Anda di halaman 1dari 3

BAB 4

PEMBAHASAN

Kista ovarium adalah tumor ovarium yang bersifat neoplastic dan non
neoplastic. (Owen, 2005). Kista ovarium adalah tumor jinak yang diduga timbul dari
bagian ovum yang normalnya menghilang saat menstruasi, asalnya tidak teridentifikasi
dan terdiri dari sel-sel embrional yang tidak berdierensiasi, kista ini tumbuh lambat dan
ditembukan selama pembedahan yang mengandung material sebesea kental berwarna
kuning yang timbul dari lapisan kulit (Smeltzer, 2002). Faktor risiko yang dimiliki oleh
Nn. E yaitu nullipara, usia menarche kurang dari 12 tahun, dan obesitas grade I. \
Usia menarkhe dini diduga merupakan risiko kanker ovarium, hal ini
berhubungan dengan produksi hormon oleh ovarium yaitu estrogen, estrogen terbagi
menjadi 3 jenis hormon yaitu estradiol, estriol, dan estrion. Estradiol dan estriol diduga
bersifat karsinogenik, hal ini berhubungan dengan poliferasi jaringan ovarium dimana
kedua hormon ini memegang peranan penting. Menarkhe merupakan pertanda bahwa
ovarium telah mulai menghasilkan hormon estrogen. Usia menarkhe dini (<12 tahun)
menyebabkan usia menopause yang lebih lama, Sehingga keterpaparan estrogen
seorang wanita yang memiliki menarkhe dini lebih tinggi dibandingkan dengan wanita
yang memiliki menarkhe normal (Faizal dkk, 2011).
Nuliparitas atau belum pernah hamil menyebabkan siklus ovarium yang tidak
terputus selama masa reproduksi. Stimulasi yang berulang-ulang dari epitel permukaan
ovarium dianggap dapat bertransformasi menjadi suatu keganasan. Sehingga semakin
tinggi jumlah paritas akan semakin menurunkan risiko terkena kanker ovarium sampai
paritas maksimal lima kali, setelah itu resiko terkena kanker ovarium adalah sama.
Memiliki minimal satu anak akan menurunkan resiko terjadinya kanker ovarium.
(Budiana, 2014).
Obesitas menyebabkan kadar estrogen dalam tubuh juga meningkat serta beberapa
zat lemak dapat menghasilkan estrogen yang pada umumnya berbentuk estrion maupun
estradiol. Mekanisme perubahan dari zat lemak (kolesterol) dapat dijelaskan melalui
biosintesis hormon, dimana semua hormon steroid termasuk estrogen berasal dari
kolesterol. Wanita dengan indeks massa tubuh >30kg/m2 memiliki resiko menderita
tumor ovarium lebih besar. (Fachlevy, 2012).
Analisa yang diambil sudah tepat dengan diagnosa awal kista ovarium.
Sedangkan pada diagnosa akhir menjadi kanker ovarium grade II. Kanker ovarium
grade II adalah pertumbuhan pada satu atau kedua ovarium dengan perluasan ke
panggul (…,….). Hal ini dapat ditegakkan setelah dilakukan pemerikaan PA.
Dalam kasus ini, Nn. E mendapatkan penatalaksanaan berupa total abdominal
histerektomi, bilateral salpingo-ooforektomi, dan tumor debulking. Hal ini sesuai
dengan teori yang menyatakan bahwa tindakan operasi pada kista ovarium neoplastik
yang tidak ganas ialah pengangkatan kista dengan mengadakan reseksi pada bagian
ovarium yang mengandung kista. Akan tetapi, jika kistanya besar atau ada komplikasi,
perlu dilakukan pengangkatan ovarium, biasanya disertai dengan pengangkatan tuba
(salpingo-ooforektomi). Pada saat operasi kedua ovarium harus diperiksa untuk
mengetahui apakah ditemukan pada satu atau pada dua ovarium. Jika terdapat
keganasan, operasi yang tepat ialah histerektomi dan salpingo-ooforektomi bilateral.
Akan tetapi, wanita muda yang masih ingin mendapat keturunan dan tingkat keganasan
kista yang rendah (misalnya kista sel granulosa), dapat dipertanggung-jawabkan untuk
mengambil resiko dengan melakukan operasi yang tidak seberapa radikal.
(Prawirohardjo, 2002)

Hipoalbumin adalah kadar albumin darah di bawah batas normal, keadaan tersebut
dapat terjadi pada malnutrisi, penyakit sistemik, keganasan dan hipermetabolisme
akibat infeksi, tindakan medik atau pembedahan. Penatalaksanaan pada kasus yang
rentan terhadap malnutrisi terutama yang terkait dengan hipoalbumin seperti kasus
yang telah disebutkan yaitu pemberian tranfusi FFP atau human albumin. Untuk
pemberian kedua tranfusi tersebut adalah pada kasus kadar albumin ≤2,5 gr/dl (Hill,
2000). Pada kasus Nn. E terjadi hipoalbumin (2,3 gr/dl) yang merupakan efek samping
dari proses pembedahan dan penatalaksanaan yang dilakukan sudah sesuai serta telah
memenuhi syarat untuk dilakukan tranfusi albumin. Selain dari tranfusi untuk
menambah kadar serum albumin dalam darah, pemberian diet yang tinggi protein juga
berperan penting dalam mengatasi hipoalbumin.

Pada saat masuk rumah sakit, Nn. E merasakan nyeri pada bagian uretra tempat
terpasang kateter urin, peran bidan dalam dalam mengatasi masalah ini adalah
mengajarkan teknik relaksasi dengan menggunakan pernapasan untuk mengurangi rasa
nyeri dan menjelaskan pada pasien tentang kondisinya dan tentang penatalaksanaan
yang diberikan.

Hipoalbumin pada pasien kanker terjadi akibat adanya perubahan


metabolisme energi karena perubahan sistem imun, perubahan ini sangat
mempengaruhi kondisi klinis pasien bahkan pada beberapa kasus perubahan ini dapat
menyebabkan kematian pasien kanker. Gejala gejala yang terkait dengan perubahan
metabolisme ini dan mempegaruhi berbagai organ antara lain adalah anoreksia, mual,
penurunan berat badan (diikuti oleh hilangnya massa tubuh dan jaringan lemak),
meningkatnya pemakaian energi (akibat perubahan metabolisme glukosa, lemak dan
protein), menurunnya respon imun, dan terjadinya anemia.

Anda mungkin juga menyukai