Anda di halaman 1dari 13

TEORI SEDIAAN

KRIM STERIL

Definisi Sediaan Krim


Krim adalah bentuk sediaan setengah padat, mengandung satu atau lebih bahan terlarut atau
terdispersi dalam bahan dasar yang sesuai (FI IV, hal 6). Definisi lainnya, krim merupakan
sediaan semi solid kental, umumnya berupa emulsi M/A (krim berair) atau emulsi A/M (krim
berminyak) (The Pharmaceutical Codex 1994, hal 134).Krim adalah sediaan multi fase yang terdiri
dari fase lipofil dan fase aqueous yang diformulasi misibel dengan sekret kulit, dimaksudkan untuk
digunakan di kulit atau membran mukosa tertentu dengan tujuan protektif, terapeutik, atau profilaktik,
terutama yang tidak memerlukan efek oklusif (membentuk lapisan /film diatas permukaan kulit). (BP
2002, hal 1904,1905). Apabila sediaan ditujukan untuk penggunaan pada luka terbuka yang besar atau
pada kulit yang terluka parah, maka krim harus steril.Sediaan harus memenuhi uji sterilitas (BP ’93 hal.
756).

Hal-hal yang harus diperhatikan untuk sediaan krim steril :


 Sterilitas : bila krim berlabel steril maka harus memenuhi uji sterilitas (BP ’93 hal.756, lihat
lampiran XVI A)
 Penandaan : bila perlu tertera krim tersebut steril (BP ’88 hal. 650)
 Memilih cara pemecahan masalah:
- Pemilihan basis krim berdasarkan pertimbangan afinitas zat aktif dalam basis yang
digunakan, hal ini akan mempengaruhi pelepasan zat aktif dari pembawanya.
- Formula basis yang dipilih berdasarkan pertimbangan stabilitas dispersi zat aktif dan
kemudahan untuk dioleskan.
- Pemilihan eksipien yang dibutuhkan berdasarkan pertimbangan kompatibilitas
eksipien dengan zat aktif dan basis serta antar eksipien
- Untuk sediaan krim steril, dibuat secara aseptik. Zat aktif, basis dan zat pembantu
harus disterilkan.
 Merencanakan pelaksanaan persoalan:
- Formula
- Jumlah krim yang akan dibuat dan diperlukan minimal 250 gram untuk uji konsistensi
sediaan
- Penimbangan untuk zat aktif, basis dan zat tambahan
- Cara kerja, perhatikan untuk krim steril dan krim non steril. Lihat cara pembuatan krim
- Evaluasi krim
- Uji mutu sediaan akhir krim steril, lihat uji mutu sediaan krim + uji sterilitas (tek.far
likuid & semisolid, penuntun prakt. Farfis,lachman teory dan praktek far. Industri,
martin farfis, FI IV,1086)
TEORI SEDIAAN

 Krim steril dibuat dengan cara aseptik (Formularium Nasional) dalam laminar air flow (LAF).
Sterilisasi akhir dengan pemanasan tidak dilakukan untuk menghindari rusaknya sediaan.

Terdapat beberapa hal yang harus diperhatikan pada proses aseptik, antara lain udara,
operator, perabotan, perlengkapan, dan peralatan(Pharmaceutical Handbook, 18th ed., London,
The Pharmaceutical Press, hal. 129-132) :

1. Udara
Idealnya digunakan udara steril yang dibuat dengan Filtration of Air.Hal ini dapat dicapai
dengan mengatur kecepatan udara masuk sedikit lebih tinggi daripada udara keluar. Udara
dalam ruangan akan berganti 10-20 kali setiap jam sehingga organisme akan terbawa
keluar. Tekanan yang tinggi akan mencegah masuknya udara yang terkontaminasi dari luar.
Laminar Air Flow (LAF) Cabinet ideal digunakan untuk proses aseptik. LAF diisi udara steril
dari HEPA filter dari dinding belakang. Semua area operasi terus menerus dialiri oleh udara
steril laminer selama proses pembuatan sehingga kontaminasi berlebihan dapat dihindari.

2. Operator
Merupakan sumber utama kontaminan. Sebelum masuk ke daerah aseptik,operator
mengganti pakaian biasa dengan pakaian steril, yang terdiri dari pakaian kerja, masker,
sarung tangan. Sebaiknya tidak ada permukaan kulit yang tidak tertutup. Tangan dicuci
dengan air menggunakan sabun dan dibilas dengan larutan baktersida yang tepat
(misalnya: chlorhexidin, alkohol) sebelum menggunakan sarung tangan steril.

3. Perlengkapan
Perlengkapan/perabotan yang digunakan memiliki permukaan tidak kasar dan sebaiknya
tidak dapat ditembus oleh bahan yang bersifat bakterisida.

4. Peralatan
Semua peralatan yang digunakan disterilisasi dengan menggunakan cara yang sesuai,
misalnya dengan autoclave atau pemanasan kering. Lindungi peralatan dari kontaminan
sebelum digunakan dengan membungkusnya secara dobel. Tidak disarankan untuk
mengelap dengan larutan bakterisida kecuali tidak ada metode lain yang tersedia.
Penanganan awal dari mortar:
Pemanasan mortar dalam laboratorium steril, yaitu dengan membakar mortar (alkohol+
api). Pembakaran tidak dilakukan di bawah LAF.
Proses aseptik:
Menyiapkan daerah kerja dan menyusun bahan serta alat yang dibutuhkan.Hal ini
termasuk mensterilkan permukaan atau area dengan baktersida.Air treatment (ventilation,
electrostatic precipitation, dll) untuk mengurangi jumlah kontaminan yang dapat
TEORI SEDIAAN

disebabkan oleh pergerakan. Proses aseptik dilakukan dengan prinsip menghindari


sentuhan yang tidak diperlukan sedapat mungkin serta mengurangi jumlah dan pergerakan
operator untuk mengurangi resiko kontaminasi.Sampel dipilih dan diuji sterilitasnya.
5. Wadah (Pharmaceutical Handbook, 18th ed., London, The Pharmaceutical Press, hal. 136-
137):

a. Logam
Sterilisasi dengan pemanasan pada oven di suhu 170 oC minimal selama 1 jam. Selain
itu juga dapat digunakan high vacuum autoclaving.Proses “flaming”/pembakaran untuk
sterilisasi tidak dianjurkan kecuali saat darurat.Waktu yang cukup untuk mensterilisasi
dapat menyebabkan terjadinya oksidasi logam dan beberapa bahan yang kecil (fine
particles) dapat hancur.

b. Plastik
Polivinil klorida, politetrafloroetilen dan irradiated polyethylene dapat disterilisasi
dengan autoclave dengan cara yang sama dengan karet. Alat yang baru dapat
melepaskan sejumlah material larut air sehingga semua alat baru harus diperlakukan
seperti karet sebelum digunakan.Polistiren bersifat termolabil dan paling baik
disterilisasi menggunakan etilen oksida atau radiasi ion. Polietilen dengan berat jenis
rendah dapat mengabsorbsi air jika dididihkan atau di-autoclave dan akan berubah
bentuk. Sedangkan polimetilakrilat (perspex) bersifat termolabil dan sangat terdegradasi
oleh radiasi ion.Keduanya paling baik disterilisasi dengan menggunakan gas etilen
oksida. Plastik yang bersifat termolabil akan tenggelam dalam larutan bakterisida seperti
chlorhexidina, quarternary ammonium compounds, phenolics, dan hypochlorite.Plastik
dapat mengabsorbsi dan mengikat berbagai jenis larutan kimia sehingga cara sterilisasi
dengan bakterisida tidak dianjurkan kecuali dalam kondisi darurat dan sudah diketahui
tidak berefek terhadap plastik dan produknya.

c. Karet
Karet alam, sintetik dan silicon sebaiknya dicuci dengan detergen yang cocok, dibilas,
kemudian dididihkan dalam air desilata beberapa kali sebelum digunakan sehingga
diketahui bahwa bahan tersebut cukup kuat unuk diperlakukan seperti itu. Pendidihan
pada karet yang baru dapat menghilangkan sebanyak mungkin bahan yang larut air
sebelum digunakan.Bagian alat yang terbuat dari karet dapat disterilisasi dengan
autoclave dan tidak dengan pemanasan kering.Selain itu juga dimasukkan air ke dalam
bagian alat yang berbentuk tabung.Beberapa jenis karet silicon dapat dipanaskan secara
kering apabila diperlukan.
TEORI SEDIAAN

METODE PEMBUATAN
Pembuatan sediaan krim steril dilakukan secara aseptik dalam ruangan bersih lengkap dengan
laminar air flow (LAF).

Sterilisasi Wadah (Tube) :


Tube dan tutupnya (jika terbuat dari logam) dicuci dengan air suling yang dilewatkan saringan
G3 (0,22 μm), kemudian diletakkan terbaring dalam kaleng bersih bermulut lebar dan tidak
tertutup rapat, disterilkan dalam oven suhu 170 oC selama 1 jam. Tutup tube dari bahan plastik,
disterilkan dengan cara merendamnya dalam alkohol 70% selama 24 jam.

Penyiapandan sterilisasi basis salep :


Lanolin, parafin kuning, dan parafin cair dipanaskan bersama dan disaring selagi panas melalui
kain batis ke dalam wadah yang tetap akan bisa mempertahankan proses sterilisasi kering.
Wadah ditutup untuk menghilangkan mikroorganisme dan basis disterilkan dengan
mempertahankan keseluruhan isi wadah selama kombinasi waktu dan suhu efektif untuk
meyakinkan jaminan sterilitas.

Teknik pengisian sediaan ke dalam wadahnya :


Masa krim ditimbang di atas kertas perkamen persegi panjang, kemudian digulung dan
dimasukkan ke dalam tube dengan bantuan dua pinset steril (untuk praktikum) atau dihaluskan
lebih dahulu dalam three roller mill, kemudian dipindahkan kedalam zalf filler steril sebelum
diisikan ke dalam tube (untuk apoteker). Dasar tube ditekuk dengan alat penekuk tube.
Tutup ulir harus ditutup dan dilapisi dengan segel tanpa dapat disobek, atau seluruh tube
ditutup dengan kemasan bersegel sehingga tube tidak dapat digerakkan atau dipindahkan
tanpa menyobek segel. Kemasan luar yang cocok termasuk karton dengan klep bersegel dan
kantung kertas bersegel, plastik atau film selulosa.

PROSEDUR PEMBUATAN(Penuntun Praktikum Semisolid & Liquid, hal 57 - 59).


a. Sterilisasi ruangan kerja
Ruangan kerja disterilkan :
Sebelum digunakan ruangan disterilkan dulu dengan sinar uv selama 24 jam

b. Pakaian kerja, masker, sarung tangan dan alas kaki disterilkan dalam autoklaf 115-
116Cselama 30 menit atau 121C selama 15 menit.
Pakaian kerja dimasukkan plastik tahan panas kemudian diautoklaf. Masker,sarung tangan
dan alas kaki dibeli yang sudah steril (ada di pasaran).
TEORI SEDIAAN

c. Sterilisasi alat, wadah sediaan, serta aquabidest yang akan digunakan.


Sterilisasi alat :

Cara
Alat Keterangan
sterilisasi
Spatel Oven 170°C I jam Dibungkus dgn al-foil
Pinset Oven 170°C I jam Dibungkus dgn al-foil
Kaca arloji Oven 170°C I jam Dibungkus dgn al-foil
Batang pengaduk Oven 170°C I jam Dibungkus dgn al-foil
Gelas kimia Autoklaf 121°C, 15 menit
Lumpang & alu Dibakar dgn alkohol Dibungkus kertas perkamen
Gunting Autoklaf 121°C, 15 menit Dimasukkan ke plastik tahan panas
Kertas perkamen Autoklaf 121°C, 15 menit Dimasukkan ke plastik tahan panas
Pipet Oven 170C,1 jam Dibungkus dgn al-foil
Pipet ukur Oven 170C,1 jam Dibungkus dgn al-foil
Gelas ukur Autoklaf 121°C, 15 menit dibungkus kertas perkamen
Cawanpenguap Oven 170C, 1jam Dibungkus dgn al-foil
Tube Oven 170C, 1jam Dibungkus dgn al-foil
Tutup tube plastic + Direndam dlm EtOH 70%
karet pipet slm 24 jam

d. Prosedur kerja :
1. Timbang berbagai komponen basis fase minyak (dirinci apa saja yang termasuk ke fase
minyak) kedalam cawan penguap. Selanjutnya cawan penguap ditutup dengan
alumunium foil.
2. Timbang berbagai komponen basis fase air ke dalam labu erlenmyer, tutup mulut labu
dengan kapas bebas lemak yang dibungkus dengan kasa, tutup kembali dengan
alumunium foil.
3. Lakukan sterilisasi basis dengan ketentuan sebagai berikut:
Basis fase minyak  oven, 1700C, 1 jam
Basis fase air  autoklaf, 1210C 15 menit
4. Basis yang telah disterilkan dipindahkan ke ruang dengan LAF. Sebelumnya lap
permukaan kerja dengan tissue non serat dengan menggunakan cairan desinfektan
seperti alkohol 70%.
5. Bila diperlukan, panaskan kedua fase air dan minyak dalam wadah masih tertutup
menggunakan kompor listrik di ruang kelas B sekitar laminair air flow.
6. Setelah dicapai suhu 700C, campurkan fase air dan fase minyak dalam sebuah mortar
yang telah disterilkan/ultraturax yang telah steril yang disediakan.
TEORI SEDIAAN

7. Timbang basis sesuai jumlah yang diperlukan di atas kaca arloji.


8. Timbang sejumlah zat aktif yang sebelumnya telah disterilkan dengan metode tertentu
berdasarkan sifat termostabilitasnya.
9. Zat aktif yang telah ditimbang dimasukkan dalam mortir steril, digerus halus sambil
sebelumnya ditambahkan sedikit basis salep, gerus hingga bercampur dan homogen.
(Zat yang tahan pemanasan dapat segera dicampurkan sedikit demi sedikit dengan
dasar salep yang masih cair dalam mortar steril, untuk zat yang tidak tahan
pemanasan, dasar salep dituang ke dalam mortar untuk didinginkan terlebih dahulu
sambil diaduk, sebelum dicampur).
10. Masa krim ditimbang di atas kertas perkamen persegi panjang (sebelumnya kertas tsb
diolesi dulu dengan paraffin cair), kemudian digulung dan dimasukkan ke dalam
tubedengan bantuan dua pinset steril (untuk praktikum) atau dihaluskan lebih dahulu
dalam three roller mill, kemudian dipindahkan kedalam zalf filler steril sebelum diisikan
ke dalam tube (untuk apoteker).Dasar tube ditekuk dengan alat penekuk tube.

PROSES PEMBUATAN DAN RUANGAN PEMBUATAN KRIM STERIL

Prosedur Ruangan

Ruang Penimbangan Kelas C

Timbang basis, eksipien dan zat aktif sesuai


dengan jumlah masing-masing bahan (Tulis
nama dan jumlah bahan).

Ruang Pencampuran Kelas C

1. Eksipien yang larut dalam fase minyak


dimasukkan ke dalam botol berulir
steril/cawan penguap.
2. Paraffin cair sebanyak 5 gram yang
digunakan untuk melapisi kertas perkamen
untuk pengisian sediaan ke dalam tube
dimasukkan ke dalam botol ulir
3. Eksipien yang larut dalam fase air
dilarutkan dan dimasukkan ke dalam botol
ulir
Ruang Sterilisasi Kelas D

1. Botol berulir/cawan penguap yang berisi


fase minyak disterilisasi dengan oven 170°C
selama 1 jam.
2. Botol berulir yang berisi paraffin cair
TEORI SEDIAAN

disterilisasi dengan oven 170°C selama 1


jam
3. Aquabidest dimasukkan ke dalam botol
ulir dan disterilisasi dengan otoklaf 121°C
selama 15 menit
4. Botol berulir/cawan penguap yang berisi
fase air disterilisasi dengan oven 121°C
selama 15 menit.

1. Kedua fase yang telah disterilisasi Laminar Air Flow (Kelas A) dan
dipindahkan ke dalam ruang steril kelas A, background LAF (kelas B)
dan masing-masing fase ditransfer ke
cawan penguap steril yang ditutup
dengan aluminium foil.

2. Kedua cawan penguap dipanaskan


dengan pemanas elektrik di ruang kelas B.
Penutup aluminium foil hanya dibuka
sesekali saat mengecek temperature
hingga mencapai suhu 70°C

3. Pada ruang A, fase minyak dan fase air yang


telah dipanaskan hingga 70°C dicampur
dalam matkan, kemudian diaduk dengan
“Ultrathurax” sampai terbentuk krim yang
homogen (sampai suhu 40°C)

4. Dinginkan basis krim hingga suhu kamar

5. Timbang basis krim sesuai dengan yang


diperlukan yaitu : …

6. Zat aktif didispersikan dalam … gram


paraffin cair lalu dimasukkan ke dalam
basis krim secara geometrik sambil diaduk
dengan Ultrathurax hingga homogeny

7. Lakukan IPC, seperti penampilan,


homogenitas, dan penentuan tipe emulsi

8. Timbang krim sesuai dengan bobot per


tube menggunakan spoit, lalu dimasukkan
ke dalam tube … gram
TEORI SEDIAAN

Ruang Evaluasi (Kelas D)

1. Tempelkan etiket pada tube berisi krim,


diberi brosur dan dimasukkan ke dalam
dus yang sesuai
2. Lakukan evaluasi akhir sediaan

UJI MUTU SEDIAAN AKHIR KRIM STERIL


Evaluasi Fisik
1. Penampilan(Diktat TeknologiFarmasiLiquidadan Semisolid, hal 127 )
 Tujuan:
memeriksakesesuaianbaudanwarnadimanasedapatmungkinmendekatidenganspesifikasisediaa
n yang telahditentukanselamaformulasi
 Prinsip : pemeriksaanbaudanwarnamenggunakanpancaindera
 Penafsiranhasil : baudanwarnamemenuhispesifikasiformulasiyaitu …
(sesuaikandenganspesfikasi yang dibuat)
2. Homogenitas (FI III, hal 33; Diktat TeknologiFarmasiLiquidadan Semisolid, hal 127)
 Tujuan : menjamindistribusibahanaktif yang homogen
 Prinsip : jikadioleskanpadasekepingkacaataubahantransparan lain yang
cocokharusmenunjukkansusunan yang homogen
 Penafsiran hasil : distribusibahanaktifpadalapisansediaan di permukaankacaterlihatmerata
3. Penetapantipekrim (m/a atau a/m)
 Tujuan : mengetahuikesesuaiantipekrim yang dibuatdengantipekrim yang
telahdiformulasikansebelumnyadanmelihatkemungkinanterjadinyainversefasa
 Prinsip :
o Ujikelarutanzatwarna (Martin, FarmasiFisika, hal 1144-1145)
Zatwarnalarut air, missalmetilenbiruataubirubrilian FCF
diteteskanpadapermukaankrim.Jikazatwarnaterlarutdanberdifusihomogenypadafaseekste
rnal
berupa air, makatipekrimadalah M/A. Hal yang
terjadiadalahsebaliknyajikadigunakanzatwarnalarutminyaksepertisudan III, yang
menunjukkantipekrimadalah A/M
o Ujipengenceran (Martin, FarmasiFisika, hal 1145)
Ujiinidilakukandenganmengencerkankrimdengan air, jikakrimtercampurbaikdengan air
makatipekrimadalah M/A. Hal
inidapatdilakukandenganmikroskopuntukmemberikanvisualisasi yang lebihbaik
Penafsiranhasil :Krim M/A bilafasaeksternalemulsiterwarnaiolehzatwarnalarut air
Krim M/A dapatdiencerkandalampelarut air
4. Penentuan pH
(FI IV suplemen 1 <1071> hal 1572)
TEORI SEDIAAN

 Tujuan : mengetahui pH suatu bahan atau sediaan dan untuk mengetahui kesesuaiannya dengan
persyaratan yang telah ditentukan
 Alat : pH meter
 Prinsip : pengukuran pH cairan uji menggunakan pH meter yang telah dikalibrasi
 Prosedur :
 Larutan dapar dibuat untuk pembakuan pH meter. Larutan dapar baku yang dipilih ada dua, dimana
pH larutan uji diperkirakan berada diantara kedua larutan dapar baku tersebut dan mempunyai
perbedaan pH tidak lebih dai 4 unit dengan pH larutan uji
 Sel diisi dengan salah satu larutan dapar, kendali suhu dipasang pada suhu larutan dan kontrol
kalibrasi diatur sehingga pH larutan dapar baku identik dengan pH yang seharusnya
 Elektroda dan sel dibilas beberapa kali dengan larutan dapar untuk pembakuan yang kedua,
kemudian sel diisi dengan larutan dapar kedua, pH dikalibrasi sesuai dengan pH larutan dapar kedua
 Jika pH dari kedua larutan dapar baku tsb telah sesuai, maka pH larutan uji dapat diukur
 Suhu pengukuran larutan dapar baku dan larutan uji harus sama, sesuai dengan suhu larutan uji yang
akan diukur
 Penafsiran hasil : pH sesuai dengan spesifikasi formulasi sediaan yaitu ....

5. Konsistensi (Modul Praktikum Farmasi Fisika, 2002, hal 17-18)


 Tujuan : menjamin kemudahan penggunaan/pengolesan sediaan
 Prinsip : sediaan semisolid termasuk sistem non-newton, jadi konsistensinya diukur dengan
viskometer Brookfield Helipath satand. Pengukuran konsitensi krim dilakukan pada suhu
kamar dengan menggunakan viskometer Brookfield Helipath stand yang memakai spindel
dan pada kecepatan (rpm) tertentu
 Penafsiran hasil : viskositas yang diperoleh adalah ... (dinyatakan dalam cps)

6. Ukuran partikel  jika ZA terdispersi (Lachman, Theory & Practice of Industrial Pharmacy, p. 116)
(khusus untuk zat aktif tidak larut dalam basis)
 Tujuan : menentukan distribusi ukuran partikel
 Prinsip : perubahan reflektan pada panjang gelombang dimana fase dalam berwarna
mengabsorbsi sebagian cahaya yang masuk, ternyata berbanding terbalik dengan suatu
kekuatan dari diameter partikel
 Prosedur :
 Sebarkan sejumlah krim yang membentuk lapisan tipis pada slide mikroskop
 Lihat di bawah mikroskop
 Suatu partikel tidak dapat ditetapkan bila ukurannya mendekati sumber cahaya
 Untuk cahaya putih, suatu mikroskop bisa dapat mengukur partikel 0,4-0,5 µm.
Dengan lensa khusus dan sinar UV, batas yang lebih rendah dapat diperluas sampai 0,1
 Penafsiran hasil : mengikuti kurva distribusi normal

7. Ukuran globul (Farmasi Fisika hal 1144)


 Tujuan : mengetahui stabilitas krim dengan melihat ukuran globul krim
TEORI SEDIAAN

 Prinsip : penentuan ukuran globul rata-rata dan distribusinya dalam selang waktu tertentu
dengan menggunakan mikroskop atau dengan penghitung elektonik
 Penafsiran hasil : ukuran globul berkisar 0,1-10 µm dan mengikuti distribusi normal
8. Stabilitas fisik krim
 Dilakukan uji percepatan dengan agitasi atau sentrifugasi (mekanik) (Lachman, Teori dan
Praktek Far.Ind, hal 1081)
 Prinsip : sediaan disentrifuga dengan kecepatan tinggi (±30000 RPMO). Amati adanya
pemisahan atau tidak
 Menurut Becher : sentrifugasi 3750 rpm, radius 10 cm, 5 jam sebanding dengan efek
gravitasi 1 tahun. Ultrasentrifugassi 25000 rpm atau lebih sebanding dengan efek yang tidak
diamati selama umur normal emulsi/krim. Manipulasisuhu (termik) (Lachman, hal 1081)
 Prosedur : krim dioleskan pada kaca objek dan dipanaskan pada suhu 30, 40, 50, 60 dan 70
o
C. Amati dengan bantuan indikator (ex. Sudan merah), mulai suhu berapa terjadi
pemisahan. Makin tinggi suhu, krim makin stabil

9. Isi minimum (FI IV <861> hal 997)


 Tujuan : untuk mengetahui kesesuaian bobot dari isi terhadap bobot yang tertera pada
etiket
 Prosedur : ambil contoh 10 wadah berisi zat uji, hilangkan etiket yang dapat mempengaruhi
bobot saat isi wadah dikeluarkan. Bersihkan dan keringkan dengan sempurna bagian luar
wadah dengan cara yang sesuai dan timbang satu per satu. Keluarkan isi secara kuantitatif
dari masing-masing wadah, potong ujug wadah, jika perlu cuci dengan pelarut yag sesuai.
Hati-hati agar tutup dan bagian lain wadah tidak terpisah. Keringkan dan timbang kembali
masing-masing wadah kosong dan bagian-bagiannya. Perbedaan antara kedua
penimbangan adalah bobot bersih isi wadah. Bobot bersih rata-rata isi dari 10 wadah tidak
kurang dari bobot yang tertera yang etiket dan tak satupun yang bobot bersihnya kurang
dari 90% bobot yang tertera pada etiket untuk bobot 60 gr atau kurang. Jika persyaratan
tidak dipenuhi, tetapkan bobot bersih isi 20 wadah tambahan. Bobot rata-rata 30 wadah
tidak kurang dari bobot yang tertera pada etiket dan hanya satu wadah yang bobot
bersihnya kurang dari 90% untuk bobot 60 gr atau kurang dan tidak kurang dari 95% yang
tertera pada etiket untuk bobot lebih dari 60 gr dan kurang dari 150 gr.

10. Kebocoran tube (FI IV, hal 1086)


(diambil dari uji kebocoran salep mata <1241>)
 Tujuan : memeriksa keutuhan kemasan untuk menjaga sterilitas dan volume serta
kestabilan sediaan
 Prinsip : 10 tube sediaan dibersihkan dan dikeringkan baik-baik bagian luarnya denga kain
penyerap. Lalu tube diletakkan secara horizontal di atas kain penyerap di dalam oven
dengan suhu diatur pada 60 o ± 3 oC selama 8 jam
 Hasil : tidak boleh terjadi kebocoran yang berarti selama atau setelah pengujian selesai.
Abaikan bekas krim yang diperkirakan berasal dari bagian luar dimana terdapat lipatan dari
TEORI SEDIAAN

tube atau bagian dari ulir tutup tube. Jika terdapat kebocoran pada satu tube tetapi tidak
lebih dari satu tube, ulangi pengujian dengan 20 tube tambahan. Uji memenuhi syarat jika :
tidak ada satu pun kebocoran diamati dari 10 tube uji pertama, atua kebocoran yang
diamati tidak lebih dari 1 dari 30 tube yang diuji.

IV.5.2. EVALUASI KIMIA

Posedur evaluasi kimia harus mengacu terlebih dahulu pada data monografi sediaan (di buku FI Iv
atau buku resmi lainnya).

1. Identifikasi
 Metode utama : tulis nama metodenya (dijurnal: bagian analisis)
 Prinsip : tuliskan prinsip secara singkat (dijurnal: bagian analisis)
 Prosedur (dijurnal: bagian analisis)
2. Penetapan kadar
 Metode utama : tulis nama metodenya (dijurnal: bagian analisis)
 Prinsip : tuliskan prinsip secara singkat (dijurnal: bagian analisis)
 Prosedur (dijurnal: bagian analisis

IV.5.3. EVALUASI BIOLOGI

Evaluasi Biologi
1. Uji efektivitas pengawet antimikroba (khusus untuk formula yang menggunakan
pengawet) (FI IV <61>, hal 854-855)
Tujuan: Menentukan efektifitas pengawet antimikroba yang ditambahkan pada sediaan
dosis ganda yang dibuat dengan dasar atau bahan pembawa berair
Prinsip: Pengurangan jumlah mikroba yang dimasukkan ke dalam sediaan yang
mengandung pengawet dalam selang waktu tertentu dapat digunakan sebagai
parameter efektifitas pengawet dalam sediaan. Inokulasi mikroba pada sediaan
dengan cara menginkubasi tabung bakteri biologik (Candida Albicans, Aspergillus
Niger, Pseudomonas aeruginosa dan Staphylococcus aureus) yang berisi sampel
dari inokula pada suhu 20-25C dalam media Soybean-Casein Digest Agar.
Syarat/penafsiran hasil:
Suatu pengawet dinyatakan efektif di dalam contoh yang diuji, jika:
a. Jumlah bakteri viabel pada hari ke-14 berkurang hingga tidak lebih dari 0,1% dari jumlah
awal.
b. Jumlah kapang dan khamir viabel selama 14 hari pertama adalah tetap atau kurang dari
jumlah awal.
c. Jumlah tiap mikroba uji selama hari tersisa dari 28 hari pengujian adalah tetap atau
kurang dari bilangan yang disebut pada a dan b.
TEORI SEDIAAN

2. Penetapan Potensi Antibiotik secara Mikrobiologi(khusus jika zat aktif antibiotik)(FI IV,
891-899) lihat juga suplemen FI IV <131>, hal 1519-1527
Tujuan : untuk memastikan aktivitas antibiotik tidak berubah selama proses pembuatan
dan menunjukkan daya hambat antibiotik terhadap mikroba.
Prinsip : Pengukuran hambatan pertumbuhan biakan mikroba oleh antibiotik dalam sediaan
yang ditambahkan ke dalam media padat atau cair yang mengandung biakan
mikroba berdasarkan metode lempeng atau metode turbidimetri.
Penafsiran hasil :
Potensi antibiotik ditentukan dengan menggunakan metode garis lurus transformasi log
dengan prosedur penyesuaian kuadrat terkecil dan uji linieritas (FI IV,hal 898). Harga KHM
yang makin rendah, makin kuat potensinya.Pada umumnya antibiotik yang berpotensi tinggi
mempunyai KHM yang rendah dan diameter hambat yang besar.

3. Uji Sterilitas (FI IV,hal. 855-863) lihat juga suplemenFI IV<71>, 1512-1519
Tujuan : menetapkan apakah sediaan yang harus steril memenuhi syarat berkenaan
dengan uji sterilitas seperti tertera pada masing-masing monografi.
Prinsip : Menguji sterilitas suatu bahan dengan melihat ada tidaknya pertumbuhan
mikroba pada inkubasi bahan uji menggunakan cara inokulasi langsung atau
filtrasi dalam medium Tioglikonat cairdan Soybean Casein Digest.Prosedur uji
dapat menggunakan teknik inokulasi langsung ke dalam media pada 30-35oC
selama tidak kurang dari 7 hari.
Hasil :
Tahap Pertama: Memenuhi syarat uji jika pada interval waktu tertentu dan pada akhir
periode inkubasi, diamati tidak terdapat kekeruhan atau pertumbuhan mikroba pada
permukaan, kecuali teknik pengujian dinyatakan tidak absah. Jika ternyata uji tidak absah,
maka dilakukan pengujian Tahap Kedua.
Tahap Kedua: Memenuhi syarat uji jika tidak ditemukan pertumbuhan mikroba pada
pengujian terhadap minimal 2 kali jumlah sampel uji tahap I.

Pengujian sterilitas sediaan krim digolongkan menjadi dua bagian, yaitu:


Salep dan minyak yang tidak larut dalam isopropyl miristat (FI IV hal 859-860)
Salep dan minyak yang larut dalam isopropyl miristat (FI IV hal.862)

4.Kandungan zat antimikroba (FI IV<441> hal 939-942) (khusus untuk formula yang menggunakan
pengawet)
 Tujuan : menentukan kadar pengawet terendah yang masih efektif dan ditujukan untuk zat-zat
yang paling umum digunakan untuk menunjukkan bahwa zat yang tertera memang ada, tetapi
tidak lebih dari 20 % dari jumlah yang tertera di etiket
 Prinsip : penentuan kandungan zat antimikroba menggunakan kromatografi gas atau
polarografi (sesuaikan dengan pengawet yang digunakan)
 Penafsiran hasil : kandungan zat antimikroba dinyatakan dalam satuan b/v atau v/v
TEORI SEDIAAN

Perhitungan jumlah sediaan yang akan dibuat + keperluan evaluasi


1. Penampilan, homogenitas, tipe, pH 3 tube
2. Stabilitas Krim 3 tube
3. Distribusi Ukuranpartikelkalau ZA terdispersi 3 tube
4. Distribusi Ukuranglobul 1 tube
5. Isi mínimum (non destruktif) 30 tube
6. Konsistensi 25 tube (sesuaikapasitasalat)
7. Kebocorantube 30 tube
8. Kecepatanpelepasanzataktifdarisediaan 1 tube
9. Difusibahanaktif 1 tube
10. Identifikasi (1 tube) 1 tube
11. Kadarzataktif (1 tube x triplo) 3 tube
12. Efektivitaspengawet (jikamemakaipengawet) 5 tube
13. Potensiantibiotik (jikazataktifnyaantibiotika) 3 tube
14. Sterilitas tube +
Total jumlahevaluasisediaan tube

Dariseluruhujidiatasadauji yang bersifat non destruktif, sehinggadapatdigunakanuntukujievaluasilain.


Makajumlahsediaan yang dibutuhkanuntukevaluasi = ___ – 30 = ___tube

(catatan : iniuntuk H > 30, bila H < 30 maka total sediaan = 30)

Jadi, jumlahsediaan yang akandibuatadalah__(T) + __(E) + ___(X) = ____tube

Keterangan : T : jumlah yang ditugaskan

E :jumlahuntukevaluasi

X :jumlahuntukmengantisipasikehilangan

Untuk mengantisipasi kehilangan selama proses pembuatan maka pembuatan basis krim steril
dapat dilebihkan(sekitar 20%), tetapi harus ditimbang kembali sebelum dicampur zat
aktif.(UNTUK KRIM STERIL, PENIMBANGAN DILEBIHKAN 20-25%(PETUNJUK PRAKTIKUM STERIL,
BENNY LOGAWA, HAL 39-40)

Anda mungkin juga menyukai