Anda di halaman 1dari 12

KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah Tuhan semesta alam atas rahmat dan hidayah-Nya, sehingga Saya
dapat menyelesaikan tugas mandiri pada mata kuliah Akuntansi Keuangan Lanjutan 1. Yang
membahas tentang “Penjualan Angsuran”.

Shalawat serta salam sejahtera semoga senantiasa terlimpahkan kehadirat junjungan Nabi
besar Muhammad SAW beserta seluruh keluarganya dan para sahabatnya serta para pengikutnya
hingga akhir zaman.

Tersusunnya makalah ini berkat usaha saya, dalam pemenuhan tugas mandiri pada mata
kuliah Akuntansi Keuangan Lanjutan 1. Saya menyadari masih banyak kekurangan dalam pembuatan
makalah ini, oleh karena itu saya mengharapkan saran dan kritiknya agar demi kesempurnaan
makalah yang saya buat selanjutnya.

Semoga makalah yang saya buat bermanfaat bagi saya khususnya dan para pembacanya.

Luwuk,05 Oktober 2017

Rahmawati Putri Umar

1
DAFTAR ISI

Halaman Judul
Kata Pengantar............................................................................................................................... 1
Daftar Isi ......................................................................................................................................... 2

BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang................................................................................................................... 3
B. Rumusan Masalah ............................................................................................................. 3

BAB II. PEMBAHASAN


A. Pengertian Penjualan Angsuran........................................................................................ 4
B. Bentuk-bentuk Penjualan Angsuran ................................................................................. 4
C. Metode Penetapan Laba kotor pada penjualan angsuran ............................................... 5
D. Metode Cicilan .................................................................................................................. 7
E. Pencatatan Transaksi Barang bergerak dan tak bergerak ............................................... 7
F. Tukar tambah dan pembatalan kontrak kepemilikan penjualan angsuran ...................... 8
G. Perhitungan bunga penjualan angsuran ........................................................................... 8
H. Penyajian laporan keuangan penjualan angsuran .......................................................... 10

BAB III. PENUTUP


A. Kesimpulan...................................................................................................................... 11
B. Saran ............................................................................................................................... 11

Daftar Pustaka.............................................................................................................................. 12

2
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Penjualan merupakan salah satu kegiatan yang sangat penting bagi suatu perusahaan,
karena dengan adanya penjualan berarti baik secara langsung maupun tidak langsung
perusahaan akan menerima suatu pendapatan. Secara langsung pendapatan akan diterima
untuk perusahaan bila penjualan dilakukan secara tunai atau kas, dan secara tidak langsung
pendapatan akan diterima apabila perusahaan melakukan penjualan secara kredit atau
angsuran dank arena penjualan tersebut perusahaan akan mempunyai tagihan kepada
kreditur. Oleh karena itu untuk mmaksimalkan pendapatan, perusahaan membutuhkan
sebuah metode yang tepat.
Dalam kegiatan penjualan dikenal dua macam pembayaran, yaitu dengan cara
pembayaran tunai (cash payment) dan pembayaran angsuran (installment payment). Salah
satu sistem penjualan yang banyak diterapkan pada perkembangan sekarang ini adalah
pembayaran pertama oleh konsumen disebut uang muka (down payment). Besarnya uang
muka yang akan dibayar oleh konsumen dtetapkan berdasarkan kesepakatan antara pihak
penjual dan konsumen dalam melaksanakan transaksinya.
Ada beberapa alasan yang menyebabkan perusahaan melakukan kebijakan untuk
menerapkan sistem penjualan angsuran, antara lain perekonomian yang kurang baik
mengakibatkan rendahnya daya beli masyarakat untuk melakukan pembelian secara cash
atau tunai. Semakin banyaknya perusahaan yang memproduksi barang sejenis sehingga
mengakibatkan persaingan antar peusahaan, usaha perusahaan untuk mencapai target
penjualan atau meningkatkan volume penjualan dengan laba yang maksimum.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari Penjualan Angsuran
2. Bagaimana bentuk-bentuk perjanjian penjualan angsuran?
3. Bagaimana metode penetapan laba kotor pada penjualan angsuran?
4. Bagaimana metode cicilan dalam penjualan angsuran?
5. Bagaimana pencatatan transaksi penjualan angsuran untuk Barang bergerak dan Barang
tak bergerak?
6. Apa yang harus dilakukan jika terjadi tukar tambah dan pembatalan kontrak dalam
penjualan angsuran?
7. Bagaimana perhitungan bunga pada penjualan angsuran?
8. Bagaimana penyajian laporan keuangan penjualan angsuran?

3
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Penjualan Angsuran


Penjualan angsuran adalah penjualan yang dilakukan dengan perjanjian dimana dengan
pembayaranya dilaksanakan secara bertahap, yaitu :
1. Pada saat barang- barang diserahkan kepada pembeli, penjual menerima pembayaran
pertama sebagian dari harta penjualan (diberikan down payment).
2. Sisanya dibayar dengan beberapa kali angsuran.
Penjualan angsuran yaitu penjualan harta benda tak bergerak yang sering kali dilakukan
berdasarkan rencana pembayaran yang ditangguhkan, dimana pihak penjualan menerima
uang muka (down payment) dan sisanya dalam bentuk pembayaran angsuran. (Allan Drebin,
1996;121)
Penjualan angsuran adalah penjualan yang pembayarannya diterima dalam beberapa
kali angsuran periodik selama jangka waktu beberapa bulan atau tahun. (Dewi Ratnaningsih,
1993;123).
Rencana pembayaran angsuran seperti ini telah digunakan secara luas oleh penjual harta
benda tak bergerak pribadi dan orang-orang yang menjual jasa pribadi. Rencana
pembayaran angsuran ini bisanya menyangkut penjualan yang berkisar dari kendaraan
mobil, motor, sampai air travel.

B. Bentuk – bentuk penjualan angsuran


Untuk melindungi kepentingan penjual dari kemungkinan tidak ditepatinya kewajiban-
kewajiban oleh phak pembeli, maka terdapat beberapa perjanjian angsuran-angsuran, yaitu
:
a. Perjanjian penjualan bersyarat, dimana barang-barang telah diserahkan tetapi hak atas
barang-barang masih berada ditangan penjual sampai seluruh pembayaran lunas.
b. Pada saat perjanjian ditanda tangani dan pembayaran pertamanya telah dilakukan, hak
milik dapat diserahkan kepada pembeli tetapi dengan menggadaikan atau
menghipotikan untuk bagian harga penjualan yang belum dibayar pembeli.
c. Hak milik atas barang-barang untuk sementara diserahkan kepada badan ‘’Trust”
(Truste) sampai pembayaran lunas oleh pembeli, baru truste menyerahkan hak atas
barang-barang itu kepada pembeli.
d. Beli-sewa (Lease-Purchase), dimana barang-barang yang telah diserahkan kepada
pembeli, pembayaran angsuran dianggap sewa sampai harga dalam kontrak telah
dibayar lunas, baru setelah hak milik pindah kepada pembeli.

Penjualan angsuran dengan bentuk-bentuk perjanjian tersebut diatas biasanya


digunakan untuk barang-barang tidak bergerak seperti gedung, tanah, dan aktiva tahan lama
lainya. Untuk penjualan barang-barang bergerak biasanya penjualan angsuran dilaksnakan
dilaksanakan dengan perjanjian-perjanjian tertentu antara penjual dan pembeli dengan
syarat-syarat dan jaminan yang saling menguntungkan, khususnya dari pihak penjual tidak
akan dirugikan terlalu besar apabila tidak dipenuhinya kewajiban-kewajiban oleh pembeli.

4
C. Metode penetapan laba kotor pada penjualan angsuran
Untuk menghitung laba kotor dalam penjualan angsuran pada prakteknya dapat dilakukan
dengan dua metode, yaitu :

1. Pengakuan Laba Kotor pada saat terjadinya penjualan angsuran.


Dalam metode ini seluruh laba kotor diakui pada saat terjadinya penjualan angsuran,
atau dengan kata lain sama seperti penjualan pada umumnya yang ditandai oleh
timbulnya piutang/tagihan kepada pelanggan. Apabila prosedur demikian diikuti maka
sebagai konsekuensinya pengakuan terhadap biaya-biaya yang berhubungan dam dapat
diidentifikasikan dengan pendapatan-pendapatan yang bersangkutan harus pula
dilakukan.
Beban untuk pendapatan dalam periode yang bersangkutan harus meliputi biaya-
biaya yang diperkirakan akan terjadi dalam hubungannya dengan pengumpulan piutang
atas kontrak penjualan angsuran, kemungkinan tidak dapatnya piutang itu direalisasikan
maupun kemungkinan rugi sebagai akibat pembatalan kontrak. Terhadap biaya yang
ditaksir itu biasanya dibentuk suatu rekening Cadangan Kerugian Piutang.
Jika barang tidak bergerak dijual secara angsuran, perusahaan akan mendebit
piutang usaha angsuran dan mengkredit perkiraan aktiva yang bersangkutan serta
mengkredit pula laba atas penjualan aktiva tersebut.

Jurnalnya adalah:
Piutang usaha angsuran xxxxxx
Aktiva tak gerak xxxxxx
Laba atas penjualan aktiva tak gerak xxxxxx

Pada metode ini memakai asumsi bahwa seluruh beban sehubungan dengan
penjualan angsuran terjadi pada periode yang sama dengan penjualannya. Mengenai
beban pada periode berikutnya, yaitu misalnya beban tidak tertagihnya piutang dan lain
sebagainya, harus diestimasi pada periode terjadinya penjualan nagsuran yaitu dengan
mendebit perkiraan beban dan mengkredit perkiraan penilaian asset seperti penyisihan
biaya penjualan angsuran dan penyisihan piutang angsuran.

Jurnalnya adalah:
Beban usaha xxxxxx
Penyisihan piutang angsuran xxxxxx

Jika pada periode berikutnya penjualan nagsuran tersebut terjadi, perkiraan


penyisihan tersebut akan didebit, dan kas yang dikeluarkan serta saldo piutang usaha
yang tidak tertagih akan dikredit.

Jurnalnya adalah:
Penyisihan piutang angsuran xxxxxx
Kas xxxxxx
Piutang usaha angsuran xxxxxx

5
2. Pengakuan Laba kotor sejalan dengan realisasi penerimaan kas
Dalam metode ini laba kotor diakui sesuai dengan realisasi penerimaan kas dari
penjualan angsuran yang diterima pada periode akuntansi yang bersangkutan. Prosedur
yang menghubungkan tingkat keuntungan dengan realisasi penerimaan angsuran pada
perjanjian penjualan angsuran adalah:
1. Penerimaan pembayaran pertama dicatat sebagai pengembalian harga pokok (Cost)
dari barang-barang yang dijual atau service yang diserahkan, sesudah seluruh harga
pokok (Cost) kembali, maka penerimaan-penerimaan selanjutnya baru dicatat
sebagai keuntungan. Prosedur ini dianggap sangat konservatif. Dapat didukung jika
timbul keraguan mengenai nilai yang dapat diperoleh kembali, baik yang berkaitan
dengan saldo atau sisa kontrak cicilan maupun yang berkaitan dengan barang-
barang yang terkena pemilikan kembali.
2. Penerimaan pembayaran pertama dicatat sebagai realisasi keuntungan yang
diperoleh sesuai dengan kontrak penjualan; sesudah seluruh keuntungan yang ada
terpenuhi, maka penerimaan-penerimaan selanjutnya dicatat sebagai pengumpulan
kembali atau pengembalian harga pokok (Cost).
3. Setiap penerimaan pembayaran yang sesuai dengan perjanjian dicatat baik sebagai
pengembalian harga pokok (Cost) maupun sebagai realisasi keuntungan di dalam
perbandingan yang sesuai dengan posisi harga pokok dan keuntungan yang terjadi
pada saat perjanjian penjualan angsuran ditandatangani. Di dalam hal ini
keuntungan akan selalu sejalan dengan tingkat pembayaran angsuran selama jangka
perjanjian.
Metode ini memberikan kemungkinan untuk mengakui, keuntungan prosporsional
dengan tingkat penerimaan pembayaran angsuran. Di dalam akuntansi prosedur
demikian dikenal dengan metode angsuran atau dasar angsuran (installment method or
installment basis).
Pada metode ini jika harta tak gerak (bukan barang dagang) dijual secara angsuran,
perusahaan akan mendebit perkiraan piutang usaha angsuran dan mengkredit harta
yang bersangkutan serta mengkredit laba kotor yang ditangguhkan (yang belum
direalisasi).

Jurnalnya adalah:
Piutang usaha angsuran xxxxxx
Aktiva Tetap xxxxxx
Laba kotor yang ditangguhkan (yang belum direalisasi) xxxxxx

Mengenai penagihan piutang usaha angsuran tersebut akan dicatat dengan mendebit
perkiraan kas dan mengkredit perkiraan piutang usaha

Jurnalnya adalah:
Kas xxxxxx
Piutang usaha angsuran xxxxxx

Selanjutnya pada akhir periode, saat dilakukan jurnal penyesuaian akan dicatat sbb:

Jurnalnya adalah:
Laba kotor yang belum direalisasi xxxxxx
Laba kotor yang direalisasi xxxxxx

6
Laba kotor yang belum direalisasi adalah selisih antara penjualan angsuran dengan harga
pokoknya. Laba kotor yang berlum direalisasi akan direalisasi pada saat penerimaan
piutang usaha angsuran yaitu dengan mengalikan presentase laba kotor dengan kas
yang diterima dari piutang usaha angsuran tersebut. Untuk menghitung presentase laba
kotor yaitu dengan membagi laba kotor yang belum dieralisasi dengan penjualan
angsuran yang bersangkutan dan hasilnya dikalikan 100%.

Laba kotor ditangguhkan = Penjualan – HPP (Harga Pokok Penjualan)


% Laba kotor = (Laba kotor yang belum direalisasi : Penjualan angsuran) x 100%

D. Metode cicilan dalam penjualan angsuran


Pada penggunaan metode cicilan dalam perkiraan , maka selisih antara harga jual
kontrak dengan harga pokok penjualan dicatat sebagai laba kotor yang ditangguhkan. Saldo
ini ditetapkan sebagai pendapatan yang secara berkala membandingkan periode penagihan
uang kas terhadap harga jual. Penagihan laba kotor, pada dasarnya menyatakan
penangguhan hasil penjualan yang disertai dengan pangguhan harga pokok penjualan, yang
berkaitan dengan hasil penjualan seperti itu. Penangguhan laba kotor dapat menyatakan
penangguhan biaya yang dikeluarkan dalam promosi penjualan cicilan.
Walaupun biaya barang dagangan dipandang sebagai nilai aktiva yang dapat
dikompensasi untuk tahun berikutnya, namun biaya penjualan dan administrasi secara
umum tidak dapat dibuat untuk nilai seperti itu. Kesulitan yang serius akan kita jumpai
dalam memilih biaya yang harus ditangguhkan dan dalam menentukan prosedur
pembebanan yang harus ditempuh dalam penggunaan penangguhan tersebut.
Metode cicilan yang melaporkan laba kotor dapat digunakan untuk tujuan pajak
penghasilan dalam harta benda tidak bergerak pribadi oleh agen-agen penjual secara teratur
melakukan rencana penjualan cicilan. Wajib pajak yang menerima pembayaran yang rendah
setelah pajak untuk tahun dimana penjualan itu terjadi dapat menggunakan metode dalam
melaporkan kasual harta benda tak bergerak pribadi yang keuntungan atas penjualan yang
lain daripada persediaan dan atas penjualan atau penempatan harta benda tak bergerak
nyata, biayanya tidak dapat ditangguhkan untuk tujuan pajak.

E. Penjualan angsuran untuk Barang tak bergerak dan Barang bergerak


 Penjualan Angsuran untuk Barang-Barang Bergerak
Dalam pencatatan transaksi-transaksi penjualan perlu untuk membedakan antara
penjualan regular ( regular sales ) dan penjualan angsuran ( installment sales ). Hal ini
sangat penting bagi data untuk perhitungan laba kotor yang diakui sebagai hasil
penerimaan pembayaran piutang dari penjualan angsuran.
Metode yang digunakan dalam pencatatan penjualan barang-barang bergerak adalah :
1. Metode Periodik
Harga pokok penjualan dicatat pada akhir periode sedangkan pembelian tidak
langsung dicatat ke rekening persediaan. Begitu juga dalam penjualan barang
rekening pesediaan tidak dicatat dalam kredit.
2. Metode Perpetual
Harga pokok penjualan baik penjualan regular maupun angsuran harus disusun
secara up to date. Rekening harga pkok penjualan regular atau angsuran didebet
dan rekening persediaan barang dagangan dikredit.

7
 Penjualan Angsuran untuk Barang - Barang Tak Bergerak
Di dalam metode angsuran atau dasar angsuran ( installment method or installment
basis ) yaitu setiap penerimaan pembayaran yang sesuai dengan perjanjian dicatat baik
sebagai pengembalian harga pokok ( cost ) maupun sebagai realisasi keuntungan di
dalam perbandingan yang sesuai dengan posisi harga pokok dan keuntungan yang
terjadi pada saat perjanjian penjualan angsuran ditandatangani. Di dalam hal ini
keuntungan akan selalu sejalan dengan tingkat pembayaran angsuran selama jangka
pembayaran. Metode ini memberikan kemungkinan untuk mengakui, keuntungan
proporsional dengan tingkat penerimaan pembayaran angsuran.
Untuk itu, Di dalam metode angsuran ( installment method ) yang berdasarkan
pengertian di atas, perbedaan antara harga penjualan ( dalam kontrak ) dengan harga
pokoknya ( cost ) dicatat sebagai “Laba Kotor Yang Belum Direalisasi” ( Unrealized gross
profit ).

F. Tukar tambah (Trade In) dan Pembatalan Kontrak dalam Perjanjian Angsuran
 Pertukaran (Trade In) di dalam penjualan Angsuran
Pertukaran yang dimaksud adalah apabila penjual menyerahkan barang baru dengan
perjanjian angsuran, sedangkan pembayaran pertama pembeli dengan barang barang
bekas. Barang bekas tersebut dinilai atas dasar perjanjian yang telah disepakati oleh dua
pihak. Dalam hal ini barang-barang yagn telah diterima harus dicatat sebesar harga
penilaian, yagn dianggap sebagai cost ( estimated cost ) dan harga barang harus
menurut dari harga tawar-menawar dalam perjanjian, bukan merupakan cost tapi
pertukaran.
 Pembatalan kontrak dan Kepemilikan Kembali
Dalam hal ini apabila pembeli tidak dapat memenuhi pembayaran sebagaimana yang
tertera di surat perjajian pembelian angsuran maka barang akan ditarik kembali oleh
penjual. Terjadi hal seperti ini,maka beberapa hal yang perlu dilakukan untuk
pembukuan bagi pemilik atau penjual, antara lain :
 Pencatatan pemilikan kembali barang dagangan
 Menghapuskan saldo piutang penjualan angsuran atas barang tersebut
 Menghapuskan Saldo Laba kotor yang belum direalisasi atas penjualan angsuran
yang bersangkutan
 Pencatatan kerugian atau keuntungan karena pemilikan kembali barang.

G. Perhitungan Bunga pada Penjualan Angsuran


Kontrak penjualan angsuran sering menetapkan beban untuk bunga atas saldo yang
terhutang, bunga ini biasanya dibayar bersama-sama dengan pembayaran angsuran atas
harga kontrak. Kebijaksanaan untuk pembayaran bunga periodik pada umumnya mengambil
salah satu dari bentuk sebagai berikut:
1. Bunga diperhitungkan dari sisa harga kontrak selama jangka waktu angsuran. Cara
semacam ini sering disebut sebagai “Long End Interest. Bunga yang dibebankan pada
setiap kali angsuran dihitung dari saldo pokok pinjaman awal periode tersebut. Dan
bunga yang dibayar setiap periode semakin lama semakin rendah atau kecil, sesuai
dengan semakin kecilnya saldo pinjaman penjualan angsuran.Maka dalam menentukan
besarnya bunga, dapat diperhitungkan dengan rumus dibawah ini.
Rumus :

Bunga per periode = Bunga per tahun x 1/ lama angsuran x Sisa harga
kontrak

8
2. Bunga diperhitungkan atas masing-masing angsuran yang harus dibayar,dari tanggal
kontrak penjualan angsuran ditandatangani sampai tanggal pembayaran angsuran. Cara
ini disebut bunga jangka pendek “Short End Interest”.
Rumus :

Bunga Per Periode = Bunga Per Tahun x 1/ Lama Angsuran x Akumulasi


Angsuran

3. Pembayaran periodik dalam jumlah yang sama dan menyatakan bunga atas saldo pokok
yang terhutang antara periode angsuran, sisanya merupakan pengurangan dalam saldo
pokok. Metode ini disebut juga “metode annuitet” yaitu pembayaran angsuran periodic
yang dilakukan dalam jumlah yang sama , dan didalamnya sudah diperhitungkan adanya
pembayaran bunga atas sisa harga kontrak dan angsuran sisa harga kontrak itu sendiri
selama jangka waktu perjanjian. Oleh karena itu, bunga yang dibebankankan semakin
lama akan semakin besar.
Rumus :

Bunga periode = Bunga per tahun x (Sisa harga kontrak –


Angsuran)

4. Bunga sepanjang periode pembayaran dihitung atas harga pokok semula.


Metode ini dikenal dengan nama “ metode flat”. Pada metode ini, perhitungan bunga
yang besarannya mengacu pada pokok hutang awal dan bunga untuk setiap periode
dihitung dari saldo pokok pinjaman setelah dikurangi dengan uang muka. Biasanya
metode flat diterapkan untuk kredit barang konsumsi sepseti handphone, home
appliances, mobil, motor atau kredit tanpa agunan ( KTA ). Dengan menggunakan
metode flat ini maka porsi bunga dan pokok dalam angsuran bulanan akan tetap sama.
Sehingga rumus perhitungan bunga berdasarkan dari sisa harga kontrak ( flat ) :

Bunga untuk setiap periode = persentase bunga per tahun x periode


pembayaran x Saldo pokok penjualan
sebelumnya

Atau

Bunga per periode= Bunga per tahun x ( Harga jual – Uang Muka)

9
H. Penyajian Laporan Keuangan dalam penjualan angsuran
 Neraca
Penyusunan neraca pada perusahan yang melakukan penjualan angsuran sama dengan
penjualan biasa, hanya terdapat hal yang harus diperhatikan adalah:

a. Piutang usaha angsuran biasanya dikelompokkan sebaagi aktiva lancar dan harus
dijelaskan pada penjelasan laporan keuangan atau dengan catatan kaki yang
mengungkapkan tanggal jatuh temponya. Hal ini dengan asumsi bahwa definisi dari
aktiva lancar adalah sumber-sumber yang diharapkan dapat direalisir menjadi kas
atau dijual. Maka jangka waktu piutang usaha angsuran tersebut diabaikan.
b. Laba kotor yang belum direalisasikan dapat dikelompokkan:
 Kelompok kewajiban atau pendapatan yang belum direalisasi.
 Pengurang piutang usaha angsuran.
 Kelompok modal yang menjadi bagian dari laba yang ditahan

Cara yang paling umum adalah laba kotor yang belum direalisasi dicatat sebagai
kelompok kewajiban.

 Laporan Laba Rugi


Di dalam penyusunan perhitungan rugi/laba untuk penjualan angsuran, harus dipisahkan
antara penjualan biasa dengan angsuran. Laba kotor penjualan angsuran periode
tersebut dikurangi dengan saldo laba kotor yang belum direalisasi pada akhir periode,
yang menghasilkan laba kotor periode tersebut yang telah direalisasi.

10
BAB III
KESIMPULAN

A. Kesimpulan
Penjualan angsuran adalah penjualan barang atau jasa yang dilaksanakan dengan
perjanjian dimana pembayaran dilakukan secara bertahap atau berangsur. Biasanya pada
saat barang atau jasa diserahkan kepada pembeli, penjual menerima uang muka (down
payment) sebagai pembayaran pertama dan sisanya diangsur dengan beberapa kali
angsuran. Untuk menghitung laba kotor dalam penjualan angsuran pada prakteknya dapat
dilakukan dengan dua metode, yaitu pengakuan laba kotor pada saat terjadinya penjualan
angsuran dan pengakuan laba kotor sejalan dengan realisasi penerimaan kas.
Penyusunan neraca pada perusahan yang melakukan penjualan angsuran sama dengan
penjualan biasa, hanya terdapat hal yang harus diperhatikan adalah piutang usaha angsuran
biasanya dikelompokkan sebaagi aktiva lancar dan harus dijelaskan pada penjelasan laporan
keuangan atau dengan catatan kaki yang mengungkapkan tanggal jatuh temponya,
kemudian laba kotor yang belum direalisasikan dapat dikelompokkan menjadi kelompok
kewajiban atau pendapatan yang belum direalisasi, pengurang piutang usaha angsuran.
kelompok modal yang menjadi bagian dari laba yang ditahan. Sedangkan di dalam
penyusunan perhitungan rugi/laba untuk penjualan angsuran, harus dipisahkan antara
penjualan biasa dengan angsuran.

B. Saran
Untuk mengurangi resiko kerugian dalam praktik penjualan angsuran ini maka pihak
penjual harus bisa memberikan syarat tegas terhadap apa yang mereka kreditkan sehingga
tidak menimbulkan piutang tidak tertagih. Karena masalah yang sering dihadapi penjual
adalah piutang mereka tidak dapat tertagih.

11
DAFTAR PUSTAKA

 Akuntansi Penjualan Angsuran. (2015,20 April). Akuntansi Penjualan Angsuran.


Diperoleh 5 Oktober 2017. dari
http://windaaviany.web.ugm.ac.id/2015/04/20/akuntansi-penjualan-angsuran/
 Pusat Mata KULIAH. (2011, 7 Desember). Penjualan Angsuran. Diperoleh 5 Oktober
2017. dari http://nyaritugas.blogspot.co.id/2011/12/penjualan-angsuran.html
 Eva’s Blog. (2009, 20 November). Penjualan Angsuran. Diperoleh 5 Oktober 2017. dari
http://genoveva-eva.blogspot.co.id/2009/11/penjualan-angsuran.html
 FATMAWATI. (2010, 10 Juni). Makalah. Diperoleh 5 Oktober 2017. dari http://fatma-
rlf.blogspot.co.id/2010/06/makalah.html
 Perjalanan si bungsu. (2012. 7 Desember). Makalah Angsuran Penjualan. Diperoleh 5
Oktober 2017. dari http://perjalanansibungsu.blogspot.co.id/2012/12/makalah-
angsuran-penjualan.html

12

Anda mungkin juga menyukai