Anda di halaman 1dari 5

APLIKASI REKOMBINASI DNA

Gambar 1. Berbagai aplikasi rekombinasi DNA pada beberapa bidang ilmu

HUMAN INSULIN
Insulin merupakan hormon peptida yang tersusun dari 51 molekul asam amino. Pada
manusia, insulin dihasilkan oleh sel – sel Langerhans di pankreas. Insulin memiliki peranan
penting dalam pembentukan energi dan regulasi glukosa dalam tubuh. Penurunan jumlah
insulin dapat menyebabkan diabetes.1,2 Diabetes selain disebabkan oleh penurunan jumlah
insulin, juga dapat disebabkan oleh tidak responnya sel – sel tubuh terhadap insulin, atau
keduanya.2,3 Diabetes dibagi ke dalam 2 tipe yaitu diabetes tipe 1 dan tipe 2. Pada tipe 1
kelainan terdapat pada produksi insulin yang sangat rendah sehingga pasien sangat
tergantung dengan pengobatan insulin. Pada tipe 2 jumlah kebutuhan insulin tubuh tidak
dapat terpenuhi oleh jumlah insulin yang dihasilkan oleh sel beta pankreas, sehingga pasien
masih bisa diobati dengan obat – obatan penurun gula darah. Kondisi ini disebut dengan
resistensi insulin relatif.2
Banyaknya angka kejadian diabetes mendorong peneliti untuk mengembangkan baik
obat – obatan maupun insulin sintesis untuk pengobatan diabetes. Salah satu teknologi yang
dikembangkan adalah teknologi DNA rekombinan yang saat ini sudah mampu mensintesis
insulin manusia dengan menggunakan bakteri sebagai hostnya. Teknik ini dikerjakan dengan
memasukkan gen insulin manusia ke dalam bakteri misalnya pada E. coli.1 Namun
perkembangan penelitian saat ini telah banyak menyimpulkan alternatif organisme lain yang
lebih efektif seperti misalnya Pichia pastoris.2,3
DNA manusia, membawa informasi yang mengkode keseluruhan kerja tubuh, termasuk
sebagian kecil segmen DNA, yang bertugas dalam regulasi gen insulin. Gen insulin sendiri,
merupakan protein yang terdiri dari dua rantai asam amino yang berikatan yaitu rantai A yang
terdiri dari 21 asam amino berada diatas dan rantai B, yang terdiri dari 30 asam amino, berada
di bawah. Pada tahap pertama, sebelum menjadi bentuk aktif insulin diproduksi sebagai
preproinsulin. Preproinsulin merupakan satu rangkaian rantai panjang dimana rantai A dan
rantai B belum terpisahkan. Rangkaian ini diperkuat dengan rangkaian di bagian tengahnya
dan ikatan sinyal pada salah satu ujungnya. Selanjutnya preproinsulin akan berubah menjadi
proinsulin. Proinsulin memiliki bentuk yang mirip dengan preproinsulin, namun tidak
memiliki ikatan sinyal. Proinsulin kemudian berubah menjadi bentuk aktif insulin. Insulin
aktif tidak memiliki ikatan di bagian tengah sehingga berbentuk sebagai dua rantai yang
berikatan. Proses aktivasi insulin ini membutuhkan enzim spesifik untuk masing – masing
bentuk insulin.2,3,4
Untuk rekombinasi DNA, kita membutuhkan 2 gen berbeda yakni gen yang
memproduksi rantai A dan gen yang memproduksi rantai B. Kedua rantai molekul ini
kemudian dimasukkan ke dalam plasmid agar mudah menyatu dengan DNA host. Pada E.
coli plasmid disisipkan tepat setelah gen lacZ. Gen lacZ merupakan gen pengkode 8-
galaktosidase yang banyak digunakan karena gen ini mudah dikenali, ditemukan, dan
dipotong, sehingga insulin dapat segera dikeluarkan dan tidak hilang di dalam DNA host. Di
sebelahnya, terdapat asam amino methionin yang memulai pembentukan protein.3,4
Setelah plasmid dimasukkan, perekayasa dapat memasukkan enzim DNA ligase yang
dapat membantu plasmid menempel pada DNA bakteri. Proses penyatuan ini dikenal dengan
sebutan transfection. Bakteri kemudian akan bereplikasi melalui proses mitosis, dan akan
mengkesprsikan gen insulin setiap kali melakukan replikasi. Kemudian bakteri mensintesis
insulin melalui proses fermentasi.2,3
Setelah replikasi, DNA bakteri akan diekstrak. Awalnya lapisan luar dinding bakteri
akan direduksi dengan penambahan lisosom. Setelah dinding terluar bakteri rusak, membran
lemak dinding sel juga akan dipisahkan. DNA bakteri kemudian akan dicampur dengan
cyanogen bromide yang dapat memutus rangkaian protein pada methionin, sehingga rantai
insulin akan terpisah dari sisa rantai DNA bakteri. Kedua rantai akan dipersatukan dengan
ikatan dilsufida melalui reaksi reduksi – reoksidasi. Rangkaian ini akan dicampur dengan
agen pengoksidasi dan ditempatkan ke dalam sentrifuge untuk memisahkan komponen sel
berdasar ukuran dan densitasnya. Selanjutnya DNA akan dimurnikan sehingga hanya insulin
manusia saja yang terekstraksi. Perekayasa akan menggunakan marker protein yang mampu
mendeteksi DNA E. coli, sehingga dapat memastikan bahwa protein DNA yang diekstrak
hanyalah murni insulin manusia.2

Gambar 2. Skema proses produksi insulin manusia dengan teknik rekombinasi DNA

VAKSIN
Vaksin merupakan zat biologis yang dibuat dari suspensi sel patogen yang telah
dilemahkan atau dimatikan. Seiring dengan pemberian vaksin, diarapkan terjadi peningkatan
antibodi terhadap antigen yang dimasukkan tersebut. Teknik rekombinasi DNA sangat
membantu dalam perkembangan vaksin. Saat ini, sudah sangat memungkinkan bahwa para
ilmuwan, mengembangkan vaksin dengan cara mengkloning gen yang mengaktifkan antibodi
terhadap antigen yang masuk ke dalam tubuh. Beberapa vaksin yang telah dikembangkan
dengan teknik ini antara lain Herpes, Influenza, dan Hepatitis. Vaksin yang dikembangkan
dari teknik rekombinasi DNA ini terbukti lebih efektif dibandingkan dengan vaksin
konvensional1,5
Produksi in vitro hormon perangsang folikel manusia (FSH) sekarang dimungkinkan melalui
teknologi rekombinanDNA. FSH adalah protein heterodimerik yang kompleks dan garis sel
yang ditentukan dari eukariota telah dipilih untuk ekspresinya. Pengobatan reproduksi yang
dibantu melalui stimulasi pengembangan folikel adalah pencapaian teknologi DNA
rekombinan. Sejumlah besar pasien dirawat melalui r-FSH. Rekombinasi r-FSH dan
Luteinizing Hormone (LH) yang paling menarik dilakukan dengan sukses untuk
meningkatkan ovulasi dan kehamilan.

GROWTH HORMON
Salah satu hormon manusia yang dikembangkan dengan teknik rekombinasi DNA
adalah Growth Hormone (GH). Hormon ini dihasilkan oleh sel – sel di kalenjar pituitary.
Sebelum perkembangan teknik rekombinasi, GH diperoleh dari mayat, tentu saja hal ini
memiliki banyak komplikasi. Dalam oerkembangannya, munculah GH yang dihasilkan
melalui teknik rekombinasi DNA, dan disebut dengan recombinan Growth Hormone (rGH).
rGH ini telah digunakan secara luas terutama untuk terapi pada penyakit dwarfisme.1,6

ANTIBODI
Teknik hibridoma merupakan teknik rekombinasi DNA yang dapat dikembangkan
untuk produksi antibodi. Pada teknik ini, sel limfosit B dikombinasikan dengan sel mieloma
dan menghasilkan produk yang disebut hibridoma. Hibridoma dapat memproduksi
antibodimonoklonal yang dapat digunakan untuk pembuatan vaksin. Di samping itu,
rekombinasi DNA pada tanaman tembakau dapat menghasilkan sekresi IgA/G chimerik yang
dapat mengenali patogen oral seperti Streptococcus.1,5
Dalam penelitian yang dilakukan terhadap tikus, beberapa antibodi monoklonal mampu
secara spesifik mengenali sel – sel tertentu, misal sel 38C13 yang membantu tikus dalam
melawan perkembangan sel – sel limfoma. Harapannya, antibodi ini dapat diterapkan sebagai
terapu efektif untuk limfoma non-Hodgkin pada manusia. Selain itu, penggunaan topikal
antibodi yang didapat dari penggabungan antibodi antara kedelai transgenik dan sel ovarium
Chinese Hamster, menunjukkan kemampuannya dalam pencegahan transmisi Herpes Simplex
Virus (HSV) – 2 pada tikus. Kedepannya, melalui teknik rekombinasi ini, dapat
dikembangkan terapi untuk pencegahan penyakit – penyakit sexual.5
Masukin gambar gambar di ppt

1. Raaje P, Agisha. Role of Recombinant DNA technology in medicine. IJSR. June 2017
: Vol 6(6).
2. Tiwari, Shivangi; Sharma, Manisha. Recombinant DNA technology in the synthesis
of human insulin. IJR. Juli 2016. Vol 03 (11) : 150 – 62.
3. Abdulwahid, Rafid; Jawad, Subhi. Invitro cytotoxicity study on recombinant human
insulin produced in Pichia pastoris. IJAR. 2014. Vol 2 (9) : 825 – 33.

4. Gifre Laia, Arís Anna, Bach Àlex, Garcia‑Fruitos Elena. Trends in recombinant

protein use in animal production. Microb Cell Fact. 2017. 16 (40)


Doi : 10.1186/s12934-017-0654-4
5. Khan S, Ullah MW, Siddique R, Nabi G, Manan S, Yousaf M, et al. Role of
Recombinant DNA Technology to Improve Life. International Journal of Genomics.
Hindawi; 2016
Available from: http://dx.doi.org/10.1155/2016/2405954
6. Rezaei M, Zarkesh-Esfahani SH. Optimization of production of recombinant human
growth hormone in Escherichia coli. Journal of Research in Medical Sciences : The
Official Journal of Isfahan University of Medical Sciences. 2012; 17(7) : 681- 85.

Anda mungkin juga menyukai