonversi sinar – X energi ketegangan sinyal, informasi ini
dikirim ke prosesor pulsa, yang mengukur sinyal dan melewati mereka ke sebuah
analyzer untuk menampilkan data dan analisis. Akurasi dari EDS spectrum dapat
dipengaruhi oleh banyak faktor. Jendela di depan detektor dapat menyerap energi
SEM membentuk suatu gambar dengan menembakkan suatu sinar electron berenergi
tinggi, biasanya dengan energi dari 1 hingga 20 keV, melewati sampel dan kemudian
mendeteksi „secondary electron‟ dan „backscattered electron‟ yang dikeluarkan.
‘Secondary electron’ berasal pada 5-15 nm dari permukaan sampel dan memberikan
informasi topografi dan untuk tingkat yang kurang, pada variasi unsur dalam sampel.
„Backscattered electron‟ terlepas dari daerah sampel yang lebih dalam dan
memberikan informasi terutama pada jumlah atom rata-rata dari sampel.
Peristiwa tumbukan berkas sinar electron, yaitu ketika memberikan energi
pada sampel, dapat menyebabkan emisi dari sinar-x yang merupakan karakteristik dari
atom-atom sampel. Energi dari sinar-x digolongkan dalam suatu tebaran energi
spectrometer dan dapat digunakan untuk identifikasi unsur-unsur dalam sampel.
Energy Dispersive X-ray (EDX) analisis adalah alat yang berharga untuk
analisis kuantitatif dan kualitatif elemen. Metode ini memungkinkan cepat dan analisis
kimia non-destruktif dengan resolusi spasial dalam rezim mikrometer. Hal ini
didasarkan pada analisis spektral radiasi sinar-X karakteristik yang dipancarkan dari
atom sampel pada iradiasi dengan berkas elektron difokuskan dari SEM. Dalam sistem
kami spektroskopi dari foton sinar-X dipancarkan dilakukan oleh detektor-Li Si
dengan resolusi energi sekitar 150 eV pada 5 mm jarak kerja( Martinez, 2010 ).
2.7.2 Aplikasi
Instrumen ini sangat cocok untuk berbagai jenis investigasi. Hal ini mungkin
untuk menyelidiki misalnya struktur serat kayu dan kertas, logam.permukaan fraktur,
produksi cacat di karet dan plastic. Detail terkecil yang dapat dilihat pada gambar
SEM adalah 4-5 nm (4-5 sepersejuta milimeter). Detail terkecil yang dapat dianalisis
adalah pM 2-3 (2-3 seperseribu milimeter).
(sumber: umich.edu)
Gambar 2.13 Contoh dari aplikasi EDS pada masing – masing persentase