Anda di halaman 1dari 12

TUGAS RADIOKIMIA Pemanfaatan Radioisotop Dalam Bidang Geologi

Presented by:
Apriana Indi R Artista Eka W Beti Mulyani Dyah Wulandari Eni Dwi H Heri Widodo
Imtihani N F ( X3307008 ) ( X3307010 ) ( X3307011 ) ( X3307014 ) ( X3307018 )
( X3307022 ) ( K3307030 )

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2010
Radiasi adalah pancaran energi melalui materi dalam bentuk panas, partikel atau
gelombang elektromagnetik. Cahaya dan panas matahari adalah contoh radiasi alam
yang bahkan sangat kita butuhkan. Radiasi bentuk lain yang akrab dengan kehidupan
kita adalah radiasi gelombang mikro yang digunakan untuk memasak (oven microwave),
dan untuk navigasi (radar),dll.
Produksi Radioisotop
Radioisotop yang sering digunakan dalam berbagai bidang kebutuhan manusia seperti
bidang kesehatan, pertanian, hidrologi dan industri, pada umumnya tidak terdapat di
alam, karena kebanyakan umur paronya relatif pendek. Selain itu, radioisotop dapat
juga diproduksi menggunakan akselerator melalui proses reaksi antara inti atom
tertentu dengan suatu partikel, misalnya alpha, neutron, proton atau partikel
lainnya.
Di PTNBR untuk memproduksi radioisotop digunakan reaktor TRIGA Mark II dengan daya
maksimum sebesar 2000 kW yang mempunyai kerapatan (fluks) neutron mencapai orde
1012n.cm-2.s-1 di daerah tempat iradiasi isotop. Penempatan target ke dalam reaktor
serta pengambilannya dilakukan dengan cara mekanis menggunakan alat pancing.
Fasilitas lain untuk menunjang produksi radioisotop adalah processing box yang
terbuat dari timbal, beton atau bahan lain yang dapat menahan/mengurangi paparan
radiasi dari radioisotop yang dibuat. Selain itu remote handling tong, digunakan
untuk menggantikan fungsi tangan.
SIFAT-SIFAT RADIOISOTOP

Radioisotop senantiasa memancarkan radiasi di manapun dia berada dan mudah


dideteksi Laju peluruhan tiap satuan waktu (radioaktivitas) hanya merupakan fungsi
jumlah atom radioisotop yang ada, tidak dipengaruhi oleh kondisi lingkungan baik
temperatur, tekanan, pH dan sebagainya. Intensitas radiasi ini tidak bergantung
pada bentuk kimia atau senyawa yang disusunnya. Radioisotop memiliki konfigurasi
elektron yang sama dengan isotop lain sehingga sifat kimia yang dimiliki
radioisotop sama dengan isotop-isotop lain dari unsur yang sama. Radiasi yang
dipancarkan, utamanya radiasi gamma, memiliki daya tembus yang besar.

Penentuan umur benda yang mempunyai asal biologis dapat dilakukan dengan metode
yang berdasarkan peluruhan zat radioaktif. Metode ini lebih dikenal dengan teori
pertanggalan radiokarbon atau carbon dating. Teori tersebut berdasarkan aktivitas
karbon (C-14) yang masih terdapat pada material kuno yang akan dicari umurnya.
Benda (material) kuno yang akan dicari umurnya bisa berupa tulang-belulang, kayu
sisa bangunan, tanaman, binatang dan alatalat yang dipakai manusia (terutama dari
kayu).
Radiokarbon dibentuk oleh sinar kosmik

Sinar kosmik merupakan inti atomik berenergi tinggi. Sinar kosmik ini mempunyai
komponen utama, salah satunya adalah proton (p atau 1H1) yang bergerak menembus
galaksi kita. Proton dengan jumlah sekitar 1018 diantaranya sampai ke bumi tiap
detik. Ketika sinar itu memasuki atmosfer, maka akan terjadi tumbukan inti atom
yang berada pada lintasannya sehingga menimbulkan hujan partikel sekunder. Di
antara partikel sekunder ini terdapat neutron yang timbul dari inti target
(sasaran) yang berdisintegrasi. Masing-masing neutron dapat bereaksi unsur di dalam
atmosfer seperti inti nitrogen untuk membentuk radiokarbon dengan pemancaran
proton.
Semua makhluk hidup mengandung radiokarbon
• Binatang yang memakan tanaman menjadikan binatangpun menjadi radioaktif. Begitu
pula manusia. Percampuran radioakrbon demikian efisien sehingga tanaman dan
binatang mempunyai proporsi C-14 terhadap karbon biasa (C-12) yang sama. Manusia
dan binatang selama masih hidup akan selalu makan karbohidrat, yang berarti juga
selalu mengonsumsi C-14. • Namun, setelah mati, mayat atau jasadnya tidak lagi
menyerap radiokarbon, dan radiokarbon yang dikandungnya terus-menerus meluruh
menjadi N-14. Jika suatu saat jasad manusia atau hewan ditemukan dalam bentuk
fosil, maka lama fosil terpendam (sejak mati hingga ditemukan) dapat dihitung
berdasarkan persamaan peluruhan radioaktif: A = Ao e-t Atau t = (1/)(ln (Ao/A))

Metode dengan teori pertanggalan radiokarbon ini memungkinkan untuk menentukan umur
jasad manusia yang telah maninggal (mumi), alat-alat kayu, pakaian, kulit, batubara
dan benda-benda lain kebudayaan purba sampai yang umurnya sampai 50.000 tahun,
sekitar 9 kali umur paro C-14. Oleh karena itu, para ahli geologi harus memakai
nuklida radioaktif yang umur-paronya jauh lebih panjang, terutama K40 (Kalium), Rb-
87 (Rubidium) atau U-238 (Uranium). Secara berurutan, masing-masing dari ketiga
nuklida-induk tersebut akan menghasilkan niklida-anak: Ar-40 (Argon), Sr-87
(Strontium), Pb-206 (Timbal). Metode:
1) 2) 3)

K-Ar [Kalium  Argon (umur-paro = 1,3 x 109 tahun)] Rb-Sr [Rubidium  Strontium
(umur-paro = 4,7 x 1010 tahun)] U-Pb [Uranium  Timbal (umur-paro = 4,5 x 109
tahun)]
Dengan metode ini, tampak bahwa umur benda kuno yang berusia jutaan tahun dapat
diketahui. Aplikasi ini pernah dilakukan dalam bidang Arkeologi. Penelitian
terhadap fosil Meganthropus Modjokertoensis yang ditemukan di Mojokertao, Jawa
Timur pada tahun 1952. Berdasarkan metode K-Ar, diketahui bahwa umur fosil tersebut
adalah 1,9 tahun. Penelitian serupa juga pernah dilakukan pada fosil Hominid
Zijanthropus Boisei (Tanzania, Afrika) pada tahun 1952. Hasilnya, umur fosil
tersebut adalah 1,75 tahun.  Di bidang arkeologi, radioisotop memiliki peran yang
masih sulit digantikan oleh metode lain. Radioisotop berperan dalam menentukan usia
sebuah fosil. Hal ini dikarenakan makhluk hidup tersebut masih terlibat dalam
siklus karbon di alam.  Radioisotop memberikan manfaat besar pula di bidang
pertambangan. Pada pertambangan minyak bumi, radioisotop membantu mencari jejak air
di dalam lapisan batuan.

Ada empat cara menghitung umur fosil dinosaurus : 1) Stratigrafi. Ini yang paling
kuno. Mempelajari berapa dalamnya fosil terkubur. 2) Pengamatan fluktuasi medan
magnet bumi. Tiap lapisan batuan memiliki medan magnet berbeda karena seiring waktu
medan magnet bumi terus bergeser. 3) Melakukan penghitungan radioisotop dari batuan
beku disekitar fosil. 4) Memakai fosil penunjuk - beberapa fosil umum sering
berdampingan dengan dinosaurus. Idealnya keempat metode harus dipakai sekaligus
sehingga hasilnya teliti.

Anda mungkin juga menyukai