Anda di halaman 1dari 29

A.

PENDAHULUAN
Keotentikan hadits seringkali dipersoalkan. Sejumlah kritikan ditujukan
kepada hadis, bahkan ada yang menolaknya. Sekalipun telah sekian lama
melengkapi sumber ajaran agama Islam (al-Quran), hadis sekiranya masih
perlu diuji keabsahan dan validitasnya. Salah satu penyebabnya adalah selain
tidak adanya jaminan yang tegas, juga akibat keterlambatan penulisan hadis.
Sehingga sangat mungkin diduga periwayatan hadis banyak yang palsu.
Kritik hadis perlu dilakukan, dikarenakan banyak silang pendapat,
perbedaan, serta konflik di tengah kehidupan masyarakat muslim akibat hadis-
hadis yang mengundang interpretatif, baik dari sanad dan matannya. Padahal,
hadis adalah pendamping al-Quran yang keduanya harus menjadi sumber
rujukan sebagai penjelas (bayan), petunjuk (hudan), serta sebagai obat (syifa)
bagi ummatnya.1 Kritik dalam konteks ilmu hadis, tidak sinonim dengan istilah
kritik yang secara umum digunakan oleh orientalis.
Wacana studi kritik hadis selain dipandang penting untuk menguji
validitas hadits, juga untuk melahirkan ilmu hadis. Sebab semakin berkembang
ilmu hadis, akan menjadikan wilayah studi Islam semakin luas. Dengan begitu
diharapkan wacana studi kritik hadis bermanfaat bagi dinamika perkembangan
peradaban Islam. Studi kritik hadis difungsikan untuk menguji kualitas dan
otensitasnya agar kita dapat membedakan dan mengambil yang terbaik dari
sekian hadis-hadis yang ada
Oleh karena itu, penelitian ini diupayakan sebagai salah satu studi kritik
hadis tentang keutamaan mendidik anak, sehingga dapat diuji kualitas serta
otentisitasnya. Sehingga kita bisa membedakan, serta memilah-milah manakah
hadis yang bisa dijadikan hujjah atau tidak dan sebagainya. Serta dapat
menyegarkan ghirah kita akan pentingnya pendidikan.

1
Mujtahid, www.uin-malang.ac.id, Wacana Kritik Hadis, akses tanggal 11 Januari 2012
Hadis tentang Keutamaan Mendidik Anak | 1
B. PENELITIAN SANAD
Kegiatan menelusuri hadis pada sejumlah kitab hadis yang asli disebut
sebagai takhrij al-hadith. Ada dua metode penelusuran hadis, yakni melalui
sistem digital dan sistem manual. Sistem digital adalah penelusuran hadis
melalui komputer atau data-data koleksi kitab hadis yang telah
terdokumentasikan dalam koleksi VCD hadis. Sedangkan sistem manual yang
dimaksud adalah cara takhrij al-hadith melalui sumber-sumber koleksi kitab-
kitab hadis.2
Penelitian ini menggunakan dua metode dalam menguji kualitas dan
otentisitas hadis. Hal ini perlu dilakukan karena sebagai bahan perbandingan
terhadap proses penelitian melalui sistem manual dan sistem digital. Dan tentu
saja dimungkinkan hasil yang diperoleh dari kedua metode tersebut juga
berbeda, baik dari segi penemuan data hingga berpengaruh pada analisis yang
dilakukan.
1. Penelitian Melalui Kitab Klasik





Setelah melacak kamus hadis dengan kata kunci addaba, hadis
tersebut ditemukan pada lebih dari satu kitab dengan beragam redaksi
matan yang berbeda. Klasifikasi perbedaan matan tersebut adalah sebagai
berikut.



:


:
3



Artinya:
Menceritakan kepada kami Qutaibah, menceritakan kepada kami Yahya
bin Yala dari Nashih, dari Simak bin Harb, dari Jabir bin Samurah,
beliau berkata: Rasulullah SAW. bersabda: Jika ada seseorang yang

2
Umi Sumbulah, Kritik Hadis Pendekatan Historis dan Metodologis, (Malang: UIN-
Malang Press, 2008), hal. 113
3
Pencarian hadis ini secara lengkap dengan perawinya, mula-mula dengan menggunakan
Mujam al-Mufahras karya Wensinck dengan kata kunci ". Lihat A.J. Wensinck, Mujam al-
Mufahras Li Alfadz al-Hadith al-Nabawi, (Leiden: E.J Brill, 1936), hal. 36
Hadis tentang Keutamaan Mendidik Anak | 2
mendidik anaknya, itu lebih baik daripada bersedekah sebanyak satu
sha .4

Hadis ini terdapat pada satu jalur sanad yang diriwayatkan oleh
al-Tirmidzi dalam kitab Sunan al-Tirmidzi.
Selain hadis tersebut terdapat juga hadis di bawah ini.










5




Artinya:
Menceritakan kepada kami Ali Ibn Tsabit al-Bazary dari Nashih Abi
Abdillah, dari Simak Ibn Harb, dari Jabir Ibn Samurah, sesungguhnya
Nabi SAW bersabda: Jika ada seseorang mendidik anak atau salah satu
dari anaknya, itu lebih baik baginya daripada bersedekah setiap hari
dengan setengah sha.

Hadis riwayat Ibn Hanbal ini hampir sama dengan hadis yang
diriwayatkan oleh al-Tirmidzi, namun terdapat perbedaan pada redaksi
matan hadis.
Hadis serupa diriwayatkan juga oleh Imam Ahmad Ibn Hanbal.

Artinya:

4
Al-Tirmidzi, Sunan al-Tirmidzi, (Beirut: Dar al-Fikr, t.th), hal. 382. Lihat Bab 33
Kitabu Birr wa Shilah Juz 3, Hadits no. 1958. Diketahui dari Mujam al-Mufahras, hadis ini juga
diriwayatkan oleh Imam Ahmad Ibn Hanbal dalam Musnadnya, lihat Abu Abd Allah Ahmad Ibn
Hanbal, Musnad Ahmad Ibn Hanbal, (Beirut: Al-Maktabah al-Islami, 1978), Jilid 5 no 96, 102.
5
Ahmad Ibn Hanbal, Musnad Ahmad Ibn Hanbal, (Beirut: al-Maktabah al-Islamiy,
1978), Juz 5, hal. 96
6
Ibid., hal. 102
Hadis tentang Keutamaan Mendidik Anak | 3
Menceritakan kepada kami Ali Ibn Tsabit, dari Nashih Abi Ubdillah, dari
Simak Ibn Harb, dari Jabir Ibn Samurah, sesungguhnya Rasulullah SAW.,
bersabda: Jika seseorang mendidik anaknya itu lebih baik baginya
daripada bersedekah setiap hari dengan setengah sha.
Redaksi matan hadis di atas berbeda pula dengan hadis yang
diriwayatkan Tirmidzi dan Ahmad Ibn Hanbal, dan melalui jalur sanad
perawi Ali Ibn Tsabit.

Adapun ranji sanad dari beberapa hadis tersebut adalah sebagai


berikut.
Tabel 1.

Penelitian terhadap kualitas sanad selanjutnya difokuskan pada


rangkaian transmitter yang terlibat dalam periwayatan hadis yang di-takhrij
oleh al-Tirmidzi dengan matan sebagai berikut.

Hadis tentang Keutamaan Mendidik Anak | 4




.....

Diagram transmiter dari sanad hadis tersebut adalah sebagai berikut:
Tabel 2.

Hadis yang di takhrij oleh al- Tirmidzi ini melalui jalur sanad yaitu,
Qutaibah, Yahya Ibn Yala, Nashih, Simak Ibn Harb, dan Jabir Ibn
Samurah.7 Mengenai biografi masing-masing perawi, analisis
kebersambungan sanad, kualitas pribadi dan kapasitas intelektual perawi,
serta terbebasnya sanad dari syadz dan illat, secara singkat dapat disimak
dalam tabel berikut.

7
Ibid.
Hadis tentang Keutamaan Mendidik Anak | 5
Tabel 3.
Nama TL- Guru Murid Jarh wa Tadil
Perawi TW/Umur
Qutaibah : 148/158 115 Orang 46 Orang Abu Hatim
H dan An-NasaI
(Qutaibah Ibn W: 240 H Ismail Ibn Al Jamaah menilai thiqah,
Said Ibn U: 90/92 Abi Uwais, selain Ibn shaduq;
Jamil Ibn th Al-Laits Ibn Majah Ibn Kharasy
Tharif Ibn Said Abu al- menyatakan
Abdillah al- Yahya Ibn Abbas Ibn shaduq;
Tsaqafi) Yala al- Ishaq al- Abdullah Ibn
Aslamy Tsaqafy al- Muhammad
Sarajy Ibn Sayyar al-
Abu Hatim Farhayaniy
Muhammad berkomentar
Ibn Idris al- shaduq;
Razi Abu al-Hakim
berkomentar
hadza hadisu
ruwatuhu
aimmatu
thiqat;
Abu
Abdurrahaman
mengatakan
thiqah
mamun;
Abi Zubair
berkomentar
Qutaibah
taajjuban min
isnadihi wa
matnihi;
Abu Dawud
mengatakan la
yarwiya hadza
al-hadis illa
Qutaibah
wahdah;
al-Tirmidzi
berkata hasan

Hadis tentang Keutamaan Mendidik Anak | 6


gharib;
Abu Said Ibn
Yunus
mengatakan
lam yuhaddis
bihi illa
Qutaibah.

Yahya ibn 37 Orang 35 Orang Yahya Ibn


Yala Main
Khalid Ibn Ibrahim Ibn berkomentar
(Yahya Ibn Abd al- al-Hasan al- laysa bi
Yala al- Rahman Ibn Taghliby Syaiin
Aslamiy al- Yazid Ibn Qutaibah Abu Hatim
Qathawaniy, Tamim Ibn Said menilai dhaif
Abu Bakar al- Abdullah Yaqub Ibn al-hadis, laysa
Kufiy) Ibn Musa Yusuf Ibn bi al-qawiy
Nashih Ibn Ziyad al- Al-Bukhari
Abdillah al- Dhabbiy menilai
Muhallimiy mudhthrb al-
hadis
Ibn Ady
mengatakan
Kufiy min
Syiah
Al-Bazar
yaghlthu fi al-
asanidi

Nashih ibn 4 Orang 10 Orang Yahya Ibn


Abdillah Main
Simak ibn Ishaq ibn berkomentar
(Nashih Ibn Harb Manshur al- laysa bi
Abdullah, Ibn Atho ibn Saluliy syaiin
Abd al- Saib Ismail ibn Amri Ibn Ali
Rahman, Abu Yahya ibn Aban al- menilai matruk
Abd al- Abi Katsir Waraqi al-hadis
rahman al- Abi Ishaq al- Ismail ibn Al-Bukhari
Kufiy al- Sabiiy Amr al- berkata
Haik) Bajaly munkarat al
Abdullah ibn hadis
Shalih al- Abu Daud
Hadis tentang Keutamaan Mendidik Anak | 7
Ijliy berkomentar
Abdul Aziz laysa bi Syai
ibn al- Al- Tirmidzi
Khattab menilai laysa
Ali ibn bi al-qawy
Hasyim ibn Al NasaI
al-Barid menilai dhaif
Qasim ibn Abu Hatim
abd al-Karim menilai laysa
al-Urfuthiy bi thiqah,
Muhammad dhaif,
ibn Harun al- munkarat al-
Dhabiy hadis
Abu Hanifah Al Hakim
al-Numan berkata,
ibn Tsabit Nashih dzahib
Yahya ibn al-hadis
Yala al- Al-
Aslamiy Daruquthniy
menilai dhaif

Simak Ibn L: - 51 Orang 45 Orang Ahmad Ibn


Harb W: 123 H Tsarwan Ibn Israil Ibn Hanbal
U: - Miljan Yunus berkata
(Simak Ibn Tsalabah Zuhair Ibn Simak
Harb Ibn Aus ibn Hakam Muawiyah Ashohhu
Ibn Khalid Jabir ibn Nashih Abu hadisan min
Ibn Nizar Ibn Samurah Abdillah al- Abdil Malik
Muawiyah Muhallimiy Ibn Umair
Ibn Haritsah al-Kufiy Yahya Ibn
Ibn Rabiah Main
Ibn Amir Ibn menilai
Dzuhl Ibn thiqah
Tsalabah al- Abi Hatim
Dzuhliy al- menilai
Bakriy, Abu Shaduq,
al-Mughirah thiqah
al-Kufiy) Ibn al-
Mubarak
menilai
dhaif
Al NasaI
Hadis tentang Keutamaan Mendidik Anak | 8
berkomentar
la bas
Ibn Ady : wa
li simakin
hadis katsir
mustaqim
insya Allah
wa huwa min
kabar tabiiy
ahl al-Kufah
wa ahadisu
hasan, wa
huwa
shaduq, la
basa bihi
Abd al-
Rahman Ibn
Yusuf
Al-Bazar fi
musnadihi :
innahu
dhaifu
Ibn Khirasy :
hadisuhu
layyin
Shalih Ibn
Muhammad
al-Baghdady
: yudhaifu

Jabir Ibn L: - 7 Orang 24 Orang Muhammad Ibn


Samurah W: 73, 76, Saad fi thabaqah
74, 66 H Nabi SAW Tamim Ibn al-Rabiah
(Jabir Ibn U: - Abu Ayub Tharafah mengatakan
Samurah Ibn Khalid Ibn Jafar Ibn Abi shahib nabi
Junadah, Ibn Zaid al- Tsaur
Amr Ibn Anshary Simak Ibn Min al-shahabah
Jundub Ibn Saad Ibn Abi Harb wa rutbatuhuma
Hujair, Ibn Waqqash ala muratib al-
Riab Ibn adalah wa al-
Habib, Ibn tawtsiq
Suwaah, Ibn
Hadis tentang Keutamaan Mendidik Anak | 9
Amir, Ibn
Shashaah al-
SuwaI, Abu
Abdullah,
Abu Khalid,
al-Amiry)

1. Biografi Perawi dan Kebersambungan Sanad


a. Qutaibah
Nama lengkapnya adalah Qutaibah Ibn Said Ibn Jamil Ibn
Tharif Ibn Abdillah al-Tsaqafi.8 Menurut Abu Ahmad Ibn Ady,
namanya adalah Yahya Ibn Said, sedangkan laqab-nya adalah
Qutaibah.9 ia sempat menulis hadis dari tiga generasi (thabaqat).
Yang pertama, dari al-Laits, Ibn Lahiah, Bakr Ibn Mudhar, Yaqub
al-Iskandaniy; generasi kedua yaitu, dari Waki, Ibn Idris, al-
Anqaziy, al-Tsaqafy, al-Bursany; dan generasi sesudahnya yaitu dari
Ismail Ibn Abi Uways dan Said Ibn Sulaiman.10
Informasi mengenai tahun lahir dan wafatnya terdapat
perbedaan pendapat. Pendapat yang pertama, mengatakan ia lahir
pada tahun 150 H dan pendapat kedua mengatakan tahun 148 H.
Sedangkan tahun wafatnya kedua pendapat tersebut sama-sama
menyatakan ia wafat pada bulan Syaban tahun 240 H.11 Dari sini
dapat diketahui bahwa ia wafat ketika berumur 90 tahun menurut
pendapat pertama dan 92 tahun menurut pendapat kedua. Namun
tidak ditemukan informasi terkait berapa umurnya ketika ia
menerima hadis ataupun meriwayatkannya. Berdasarkan informasi
dari Musa Ibn Harun, bahwa Qutaibah menyaksikan kematian Ibn
Lahiah yaitu pada tahun 174 H.
Qutaibah memiliki sejumlah guru dan murid. Terdapat 115
orang guru yang meriwayatkan hadis kepada Qutaibah. Tiga di
8
Al-Mazzi, Tahdzibu al-Kamal fi Asma al-Rijal, (Beirut: Risalah, 2002), Juz. 23, hal. 523
9
Ibid.
10
Ibid, hal. 537
11
Ibid, hal. 536-537, disebutkan Ibn Hibban dalam Kitabnya al-Tsiqat, bahwa ia lahir
pada tahun 150 H dan wafat pada bulan Syaban tahun 240 H. Lihat Ibn Habban, al-Tsiqat. Jilid 9,
hal. 20.
Hadis tentang Keutamaan Mendidik Anak | 10
antaranya yaitu, Ismail Ibn Abi Uwais, Al-Laits Ibn Said, dan Yahya
Ibn Yala al-Aslamy.12 Sedangkan dari sekian murid-muridnya
yang berjumlah 46 orang, di antaranya terdapat al Jamaah13 selain
Ibn Majah, Abu al-Abbas Ibn Ishaq al-Tsaqafy al-Sarajy, dan
Muhammad Ibn Aly al-Hakim al-Tirmidzi.14
Al-Tirmidzi15 meriwayatkan hadis tersebut dari Qutaibah
dengan sighat haddathana. Dari beberapa data yang diperoleh,
terdapat hubungan guru murid antara kedua perawi tersebut. Hal ini
terbukti dari kebersambungan perawi tersebut dalam transmiter, yang
menunjukkan bahwa Qutaibah adalah salah seorang guru al-
Tirmidzi. Begitu pula al-Tirmidzi merupakan salah satu dari
sederetan nama-nama murid Qutaibah.
Qutaibah juga meriwayatkan hadis dari Yahya Ibn Yala
dengan sighat hadathana. Nama Qutaibah tercatat sebagai salah satu
murid Yahya Ibn Yala. Dengan terbuktinya Qutaibah dan Yahya Ibn
Yala terdapat relasi guru murid, maka terjadi kebersambungan
antara kedua perawi tersebut (muttashil).

b. Yahya Ibn Yala


Yahya Ibn Yala memiliki nama lengkap Yahya Ibn Yala al-
Aslamy al-Qathawany, dan juga memiliki gelar Abu Zakaria al-
Kufi.16
Yahya Ibn Yala memiliki guru berjumlah 37 orang dan 35
murid. Di antara jumlah tersebut yang meriwayatkan hadis
kepadanya tercatat nama Khalid Ibn Abd al-Rahman Ibn Yazid Ibn
Tamim, Abdullah Ibn Musa, dan Nashih Ibn Abdillah al-

12
Ibid, hal. 524-527
13
Istilah al Jamaah merupakan istilah dalam wacana hadis yang diperuntukkan bagi
sekumpulan Mukharrij al-Hadith, yang karya-karyanya terkumpul dalam al-Kutub al-Sittah.
Mereka adalah al-Bukhari, al-Muslim, al-Tirmidzi, al-NasaI, Abu Daud, dan Ibn Majah.
14
Ibid, hal. 527-528
15
Berdasarkan informasi, al-Tirmidzi lahir pada tahun 209 H dan wafat pada tanggal 13
Rajab tahun 279 H, 39 tahun setelah wafat gurunya, Qutaibah. Lihat, Tarjamah al-Tirmidzi, hal.
48
16
Al-Mazzi, Tahdzib al-Kamal fi Asma al-Rijal, (Beirut: Dar al-Fikr, 1998), Juz. 20, hal.
264
Hadis tentang Keutamaan Mendidik Anak | 11
Muhallimiy. Sedangkan di antara perawi yang meriwayatkan hadis
darinya yaitu, Ibrahim Ibn al-Hasan al-Taghliby, Qutaibah Ibn
Said, dan Yaqub Ibn Yusuf Ibn Ziyad al-Dhabbiy.
Yahya Ibn Yala meriwayatkan hadis dari Nashih secara
muanan (ditandai dengan lafadz an). Keduanya terdapat hubungan
guru murid. Hal ini terbukti dengan data-data yang menyatakan nama
Yahya Ibn Yala merupakan salah satu murid Nashih, dan nama
Nashih termasuk dalam jajaran gurunya. Hal ini membuktikan bahwa
adanya kebersambungan antara keduanya.

c. Nashih
Nama lengkapnya adalah Nashih Ibn Abdillah. Berdasarkan
data dikatakan bahwa Ibn abd Rahman, al-Tamimi al-Maruf di
Muhallimi, Abu Abdullah al-Kufi, sahabatnya Simak Ibn Harb,
sesungguhnya ia tinggal di Bani Muhallim.17 Ia meriwayatkan hadis
dari 4 orang guru yaitu, Simak Ibn Harb, Atha Ibn Saib, Yahya
Ibn Abi Katsir, dan Abi Ishaq al-Sabiiy. Sedangkan muridnya
berjumlah 10 orang, di antaranya tersebut nama Ishaq Ibn Manshur
al-Saluliy, al-Qasim Ibn Abd al-Karim al-Urfuthy, dan Yahya Ibn
Yala al-Aslamy.18
Nashih meriwayatkan hadis dari Simak Ibn Harb dengan
shighat an (secara muanan). Adanya pertautan dan hubungan guru
murid antara keduanya, cukup memberikan keyakinan akurat bahwa
Nashih Ibn Abdillah adalah salah seorang murid Simak Ibn Harb.
Demikian pula Simak Ibn Harb juga berposisi sebagai guru Nashih.
Maka antara kedua perawi tersebut terjadi kebersambungan.

d. Simak Ibn Harb


Simak Ibn Harb memiliki nama lengkap Simak Ibn Harb Ibn
Khalid Ibn Nizar Ibn Muawiyah Ibn Haritsah Ibn Rabiah Ibn Amir

17
Ibid. Juz 19, hal. 11
18
Ibid, hal. 11-12
Hadis tentang Keutamaan Mendidik Anak | 12
Ibn Dzahl Ibn Tsalabah al-Dzahliy al-Bakriy, dan bergelar Abu al-
Mughirah al-Kufiy. Ia merupakan saudara dari Muhammad Ibn Harb
dan Ibrahim Ibn Harb.19
Sejauh yang penulis ketahui melalui literatur kitab, hanya
informasi tentang tahun wafatnya saja yang dapat diketahui.
Sementara tahun kelahirannya tidak ada yang menyebutkannya.
Hanya ada satu keterangan terkait wafatnya yaitu dari Abu al-Husain
Ibn Qani yang menyatakan, ia wafat pada tahun 123 H.20
Simak Ibn Harb memiliki sejumlah guru dan murid. Gurunya
berjumlah 51 orang, yang di antaranya yaitu Tsarwan Ibn Miljan,
Tsalabah ibn Hakam, dan Jabir ibn Samurah. Sedangkan
muridnya ada 45 orang, diantaranya tersebut nama Israil Ibn Yunus,
Zuhair Ibn Muawiyah, dan Nashih Abu Abdillah al-Muhallimiy al-
Kufiy.
Simak meriwayatkan hadis dari Jabir Ibn Samurah secara
muanan. Kedua perawi tersebut terdapat relasi guru murid. Hal ini
diketahui bahwa Jabir Ibn Samurah termasuk dalam jajaran guru
Simak Ibn Harb, begitu pula Simak merupakan salah satu murid
Jabir Ibn Samurah. Dengan demikian ada kebersambungan antara
kedua perawi tersebut (muttashil).

e. Jabir Ibn Samurah


Ia memiliki nama lengkap Jabir Ibn Samurah Ibn Junadah, Ibn
Amr Ibn Jundub Ibn Hujair, Ibn Riab Ibn Habib, Ibn Suwaah, Ibn
Amir, Ibn Shashaah al-SuwaI, Abu Abdullah, Abu Khalid, al-
Amiry.21 Sahabat Nabi yang bergelar Abu Abdillah ini lahir di
Kufah, namun dari literatur manapun tidak diketahui tahun lahirnya.
Banyak ikhtilaf pada kepastian tahun wafatnya. Beliau wafat di
Kufah. Menurut Khalifah Abdul Malik beliau wafat tahun 73 H;

19
Al-Mazzi, Tahdzib al-Kamal fi Asma al-Rijal, (Beirut: Dar al-Fikr, 1998), Juz. 8,
hal.128
20
Ibid, hal. 131
21
Al-Mazzi, op.cit., (Beirut: Risalah, 2002), hal. 437. Lihat Bab al-Jim, no. 867
Hadis tentang Keutamaan Mendidik Anak | 13
riwayat al-Tustury mengatakan pada tahun 76 H; sedangkan menurut
Abu Bakar al Manjawiyah pada tahun 74 H; dan pendapat terakhir
dari Abi Ubaid mengatakan pada tahun 66 H, dengan menyertakan
keterangan dzalika wahmun, wa Allahu alamu.22
Jabir memiliki guru berjumlah 7 orang. Di antaranya yaitu,
Rasulullah SAW, sebagai guru utamanya, Abu Ayub Khalid Ibn
Zaid al-Anshary, Saad Ibn Abi Waqqash. Sedangkan jumlah
muridnya sebanyak 24 orang, di antara mereka tersebut nama-nama
Tamim Ibn Tharafah, Jafar Ibn Abi Tsaur, dan Simak Ibn Harb.23
Pertautan antara Nabi SAW dengan Jabir tidak perlu diragukan
lagi. Karena Jabir merupakan sahabat yang hidup pada zaman Nabi
serta berguru langsung kepada beliau.

2. Kualitas Pribadi dan Kapasitas Intelektual Perawi


a. Qutaibah
Penilaian terhadap Qutaibah dinyatakan oleh beberapa kritikus
hadis. Abu Hatim dan An-NasaI menilai thiqah, shaduq; Ibn
Kharasy menyatakan shaduq24; Abdullah Ibn Muhammad Ibn Sayyar
al-Farhayaniy berkomentar tsabit; Abu al-Hakim berkomentar hadza
hadisu ruwatuhu aimmatu thiqat; Abu Abdurrahaman mengatakan
thiqah mamun; Abi Zubair berkomentar Qutaibah taajjuban min
isnadihi wa matnihi25; Abu Dawud mengatakan la yarwiya hadza al-
hadis illa Qutaibah wahdah; al-Tirmidzi berkata hasan gharib; Abu
Said Ibn Yunus mengatakan lam yuhaddis bihi illa Qutaibah.26
Berdasarkan pernyataan para kritikus hadis di atas, maka dapat
disimpulkan bahwa Qutaibah tergolong perawi dengan tingkat tadil.
Klasifikasi term tadil menggunakan peringkat tadil versi al-
Thahhan. Maka posisi Qutaibah berada pada tingkat II, III dan V.
meskipun ada yang men-jarh, namun menurut penulis jarh itu masih

22
Ibid., hal. 438-439
23
Ibid.
24
Ibid., hal 529-535
25
Ibid., hal. 534
26
Ibid., hal. 530
Hadis tentang Keutamaan Mendidik Anak | 14
ringan. Sehingga penulis berpedoman pada mayoritas penilaian
ulama yang berada pada peringkat II dan III. Dengan demikian,
Qutaibah dalam kaspasitasnya sebagai perawi hadis dapat dijadikan
sebagai hujjah.

b. Yahya Ibn Yala


Yahya Ibn Main menilainya laisa bi syaiin; Abu Hatim
memberi nilai dhaif, laisa bi al-qawi, Ibn Ady mengatakan Kufiy
min Syiah. Al-Bukhari menilai muhtrab al-hadis; Al-Bazar yaghlthu
fi al-asanidi.27
Penilaian para ulama terhadap kualitas pribadi dan kapasitas
intelektual Yahya Ibn Yala tidak ada yang mendukungnya untuk
masuk pada peringkat tadil karena begitu semua pendapat men-jarh-
nya. Ulama menilai Yahya Ibn Yala dengan level jarh peringkat II,
dan III. Dengan demikian, dalam kapasitasnya sebagai perawi hadis
tidak dapat dijadikan hujjah.

c. Nashih
Yahya Ibn Main berkomentar laysa bi syaiin, laysa bi thiqah;
Amri Ibn Ali menilai matruk al-hadis, Al-Bukhari berkata munkarat
al hadis, Abu Daud berkomentar laysa bi Syai, Al- Tirmidzi menilai
laysa bi al-qawy, Al NasaI menilai dhaif, Abu Hatim menilai laysa
bi thiqah, dhaif, munkarat al-hadis, Al Hakim berkata, Nashih
dzahib al-hadis, Al-Daruquthniy menilai dhaif.28
Dari keseluruhan ulama yang memberi penilaian pada Nashih,
semuanya sepakat memberinya predikat jarh yang tergolong parah.
Karena tidak ada satu pun ulama yang memberikan penilaian pada
level tadil. Penulis berkesimpulan bahwa Nashih terbukti sebagai
seseorang yang mengingkari hadis-hadis Nabi SAW. Oleh karena

27
Ibn Hajar al-Asqalany, Tahdzib al Tahdzib, (Beirut: Dar al-Fikr, tt), Juz 9, no. 7956,
hal. 319-320, lihat pula Ibn Hatim al-Razi, Kitab al-Jarh wa al-Tadil, (Beirut: Dar al-Fikr, 1422
H), Jilid 9, no. 860/16470, hal. 243
28
Mazzi, op.cit., hal. 12-13, lihat juga Ibn Hajar al-Asqalaniy, Tahdzib., Juz 8, hal.
461-462, serta Abi Hatim al-Razi, Jarh., Jilid 8, hal. 572-573
Hadis tentang Keutamaan Mendidik Anak | 15
itu, hadis yang diriwayatkan oleh Nashih tidak layak dijadikan
hujjah.

d. Simak Ibn Harb


Ahmad Ibn Hanbal berkata Simak Ashohhu hadisan min Abdil
Malik Ibn Umair; Yahya Ibn Main menilai thiqah; Abi Hatim
menilai Shaduq, thiqah; Al NasaI berkomentar la bas; Ibn Ady :
wa li simakin hadis katsir mustaqim insya Allah wa huwa min kabar
tabiiy ahl al-Kufah wa ahadisu hasan, wa huwa shaduq, la basa
bihi; Ibn al-Mubarak menilai dhaif ; Abd al-Rahman Ibn Yusuf ; Al-
Bazar fi musnadihi : innahu dhaifu; Ibn Khirasy : hadisuhu layyin;
Shalih Ibn Muhammad al-Baghdady : yudhaifu.29Zakaria Ibn Ady
menilai dhaif al-hadis;
Penilaian ulama terhadap kualitas pribadi dan kapasitas Simak
Ibn Harb di atas dapat diklasifikasikan pada dua kelompok yang
seimbang, yaitu martabat tadil dan martabat jarh. Sehingga
menimbulkan kontroversi penilaian. Level tadil yang diberikan
ulama berada pada peringkat III, IV, dan V. Sedangkan level jarh
yang diberikan mencapai peringkat I dan II yaitu level jarh ringan
yang mendekati level tadil terendah. Berpegang pada kaedah bahwa
penilaian negatif di dahulukan daripada penilaian positif, sehingga
penulis berkesimpulan level jarh tersebut yang didahulukan. Dengan
demikian hadis yang diriwayatkannya tidak dapat dijadikan hujjah,
namun masih bisa ditulis sebagai bahan perbandingan (Itibar).

e. Jabir Ibn Samurah


Pribadi Jabir Ibn Samurah adalah termasuk dalam jajaran
sahabat Nabi SAW. Untuk itulah penulis berpegang pada pendapat
Jumhur Ulama yang mengatakan al-shahabah kulluhum udul. Hal
ini sudah cukup menjawab tentang bagaimana kualitas dan

29
Ibid., Juz 8, hal. 128-131, lihat juga al-Asqalaniy, Tahdzib, Juz 3, hal. 517-518
Hadis tentang Keutamaan Mendidik Anak | 16
kepribadian sosok Jabir Ibn Samurah yang tidak perlu diragukan
lagi.
Untuk memudahkan mengamati derajat jarh dan tadil masing-
masing perawi bisa dilihat pada tabel berikut.
Tabel 4.
Nama Perawi Peringkat Tadil Peringkat Jarh
Qutaibah Peringkat II-III Peringkat I
Yahya Ibn Yala - Peringkat II-III
Nashih - Peringkat II-III-IV-V
Simak Ibn Harb Peringkat III-IV-V Peringkat I-II

3. Meneliti Syadz dan Illat pada Sanad Hadis


Mayoritas ulama menyatakan bahwa penelitian terhadap syadz dan
illat relatif sulit dibandingkan dengan penelitian terhadap keadilan dan
kedhabitan perawi, serta kebersambungan sanad.30 Sehingga penulis juga
kesulitan untuk menyimpulkan apakah pada hadis ini terdapat syadz dan
illat ataukah tidak.
Namun berpijak dari pendapat Naisaburi, bahwa hadis diklaim
syadz apabila hadis tersebut diriwayatkan oleh seorang perawi yan
thiqah, namun tidak terdapat perawi thiqah lainnya yang juga
meriwayatkan hadis tersebut. Dengan demikian, kerancuan (syadz)
sebuah sanad hadis disebabkan oleh kesendirian perawi, dan tidak
disebabkan oleh tidak thiqat-nya seorang perawi hadis.31

Namun seiring dengan pendapat al-Tirmidzi yang mengatakan


hadza hasan gharibun,32 yaitu hasan (bagus) secara sanad dan tidak
dikenal/asing (gharib) disebabkan karena salah seorang perawinya
meriwayatkan hadits tersebut seorang diri.33 Kiranya penulis bisa

30
Umi Sumbulah, op.cit., hal. 69
31
Al Naisaburi, Muqaddimah Shahih, hal. 120. Sebagaimana di kutip Umi Sumbulah,
op.cit., hal. 71
32
Al-Mazzi, op.cit., hal. 535
33
Adapun istilah hadits hasan yang mana Tirmidzi tidak menambahkan lafal gharib
sesudahnya, maka yang beliau maksudkan adalah hadits hasan li ghairihi (hadits yang pada
Hadis tentang Keutamaan Mendidik Anak | 17
menyimpulkan bahwa hadis ini kemungkinan terdapat syadz dan illat
meskipun jalur sanadnya terdapat kebersambungan. Hal ini dikarenakan
hadis ini diriwayatkan seorang diri oleh salah seorang perawinya.

4. Penilaian Terhadap Sanad Hadis


Dari keempat perawi tersebut, 1 orang dinilai thiqah dan 3 orang
lainnya di nilai tidak thiqah. Mencermati lambang periwayatan yang
digunakan masing-masing perawi membuktikan bahwa sanad hadis
tersebut muttashil. Hal ini dikarenakan adanya pertemuan langsung
antara para perawi yang ditandai dengan sighat an. Terbukti juga ketika
melakukan penelusuran dan analisis masa hidup perawi dan relasi guru-
murid di antara mereka.
Penulis mengacu pada kaedah keshahihan sanad hadis, maka dapat
disimpulkan bahwa terdapat kaedah yang tidak bisa dipenuhi oleh sanad
ini, yaitu aspek keadilan dan kedhabitan perawi. Dengan demikian,
penulis memberikan kesimpulan bahwa sanad hadis tersebut tergolong
dhaif (lemah) namun masih bisa dijadikan itibar. Sebagaimana Al-
Tirmidzi mengatakannya dengan istilah hasan gharib, maka yang di
maksudkan adalah dhaif, yaitu secara sanad.

2. Penelitian Melalui Program Mawsuah Hadis Syarif


Penelitian berikut ini menggunakan metode yang kedua yaitu sistem
digital menggunakan program Mawsuah Hadis Syarif .



:


:
34



Sebagaimana yang terdapat pada hasil pencarian melalui sistem
digital ditemukan data dari hadis tersebut dalam bentuk tabel di bawah ini.

asalnya dhaif, namun kemudian menjadi hasan karena terdapat riwayat lain yang menaikkan
derajat hadits tersebut sehingga menjadi hasan.
34
Pencarian dengan sistem digital ini, bahts dengan kata kunci walada (huruf wawu-
lam-dal).
Hadis tentang Keutamaan Mendidik Anak | 18
Tabel 5.

Al-Mashdaru Sunan al-Tirmidzi nomor hadis 1874


Al-Kitab Kitab al-birr wa al-Shilah
Al-Bab Ma jaa fi adabi al-waladi

a. Jalur Sanad Hadis

Pada keterangan sanad hadis, menjelaskan bahwa hadis ini marfu,


muttashil, dan sanad wahid. Hal ini menyatakan bahwa hadis ini shahih
yaitu pada aspek marfu dan muttashil. Marfu yaitu sebagai hadis yang
bersambung (muttashil) bersandar pada Nabi. Namun hadis ini hanya
memiliki satu jalur periwayatan saja (sanad wahid).

b. Biografi Perawi & Penilaian Jarh wa Tadil

Tabel 6.

habuatuQ
Nama Qutaibah Ibn Said Ibn Jamil Ibn
Tharif Ibn Abdillah
Al-Tarjamah
Kunyah Abu Raja
Balad al-Iqamah Hamsh

Hadis tentang Keutamaan Mendidik Anak | 19


Tarikh al-Wafat 240 H
Al-Tabaqah Kibaru tabii al-Ittiba
Al-Nasab -
Ismail Ibn Jafar Ibn Abi Katsir
(Abu Ishaq)
Syuyukh Hujjaj Ibn Muhammad (Abu
81 Orang*
(guru) Muhammad)
Yahya Ibn Yala (Abu
Zakaria)
Ahmad Ibn Said (Abu Jafar)
Talamidz Ahmad Ibn Muhammad Ibn
2 Orang
(murid) Hanbal Ibn Hilal Ibn Asd (Abu
Abdillah)
Rutbah Thiqah tsabit
Yahya Ibn Main Thiqah
Abu Hatim al-Razi Thiqah
Jarh wa Al-Nasai thiqah shuduq
Tadil Ahmad Ibn Sayyar Tsabit
Ibn Hibban Min al-mutqinin
Al-Hakim thiqah mamun

Yahya Ibn Yala


Nama Yahya Ibn Yala
Kunyah Abu Zakaria
Balad al-Iqamah Kufah
Al-Tarjamah
Tarikh al-Wafat -
Al-Tabaqah Al-Sughra in al-Ittiba
Al-Nasab Al-Aslamiy al-Qathawany
Nashih Ibn Abdillah (Abu
Syuyukh Abdillah)
2 Orang
(guru) Yazid Ibn Sinan Ibn Yazid (Abu
Furwah)
Ismail Ibn Aban (Abu Ishaq)
Talamidz
2 Orang Qutaibah Ibn Said (Abu
(murid)
Raja)
Rutbah Dhaif syaii
Yahya Ibn Main Laysa bi syaiin
Jarh wa Al-Bukhari Mudhtharb al-Hadis
Tadil Abu Hatim al-Razi Dhaif al-Hadis, Laisa bil Qawi
Ibn Ady Min al-Syiah
Hadis tentang Keutamaan Mendidik Anak | 20
Ibn Hibban Yarwi min al-thiqat al-maqlubat
Al-Bazar Yaghlithu fi al-asanid

huhQaQ
Nama Nashih Ibn Abdillah
Kunyah Abu Abdillah
Balad al-Iqamah Kufah
Al-Tarjamah
Tarikh al-Wafat -
Al-Tabaqah Kibaru tabii al-Ittiba
Al-Nasab Al-Tamimiy al-Muhallimy
Syuyukh Simak Ibn Harb Ibn Aus (Abu
1 Orang*
(guru) Al-Mughirah)
Talamidz Yahya Ibn Yala (Abu
1 Orang*
(murid) Zakaria)
Rutbah Dhaif
Yahya Ibn Main Laisa bi syaiin
Amri Ibn Ghalas Matruk al-Hadis, ruwiya an
Simak ahaditsu munkarah
Jarh wa Al-Bukhari Munkar al-hadis
Tadil Abu Daud Laysa bi syaiin
Al-Tirmidzi Laysa bi al-qawy
inda ahlu al-hadis
Al-Nasai Laysa thiqah

Simak Ibn Harb


Nama Simak Ibn Harb Ibn Aus
Kunyah Abu al-Mughirah
Balad al-Iqamah -
Al-Tarjamah
Tarikh al-Wafat 123 H
Al-Tabaqah Wustha al-Tabiin
Al-Nasb Al-Dzahliy al-Bakri
Jabir Ibn Samurah
Syuyukh Al-Hasan Ibn Abi al-Hasan
22 Orang*
(guru) Yasar (Abu Said)
Abu al-Rabi
Nashih Ibn Abdillah
Talamidz
19 Orang* Amri Ibn Abi Qais
(murid)
Salam Ibn Salim
Rutbah Shaduq

Hadis tentang Keutamaan Mendidik Anak | 21


Yahya Ibn Main Thiqah
Abu Hatim al-Razi Shaduq thiqah
Al-Nasai Laisa bihi bas, wa fi haditsihi
syaiin
Jarh wa
Yaqub Ibn Syaibah Man samia qadiman fa
Tadil
haditsuhu anhu shahih
mustaqim
Ibn Hibban Thiqah, lakin qala ahktha
katsiran

hutabbStnbIurabuQ
Nama Jabir Ibn Samurah Ibn Junadah
Kunyah Abu Abdillah
Al-Tarjamah Balad al-Iqamah Kufah
Tarikh al-Wafat 74 H
Al-Tabaqah Shahabi
Said Ibn Abi Waqqash (Abu
Syuyukh
2 Orang Ishaq)
(guru)
Samurah Ibn Junadah
Simak Ibn Harb
Abi Bakar Ibn Abi Musa
Talamidz
5 Orang* Abdillah Ibn Qais
(murid)
Muhammad Ibn Ubaidillah Ibn
Said
Min al-shahabah wa rutbatuhuma ala muratib al-
Rutbah
adalah wa al-tawtsiq
Jarh wa Min al-shahabah wa rutbatuhuma ala muratib al-
Tadil adalah wa al-tawtsiq

*Catatan : Jumlah Guru dan Murid tersebut adalah versi program Mawsuah
Hadis Syarif, yang mana hanya disebutkan sebanyak tiga orang
(jika jumlahnya lebih dari tiga orang). Namun apabila jumlah
masing-masing di bawah tiga orang, maka disebutkan seluruhnya.

Kesimpulan kualitas sanad hadis tersebut, sama dengan hasil


penelitian secara manual yaitu menyatakan bahwa hadis tersebut di nilai
hadis gharib, yaitu dhaif secara sanad namun masih bisa dijadikan
perbandingan (Itibar).
Hadis tentang Keutamaan Mendidik Anak | 22
C. PENELITIAN MATAN
Penelitian terhadap kualitas matan hadis ini dilakukan terhadap hadis yang
sanadnya dipastikan berkualitas maqbul al-hujjah (sahih dan hasan al-isnad).
Sementara hadis yang sanadnya berkualitas dhaif, penelitian terhadap matan
tidak dilakukan.35
Penulis tidak melakukan penelitian terhadap matan hadis tentang
keutamaan mendidik anak ini karena sanadnya berkualitas dhaif. Sehingga
hendaknya hadis tersebut tidak dijadikan pedoman utama sebagai hujjah,
karena sanadnya yang lemah.
Namun demikian, kiranya penulis tetap akan membahas kandungan
maknanya melihat ada sebuah motivasi yang muncul melalui hadis tersebut.
Serta kebaikan mendidik anak tersebut juga tidak bertentangan dengan dalil al-
Quran maupun sunnah.

D. PEMAHAMAN HADIS
Meskipun hadis tersebut berkualitas dhaif al-isnad, namun kandungan
maknanya yang penuh semangat memperkuat term al-Quran dan hadis lainnya.
Kandungan makna hadis ini, memberikan maksud bahwa betapa pendidikan
yang diberikan kepada anak-anaknya tidak hanya berimplikasi sekilas (pahala
yang singkat), lebih kepada menjalankan perintah Allah untuk senantiasa
memberikan pendidikan kepada anak-anaknya agar menjadi insan yang
berakhlak mulia serta memiliki kapasitas intelektual yang tinggi.
Hal ini seiring dengan perintah Allah untuk senantiasa mendidik
keluarga terutama anak-anaknya.36


Artinya:
Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api
neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-
malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang

35
Umi Sumbulah, op.cit., hal. 144
36
QS. Al-Tahrim: 6
Hadis tentang Keutamaan Mendidik Anak | 23
diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang
diperintahkan.

Motivasi pendidikan tersebut juga memiliki relevansi dengan hadis


lainnya. Dapat dilihat pada hadis berikut.











Artinya:

Menceritakan kepada kami al-Abbas Ibn al-Walid al-Damsyiqi, menceritakan


kepada kami Ali Ibn Ayyasy, menceritakan kepada kami Said Ibn Umarah,
mengabarkan kepadaku al-Harits Ibn Numan, saya (Numan) mendengar
Anas Ibn Malik, diriwayatkan hadis dari Rasulullah SAW, beliau bersabda:
Muliakanlah anak-anakmu dan perbaguslah akhlak (pendidikan) mereka.37

Penulis tidak menemukan satu literatur pun, terkait dengan sebab turun
(asbab al-wurud) hadis tersebut. Kemungkinan hadis tersebut tidak memiliki
sebab turun karena berkualitas dhaif. Meskipun hadis yang memiliki asbab al-
wurud tidak lantas serta merta berkualitas shahih.
Berkenaan dengan hadis tersebut, memang sudah kewajiban orang tua
untuk memberikan pendidikan bagi anak-anaknya. Seperti halnya disitir oleh
Ibnul Qayyim radhiyallah 'anhu. Ia berkata:
"Barangsiapa menelantarkan pendidikan anaknya dan meninggalkan apa yang
bermanfaat buat mereka, maka dia telah merusak masa depan anak;
kebanyakan anak tidak bermoral hanya karena bapak mereka tidak peduli
terhadap pendidikan mereka, sehingga para bapak tidak dapat mengambil
manfaat dari anak, dan anak (pun) tidak akan memberikan manfaat kepada
bapaknya ketika telah besar."38
Karena dengan mendidik anak-anaknya adalah sebuah nikmat yang tak
ternilai harganya, sebagaimana firman Allah.39

37
Muhammad Ibn Yazid Al-Qazwini, Sunan Ibn Majah, (Kairo: Dar al-Hadith, t.t), bab
III, no. 3361
38
Ibn Qayyim al-Jawziyah, Tuhfah al-Maudud bi Ahkam al-Maulud, terjemahan.
(Yogyakarta: Al-Qalam,)
39
QS. Al-Kahfi: 46
Hadis tentang Keutamaan Mendidik Anak | 24


Artinya:
harta dan anak-anak adalah perhiasan kehidupan dunia tetapi amalan-
amalan yang kekal lagi saleh adalah lebih baik pahalanya di sisi Tuhanmu
serta lebih baik untuk menjadi harapan.

Landasan utama dalam pendidikan anak-anak adalah menanamkan nilai


'ubudiyah (peribadahan) kepada Allah SWT. dalam hati mereka, serta
memelihara dan menjaganya dalam diri mereka. Diantara nikmat-nikmat Allah
yang diberikan kepada kita adalah bahwa seorang anak dilahirkan diatas agama
Islam, agama fithrah. Maka hal itu tidaklah membutuhkan kecuali menjaga dan
memeliharanya serta senantiasa membantu mereka agar tidak menyimpang dan
tersesat.
Ayah dan ibu dianggap beribadah kepada Allah SWT. ketika mendidik,
berinfak, menjaga, mengawasi, dan mengajari (anak-anaknya) bahkan sampai
ketika membahagiakan mereka dan bersenda gurau dengan mereka, apabila
ayah dan ibu mengharapkan yang demikian itu, maka mereka akan mendapat
pahala.
Memberikan nafkah kepada anak-anak adalah merupakan ibadah
sebagaimana Nabi SAW., bersabda:
"Satu dinar yang engkau infaqkan di jalan Allah, satu dinar yang
engkau infaqkan kepada hamba sahaya, satu dinar yang engkau sedekahkan
kepada orang miskin dan satu dinar yang engkau infaqkan kepada
keluargamu, yang paling besar pahalanya adalah satu dinar yang engkau
infaqkan kepada keluargamu." (HR. Muslim).

Keutamaan mendidik dalam hadis tersebut telah terakutalisasikan secara


historis. Setelah turun ayat dalam surat al-Alaq perintah belajar, wahyu Allah
berikutnya perintah mengajar40.

40
QS. al-Mudatsir: 1 7
Hadis tentang Keutamaan Mendidik Anak | 25

Artinya:
Hai orang yang berkemul (berselimut), bangunlah, lalu berilah
peringatan .!dan Tuhanmu agungkanlah!, dan pakaianmu bersihkanlah dan
perbuatan dosa tinggalkanlah dan janganlah kamu memberi (dengan
maksud) memperoleh (balasan) yang lebih banyak, dan untuk (memenuhi
perintah) Tuhanmu, bersabarlah.

Setelah turun ayat ini Rasulullah saw mulai mengajar shahabatnya, dan
jumlah yang belajar selama 3 tahun setelah kenabian; 53 orang, laki-laki 43
dan wanita 10 orang, Nabi bersama orang-orang yang beriman belajar di
rumahnya Al-Arqam bin Abi Arqam.41 Hal ini juga terlihat bagaimana Nabi-
nabi mendidik anak-anak mereka. Model pendidikan informal, kisah Nabi
Yakub yang menasihati anak-anaknya42, dan kisah Luqman43.
Namun fenomena dunia pendidikan sekarang yang dicibir oleh
masyarakat kita sendiri. Kesalahan-kesalahan pendidikan lebih banyak
dilimpahkan pada lembaga pendidikan. Padahal pendidikan yang paling
penting adalah berangkat dari lingkungan terkecil seorang anak yaitu keluarga.
Apabila anak tidak dididik secara baik dalam lingkup keluarga, maka
kemungkinan besar dia berperilaku baik ketika di sekolah dan bertolak
belakang perilakunya ketika di luar sekolah.
Fenomena kegagalan pendidikan itu, salah satunya terlihat dari
banyaknya tawuran di kalangan pelajar dan mahasiswa saat ini cenderung
dijadikan tren. Akibatnya, fenomena tersebut sangat mudah menular dari satu
tempat ke tempat yang lain serta dari satu institusi ke institusi lainnya. Upaya
antisipasi telah dilakukan oleh berbagai pihak yang berkepentingan seperti
guru, orangtua siswa, masyarakat, dan pemerintah. Namun, agaknya antisipasi
itu belum membuahkan hasil yang menggembirakan. Oleh karena itu

41
Samsul Nizar, Sejarah Pendidikan Islam, (Jakarta: Kencana, 2007), cet. ke-1., hal. 5
42
QS. al-Baqarah/2: 132-133
43
Luqman ayat 12-19.
Hadis tentang Keutamaan Mendidik Anak | 26
diperlukan upaya yang lebih serius sehingga menyentuh langsung ke dalam
hati sanubari kalangan pelajar dan mahasiswa.44
Hal inilah yang kemudian menjadi satu poin penting, bahwa anggapan
pendidikan hanya dibebankan kepada pihak sekolah adalah pemahaman yang
sangat keliru, karena hal tersebut akan menafikan peran keluarga dalam
pendidikan anak-anaknya. Pendidikan dilakukan secara kerjasama, antara
pihak lembaga sekolah, keluarga dan masyarakat.
Kiranya esensi hadis yang diriwayatkan al-Tirmidzi ini, bisa menjadikan
sebuah pola penyadaran baru bahwa pendidikan yang utama di mulai dari
lingkup keluarga. Serta semangat baru untuk senantiasa mendidik anak-
anaknya menjadi sosok shalih dan shalihah, sehingga pahala yang diperoleh
tidak hanya sebatas setengah atau satu sha. Namun, akan menjadi simpanan
pahala yang tidak henti-hentinya mengalir, sebab kita telah berhasil mendidik
anak-anak kita menjadi shalih dan shalihah.

E. KESIMPULAN
Sanad hadis tentang keutamaan mendidik anak yang diriwayatkan oleh
al-Tirmidzi tersebut tergolong berkualitas dhaif (lemah) namun masih bisa
dijadikan itibar. Al-Tirmidzi mengatakannya dengan istilah hasan gharib, atau
bisa dikatakan kualitasnya hasan lighairihi. Hal ini dikarenakan terdapat
kaedah yang tidak bisa dipenuhi oleh sanad hadis ini, yaitu aspek keadilan dan
kedhabitan perawi.

Penelitian terhadap matan hadis tentang keutamaan mendidik anak tidak


dilakukan karena sanadnya berkualitas dhaif. Sehingga hendaknya hadis
tersebut tidak dijadikan pedoman utama sebagai hujjah, karena sanadnya yang
lemah.
Namun kandungan makna hadis ini, memberikan maksud bahwa betapa
pendidikan yang diberikan kepada anak-anaknya tidak hanya berimplikasi
sekilas (pahala yang singkat), lebih kepada menjalankan perintah Allah untuk

44
Gede Putra Adnyana, Tawuran: Kegagalan Pendidikan Karakter,
http://edukasi.kompasiana.com, akses tanggal 13 Januari 2012.
Hadis tentang Keutamaan Mendidik Anak | 27
senantiasa memberikan pendidikan kepada anak-anaknya agar menjadi insan
yang berakhlak mulia serta memiliki kapasitas intelektual yang tinggi.

F. DAFTAR RUJUKAN
Al Quran dan Terjemahan, Depag RI.
Abi Hatim al-Razi, Kitab al-Jarh wa al-Tadil. Beirut: Dar al-Fikr, 1422 H.
Jilid 8
___________________, Jilid 9

Hadis tentang Keutamaan Mendidik Anak | 28


Adnyana, Gede Putra. Tawuran: Kegagalan Pendidikan Karakter,
http://edukasi.kompasiana.com, akses tanggal 13 Januari 2012.
Ahmad Ibn Hanbal, Abu Abd Allah. Musnad Ahmad Ibn Hanbal. Beirut: al-
Maktabah al-Islamiy. Juz 5. 1978.
Al-Jawziyah, Ibn Qayyim. Tuhfah al-Maudud bi Ahkam al-Maulud,
terjemahan. Yogyakarta: Al- Qawam
Al-Asqalaniy, Ibn Hajar. Tahdzib Tahdzib al Tahdzib. Beirut: Dar al-Fikr, tt.
Juz 3.
___________________, Juz 8
___________________, Juz 9
Al-Mazzi, Abu al-Hajjaj Yusuf. Tahdzibu al-Kamal fi Asma al-Rijal, (Beirut:
Risalah, 2002), Juz. 23
Al-Mazzi, Abu al-Hajjaj Yusuf. Tahdzib al-Kamal fi Asma al-Rijal, (Beirut:
Dar al-Fikr, 1998), Juz. 8
___________________, Juz 19
___________________, Juz. 20
Al-Qazwini, Muhammad Ibn Yazid. Sunan Ibn Majah. Kairo: Dar al-Hadith,
t.t. Bab III
Mujtahid, Wacana Kritik Hadis, www.uin-malang.ac.id, akses tanggal 11
Januari 2012
Munawwir, A.W. Kamus al-Munawwir. Yogyakarta: Pondok Pesantren
Krapyak, 1984
Nizar, Samsul Sejarah Pendidikan Islam. Jakarta: Kencana. 2007
Sumbulah, Umi. Kritik Hadis Pendekatan Historis dan Metodologis. Malang:
UIN-Malang Press. 2008
Wensinck, A.J. al-Mujam al- Mufahras li Alfadz al-Hadith al-Nabawi. Leiden:
E.J. Brill, 1936

Hadis tentang Keutamaan Mendidik Anak | 29

Anda mungkin juga menyukai