Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH MATERNITAS

PENYAKIT MENULAR SEKSUAL

Disusun Oleh :
KELOMPOK 3
KELAS llA D-3 KEPERAWATAN
Anggota :
1. Aisyah Nihayah N (1820161001)
2. Angga Wijaya (1820161003)
3. Elsye Dwi R (1820161033)
4. Evi Nilasari (1820161039)
5. Kristya Ningrum (1820161054)
6. Prita Devi (1820161093)
7. Risma Anggrianingsih (1820161101)
8. Septiana Andini (1820161105)
9. Uswatun Khasanah (1820161124)
10. Wagiri (1820161128)

STIKES MUHAMMADIYAH KUDUS


TAHUN AJARAN 2016/2017
SK MENDIKNAS RI No:127/D/O/2009
Website : http://www.stikesmuhkudus.ac.id Email : sekretariat@stikesmuhkudus.ac.id
Alamat : Jl. Ganesha I Purwosari Telp./Faks. (0291) 442993 / 437218 Kudus 59316
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, kami haturkan ke-hadirat Allah SWT, atas rahmat dan


karunia-Nyalah kami dapat menyelesaikan tugas pembuatan makalah
yang berjudul ”Penyakit menular seksual” guna memenuhi tugas mata kuliah
maternitas. Kami sangat menyadari, bahwa didalam makalah ini masih
banyak kekurangan maupun kesalahan, untuk itu kepada para pembaca harap
memaklumi adanya mengingat keberadaan kami yang masih banyak
kekurangannya.
Dalam kesempatan ini pula kami mengharapkan kesediaan pembaca
untuk memberikan saran yang bersifat perbaikan, yang dapat
menyempurnakan isi makalah ini dan dapat bermanfaat dimasa yang akan
datang. Ucapan terima kasih kepada Dosen pengampu mata kuliah
maternitas, s e mo g a a t a s k e b e s a r a n h a t i d a n k e b a i k a n b e l i a u
me n d a p a t r a h ma t d a r i Al l a h SWT. Amin.
Akhir kata, semoga makalah ini dapat menambah wawasan, khususnya bagi kami
dan bagi para pembaca.

Kudus, 29 Maret 2018


DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR .................................................................................................................................. 2
LATAR BELAKANG .................................................................................................................................. 4
RUMUSAN MASALAH .............................................................................................................................. 4
TUJUAN ....................................................................................................................................................... 5
PEMBAHASAN ........................................................................................................................................... 6
2.1 PENGERTIAN PENYAKIT MENULAR SEKSUAL ...................................................................... 6
2.3 KLASIFIKASI PENYAKIT MENULAR SEKSUAL ....................................................................... 6
2.3 ETIOLOGI PENYAKIT MENULAR SEKSUAL ........................................................................... 12
2.4 PATOFISIOLOGI............................................................................................................................. 12
2.5 PENATALAKSANAAN PENYAKIT MENULAR SEKSUAL .................................................... 13
KESIMPULAN. .......................................................................................................................................... 15
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................................ 16
Latar Belakang

Pada semua organisme, reproduksi merupakan peran kunci untuk kelangsungan


hidup. Manusia, hewan, maupun setiap organisme yang hidup memiliki cara
reproduksi. Pada manusia sistem reproduksi pria memiliki banyak fungsi, termasuk
melestarikan keturunan dan memberikan hormon seks yang mendukung
kesejahteraan seksual yang merupakan iplementasi fungsi sistem reproduksi
sebagai prokreasi dan rekreasi.

Sistem reproduksi laki-laki sangat penting, yang juga berkaitan dengan sistem
ekskresi. Tapi seperti semua sistem tubuh, sistem reproduksi juga memiliki
kesempatan untuk terjadi kerusakan, penyakit, atau gangguan. Meskipun masalah
yang timbul dalam sistem sering diobati, beberapa gangguan dapat memiliki
konsekuensi yang serius.

Beberapa penyakit, kerusakan, atau gangguan dari sistem reproduksi laki-laki


adalah misalnya penyakit menular seksual (PMS), disfungsi seksual, dan tumor
atau kanker. Infeksi dapat berkembang dalam setiap gangguan atau kerusakan ini,
berpotensi menyebabkan peradangan dan nyeri pada testis atau struktur
lainnya. Infeksi dapat disebabkan baik oleh bakteri atau virus. Dan masih banyak
gangguan sistem reproduksi lainnya, gangguan sistem reproduksi ini dapat segera
diatasi sebelum terlambat dan mengganggu sistem reproduksi secara keseluruhan.
Oleh karena itu dibutuhkan pendeteksian secara dini serta penanganan yang baik
dan benar

RUMUSAN MASALAH
1. Pengertian penyakit menular seksual
2. Klasifikasi penyakit menular seksual
3. Tanda dan gejala penyakit menular seksual
4. Etiologi penyakit menular seksual
5. Patofiologi penyakit menular seksual
6. Pemeriksaan diagnostik
7. Penatalaksanaan penyakit menular seksual
8. Askep (pengkajian,diagnosa,intervensi)
TUJUAN
1. Untuk mengetahui pengertian Penyakit Menular Seksual (PMS).
2. Untuk mengetahui patofisiologi Penyakit Menular Seksual (PMS).
3. Untuk mengetahui etiologi / faktor penyebab Penyakit Menular Seksual
(PMS).
4. Untuk mengetahui jenis – jenis Penyakit Menular Seksual (PMS).
5. Untuk mengetahui penatalaksanaan Penyakit Menular Seksual (PMS).
PEMBAHASAN
2.1 PENGERTIAN PENYAKIT MENULAR SEKSUAL
PMS adalah singkatan dari Penyakit Menular Seksual, yang berarti suatu
infeksi atau penyakit yang kebanyakan ditularkan melalui hubungan seksual
(oral, anal atau lewat vagina).
PMS juga diartikan sebagai penyakit kelamin, atau infeksi yang ditularkan
melalui hubungan seksual. Harus diperhatikan bahwa PMS menyerang
sekitar alat kelamin tapi gejalanya dapat muncul dan menyerang mata,
mulut, saluran pencernaan, hati, otak, dan organ tubuh lainnya.
PMS ( Penyakit Menular Seksual ) adalah penyakit yang penularannya
melalui hubungan kelamin, tetapi dapat juga melalui kontak langsung alat-
alat, handuk, dan juga melalui trasfusi darah.
STD ( Sexually Transmited Disease), bisa didefinisikan sebagai gangguan
keseimbangan yang bersifat luas mulai dari kondisi inflamasi minor sampai
penyakit yang bersipat mematikan, Infeksi dapat secara lokal maupun
sistemik, dapat disebabkan oleh jumlah patogen yang berbeda - beda seperti:
Virus, bakteri, jamur/fungi, protozoa dan ectoparasit.
Penyakit ini memberi ancaman terhadap banyak remaja yang saat ini tengah
menderita PMS tanpa menyadarinya dan terganggu oleh gejala-
gejalanya,namun tidak mencurigai ke arah PMS.
Beberapa jenis PMS akan merusak organ reproduksi dalam jika dibiarkan
tidak diobati sekalipun akan menimbulkan gejala seperti nyeri,gatal atau
keluanya cairan.Akhir-akhir ini terdapat peningkatan dan kejadian PMS di
tengah masyarakat, penyebabnya adalah semakin banyak remaja melakukan
kegiatan seksual tanpa memakai pelindung ( kondom ), semakin meluasnya
pengunaan pil anti hamil.
2.3 KLASIFIKASI PENYAKIT MENULAR SEKSUAL
Beberapa penyakit menular seksual
1. Gonore
Gonore adalah penyakit menular seksual yang disebabkan oleh
Neisseria Gonorrhoeae yang menginfeksi lapisan dalam uretra, leher
rahim, rektum dan tenggorokan atau bbagian putih mata (konjungtiva).
Gejalanya yaitu :
Pada pria, gejala awal biasanya timbul dalam waktu 2 – 7 hari setelah
terinfeksi. Gejalanya berawal sebagai rasa tidak enak pada uretra, yang
beberapa jam kemudian diikuti oleh nyeri ketika berkemih dan
keluarnya nanah dari penis. Penderita sering berkemih dan merasakan
desakan untuk berkemih, yang semakin memburuk ketika penyakit ini
menyabar ke uretra bagian atas. Lubang penis tampak merah dan
bengkak.
Pada wanita, gejala awal biasa timbul dalam waktu 7 – 21 hari setelah
terinfeksi. Penderita wanita seringkali tidak menunjukkan gejala selama
beberapa minggu atau bulan, dan tidak diketahui menderita penyakit ini
hanya setelah mitra seksualnya tertular. Jika timbul gejala, biasanya
bersifat ringan. Tetapi penderita menunjukkan gejala yang berat, seperti
desakan untuk berkemih, nyeri ketika berkemih, keluarnya cairan dari
vagina dan demam.
Komplikasi yaitu kadang menyebar melalui aliran darah ke 1 atau
beberapa sendi, dimana sendi menjadi bengkak dan sangat nyeri,
sehingga pergerakannya menjadi terbatas. Infeksi melalui aliran darah
juga bisa menyebabkan timbulnya bintik – bintik merah berisi nanah di
kulit, demam, rasa tidak enak badan atau nyeri di beberapa sendi yang
berpindah dari satu sendi ke sendi lainnya (sindroma artritis –
dermatitis).
Diagnosa ditegakkan berdasarkan hasil pemeriksaan mikroskopik
terhadap nanah, dimana ditemukan bakteri penyebab gonore. Jika pada
pemeriksaan mikroskopik tidak ditemukan bakteri, maka dilakukan
pembiakan dilaboratorium. Jika diduga terjadi infeksi tenggorokan atau
rektum, diambil contoh dari daerah ini da dibuat biakan.
Pengobatan, biasanya diobati dengan suntikan tunggal seftriakson
intramuskuler atau dengan pemberian antibiotik per-oral selama satu
minggu (biasanya diberikan doksisiklin). Jika gonore telah menyebar
melalui aliran darah, biasanya penderita dirwat di rumah sakit dan
mendapatkan antibiotik intrvena.
2. Sifilis
Sifilis adalah penyakit menular seksual yang disebabkan oleh
Treponema Pallidum. Bakteri ini masuk kedalam tubuh maniusia
melalui selaput lendir (vagina dan mulut) atau melalui kulit. Dalam
beberapa jam bakteri akan sampai ke kelenjar getah bening terdekat,
kemudin menyebar keseluruh tubuh melalui aliran darah. Sifilis juga
bisa menginfeksi janin selama dalam kandungan dan menyebabkan
cacat bawaan.
Gejala biasanya mulai timbul dalam waktu 1 – 13 minggu setelah
terinfeksi; rata – rata 3 – 4 minggu. Infeksi bisa menetap selama
bertahun – tahun dan jarang menyebabkan kerusakan jantung,
kerusakan otak maupun kematian.
Diagnosa ditegakkan berdasarkan gejala – gejalanya. Diagnosa pasti
ditegakkan berdasarkan hasil pemeriksaan laboratorium dan
pemeriksaan fisik.
Ada 2 jenis pemeriksaan darah yang digunakan :
1. Tes penyaringan : VDRL (Veneral disease research laboratory
) atau RPR (Rapid plasma reagin). Tes penyaringan ini mudah
dilakukan dan tidak mahal. Mungkin perlu dilakukan tes ulang karena
pada beberapa minggu pertama sifilis primer hasilnya bisa negatif.
2. Pemeriksaan antibiotik terhadap bakteri penyebab sifilis.
Pemeriksaan ini lebih akurat. Salah satu dari tes ini adalah tes FTA –
ABS (fluorescent treponema antibody absorption), yang digunakan
untuk memperkuat hasil tes penyaringan yang positif.
Pengobatan, antibiotik untuk semua fase sifilis biasanya adalah
suntikan penisillin.
• Untuk sifilis fase primer, suntikan diberikan melalui kedua
bokong, masing – masing satu kali
• Untuk sifilis fase sekunder, biasanya diberikan suntikan
tambahan dengan selang waktu 1 minggu.
3. Kondiloma Akuminata
Kondiloma akuminata merupakan kutil di dalam atau di sekeliling
vagina, penis, atau dubur, yang ditularkan melalui hubungan seksual.
Penyebab virus papilloma. Pada wanita virus papilloma tipe 16 dan 18
yang menyerang leher rahim tetapi tidak menyebabkan kutil pada alat
kelamin luar dan bisa menyebabkan kanker leher rahim. Virus tipe ini
dan virus papiloma lainnya bisa menyebabkan tumor intra-epitel pada
leher rahim (ditunjukkan dengan hasil pap-smear yang abnormal) atau
kanker pada vagina, vulva, dubur, penis, mulut, tenggorokan atau
kerongkongan.
Gejala, Kondiloma akuminata paling sering timbul di permukaan tubuh
yang hangat dan lembab. Pada pria, area yang sering terkena adalah
ujung dan batang penis dan dibawah kulit depannya (jika tidak disunat).
Pada wanita timbul divulva, dinding vagina, leher rahim (serviks) dan
kulit disekeliling vagina. Kondiloma akuminata juga bisa terjadi di
daerah sekeliling anus dan rektum, terutama pada pria homoseksual dan
wanita yang melakukan hubungan seksual melalui dubur. Biasanya
muncul dalam waktu 1 – 6 hari setelah terinfeksi, dimulai sebagai
pembengkakan kecil yang lembut, lembab, berwarna merah atau pink.
Mereka tumbuh dengan cepat dan bisa memiliki tangkai. Pada suatu
daerah seringkali tumbuh beberapa kutil dan permukaannya yang kasar
memebrikan gambaran seperti bunga kol.
Diagnosa ditegakkan berdasarkan gejala dan hasil pemeriksaan fisik.
Kutil yang menetap bisa diangkat melalui pembedahan dan diperiksa
dibawah mikroskop untuk meyakinkan bahwa itu bukan merupakan
suatu keganasan. Wanita yang memiliki kutil di leher rahimnya, harus
menjalani pemeriksaan pap-smear secara rutin.
Pengobatan, kutil pada alat kelamin luar bisa diangkat melalui laser,
krioterapi (pembekuan) atau pembedahan dengan bius lokal.
Pengobatan kimiawi, seperti podofilum resin atau racun yang
dimurnikanatau asam trikloroasetat, bisa dioleskan langsung pada kutil.
Tetapi pengobatan ini memerlukan waktu beberapa minggu sampai
beberapa bulan, bisa melukai kulit disekelilingnya dan sering gagal.
Kutil di uretra bisa diobati dengan obat anti kanker seperti tiotepa atau
florourasil.
4. HIV AIDS
Acquired Immunodeficiency Syndrome atau Acquired Immune
Deficiency Syndrome (AIDS) adalah sekumpulan gejala dan infeksi
(atau: sindrom) yang timbul karena rusaknya sistem kekebalan tubuh
manusia akibat infeksi virus HIV; atau infeksi virus-virus lain yang
mirip yang menyerang spesies lainnya (SIV, FIV, dan lain-
lain).Virusnya sendiri bernama Human Immunodeficiency Virus (HIV)
yaitu virus yang memperlemah kekebalan pada tubuh manusia. Orang
yang terkena virus ini akan menjadi rentan terhadap infeksi oportunistik
ataupun mudah terkena tumor. Meskipun penanganan yang telah ada
dapat memperlambat laju perkembangan virus, namun penyakit ini
belum benar-benar bisa disembuhkan.
Penyebab AIDS merupakan bentuk terparah atas akibat infeksi HIV.
HIV adalah retrovirus yang biasanya menyerang organ-organ vital
sistem kekebalan manusia, seperti sel T CD4+ (sejenis sel T),
makrofaga, dan sel dendritik. HIV merusak sel T CD4+ secara
langsung dan tidak langsung, padahal sel T CD4+ dibutuhkan agar
sistem kekebalan tubuh dapat berfungsi baik. Bila HIV telah
membunuh sel T CD4+ hingga jumlahnya menyusut hingga kurang dari
200 per mikroliter darah, maka kekebalan di tingkat sel akan hilang,
dan akibatnya ialah kondisi yang disebut AIDS. Infeksi akut HIV akan
berlanjut menjadi infeksi laten klinis, kemudian timbul gejala infeksi
HIV awal, dan akhirnya AIDS; yang diidentifikasi dengan memeriksa
jumlah sel T CD4+ di dalam darah serta adanya infeksi tertentu.
Penularan Seksual, Penularan (transmisi) HIV secara seksual terjadi
ketika ada kontak antara sekresi cairan vagina atau cairan preseminal
seseorang dengan rektum, alat kelamin, atau membran mukosa mulut
pasangannya. Hubungan seksual reseptif tanpa pelindung lebih berisiko
daripada hubungan seksual insertif tanpa pelindung, dan risiko
hubungan seks anal lebih besar daripada risiko hubungan seks biasa dan
seks oral. Seks oral tidak berarti tak berisiko karena HIV dapat masuk
melalui seks oral reseptif maupun insertif. Kekerasan seksual secara
umum meningkatkan risiko penularan HIV karena pelindung umumnya
tidak digunakan dan sering terjadi trauma fisik terhadap rongga vagina
yang memudahkan transmisi HIV.
Diagnosis, Sejak tanggal 5 Juni 1981, banyak definisi yang muncul
untuk pengawasan epidemiologi AIDS, seperti definisi Bangui dan
definisi World Health Organization tentang AIDS tahun 1994. Namun
demikian, kedua sistem tersebut sebenarnya ditujukan untuk
pemantauan epidemi dan bukan untuk penentuan tahapan klinis pasien,
karena definisi yang digunakan tidak sensitif ataupun spesifik. Di
negara-negara berkembang, sistem World Health Organization untuk
infeksi HIV digunakan dengan memakai data klinis dan laboratorium;
sementara di negara-negara maju digunakan sistem klasifikasi Centers
for Disease Control (CDC) Amerika Serikat
Pencegahan, Tiga jalur utama (rute) masuknya virus HIV ke dalam
tubuh ialah melalui hubungan seksual, persentuhan (paparan) dengan
cairan atau jaringan tubuh yang terinfeksi, serta dari ibu ke janin atau
bayi selama periode sekitar kelahiran (periode perinatal). Walaupun
HIV dapat ditemukan pada air liur, air mata dan urin orang yang
terinfeksi, namun tidak terdapat catatan kasus infeksi dikarenakan
cairan-cairan tersebut, dengan demikian risiko infeksinya secara umum
dapat diabaikan
5. Cangkroid
Cangkroid merupakan penyakit menukar seksual yang disebabkan oleh
Hemophilus ducreyi, dimana terjadi luka terbuka (ulkus, borok) pada
alat kelamin yang sifatnya menetap dan terasa nyeri.
Gejala mulai timbul dalam waktu 3-7 hari setelah terinfeksi. Lepuhan
kecil yang terasa nyyeri timbul dialat kelamin dan disekitar anus.
Lepuhan ini akan segera pecah dan membentuk luka terbuka yang
dangkal. Luka tersebut bisa membesar dan bergabung satu sama lain.
Diagnosa ditegakkan berdasarkan gejala dan hasil pemeriksaan fisik.
Contoh nanah diambil dan dibiakkan di laboratorium.
Pengobatan, diberikan suntikan antibiotik seftriakson atau eritromisin
setiap 6 jam selama 7 hari. Nanah dari kelenjar getah bening yang
membengkak bisa dikeluarkan dengan bantuan sebuah jarum.
Penderita diawasi minimal selama 3 bulan untuk memastikan bahwa
infeksi telah sembuh. Jika memungkinkan, mitra seksual juga diselidiki,
sehingga bisa diperiksa dan jika perlu, diobati.
Pencegahan, cangkroid adalah infeksi bakteri yang ditularkan melalui
hubungan seksual. Untuk mencegah penyebaran cangkroid, lakukanlah
hubungan seksual yang aman (menggunakan kondom atau tidak
bergonta ganti pasangan seksual).
6. Herpes Genitalis
Herpes genitalis adalah suatu penyakit menular seksual di daerah
kelamin, kulit di sekeliling rektum atau daerah di sekitrnya yang
disebabkan oleh virus herpes simpleks
Gejala awalnya mulai timbul pada hari ke 4-7 setelah terinfeksi. Gejala
awal biasanya berupa gatal, kesemutan dan sakit. Lalu akan muncul
bercak kemerahan yang kecil, yang diikuti oleh sekumpulan lepuhan
kecil yang terasa nyeri. Lepuhan ini pecah dan bergabung membentuk
luka yang melingkar. Luka yang terbentuk biasanya menimbulkan nyeri
dan berbentu keropeng. Luka akan membaik dalam waktu 10 hari tetapi
bisa meninggalkan jaringan parut.
Diagnosa ditegakkan berdasarkan gejala-gejalanya. Untuk memperkuat
diagnosa, diambil apusan dari luka dan dibiakkan di laboratorium.
Pemeriksaan darah bisa menunjukkan adanya antibodi terhadap virus.
Pengobatan, tidak ada pengobatan yang dapat menyembuhkan herpes
genitalis, tetapi pengobatan bisa memperpendek lamanya serangan.
Jumlah serangan bisa dikurangi dengan terus menerus mengkosumsi
obat anti-virus dosis rendah. Pengobatan akan efektif jika dimulai
sedini mungkin, biasanya 2 hari setelah timbulnya gejala.
7. Trikomoniasis
Trikomoniasis adalah suatu penyakit menular seksual pada vagina atau
uretra yang disebabkan oleh Trichomonas vaginalis.
Gejalanya, pada wanita penyakit ini biasanya dimualai dengan
keluarnya cairan dari vagina yang berbusa dan berwarna kuning
kehijauan. Pada pria, mengeluarkan cairan berbusa atau cairan seperti
nanah dari uretra, mengalami nyeri saat berkemih dan desakan
berkemih yang lebih sering. Gejala ini biasanya timbul pada pagi hari.
Diagnosa, pada wanita biasanya ditegakkan berdasarkan hasil
pemeriksaan mikroskopik terhadap contoh cairan vagina. Pada pria
dilakukan pemeriksaan mikroskopik terhadap sekret dari ujung penis
yang diambil pada pagi hari sebelum penderita berkemih dan sebagian
dibiakkan di laboratorium. Jika hasil pemeriksaan mikroskopik belum
meyakinkan, bisa dilakukan pembiakan air kemih.
Pengobatan, Metronodasol dosis tunggal per-oral bisa menyembuhkan
sampai 95% penderita. Karena efektifitas tunggal pada penderita pria
masih diragukan, maka kepada penderita pria obat ini biasanya
diberikan selama 7 hari.

2.3 ETIOLOGI PENYAKIT MENULAR SEKSUAL


Penyakit menular seksual dapat diklasifikasikan berdasarkan agen
penyebabnya, yakni:
a) Dari golongan bakteri, yakni Neisseria gonorrhoeae, Treponema
pallidum, Chlamydia trachomatis, Ureaplasma urealyticum,
Mycoplasma hominis, Gardnerella vaginalis, Salmonella sp, Shigella
sp, Campylobacter sp, Streptococcus group B, Mobiluncus sp.
b) Dari golongan protozoa, yakni Trichomonas vaginalis, Entamoeba
histolytica, Giardia lamblia,
c) Dari golongan virus, yakni Human Immunodeficiency Virus(tipe 1
dan
2), Herpes Simplex Virus (tipe 1 dan 2), Human papiloma Virus,
Cytomegalovirus, Epstein-barr virus, Molluscum contagiosum virus,
d) Dari golongan ektoparasit, yakni Phthirus pubis dan Sarcoptes
scabei.

2.4 PATOFISIOLOGI
Bila tidak diobati secara tepat, infeksi dapat menjalar dan menyebabkan
penderitaan, sakit berkepanjangan, kemandulan dan bahkan kematian. Wanita lebih
beresiko untuk terkena PMS lebih besar daripada laki-laki sebab mempunyai alat
reproduksi yang lebih rentan. Dan seringkali berakibat lebih parah karena gejala
awal tidak segera dikenali, sedangkan penyakit melanjut ke tahap lebih parah.
Oleh karena letak dan bentuk kelaminnya yang agak menonjol, gejala PMS pada
laki-laki lebih mudah dikenali, dilihat, dan dirasakan. Sedangkan pada perempuan
sebagian besar gejala yang timbul hampir tak dapat dirasakan.
Cara penularan Penyakit Menular Seksual ini terutama melalui hubungan seksual
yang tidak terlindungi, baik pervaginal, anal, maupun oral. Cara penularan lainnya
secara perinatal, yaitu dari ibu ke bayinya, baik selama kehamilan, saat kelahiran
ataupun setelah lahir. Bisa melalui transfuse darah atau kontak langsung dengan
cairan darah atau produk darah. Dan juga bisa melalui penggunaan pakaian dalam
atau handuk yang telah dipakai penderita Penyakit Menular Seksual(PMS).
Perilaku seks yang dapat mempermudah penularan PMS adalah :
1. Berhubungan seks yang tidak aman (tanpa menggunakan kondom).
2. Gonta-ganti pasangan seks.
3. Prostitusi.
4. Melakukan hubungan seks anal (dubur), perilaku ini akan menimbulkan luka
atau radang karena epitel mukosa anus relative tipis dan lebih mudah terluka
disbanding epitel dinding vagina.
5. Penggunaan pakaian dalam atau handunk yang telah dipakai penderita PMS.

2.5 PENATALAKSANAAN PENYAKIT MENULAR SEKSUAL


Anamnesis :
1.Keluhan dan gejala.
2.Riwayat perilaku seksual :
a. pasangan seksual lebih dari 1 (resti + bila ya dlm 1 bln terakhir)
b. hubungan seksual dg pekerja seksual wanita/pria (resti + dlm 1 bln terakhir)
c. menderita 1 atau lbh episode PMS dlm 1 thn terakhir (risti + dalam 1 tahun
terakhir)
d. pekerjaan istri/suami berisiko tinggi

3.Riwayat pengobatan sebelumnya


4.Riwayat alergi obat

B.Pemeriksaan fisik :

a. Inspeksi genital eksternal (erosi, ulkus, vesikel dll).

b. Pemeriksaan kelenjar getah bening ada pembesaran atau tidak.

c. Pemeriksaan pria : Lihat adakah duh tubuh, bila tidak urut uretra pasien.
Caranya pasien menahan kencing selama 3 jam.

d. Pemeriksaan wanita : Masukkan spekulum, periksa dinding vagina dan


serviks untuk melihat tanda-tanda radang, duh tubuh, erosi atau lesi lain.

C.Pemeriksaan laboratorium

Pemeriksaan pria : Pengambilan bahan pemeriksaan, caranya bersihkan meatus


eksterna dg kapas, kemudian masukkan osse/sengkelit atau lidi kapas (kedalaman 2
cm) dan usapkan di dalam uretra. Apuskan bahan pada gelas objek untuk
pewarnaan Gram. Dibaca dengan mikroskop cahaya. -
Pemeriksaan wanita : pengambilan bahan vagina, untuk sediaan basah dan
pewarnaan Gram, caranya bersihkan dulu mulut serviks dengan kassa steril,
kemudian ambil bahan dari serviks. Apuskan bahan pada gelas objek untuk
pewarnaan Gram. Dibaca dg mikroskop cahaya. -

Pemeriksaan laboratorium khusus : ulkus ............. mikroskop lap gelap, tes


serologi utk sifilis berupa VDRL kuantitatif dan TPHA, pemeriksaan Una Ducreyi.
Pemeriksaan duh tubuh lanjut (kultur dan sensitivitas), ELISA (Chlamydia
trachomatis) dan Mycoplama(Mycoplast) -

D. Pengobatan Pengobatan lengkap dan efektiv, bila ditemukan lebih dari 1


sindrom utk penatalaksanaannya perlu dirujuk.

E. Pencegahan dan pendidikan Pendidikan :


1. Bahaya PMS termasuk komplikasi (terutama HIV).
2. Pentingnya mematuhi pengobatan

Asuhan Keperawatan Penyakit Menular Seksual

a) Pengkajian

Pria yang menderita Penyakit Menular Seksual mungkin tidak


menampakkan gejala pada stadium awal infeksi. Meski demikian, pemeriksaan
fisik dapat memperlihatkan tanda-tanda infeksi, seperti peningkatan suhu tubuh
dan frekuensi denyut jantung. Kulit diperiksa untuk mengetahui adanya
kemerahan, lesi, dan tanda bekas penggunaan obat per IV (periksa adanya bekas
tusukan jarum pada kedua lengan bawah, tungkai, dan kaki). Pemeriksaan
abdomen dan panggul dapat mengungkapkan adanya nyeri tekan pada palpasi,
eritema dan edema

Resiko tertular PMS meningkat jika pria mempunyai banyak pasangan


seksual, pasanagn yang menggunakan obat-obatan terlarang atau pasangan
biseksual dan jika pria adalah seorang pengguna obat-obatan intravena. Riwayat
PMS juga meningkatkan resiko tertular. Jenis dan lama penatalaksanaan sanagt
penting dalam mengatasi keluhan atau mengkaji kekambuhan atau
ketidakmanjuran terapi.
Diagnosa
Nyeri berhubungan dengan reaksi infalamasi/infeksi

Tujuan perawatan : nyeri berkurang atau hilang KH: Setelah dilakukan tindakan
keperawatan, klien akan:
 Mengenali faktor penyebab
 Menggunakan metode pencegahan non analgetik untuk mengurangi nyeri
 Menggunakan analgetik sesuai kebutuhan
 Melaporkan nyeri yang sudah terkontrol

Intervensi Keperawatan :
a. Kaji secara komprehensif tentang nyeri meliputi lokasi, karakteristik, dan
onset, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas/beratnya nyeri, dan faktor-
faktor presipitasi.
b. Observasi isyarat-isyarat non verbal dari ketidaknyamanan, khususnya
ketidakmampuan untuk komunikasi secara efektif.
c. Gunakan komunikasi terapeutik agar klien dapat mengekspresikan nyeri
d. Berikan dukungan terhadap klien dan keluarga
e. Kolaborasi dalam pemberikan analgesik sesuai anjuran

KESIMPULAN
PMS biasanya ditularkan dari satu orang kepada orang lainnya melalui hubungan
heteroseksual, homoseksual atau kontak intim melalui genitalia, mulut atau
rectum.Beberapa penyakit menular seksual yang dibahas didalam makalah ini
mencangkup Gonorhea, Syiphillis, Herpes genital dan HIV /AIDS
Didalam makalah dijelaskan penyebab dan tanda-tanda atau gejala dan penyakit
menular seksual antara lain pengeluaran cairan yang tidak normal dan saluran
kencing atau liang senggama (berbau amis, keputihan yang banyak sekali) rasa
nyeri atau sakit pada saat kencing atau saat berhubungan seksual, lecet, luka kecil
yang disertai dengan pembengkakan kelenjar getah bening,dll.Adapun pencegahan
atau penanggulangan PMS tergantung dari jenis-jenis PMS yang dijelaskan.
DAFTAR PUSTAKA

http://makalahkesehatanraze.blogspot.co.id/2014/07/makalah-
pms.html
http://misrawati-misrawati.blogspot.co.id/2011/12/penyakit-menular-
seksual_6699.html
https://www.scribd.com/doc/275803389/Pedoman-Penatalaksanaan-
Penyakit-Menular-Seksual

Anda mungkin juga menyukai