Pengantar
Tema bid’ah selalu hangat dan aktual untuk dibicarakan.
Hal ini disamping karena memang banyak terjadi problem di
masyarakat yang berkaitan dengan bid’ah, juga dari waktu ke
waktu selalu hadir kelompok-kelompok yang menolak berbagai
aktivitas dan tradisi keagamaan masyarakat dengan alasan
bid’ah. Oleh karena itu, tulisan ini bermaksud mengupas bid’ah
dalam perspektif al-Qur’an, hadits dan aqwal para ulama yang
otoritatif, terutama para ulama yang menjadi rujukan utama
kaum salafi atau Wahhabi.
Definisi Bid’ah
Al-Imam Izzuddin Abdul Aziz bin Abdissalam, ulama
terkemuka dalam madzhab Syafi’i, mendefinisikan bid’ah dalam
kitabnya Qawa’id al-Ahkam fi Mashalih al-Anam sebagai berikut:
. ه
ل الل ب
و ب
س د
ر عر ة
ص ب
ع د
ي ع
ف د
هدد ب
ع ع ما ل ع د
م ية د ع ة
ل ع ف د
ة ب ا عل دب بدد ع
ع ة
.(۲/١٧۲ ، قواعد الحكام،)المام عزالدين بن عبد السلم
“Bid’ah adalah mengerjakan sesuatu yang tidak pernah
dikenal (terjadi) pada masa Rasulullah ”. (Qawa’id al-Ahkam fi
Mashalih al-Anam, 2/172).
Definisi serupa juga dikemukakan oleh al-Imam Muhyiddin
Abu Zakariya Yahya bin Syaraf al-Nawawi, hafizh dan faqih dalam
madzhab Syafi’i. Beliau berkata: