Anda di halaman 1dari 5

PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN SEBAGAI MATA

KULIAH PENGEMBANGAN KEPRIBADIAN

Pendahuluan
Keberadaan Pendidikan Kewarganegaraan sebagai Mata Kuliah
Pengembangan Kepribadian (MPK) ditetapkan melalui: (1) Kepmendiknas
No. 232/U/2000, tentang Pedoman Penyusunan Kurikulum Pendidikan
Tinggi dan Penilaian Hasil Belajar Mahasiswa, menetapkan bahwa
Pendidikan Agama, Pendidikan Pancasila dan Pendidikan
Kewarganegaraan merupakan kelompok Mata Kuliah Pengembangan
Kepribadian yang wajib diberikan dalam kurikulum setiap program
studi/kelompok program studi. (2) Kepmendiknas No.045/U/2002
tentang Kurikulum Inti Pendidikan Tinggi menetapkan bahwa Pendidikan
Agama, Pendidikan Pancasila, dan Pendidikan Kewarganegaraan
merupakan kelompok Mata Kuliah Pegembangan Kepribadian yang wajib
diberikan. Beban studi untuk Mata Kuliah Pendidikan Agama,
Kewarganegaraan dan Bahasa masing-masing sebanyak 3 sks.
MPK adalah suatu program pendidikan nilai yang dilaksanakan melalui
proses pembelajaran di Perguruan Tinggi sebagai model pengembangan
jati diri dan kepribadian mahasiswa.

A. Latar Belakang Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan

1.perubahan pendidikan ke masa depan


dalam konferensi internasioanl tentang pendidikan tinggi yang
diselenggarakan UNESCO di Paris tahun 1998 menyepakati bahwa
perubahan pendidikan tinggi masa depan bertolak dari pandangan bahwa
tanggungjawab pendidikan adalah; (1) Tidak hanya meneruskan nilai-
nilai, mentransfer ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni, tetapi juga
melahirkan warganegara yang berkesadaran tinggi tentang bangsa dan
kemanusiaan; (2) Mempersiapkan tenaga kerja masa depan yang
produktif dalam konteks yang dinamis; (3) Mengubah cara berfikir, sikap
hidup, dan perilaku berkarya individu maupun kelompok masyarakat
dalam rangka memprakarsai perubahan sosial yang diperlukan serta
mendorong perubahan ke arah kemajuan yang adil dan bebas
Agar Indonesia tidak tertinggal dari bangsa-bangsa lain maka Pendidikan
nasional Indonesia perlu dikembangkan searah dengan perubahan
pendidikan ke masa depan. Pendidikan nasional memiliki fungsi strategis
yaitu “mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta
peradaban bangsa yang bermanfaat dalam rangka mencerdaskan
kehidupan bangsa”
2. Dinamika Internal Bangsa Indonesia
Dalam kurun dasa warsa terakhir ini, Indonesia mengalami percepatan
perubahan yang luar biasa. Misalnya, loncatan demokratisasi, transparansi
yang hampir membuat tak ada lagi batas kerahasiaan di negara kita,
bahkan untuk hal-hal yang seharusnya dirahasiakan. Liberalisasi
bersamaan dengan demokratisasi di bidang politik, melahirkan sistem
multi partai yang cenderung tidak efektif, pemilihan presiden – wakil
presiden secara langsung yang belum diimbangi kesiapan infrastruktur
sosial berupa kesiapan mental elit politik dan masyarakat yang kondusif
bagi terciptanya demokrasi yang bermartabat.

3. Tujuan Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan


Pendidikan Kewarganegaraan dilakukan oleh hampir seluruh bangsa
di dunia, dengan menggunakan nama seperti: civic education,
citizenship education, democracy education. PKn memiliki peran
strategis dalam mempersiapkan warganegara yang cerdas,
bertanggungjawab jawab dan beerkeadaban. Menurut rumusan Civic
International (1995) bahwa “pendidikan demokrasi penting bagi
pertumbuhan “civic culture” untuk keberhasilan pengembangan dan
pemeliharaan pemerintahan, inilah satu tujuan penting pendidikan
“civic” maupun citizenship” untuk mengatasi political apatism
demokrasi (Azyumadi Azra, 2002 : 12 ). Semua negara yang formal
menganut demokrasi menerapkan Pendidikan Kewarganegaraan
dengan muatan, demokrasi, rule of law, HAM, dan perdamaian, dan
selalu mengaitkan dengan kondisi situasional negara dan bangsa
masing-masing
Pendidikan Kewarganegaraan di Indonesia semestinya menjadi
tanggungjawab semua pihak atau komponen bangsa, pemerintah,
lembaga masyarakat, lembaga keagamaan dan msyarakat industri
(Hamdan Mansoer, 2004: 4)
Pancasila sebagai Nilai Dasar PKn untuk Berkarya Bagi Lulusan PT.

Pengertian nilai dasar harus difahami bahwa nilai nilai Pancasila harus
dijadikan sebagai pedoman dan sumber orientasi pengembangan
kekaryaan setiap lulusan PT. Peran nilai-nilai dalam setiap Sila
Pancasila adalah sebagai berikut.
1. Nilai Ketuhanan dalam Sila Ketuhanan YME :
melengkapi ilmu pengetahuan menciptakan
perimbangan antara yang rasional dan irasional,
antara rasa dan akal. Sila ini menempatkan manusia
dalam alam sebagai bagiannya dan bukan pusatnya.
Faham nilai ketuhanan dalam Sila Ketuhanan YME,
tidak memberikan ruang bagi faham ateisme,
fundamentalisme dan ekstrimisme keagamaan,
sekularisme keilmuan, antroposentrisme dan
kosmosentrisme.

2. NIlai Kemanusiaan dalam Sila Kemanusiaan yang adil


dan beradab: memberi arah dan mengendalikan ilmu
pengetahuan. Pengembangan ilmu harus didasarkan
pada tujuan awal ditemukan ilmu atau fungsinya
semula, yaitu untuk mencerdaskan,
mensejahterakan, dan
memartabatkan manusia, ilmu tidak hanya untuk
kelompok, lapisan tertentu.

3. Nilai Persatuan dalam Sila Persatuan Indonesia:


mengkomplementasikan universalisme dalam sila-sila
yang lain, sehingga supra sistem tidak mengabaikan
sistem dan sub sistem. Solidaritas dalam subsistem
sangat penting untuk kelangsungan keseluruhan
individualitas, tetapi tidak mengganggu integrasi. Nilai
Persatuan dalam Sila Persatuan Indonesia sesnsinya
adalah pengakuan kebhinnekaan dalam kesatuan:
koeksistensi, kohesivitas, kesetaraan, kekeluargaan,
dan supremasi hukum.

4. Nilai Kerakyatan dalam Sila kerakyatan yang dipimpin


oleh hikmah kebijaksanaan dalam permusyawaratan /
perwakilan, mengimbangi otodinamika ilmu
pengetahuan dan teknologi berevolusi sendiri dengan
leluasa. Eksperimentasi penerapan dan penyebaran
ilmu pengetahuan harus demokratis dapat
dimusyawarahkan secara perwakilan, sejak dari
kebijakan, penelitian sampai penerapan masal. Nilai
Kerakyatan dalam Sila 4 ini esensinya adalah
menjunjung tinggi nilai-nilai demokrasi yang
berkeadaban. Tidak memberi ruang bagi faham
egoisme keilmuan ( puritanisme, otonomi keilmuan),
liberalisme dan individualsime dalam kontek kehidupan.

5. Nilai Keadilan dalam Sila keadilan sosial bagi seluruh


rakyat Indonesia, menekankan ketiga keadilan
Aristoteles: keadilan distributif, keadilan kontributif,
dan keadilan komutatif. Keadilan sosial juga menjaga
keseimbangan antara kepentingan individu dan
masyarakat, karena kepentingan individu tidak boleh
terinjak oleh kepentingan semu. Individualitas
merupakan landasan yang memungkinkan timbulnya
kreativitas dan inovasi.

Kelima dasar nilai tersebut sebagai pedoman dan sumber orientasi


dalam penyusunan dan pengembangan substansi kajian pendidikan,
Kewarganegaraan di Perguruan Tinggi

Anda mungkin juga menyukai