Anda di halaman 1dari 11

PEMERIKSAAN FISIK THORAX

Inspeksi thorax
 apakah tampak menderita ?
Inspeksi ekspresi  pernapasn cuping hidung
wajah pasien :  adakah tanda-tanda pernapasan yang dapat didengar
seperti stridor dan wheezing
 pasien dengan obstruksi saluran pernapasan cenderung
memilih posisi dimana mereka dapat menyongkok lengan
mereka dan memfiksasi otot-otot bahu dan leher untuk
membantu pernapasan.
inspeksi sikap tubuh
pasien :
 Pasien dengan obstruksi bronkus lazimnya akan
memegang sisi tempat tidur dan memakai musculus latismus
dorsi untuk membantu mengatasi meningkatnya tahanan
terhadap aliran keluar udara selama ekspirasi. Pasien dengan
orthopneu dutuk atau berbaring dengan bantal yang tinggi.
 apakah pernapasan pasien dibantu oleh otot-otot
tambahan seperti musculus trapezius dan
sternocleidomastoideus selama inspirasi.

Inspeksi leher :  Otot-otot pernapasan akan membantu ventilasi, karena


mereka mengangkat klavikula dan dada interior untuk
meningkatkan volume paru dan memperbesar tekanan
negative di dalam thoraz. Ini menyebabkan retraksi fosa
supraclavicularis dan otot-otot interkostal.
 Normal diameter anteroposterior lebih kecil dari diameter
lateral
 Pada COPD (chronic obstructive pulmonary disease)
diameter AP cenderung meningkat
 Dada berbentuk tong (barrel chest / thorax
emphysematous), diameter AP sama dengan diameter lateral
(pada penderita emfisimea pulmonum)
 Flail chest : konfigurasi dada dimana satu sisi dada
Inspeksi bentuk dada : bergerak secara paradoksal ke dalam selama inspirasi
(etiologi fraktura iga multiple)
 Kiposis (cembung ke arah depan – belakang);
kiposkoliosis (bengkok ke samping) oleh deformitas vertebra
thoraxalis
 Pectum excavatum : dada corong, adalah dada cekung
pada sternum
 Pectum carinatum : dada burung merpati pada tulang
sternum
 Pernapasan normal :
RR 8 – 16x/menit (Barbara Bates)
Inspeksi Pola
RR 10 – 14x/menit (Marks H. Swartz)
Pernafasan :
 Bradipnea, takipnea, apnea, kussmaul, cheyne stokes,
biot, dll
Inspeksi Thorax Statis  Simetris / asimetris (lebih cembung / cekung)
 Kulit :
 pigmentasi (hiperpigmentasi/hipopigmentasi),
 erupsi venectasi (gambaran pembuluh darah
kolateral, dimana secara normal tidak tampak pada vena
cava superior sindrom dan sirosis hapatis akan tampak),
 kolateral, peradangan tumor
 Ruang antar iga (intercostals space) :
normal/melebar/menyempit, pada orang kurus akan kelihatan
(bandingkan sebelah kanan dan kiri)
 Sudut arcus costae : normal (90o), lebih besar / kecil
 Ictus cordis : tampak atau tidak, lokasinya dimana ?
 N : bisa tampak bisa tidak. Kalau tampak di tulis
deskripsinya dan dimana lokasinya (N ; ICS 5 – 12 cm
medial linea medioclavikularis sisi)
 Abnormal bisa bergeser
RVH (Right Ventricle Hyperthrophy) bergeser ke lateral,
lift (+), pulsus epigastrium (+), pulsus parasternal (+)
Sedang pada LVH (Left Ventricle Hyperthrophy), bergeser
kelateralcaudal, kuat angkat dan melebar
- Pergerakan pernapasan normal atau ada yang tertinggal

Inspeksi Thorax
Dinamis

Palpasi Thorax
Palpasi Keseluruhan Adakah daerah nyeri tekan, tumor, peradangan, ruang antar iga,
sudut arcus costae, tactil frenitus, pergerakan pernapasan, ictus
teraba/kuat, angkat/melebar, sterna lift, pulsus parasternal,
pulsus epigastrium, thrill
 Pada palpasi teraba tumor atau tidak
 Kalau teraba :
 Ukuran : 3 dimensi
 Konsistensi : lunak, kenyal, keras
Tumor  Permukaan : rata/berbenjol
 Nyeri tekan atau tidak
 Melekat pada dasar kulit / tidak,
 Mobilitas mudah digerakkan atau tidak
 Batas tegak/tidak
 Organ gemuk tidak tampak
 Lebarnya seharusnya sama
Konfirmasi SIC
 Tidak normal, bisa menyempit/melebar (keterangan sama
pada hemithorax cembung/cekung)
Pergerakan  Gerakan hemithorax sama kuatnya / tidak
pernapasan
 Meraba di ujung sternum (procesus xyphoideus)
 N : tidak teraba denyutan
 (+) : pada penderita RVH

Sternal lift

 Lebih ke bawah dari proc. Xyphoideus


 N : tidak teraba denyutan
 (+) pada penderita RVH

Pulsus epigastrium

 Jari 2, 3, 4 diletakkan di linea parasternalis kiri ICS 2, 3, 4


Pulsus Parasternal  N : tidak teraba denyutan
 (+) pada penderita RVH
Taktil Frenitus  Memeriksa getaran asalnya dari suara, penderita disuruh
berdesis misalnya tuhu-tujuh, tangan pemeriksa diletakkan di
dada / punggung
 Melemah : pleural effusion (karena ada cairan)
 Menghilang : pneumothorax (karena ada udara)
 Mengeras : pneumonia, infiltrate bronkopulmoner (karena
ada benda padat)

 Getaran tapi asalnya dari bising jantung yang keras


sehingga membuat getaran pada dinding thorax
 Bising jantung biasanya hanya bisa didengar lewat
Thrill auskultasi pada katup jantung, bising yang dapat dipalpasi
adalah grade IV ke atas
 Tulis : thrill (+), lokasinya, punctum max di katup apa,
fasenya sistol/diastole?
Perkusi Thorax
Perkusi Paru-paru Hipersonor, Sonor, redup (dullness), Pekak (flat)
Perkusi batas paru – hati Normal pada ICS VI, linea medioklavikularis kiri

Perkusi peranjakan paru Normal 5 cm atau lebih


Perkusi batas-batas - Batas kanan bawah : ICS V linea sternalis
jantung kanan
- Batas kiri bawah : ICS V 1 – 2 cm medial linea
medioklavikularis kiri
- Batas atas jantung : ICS II linea parasternalis kiri
- Batas pinggang jantung : ICS III linea parasternalis
kiri

Auskultasi
 Auskultasi adalah teknik mendengarkan bunyi yang dihasilkan di dalam tubuh.
 Auskultasi dada digunakan bunyi yangberasal dari paru-paru dan jantung
 Stetoskop biasanya mempunyai dua kepala : bel dan diafragma
 Bel digunakan untuk mendeteksi bunyi nada rendah, sedangkan diafragma lebih baik
untuk mendeteksi bunyi dengan nada yang lebih tinggi. Jangan mendengarkan melalui
pakaian, bel atau diafragma harus selalu berhubungan dengan kulit.
 Auskultasi harus dilakukan dalam lingkungan yang tenang. Pasien diminta menarik dan
mengeluarkan nafas melalui mulut. Pemeriksaan mula-mula harus memusatkan perhatian
pada panjang inspirasi dan panjang ekspirasi. Pemeriksaan harus dilakukan dari sisi ke
sisi dan dari atas ke bawah, dengan membandingkan satu sisi dengan yang lain.
Auskultasi dada posterior dengan posisi duduk, sedang auskultasi dada anterior dilakukan
dengan pasien dalam posisi duduk, sesudah itu pasien diminta untuk berbaring.
Auskultasi Paru
Bunyi pernepasan terdengar pada hampir seluruh lapangan
paru. Bunyi pernapasan terdiri dari fase inspirasi diikuti fase
ekspirasi. Ada empat macam bunyi pernapasan yaitu :
Tipe / macam / jenis
1. Trakeal
pernapasan
2. Bronchial
3. Bronkovesikular
4. Vesicular
Suara / bunyi Ronchi (rales) : timbul bila ada cairan pada saluran
tambahan / bunyi pernapasan, dan adanya kolaps saluran nafas
hantaran distal dan alveolus. Ronchi misalnya didapat pada
edema paru, gagal jantung kongestif, infeksi paru
seperti pneumoni, bronkopneumoni, Koch
pulmonum.
Wheezing : adalah bunyi musical yang kontinu, dan paling
sering terdengar pada saat ekspirasi. Wheezing
ditimbulkan oleh aliran udara melalui bronchus
yang menyempit. Penyempitan ini dapat
disebabkan oleh pembengkakan, sekresi, spasme,
tumor atau benda asing. Wheezing yang sering
terjadi adalah pada asthma bronchial karena
adanya bronchospasme.
pleural : disebut juga bunyi gesek pleura. Timbul karena
gerakan pleura yang
friction rub dihalangi oleh tahanan friksi. Gesekan pleura
terdengar bila permukaan pleura menjadi kasar
atau menebal karena sel-sel radang (pleuritis),
neoplasma atau endapan fibrin.
Egofoni : dikatakan ada bila kata-kata yang diucapkan yang
terdengar melalui paru intensitasnya meningkat
dan mempunyai sifat nasal atau mengembik.
Pasien diminta untuk mengatakan “iii”. Bila ada
egofoni akan terdengar seperti “eee”.
Whispered : cara pemeriksaan pasien diminta untuk
membisikkan “satu-dua-tiga”.
Pectroilloquy hanya sedikit atau tidak ada sama sekali
yang dapat didengar bila kita mendengarnya
melalui dada normal. Bila ada konsolidasi,
penghantaran kata-kata yang diucapkan akan
meningkat dan kata-kata itu akan terdengar jelas.

Bronchopony : cara pemeriksaan pasien diminta untuk


mengatakan “tujuh puluh tujuh” sementara
pemeriksa mendengarkannya di dada. Bila ada
bronchopony, kata-kata tersebut dihantarkan
lebih kuat daripada biasanya dan akan terdengar
sebagai “TUJUH PULUH TUJUH”.
krepitasi
suara amphorik

Characteristics of Breath Sounds16


Intensity of Pitch of
Locations Where
Duration of Sounds Expiratory Expiratory
Heard Normally
Sound Sound
Vesicular* Inspiratory sounds Soft Relatively Over most of both lungs
last longer than low
expiratory ones.
Bronchovesi Inspiratory and Intermediate Intermediate Often in the 1st and 2nd
cular expiratory sounds interspaces anteriorly
are about equal. and between the
scapulae
Bronchial Expiratory sounds Loud Relatively Over the manubrium, if
last longer than high heard at all
inspiratory ones.
Tracheal Inspiratory and Very loud Relatively Over the trachea in the
expiratory sounds high neck
are about equal.
*
The thickness of the bars indicates intensity; the steeper their incline, the higher the
pitch.

Auskultasi Jantung
Suara Jantung  Suara jantung I dan II berasal dari penutupan dari katup mitral (M),
katup tricuspidal (T), katup Aorta (A) dan katup pulmonal (P) pada fase
diastole
 Suara jantung I (M – I, T – I, A – I, P – I) berasal dari penutupan katup
mitral dan trikuspidal (pada fase systole)
 Suara jantung II (M – II, T – II, A – II, P – II) berasal dari penutupan
katup Aorta (A) dan katup pulmonary (P) pada fase diastole.
 Kadang-kadang terdengar suara jantung III dan IV
 Suara jantung dapat tersebar luas, yang harus dilakukan adalah
mencari / menentukan tempat dimana bunyi tersebut paling keras didengar.
Tempat ini kita kenal sebagai pucntum maximum.
 Cara mengenal suara Jantung I (SI) dan suara jantung II (SII) :
 SI sesuai denyut ictus cordis atau denyut nadi (arteria carotis,
arteria radialis)
 Jarak antara SI – SII, lebih pendek dari jarak SII – SI
 SI adalah bunyi penutupan katup mitral dan tricuspidal. Bila
penutupan tidak serempak akan terdengar suara yang terbelah
(splitting).
 SII adalah bunyi penutupan katup aorta dan pulmonal. Bila
penutupan tidak serempak juga akan terdengar suara terbelah
(splitting).
 Pada umumnya suara jantung : MI > MII, TI > TII, AI < AII, PI < PII
 Frekwensi denyut jantung (heart rate) harus dihitung permenitnya,
apakah normal, tachycardia, atau bradikardia
 Irama denyut jantung diperiksa, regular atau irregular (arrytmia)
 Bila jantung irregular, tentukan ada pulsus deficit atau tidak
 Arhythmia cordis misalnya pada :atrium fibrilas, AV block, premature
beat (ectopic beat atau extra systole)
 Tachycardia (pada dewasa > 100 x/menit) misalnya pada :
decompensatio cordis sinistra, hyperthyroid, hypertermi, shock,
dehydration, cemas (anxiety), aktivitas (exercise)
 Bradicardia (pada dewasa < 60 x/menit) misanya pada intoxication
digitalis, AV Block, hypothyroid, dll.
1. Bising / murmur / soufflé
a. Bising bila ada harus ditentukan :
b. Punctum maximum dimana
c. Phase (systole / diastole)
d. Intensitas / grade (I, II, III, IV, V, VI)
e. Kwalitas blowing, rambling, crescendo, decrescendo
f. Penjalaran
2. Pericardial friction rub / suara gesek pericardium
a. Adalah bunyi ekstracardial yang mempunyai sifat khas seperti
bunyi gesekan pada ampelas. Bunyi ini dapat disebabkan oleh gesekan
pericardium. Sifat dari pericardial friction rub :
Suara tambahan b. Komponen sistolik terdengar selama ejeksi
dari jantung c. Komponen diastolic terdengar selama pengisian cepat dan
kontraksi atrium
d. Gesekan pericardium paling baik didengar pada posisi duduk,
sementara menahan napas
e. Nyeri dada berkurang dengan duduk membungkuk ke depan
3. Opening snap
Adalah suatu suara yang muncul pada pembukaan katup atrioventrikularis
yang mengalami deformasi secara patologis. Suara ini tajam dan bernada
tinggi. Opening snap mitral pada stenosis mitralis terjadi setelah AII,
opening snap tricuspid pada stenosis tricuspid terjadi setelah PII.
4. S III, SIV
5. Extra Systole
6. Irama Gallop
Checklist Penilaian Pemeriksaan Fisik Thorax
N Aspek yang dinilai 0 1 2
o.
1 Inspeksi
Ekspresi wajah : tampak menderita atau tidak ?
Stridor atau wheezing ?
Inspeksi leher : adakah bantuan otot-otot tambahan inspirasi ?
Bentuk dada :
- Perbandingan diameter AP & diameter lateral ?
- Barrel chest ? flail chest ? kiposis ? skoliosis ? Pectus
excavatum ? pectus carinatum ?
Pola pernafasan :
- Frekuensi pernapasan ?
- Bradipnea ? takipnea ? apnea ? kussmaul ? cheyne stokes
?
Statis :
- Hemithorax : simetris / asimetris
- ICS : melebar / menyempit
- Sudut arsus costa : > 90o atau < 90o
- Ictus cordis : normal / bergeser
Dinamis : ada yang tertinggal / tidak ?
2 Palpasi
Nyeri tekan : ada / tidak
Tumor : ada / tidak
ICS : melebar / menyempit
Gerakan pernafasan : hemithorax dextra = hemithorax
sinistra
Sternal lift : ada / tidak
Pulsus epigastrium : ada / tidak
Pulsus parasternal : ada / tidak
Thrill : ada / tidak
Taktil fremitus : ada / tidak
3 Perkusi
Perkusi paru-paru : hipersonor / sonor / redup / pekak ?
Menentukan batas paru hati
Menentukan peranjakan paru
Menentukan batas-batas jantung :
- Batas kanan bawah
- Batas kiri bawah
- Batas atas jantung
- Batas pinggang jantung
4 Auskultasi
Auskultasi Paru :
- Menentukan letak suara trakeal
- Menentukan letak suara bronchial
- Menentukan letak suara bronchovesicular
- Menentukan letak suara vesicular
- Suara paru tambahan ada / tidak
Auskultasi Jantung :
- Membedakan suara jantung I & II
- Menentukan letak punctum maximum (M, T, A, P)
- Frekuensi denyut jantung : N / Tachycardy, Bradichardi ?
- Irama denyut jantung : regular / irregular ?
- Suara jantung tambahan : ada / tidak ?
Keterangan :
0 = tidak dilakukan Penilaian keterampilan :
1 = dilakukan, tapi kurang benar
2 = disebut/dilakukan dengan
benar

Anda mungkin juga menyukai