KRIM STERIL
Krim steril dibuat dengan cara aseptik (Formularium Nasional) dalam laminar air flow (LAF).
Sterilisasi akhir dengan pemanasan tidak dilakukan untuk menghindari rusaknya sediaan.
Terdapat beberapa hal yang harus diperhatikan pada proses aseptik, antara lain udara,
operator, perabotan, perlengkapan, dan peralatan(Pharmaceutical Handbook, 18th ed., London,
The Pharmaceutical Press, hal. 129-132) :
1. Udara
Idealnya digunakan udara steril yang dibuat dengan Filtration of Air.Hal ini dapat dicapai
dengan mengatur kecepatan udara masuk sedikit lebih tinggi daripada udara keluar. Udara
dalam ruangan akan berganti 10-20 kali setiap jam sehingga organisme akan terbawa
keluar. Tekanan yang tinggi akan mencegah masuknya udara yang terkontaminasi dari luar.
Laminar Air Flow (LAF) Cabinet ideal digunakan untuk proses aseptik. LAF diisi udara steril
dari HEPA filter dari dinding belakang. Semua area operasi terus menerus dialiri oleh udara
steril laminer selama proses pembuatan sehingga kontaminasi berlebihan dapat dihindari.
2. Operator
Merupakan sumber utama kontaminan. Sebelum masuk ke daerah aseptik,operator
mengganti pakaian biasa dengan pakaian steril, yang terdiri dari pakaian kerja, masker,
sarung tangan. Sebaiknya tidak ada permukaan kulit yang tidak tertutup. Tangan dicuci
dengan air menggunakan sabun dan dibilas dengan larutan baktersida yang tepat
(misalnya: chlorhexidin, alkohol) sebelum menggunakan sarung tangan steril.
3. Perlengkapan
Perlengkapan/perabotan yang digunakan memiliki permukaan tidak kasar dan sebaiknya
tidak dapat ditembus oleh bahan yang bersifat bakterisida.
4. Peralatan
Semua peralatan yang digunakan disterilisasi dengan menggunakan cara yang sesuai,
misalnya dengan autoclave atau pemanasan kering. Lindungi peralatan dari kontaminan
sebelum digunakan dengan membungkusnya secara dobel. Tidak disarankan untuk
mengelap dengan larutan bakterisida kecuali tidak ada metode lain yang tersedia.
Penanganan awal dari mortar:
Pemanasan mortar dalam laboratorium steril, yaitu dengan membakar mortar (alkohol+
api). Pembakaran tidak dilakukan di bawah LAF.
Proses aseptik:
Menyiapkan daerah kerja dan menyusun bahan serta alat yang dibutuhkan.Hal ini
termasuk mensterilkan permukaan atau area dengan baktersida.Air treatment (ventilation,
electrostatic precipitation, dll) untuk mengurangi jumlah kontaminan yang dapat
TEORI SEDIAAN
a. Logam
Sterilisasi dengan pemanasan pada oven di suhu 170 oC minimal selama 1 jam. Selain
itu juga dapat digunakan high vacuum autoclaving.Proses “flaming”/pembakaran untuk
sterilisasi tidak dianjurkan kecuali saat darurat.Waktu yang cukup untuk mensterilisasi
dapat menyebabkan terjadinya oksidasi logam dan beberapa bahan yang kecil (fine
particles) dapat hancur.
b. Plastik
Polivinil klorida, politetrafloroetilen dan irradiated polyethylene dapat disterilisasi
dengan autoclave dengan cara yang sama dengan karet. Alat yang baru dapat
melepaskan sejumlah material larut air sehingga semua alat baru harus diperlakukan
seperti karet sebelum digunakan.Polistiren bersifat termolabil dan paling baik
disterilisasi menggunakan etilen oksida atau radiasi ion. Polietilen dengan berat jenis
rendah dapat mengabsorbsi air jika dididihkan atau di-autoclave dan akan berubah
bentuk. Sedangkan polimetilakrilat (perspex) bersifat termolabil dan sangat terdegradasi
oleh radiasi ion.Keduanya paling baik disterilisasi dengan menggunakan gas etilen
oksida. Plastik yang bersifat termolabil akan tenggelam dalam larutan bakterisida seperti
chlorhexidina, quarternary ammonium compounds, phenolics, dan hypochlorite.Plastik
dapat mengabsorbsi dan mengikat berbagai jenis larutan kimia sehingga cara sterilisasi
dengan bakterisida tidak dianjurkan kecuali dalam kondisi darurat dan sudah diketahui
tidak berefek terhadap plastik dan produknya.
c. Karet
Karet alam, sintetik dan silicon sebaiknya dicuci dengan detergen yang cocok, dibilas,
kemudian dididihkan dalam air desilata beberapa kali sebelum digunakan sehingga
diketahui bahwa bahan tersebut cukup kuat unuk diperlakukan seperti itu. Pendidihan
pada karet yang baru dapat menghilangkan sebanyak mungkin bahan yang larut air
sebelum digunakan.Bagian alat yang terbuat dari karet dapat disterilisasi dengan
autoclave dan tidak dengan pemanasan kering.Selain itu juga dimasukkan air ke dalam
bagian alat yang berbentuk tabung.Beberapa jenis karet silicon dapat dipanaskan secara
kering apabila diperlukan.
TEORI SEDIAAN
METODE PEMBUATAN
Pembuatan sediaan krim steril dilakukan secara aseptik dalam ruangan bersih lengkap dengan
laminar air flow (LAF).
b. Pakaian kerja, masker, sarung tangan dan alas kaki disterilkan dalam autoklaf 115-
116Cselama 30 menit atau 121C selama 15 menit.
Pakaian kerja dimasukkan plastik tahan panas kemudian diautoklaf. Masker,sarung tangan
dan alas kaki dibeli yang sudah steril (ada di pasaran).
TEORI SEDIAAN
Cara
Alat Keterangan
sterilisasi
Spatel Oven 170°C I jam Dibungkus dgn al-foil
Pinset Oven 170°C I jam Dibungkus dgn al-foil
Kaca arloji Oven 170°C I jam Dibungkus dgn al-foil
Batang pengaduk Oven 170°C I jam Dibungkus dgn al-foil
Gelas kimia Autoklaf 121°C, 15 menit
Lumpang & alu Dibakar dgn alkohol Dibungkus kertas perkamen
Gunting Autoklaf 121°C, 15 menit Dimasukkan ke plastik tahan panas
Kertas perkamen Autoklaf 121°C, 15 menit Dimasukkan ke plastik tahan panas
Pipet Oven 170C,1 jam Dibungkus dgn al-foil
Pipet ukur Oven 170C,1 jam Dibungkus dgn al-foil
Gelas ukur Autoklaf 121°C, 15 menit dibungkus kertas perkamen
Cawanpenguap Oven 170C, 1jam Dibungkus dgn al-foil
Tube Oven 170C, 1jam Dibungkus dgn al-foil
Tutup tube plastic + Direndam dlm EtOH 70%
karet pipet slm 24 jam
d. Prosedur kerja :
1. Timbang berbagai komponen basis fase minyak (dirinci apa saja yang termasuk ke fase
minyak) kedalam cawan penguap. Selanjutnya cawan penguap ditutup dengan
alumunium foil.
2. Timbang berbagai komponen basis fase air ke dalam labu erlenmyer, tutup mulut labu
dengan kapas bebas lemak yang dibungkus dengan kasa, tutup kembali dengan
alumunium foil.
3. Lakukan sterilisasi basis dengan ketentuan sebagai berikut:
Basis fase minyak oven, 1700C, 1 jam
Basis fase air autoklaf, 1210C 15 menit
4. Basis yang telah disterilkan dipindahkan ke ruang dengan LAF. Sebelumnya lap
permukaan kerja dengan tissue non serat dengan menggunakan cairan desinfektan
seperti alkohol 70%.
5. Bila diperlukan, panaskan kedua fase air dan minyak dalam wadah masih tertutup
menggunakan kompor listrik di ruang kelas B sekitar laminair air flow.
6. Setelah dicapai suhu 700C, campurkan fase air dan fase minyak dalam sebuah mortar
yang telah disterilkan/ultraturax yang telah steril yang disediakan.
TEORI SEDIAAN
Prosedur Ruangan
1. Kedua fase yang telah disterilisasi Laminar Air Flow (Kelas A) dan
dipindahkan ke dalam ruang steril kelas A, background LAF (kelas B)
dan masing-masing fase ditransfer ke
cawan penguap steril yang ditutup
dengan aluminium foil.
Tujuan : mengetahui pH suatu bahan atau sediaan dan untuk mengetahui kesesuaiannya dengan
persyaratan yang telah ditentukan
Alat : pH meter
Prinsip : pengukuran pH cairan uji menggunakan pH meter yang telah dikalibrasi
Prosedur :
Larutan dapar dibuat untuk pembakuan pH meter. Larutan dapar baku yang dipilih ada dua, dimana
pH larutan uji diperkirakan berada diantara kedua larutan dapar baku tersebut dan mempunyai
perbedaan pH tidak lebih dai 4 unit dengan pH larutan uji
Sel diisi dengan salah satu larutan dapar, kendali suhu dipasang pada suhu larutan dan kontrol
kalibrasi diatur sehingga pH larutan dapar baku identik dengan pH yang seharusnya
Elektroda dan sel dibilas beberapa kali dengan larutan dapar untuk pembakuan yang kedua,
kemudian sel diisi dengan larutan dapar kedua, pH dikalibrasi sesuai dengan pH larutan dapar kedua
Jika pH dari kedua larutan dapar baku tsb telah sesuai, maka pH larutan uji dapat diukur
Suhu pengukuran larutan dapar baku dan larutan uji harus sama, sesuai dengan suhu larutan uji yang
akan diukur
Penafsiran hasil : pH sesuai dengan spesifikasi formulasi sediaan yaitu ....
6. Ukuran partikel jika ZA terdispersi (Lachman, Theory & Practice of Industrial Pharmacy, p. 116)
(khusus untuk zat aktif tidak larut dalam basis)
Tujuan : menentukan distribusi ukuran partikel
Prinsip : perubahan reflektan pada panjang gelombang dimana fase dalam berwarna
mengabsorbsi sebagian cahaya yang masuk, ternyata berbanding terbalik dengan suatu
kekuatan dari diameter partikel
Prosedur :
Sebarkan sejumlah krim yang membentuk lapisan tipis pada slide mikroskop
Lihat di bawah mikroskop
Suatu partikel tidak dapat ditetapkan bila ukurannya mendekati sumber cahaya
Untuk cahaya putih, suatu mikroskop bisa dapat mengukur partikel 0,4-0,5 µm.
Dengan lensa khusus dan sinar UV, batas yang lebih rendah dapat diperluas sampai 0,1
Penafsiran hasil : mengikuti kurva distribusi normal
Prinsip : penentuan ukuran globul rata-rata dan distribusinya dalam selang waktu tertentu
dengan menggunakan mikroskop atau dengan penghitung elektonik
Penafsiran hasil : ukuran globul berkisar 0,1-10 µm dan mengikuti distribusi normal
8. Stabilitas fisik krim
Dilakukan uji percepatan dengan agitasi atau sentrifugasi (mekanik) (Lachman, Teori dan
Praktek Far.Ind, hal 1081)
Prinsip : sediaan disentrifuga dengan kecepatan tinggi (±30000 RPMO). Amati adanya
pemisahan atau tidak
Menurut Becher : sentrifugasi 3750 rpm, radius 10 cm, 5 jam sebanding dengan efek
gravitasi 1 tahun. Ultrasentrifugassi 25000 rpm atau lebih sebanding dengan efek yang tidak
diamati selama umur normal emulsi/krim. Manipulasisuhu (termik) (Lachman, hal 1081)
Prosedur : krim dioleskan pada kaca objek dan dipanaskan pada suhu 30, 40, 50, 60 dan 70
o
C. Amati dengan bantuan indikator (ex. Sudan merah), mulai suhu berapa terjadi
pemisahan. Makin tinggi suhu, krim makin stabil
tube atau bagian dari ulir tutup tube. Jika terdapat kebocoran pada satu tube tetapi tidak
lebih dari satu tube, ulangi pengujian dengan 20 tube tambahan. Uji memenuhi syarat jika :
tidak ada satu pun kebocoran diamati dari 10 tube uji pertama, atua kebocoran yang
diamati tidak lebih dari 1 dari 30 tube yang diuji.
Posedur evaluasi kimia harus mengacu terlebih dahulu pada data monografi sediaan (di buku FI Iv
atau buku resmi lainnya).
1. Identifikasi
Metode utama : tulis nama metodenya (dijurnal: bagian analisis)
Prinsip : tuliskan prinsip secara singkat (dijurnal: bagian analisis)
Prosedur (dijurnal: bagian analisis)
2. Penetapan kadar
Metode utama : tulis nama metodenya (dijurnal: bagian analisis)
Prinsip : tuliskan prinsip secara singkat (dijurnal: bagian analisis)
Prosedur (dijurnal: bagian analisis
Evaluasi Biologi
1. Uji efektivitas pengawet antimikroba (khusus untuk formula yang menggunakan
pengawet) (FI IV <61>, hal 854-855)
Tujuan: Menentukan efektifitas pengawet antimikroba yang ditambahkan pada sediaan
dosis ganda yang dibuat dengan dasar atau bahan pembawa berair
Prinsip: Pengurangan jumlah mikroba yang dimasukkan ke dalam sediaan yang
mengandung pengawet dalam selang waktu tertentu dapat digunakan sebagai
parameter efektifitas pengawet dalam sediaan. Inokulasi mikroba pada sediaan
dengan cara menginkubasi tabung bakteri biologik (Candida Albicans, Aspergillus
Niger, Pseudomonas aeruginosa dan Staphylococcus aureus) yang berisi sampel
dari inokula pada suhu 20-25C dalam media Soybean-Casein Digest Agar.
Syarat/penafsiran hasil:
Suatu pengawet dinyatakan efektif di dalam contoh yang diuji, jika:
a. Jumlah bakteri viabel pada hari ke-14 berkurang hingga tidak lebih dari 0,1% dari jumlah
awal.
b. Jumlah kapang dan khamir viabel selama 14 hari pertama adalah tetap atau kurang dari
jumlah awal.
c. Jumlah tiap mikroba uji selama hari tersisa dari 28 hari pengujian adalah tetap atau
kurang dari bilangan yang disebut pada a dan b.
TEORI SEDIAAN
2. Penetapan Potensi Antibiotik secara Mikrobiologi(khusus jika zat aktif antibiotik)(FI IV,
891-899) lihat juga suplemen FI IV <131>, hal 1519-1527
Tujuan : untuk memastikan aktivitas antibiotik tidak berubah selama proses pembuatan
dan menunjukkan daya hambat antibiotik terhadap mikroba.
Prinsip : Pengukuran hambatan pertumbuhan biakan mikroba oleh antibiotik dalam sediaan
yang ditambahkan ke dalam media padat atau cair yang mengandung biakan
mikroba berdasarkan metode lempeng atau metode turbidimetri.
Penafsiran hasil :
Potensi antibiotik ditentukan dengan menggunakan metode garis lurus transformasi log
dengan prosedur penyesuaian kuadrat terkecil dan uji linieritas (FI IV,hal 898). Harga KHM
yang makin rendah, makin kuat potensinya.Pada umumnya antibiotik yang berpotensi tinggi
mempunyai KHM yang rendah dan diameter hambat yang besar.
3. Uji Sterilitas (FI IV,hal. 855-863) lihat juga suplemenFI IV<71>, 1512-1519
Tujuan : menetapkan apakah sediaan yang harus steril memenuhi syarat berkenaan
dengan uji sterilitas seperti tertera pada masing-masing monografi.
Prinsip : Menguji sterilitas suatu bahan dengan melihat ada tidaknya pertumbuhan
mikroba pada inkubasi bahan uji menggunakan cara inokulasi langsung atau
filtrasi dalam medium Tioglikonat cairdan Soybean Casein Digest.Prosedur uji
dapat menggunakan teknik inokulasi langsung ke dalam media pada 30-35oC
selama tidak kurang dari 7 hari.
Hasil :
Tahap Pertama: Memenuhi syarat uji jika pada interval waktu tertentu dan pada akhir
periode inkubasi, diamati tidak terdapat kekeruhan atau pertumbuhan mikroba pada
permukaan, kecuali teknik pengujian dinyatakan tidak absah. Jika ternyata uji tidak absah,
maka dilakukan pengujian Tahap Kedua.
Tahap Kedua: Memenuhi syarat uji jika tidak ditemukan pertumbuhan mikroba pada
pengujian terhadap minimal 2 kali jumlah sampel uji tahap I.
4.Kandungan zat antimikroba (FI IV<441> hal 939-942) (khusus untuk formula yang menggunakan
pengawet)
Tujuan : menentukan kadar pengawet terendah yang masih efektif dan ditujukan untuk zat-zat
yang paling umum digunakan untuk menunjukkan bahwa zat yang tertera memang ada, tetapi
tidak lebih dari 20 % dari jumlah yang tertera di etiket
Prinsip : penentuan kandungan zat antimikroba menggunakan kromatografi gas atau
polarografi (sesuaikan dengan pengawet yang digunakan)
Penafsiran hasil : kandungan zat antimikroba dinyatakan dalam satuan b/v atau v/v
TEORI SEDIAAN
(catatan : iniuntuk H > 30, bila H < 30 maka total sediaan = 30)
E :jumlahuntukevaluasi
X :jumlahuntukmengantisipasikehilangan
Untuk mengantisipasi kehilangan selama proses pembuatan maka pembuatan basis krim steril
dapat dilebihkan(sekitar 20%), tetapi harus ditimbang kembali sebelum dicampur zat
aktif.(UNTUK KRIM STERIL, PENIMBANGAN DILEBIHKAN 20-25%(PETUNJUK PRAKTIKUM STERIL,
BENNY LOGAWA, HAL 39-40)