Anda di halaman 1dari 20

BAUKSIT

Bauksit merupakan bahan yang heterogen, yang mempunyai


mineral dengan susunan terutama dari oksida aluminium, yaitu
berupa mineral buhmit (Al2O3H2O) dan mineral gibsit (Al2O3 .
3H2O). Secara umum bauksit mengandung Al2O3 sebanyak 45 –
65%, SiO2 1 – 12%, Fe2O3 2 – 25%, TiO2 >3%, dan H2O 14 –
36%.

Bijih bauksit terjadi di daerah tropika dan subtropika dengan


memungkinkan pelapukan sangat kuat. Bauksit terbentuk dari
batuan sedimen yang mempunyai kadar Al nisbi tinggi, kadar Fe
rendah dan kadar kuarsa (SiO2) bebasnya sedikit atau bahkan
tidak mengandung sama sekali. Batuan tersebut (misalnya sienit
dan nefelin yang berasal dari batuan beku, batu lempung,
lempung dan serpih. Batuan-batuan tersebut akan mengalami
proses lateritisasi, yang kemudian oleh proses dehidrasi akan
mengeras menjadi bauksit.

Bauksit dapat ditemukan dalam lapisan mendatar tetapi


kedudukannya di kedalaman tertentu.
Potensi dan cadangan endapan bauksit terdapat di Pulau Bintan,
Kepulauan Riau, Pulau Bangka, dan Pulau Kalimantan.
ASBES

Asbes adalah istilah pasar untuk bermacam-macam mineral yang dapat


dipisah-pisahkan hingga menjadi serabut yang fleksibel. Berdasarkan
komposisi mineralnya, asbes dapat digolongkan menjadi dua bagian.
Golongan serpentin; yaitu mineral krisotil yang merupakan hidroksida
magnesium silikat dengan komposisi Mg6(OH)6(Si4O11) H2O,
Golongan amfibol; yaitu mineral krosidolit, antofilit, amosit, aktinolit
dan tremolit.

Walaupun sudah jelas mineral asbes terdiri dari silikat-silikat kompleks,


tetapi dalam menulis komposisi mineral asbes terdapat perbedaan.
Semula dianggap bahwa silikatnya terdiri dari molekul Si11O12. Akan
tetapi berdasarkan hasil penyelidikan sinar-X, sebenarnya silikat-silikat
itu terdiri dari molekul-molekul Si4O11.

Yang banyak digunakan dalam industri adalah asbes jenis krisotil.


Perbedaan dalam serat asbes selain karena panjang seratnya berlainan,
juga karena sifatnya yang berbeda. Satu jenis serat asbes pada umumnya
dapat dimanfaatkan untuk beberapa penggunaan yaitu dari serat yang
berukuran panjang hingga yang halus.
Pembagian atas dasar dapat atau tidaknya serat asbes dipintal ialah :
1) Serat asbes yang dipintal, digunakan untuk :
- Kopling, tirai dan layar, gasket, sarung tangan, kantong-kantong asbes,
pelapis ketel uap, pelapis dinding, pakaian pemadam kebakaran, pelapis
rem, ban mobil, bahan tekstil asbes, dan lain-lain.
- Alat pemadam api, benang asbes, pita, tali, alat penyam-bung pipa uap,
alat listrik, alat kimia, gasket keperluan laboratorium, dan pelilit kawat
listrik.

2) Serabut yang tidak dapat dipintal terdiri atas:


- Semen asbes untuk pelapis tanur dan ketel serta pipanya, dinding,
lantai, alat-alat kimia dan listrik
- Asbes untuk atap;
- Kertas asbes untuk lantai dan atap, penutup pipa isolator-isolator panas
dan listrik;
- Dinding-dinding asbes untuk rumah dan pabrik, macam-macam isolasi,
gasket, ketel, dan tanur;
- Macam-macam bahan campuran lain yang menggunakan asbes sangat
halus dan kebanyakan asbes sebagai bubur.

Asbes amfibol yang biasa digunakan sebagai bahan serat tekstil adalah
dari jenis varitas krosidolit. Hal ini berhubungan dengan daya pintalnya
yang sesuai dengan kebutuhan industri tekstil. Krisotil dan antagonit
termasuk ke dalam golongan asbes serpentin. Krisotil juga merupakan
jenis asbes yang sangat penting dalam industri pertekstilan.

EMAS

Emas merupakan logam yang bersifat lunak dan mudah


ditempa, kekerasannya berkisar antara 2,5 – 3 (skala
Mohs), serta berat jenisnya tergantung pada jenis dan
kandungan logam lain yang berpadu dengannya. Mineral
pembawa emas biasanya berasosiasi dengan mineral
ikutan (gangue minerals). Mineral ikutan tersebut
umumnya kuarsa, karbonat, turmalin, flourpar, dan
sejumlah kecil mineral non logam. Mineral pembawa
emas juga berasosiasi dengan endapan sulfida yang
telah teroksidasi. Mineral pembawa emas terdiri dari
emas nativ, elektrum, emas telurida, sejumlah paduan
dan senyawa emas dengan unsur-unsur belerang,
antimon, dan selenium. Elektrum sebenarnya jenis lain
dari emas nativ, hanya kandungan perak di dalamnya
>20%.

Emas terbentuk dari proses magmatisme atau


pengkonsentrasian di permukaan. Beberapa endapan
terbentuk karena proses metasomatisme kontak dan
larutan hidrotermal, sedangkan pengkonsentrasian
secara mekanis menghasilkan endapan letakan (placer).
Genesa emas dikatagorikan menjadi dua yaitu endapan
primer dan endapan plaser
Emas banyak digunakan sebagai barang perhiasan,
cadangan devisa, dll.

Potensi endapan emas terdapat di hampir setiap daerah


di Indonesia, seperti di Pulau Sumatera, Kepulauan Riau,
Pulau Kalimantan, Pulau Jawa, Pulau Sulawesi, Nusa
Tenggara, Maluku, dan Papua.
GIPSUM

Gipsum (CaSO4.2H2O) mempunyai kelompok yang


terdiri dari gypsum batuan, gipsit alabaster, satin
spar, dan selenit. Gipsum umumnya berwarna putih,
namun terdapat variasi warna lain, seperti warna
kuning, abu-abu, merah jingga, dan hitam, hal ini
tergantung mineral pengotor yang berasosiasi
dengan gypsum. Gipsum umumnya mempunyai sifat
lunak, pejal, kekerasan 1,5 – 2 (skala mohs), berat
jenis 2,31 – 2,35, kelarutan dalam air 1,8 gr/l pada
00C yang meningkat menjadi 2,1 gr/l pada 400C,
tapi menurun lagi ketika suhu semakin tinggi.

Gipsum terbentuk dalam kondisi berbagai


kemurnian dan ketebalan yang bervariasi. Gipsum
merupakan garam yang pertama kali mengendap
akibat proses evaporasi air laut diikuti oleh anhidrit
dan halit, ketika salinitas makin bertambah. Sebagai
mineral evaporit, endapan gypsum berbentuk
lapisan di antara batuan-batuan sedimen
batugamping, serpih merah, batupasir, lempung,
dan garam batu, serta sering pula berbentuk
endapan lensa-lensa dalam satuan-satuan batuan
sedimen. Gipsum dapat diklasifikasikan berdasarkan
tempat terjadinya (Berry, 1959), yaitu: endapan
danau garam, berasosiasi dengan belerang,
terbentuk sekitar fumarol volkanik, efflorescence
pada tanah atau goa-goa kapur, tudung kubah
garam, penudung oksida besi (gossan) pada
endapan pirit di daerah batugamping.
KAOLIN

Kaolin merupakan masa batuan yang tersusun


dari material lempung dengan kandungan besi
yang rendah, dan umumnya berwarna putih atau
agak keputihan. Kaolin mempunyai komposisi
hidrous alumunium silikat (2H2O.Al2O3.2SiO2),
dengan disertai mineral penyerta.

Proses pembentukan kaolin (kaolinisasi) dapat


terjadi melalui proses pelapukan dan proses
hidrotermal alterasi pada batuan beku felspartik.
Endapan kaolin ada dua macam, yaitu: endapan
residual dan sedimentasi.

Mineral yang termasuk dalam kelompok kaolin


adalah kaolinit, nakrit, dikrit, dan halloysit
(Al2(OH)4SiO5.2H2O), yang mempunyai
kandungan air lebih besar dan umumnya
membentuk endapan tersendiri.
Sifat-sifat mineral kaolin antara lain, yaitu:
kekerasan 2 – 2,5, berat jenis 2,6 – 2,63, plastis,
mempunyai daya hantar panas dan listrik yang
rendah, serta pH bervariasi.

Potensi dan cadangan kaolin yang besar di


Indonesia terdapat di Kalimantan Barat,
Kalimantan Selatan, dan Pulau Bangka dan
Belitung, serta potensi lainnya tersebar di Pulau
Sumatera, Pulau Jawa, dan Sulawesi Utara.
NIKEL

Nikel digunakan sebagai bahan paduan logam yang


banyak digunakan diberbagai industri logam.
Nikel biasanya terbentuk bersama-sama dengan
kromit dan platina dalam batuan ultrabasa seperti
peridotit, baik termetamorfkan ataupun tidak.
Terdapat dua jenis endapan nikel yang bersifat
komersil, yaitu: sebagai hasil konsentrasi residual
silika dan pada proses pelapukan batuan beku
ultrabasa serta sebagai endapan nikel-tembaga
sulfida, yang biasanya berasosiasi dengan pirit,
pirotit, dan kalkopirit.

Potensi nikel terdapat di Pulau Sulawesi, Kalimantan


bagian tenggara, Maluku, dan Papua.

TALK

Talk adalah mineral yang sangat lunak dengan


komposisi kimia 3Mg.4SiO4H2O, dan biasanya terjadi
sebagai mineral sekunder hasil hidrasi batuan
pembawa magnesium (magnesium bearing rock),
seperti peridotit, gabro, dan dolomit.
Endapan talk umumnya hampir sama di setiap
daerah, sebagian besar batuan induk untuk formasi
talk merupakan batuan dolomit (kemurnian talk
tinggi) dan ultramafik (kemurnian talk rendah).

Talk mempunyai sifat halus, licin, penghisap minyak


dan lemak, konduktivitas listrik rendah, penghantar
panas tinggi, dan electric strength tinggi.
Potensi endapan talk yang telah diketahui terdapat di
Kebumen (Jawa Tengah), dan Halmahera Tengah
(Maluku).
ZIRKON

Mineral utama yang mengandung unsur zirkonium


adalah zirkon/zirkonium silika (ZrO2.SiO2) dan
baddeleyit/zirkonium oksida (ZrO2). Kedua mineral ini
dijumpai dalam bentuk senyawa dengan hafnium. Pada
umumnya zirkon mengandung unsur besi, kalsium
sodium, mangan, dan unsur lainnya yang menyebabkan
warna pada zirkon bervariasi, seperti putih bening
hingga kuning, kehijauan, coklat kemerahan, kuning
kecoklatan, dan gelap, sisitim kristal monoklin,
prismatik, dipiramida, dan ditetragonal, kilap lilin
sampai logam, belahan sempurna – tidak beraturan,
kekerasan 6,5 – 7,5, berat jenis 4,6 – 5,8, indeks
refraksi 1,92 – 2,19, hilang pijar 0,1%, dan titik lebur
2.5000C.

Zirkon terbentuk sebagai mineral asseccories pada


batuan yang mengandung Na-feldspa (batuan beku
asam dan batuan metamorf). Jenis cebakannya dapat Potensi zirkon menyebar di Sumatera
berupa endapan primer atau endapan sekunder. Selatan, Sumatera Utara, Kepulauan Riau,
Kegunaann zirkon adalah untuk bahan baku elektronik, dan Kalimantan bagian barat. Potensi ini
keramik. mengikuti penyebaran kasiterit, yang
dikenal dengan nama tin belt.

BARIT
Pada umumnya, barit (BaSO4) mengandung
campuran unsur Cr, Ca, Pb, dan Ra, yang
senyawanya mempunyai bentuk kristal yang sama.

Unsur pengotor barit adalah besi oksida, lempung,


dan unsur organik, yang semuanya dapat
memberikan beragam warna pada warna kristal barit
murni adalah putih atau abu-abu.

Sebagai unsur Barium (Ba), barit juga dijumpai


sangat terbatas mengandung feldspar (3% BaO),
plagioklas (7,3% BaO), muskovit (9,9% BaO), dan
biotit (6-8% BaO). Kerak bumi rata-rata mengandung
unsur barium sekitar 0,05%. Barit juga dijumpai
sebagai mineral ikutan (gangue mineral) terutama
pada cebakan logam sulfida, seperti timah. Sisanya digunakan sebagai bahan baku
dalam industri kimia barium, sebagai bahan
Sebagian besar produksi barit dunia digunakan dalam pengisi dan pengembang (filler dan
industri perminyakan. Pemakaian ini mencapai sekitar extender), dan agregat semen
85-90% dari produksi barit secara keseluruhan.

BELERANG
Belerang atau sulfur adalah mineral yang dihasilkan
oleh proses vulkanisme, sifat-sifat fisik belerang
adalah : Kristal belerang berwarna kuning, kuning
kegelapan, dan kehitam-hitaman, karena pengaruh
unsur pengotornya. Berat jenis : 2,05 - 2,09,
kekerasan : 1,5 - 2,5 (skala Mohs), Ketahanan :
getas/mudah hancur (brittle), pecahan :berbentuk
konkoidal dan tidak rata. Kilap : damar Gores :
berwarna putih. Sifat belerang lainnya adalah : tidak
larut dalam air, atau H2SO4. Titik lebur 129oC dan
titik didihnya 446oC. Mudah larut dalam CS2, CC14,
minyak bumi, minyak tanah, dan anilin, penghantar
panas dan listrik yang buruk. Apabila dibakar apinya
berwarna biru dan menghasilkan gas-gas SO2 yang
berbau busuk.

Kegunaan:
Belerang banyak digunakan di industri pupuk, kertas,
cat, plastik, bahan sintetis, pengolahan minyak bumi,
industri karet dan ban, industri gula pasir, accu,
industri kimia, bahan peledak, pertenunan, film dan
fotografi, industri logam dan besi baja.

Lokasi:
Potensi dan penyebaran endapan belerang Indonesia
saat ini baru diketahui di enam propinsi, dengan total
cadangan sekitar 5,4 juta. Untuk tipe sublimasi,
karena proses terjadinya didasarkan kepada aktivitas
gunung berapi, maka selama gunung berapi aktif,
belerang tipe ini dapat diproduksi. Dengan demikian
sumber daya belerang sublimasi dapat dianggap tidak
terbatas.
FELDSPAR

Sebagai mineral silikat pembentuk batuan, felspar mempunyai


kerangka struktur tektosilikat yang menunjukkan 4 (empat)
atom oksigen dalam struktur tetraheral SiO2 yang dipakai juga
oleh struktur tetraheral lainnya. Kondisi ini menghasilkan kisi-kisi
kristal seimbang terutama bila ada kation lain yang masuk ke
dalam struktur tersebut seperti penggantian silikon oleh
aluminium.
Terlepas dari bentuk strukturnya, apakah triklin atau monoklin,
felspar secara kimiawi dibagi menjadi empat kelompok mineral
yaitu kalium felspar (KAlSi3O8), natrium felspar (NaAlSi3O8),
kalsium felspar (CaAl2Si2O8) dan barium felspar (Ba Al2Si2O8)
sedangkan secara mineralogi felspar dikelompokkan menjadi
plagioklas dan K-felspar. Plagioklas merupakan seri yang
menerus suatu larutan padat tersusun dari variasi komposisi
natrium felspar dan kalsium feldspar
Plagioklas felspar hampir selalu memperlihatkan kenampakan
melidah yang kembar (lamellar twinning) bila sayatan tipis
mineral tersebut dilihat secara mikroskopis. Sifat optis yang
progresif sejalan dengan berubahnya komposisi mineralogi
memudahkan dalam identifikasi mineral-mineral felspar yang
termasuk ke dalam kelompok plagioklas tersebut. Na-plagioklas
banyak ditemukan dalam batuan kaya unsur alkali (granit,
sienit). Andesin dan oligoklas terdapat pada batuan intermediate
seperti diorit sedangkan labradorit, bitownit dan anortit biasanya
sebagai komponen batuan basa (gabro) dan anortosit.

Mineral yang termasuk kelompok K-felspar diklasifikasikan


berdasarkan suhu ristalisasinya, mulai dari sanidin (suhu tinggi),
ortoklas, mikroklin sampai adu-laria (suhu rendah). Keempat
mineral mempunyai rumus kimia sama yaitu KAlSi3O8 dan
(terutama) ditemukan pada batuan beku asam seperti granit dan
sienit, selain itu ditemukan pula pada batuan metamorfosis dan
hasil re-work pada batuan sedimen.

Keberadaan felspar dalam kerak bumi cukup melimpah.


Walaupun demikian untuk keperluan komersial dibutuhkan
felspar yang memiliki kandungan (K2O + Na2O) > 10%. Selain
itu, material pengotor oksida besi, kuarsa, oksida titanium dan
pengotor lain yang berasosiasi dengan felspar diusahakan
sesedikit mungkin.
Felspar dari alam setelah diolah dapat dimanfaatkan untuk batu
gurinda dan felspar olahan untuk keperluan industri tertentu.
Mineral ikutannya dapat dimanfaatkan untuk keperluan industri
lain sesuai spesifikasi yang ditentukan. Industri keramik halus
dan kaca/gelas merupakan dua industri yang paling banyak
mengkonsumsi felspar olahan, terutama yang memiliki
kandungan K2O tinggi dan CaO rendah.
Berbicara mengenai potensi endapan felspar di Indonesia,
sebaran material ini terdapat hampir di seluruh negeri dengan
bentuk endapan berbeda dari satu daerah dengan daerah yang
lain tergantung jenis endapan, primer atau sekunder.

GRAFIT
Grafit umumnya berwarna hitam hingga abu-abu
tembaga, kekerasan 1 – 2 (skala Mohs), berat jenis
2,1 – 2,3, tidak berbau dan tidak beracun, serta tidak
mudah larut, kecuali dalam asam hidroflorik atau
aqua regia mendidih. Proses dekomposisi berlangsung
lambat pada suhu 6000C dan dalam kondisi oksida
atau pada suhu 3.5000C bila kondisi bukan oksida.

Grafit adalah mineral yang dapat berasal dari batuan


beku, sedimen, dan metamorf. Secara kimia, grafit
sama dengan intan karena keduanya berkomposisi
karbon, yang membedakannya adalah sifat fisik.
Intan dikenal sangat keras, langka, dan transparan,
sedangkan grafit agak lunak, mudah ditemukan, dan
opak.

Menurut Kuzvart (1984) grafit dapat terjadi secara


proses magnetik awal, kontak magmatik, hidrotermal,
metamorfogenik, dan residual.
Belum ditemukan daerah yang berpotensi di
Indonesia. Sampai saat ini Indonesia masih megimpor
grafit.

KROMIT
Kromit merupakan satu-satunya mineral yang menjadi
sumber logam kromium. Mineral ini mempunyai
komposisi kimia FeCr2O3. Kromit mempunyai sifat
antara lain berwarna hitam, bentuk kristal massif
hingga granular, sistim kristal oktahedral, goresan
berwarna coklat, kekerasan 5,5 (skala mohs), dan
berat jenis 4,5 – 4,8. Komposisi kimia kromit sangat
bervariasi karena terdapat usur-unsur lain yang
mempengaruhinya, karena itu berdasarkan nisbah
Cr:Fe, kromit dapat dibagi menjadi tiga jenis, yaitu:
kromit kaya krom, kaya aluminium, dan kaya besi.

Kromit dapat terjadi sebagai endapan primer, yaitu:


tipe cebakan stratiform dan podiform, atau sebagai
endapan sekunder berupa pasir hitam dan tanah
laterit.
Penyebaran kromit tersebut terdapat di
Potensi kromit di Indonesia cukup besar, hal ini Sumatera Barat, Sumatera Utara, Kalimantan
dikarenakan kromit terbentuk pada batuan induknya Barat, Kalimantan Selatan, Sulawesi Selatan,
yaitu ofiolit, sedangkan penyebaran ofiolit di Maluku Utara, dan Papua.
Indonesia diperkirakan lebih dari 80 ribu km2.
PASIR BESI

Secara umum pasir besi terdiri dari mineral opak


yang bercampur dengan butiran-butiran dari mineral
non logam seperti, kuarsa, kalsit, feldspar, ampibol,
piroksen, biotit, dan tourmalin. mineral tersebut
terdiri dari magnetit, titaniferous magnetit, ilmenit,
limonit, dan hematit, Titaniferous magnetit adalah
bagian yang cukup penting merupakan ubahan dari
magnetit dan ilmenit. Mineral bijih pasir besi
terutama berasal dari batuan basaltik dan andesitik
volkanik.

Kegunaannya pasir besi ini selain untuk industri


logam besi juga telah banyak dimanfaatkan pada
industri semen
Pasir besi ini terdapat seperti di Sumatera, Lombok,
Sumbawa, Sumba, Flores, dan Timor.
TEMBAGA

Tembaga (Cu) mempunyai sistim kristal kubik, secara


fisik berwarna kuning dan apabila dilihat dengan
menggunakan mikroskop bijih akan berwarna pink
kecoklatan sampai keabuan.

Unsur tembaga terdapat pada hampir 250 mineral,


tetapi hanya sedikit saja yang komersial. Pada
endapan sulfida primer, kalkopirit (CuFeS2) adalah
yang terbesar, diikuti oleh kalkosit (Cu2S), bornit
(Cu5FeS4), kovelit (CuS), dan enargit (Cu3AsS4).
Mineral tembaga utama dalam bentuk deposit oksida
adalah krisokola (CuSiO3.2HO), malasit
(Cu2(OH)2CO3), dan azurit (Cu3(OH)2(CO3)2).
Deposit tembaga dapat diklasifikasikan dalam lima
tipe, yaitu: deposit porfiri, urat, dan replacement,
deposit stratabound dalam batuan sedimen, deposit
masif pada batuan volkanik, deposit tembaga nikel
dalam intrusi/mafik, serta deposit nativ. Umumnya
bijih tembaga di Indonesia terbentuk secara
magmatik. Pembentukan endapan magmatik dapat
berupa proses hidrotermal atau metasomatisme.

Logam tembaga digunakan secara luas dalam industri


peralatan listrik. Kawat tembaga dan paduan tembaga
digunakan dalam pembuatan motor listrik, generator,
kabel transmisi, instalasi listrik rumah dan industri,
kendaraan bermotor, konduktor listrik, kabel dan
tabung coaxial, tabung microwave, sakelar, reaktifier
transsistor, bidang telekomunikasi, dan bidang?
bidang yang membutuhkan sifat konduktivitas listrik
dan panas yang tinggi, seperti untuk pembuatan
tabung?tabung dan klep di pabrik penyulingan.
Meskipun aluminium dapat digunakan untuk tegangan
tinggi pada jaringan transmisi, tetapi tembaga masih
memegang peranan penting untuk jaringan bawah
tanah dan menguasai pasar kawat berukuran kecil,
peralatan industri yang berhubungan dengan larutan,
industri konstruksi, pesawat terbang dan kapal laut,
atap, pipa ledeng, campuran kuningan dengan
perunggu, dekorasi rumah, mesin industri non?
elektris, peralatan mesin, pengatur temperatur
ruangan, mesin?mesin pertanian.

BATU APUNG (PUMICE)

Batu apung (pumice) adalah jenis batuan yang


berwarna terang, mengandung buih yang terbuat dari
gelembung berdinding gelas, dan biasanya disebut
juga sebagai batuan gelas volkanik silikat.

Batuan ini terbentuk dari magma asam oleh aksi


letusan gunungapi yang mengeluarkan materialnya ke
udara, kemudian mengalami transportasi secara
horizontal dan terakumulasi sebagai batuan
piroklastik. Batu apung mempunyai sifat vesicular
yang tinggi, mengandung jumlah sel yang banyak
(berstruktur selular) akibat ekspansi buih gas alam
yang terkandung di dalamnya, dan pada umumnya
terdapat sebagai bahan lepas atau fragmen-fragmen
dalam breksi gunungapi. Sedangkan mineral-mineral
yang terdapat dalam batu apung adalah feldspar,
kuarsa, obsidian, kristobalit, dan tridimit.

Jenis batuan lainnya yang memiliki struktur fisika dan


asal terbentuknya sama dengan batu apung adalah
pumicit, volkanik cinter, dan scoria.

Didasarkan pada cara pembentukan, distribusi ukuran


partikel (fragmen), dan material asalnya, batu apung
diklasifikasikan menjadi beberapa jenis, yaitu: sub-
areal, sub-aqueous, new ardante, dan hasil endapan
ulang (redeposit).

Sifat kimia dan fisika batu apung antara lain, yaitu:


mengandung oksida SiO2, Al2O3, Fe2O3, Na2O, K2O,
MgO, CaO, TiO2, SO3, dan Cl, hilang pijar (Loss of
Ignition) 6%, pH 5, bobot isi ruah 480 – 960 kg/cm3,
peresapan air (water absorption) 16,67%, berat jenis
0,8 gr/cm3, hantaran suara (sound transmission)
rendah, rasio kuat tekan terhadap beban tinggi,
konduktifitas panas (thermal conductivity) rendah,
dan ketahanan terhadap api sampai dengan 6 jam.
Keterdapatan batu apung selalu berkaitan dengan
rangkaian gunungapi berumur Kuarter sampai
Tersier. Penyebaran meliputi daerah Serang,
Sukabumi, Pulau Lombok, dan Pulau Ternate .

BENTONIT

Bentonit adalah istilah pada lempung yang mengandung


monmorillonit dalam dunia perdagangan dan termasuk
kelompok dioktohedral. Penamaan jenis lempung
tergantung dari penemu atau peneliti, misal ahli geologi,
mineralogi, mineral industri dan lain-lain.
Bentonit dapat dibagi menjadi 2 golongan berdasarkan
kandungan alu-munium silikat hydrous, yaitu activated clay
dan fuller's Earth. Activated clay adalah lempung yang
kurang memiliki daya pemucat, tetapi daya pemucatnya
dapat ditingkatkan melalui pengolahan tertentu.
Sementara itu, fuller's earth digunakan di dalam fulling
atau pembersih bahan wool dari lemak.

Sedangkan berdasarkan tipenya, bentonit dibagi menjadi


dua, yaitu :

a. Tipe Wyoming (Na-bentonit – Swelling bentonite)


Na bentonit memiliki daya mengembang hingga delapan
kali apabila dicelupkan ke dalam air, dan tetap terdispersi
beberapa waktu di dalam air. Dalam keadaan kering
berwarna putih atau cream, pada keadaan basah dan
terkena sinar matahari akan berwarna mengkilap.
Perbandingan soda dan kapur tinggi, suspensi koloidal
mempunyai pH: 8,5-9,8, tidak dapat diaktifkan, posisi
pertukaran diduduki oleh ion-ion sodium (Na+).

b. Mg, (Ca-bentonit – non swelling bentonite)


Tipe bentonit ini kurang mengembang apabila dicelupkan
ke dalam air, dan tetap terdispersi di dalam air, tetapi
secara alami atau setelah diaktifkan mempunyai sifat
menghisap yang baik. Perbandingan kandungan Na dan Ca
rendah, suspensi koloidal memiliki pH: 4-7. Posisi
pertukaran ion lebih banyak diduduki oleh ion-ion kalsium
dan magnesium. Dalam keadaan kering bersifat rapid
slaking, berwarna abu-abu, biru, kuning, merah dan
coklat. Penggunaan bentonit dalam proses pemurnian
minyak goreng perlu aktivasi terlebih dahulu.

Endapan bentonit Indonesia tersebar di P. Jawa, P.


Sumatera, sebagian P. Kalimantan dan P. Sulawesi,
dengan cadangan diperkirakan lebih dari 380 juta ton,
serta pada umumnya terdiri dari jenis kalsium (Ca-
bentonit) .
Beberapa lokasi yang sudah dan sedang dieksploitasi,
yaitu di Tasikmalaya, Leuwiliang, Nanggulan, dan lain-lain.
Indikasi endapan Na-bentonit terdapat di Pangkalan
Brandan; Sorolangun-Bangko; Boyolali.

Na-bentonit dimanfaatkan sebagai bahan perekat, pengisi


(filler), lumpur bor, sesuai sifatnya mampu membentuk
suspensi kental setelah bercampur dengan air. Sedangkan
Ca-bentonit banyak dipakai sebagai bahan penyerap.
Untuk lumpur pemboran, bentonit bersaing dengan jenis
lempung lain, yaitu atapulgit, sepiolit dan lempung lain
yang telah diaktifkan.

Dengan penambahan zat kimia pada kondisi tertentu, Ca-


bentonit dapat dimanfaatkan sebagai bahan lumpur bor
setelah melalui pertukaran ion, sehingga terjadi perubahan
menjadi Na-bentonit dan diharapkan terjadi peningkatan
sifat reologi dari suspensi mineral tersebut Agar mencapai
persyaratan sebagai bahan lumpur sesuai dengan
spesifikasi standar, perlu ada penambahan polimer. Hal itu
dapat dilakukan melalui aktivasi bentonit untuk bahan
lumpur bor.
FIRECLAY

Fire clay adalah mineral yang terdiri dari mineral


kaolinit yang bentuk kristalnya tidak sempurna,
dengan mengandung sedikit mika atau ilit, kuarsa,
dan mineral lempung yang bersifat lunak dan tidak
mempunyai perlapisan. Lempung tersebut
mempunyai nilai PCE >19, sehingga tahan terhadap
suhu tinggi (>15000 C) tanpa adanya pembentukan
masa gelas. Fireclay terbentuk karena soil yang
tertimbun oleh sedimen lain di daratan atau cekungan
lakustrin ataupun delta yang umumnya mengandung
batubara.

Penggunaan fire clay terutama untuk refraktori,


isolator, dll.
Potensi fireclay terdapat di Sumatera Selatan, Jawa
Barat, Kalimantan Selatan, Kalimantan Timur, dan
Sulawesi Selatan.
GRANIT

Granit merupakan salah satu batuan beku, yang bertekstur granitik dan
struktur holokristalin, serta mempunyai komposisi kimia ±70% SiO2 dan
±15% Al2O3, sedangkan mineral lainnya terdapat dalam jumlah kecil,
seperti biotit, muskovit, hornblende, dan piroksen. Umumnya granit
berwarna putih keabuan, Sebagai batu hias warna granit lainnya adalah
merah, merah muda, coklat, abu-abu, biru, hijau, dan hitam, hal ini
tergantung pada komposisi mineralnya.

Granit merupakan batuan beku asam plutonik atau terbentuk dan


membeku dalam kerak bumi. Bentuk cebakan yang terjadi dapat berupa
dike, sill, atau dalam bentuk masa yang besar dan tidak beraturan.
Batuan lelehan dari granit disebut rhiolit, yang mempunyai susunan
kimia dan mineralogy yang sama dengan granit tetapi tekstur dan
strukturnya berlainan.

Granit mempunyai sumber cadangan yang potensial, namun sampai


saai ini belum banyak yang ditambang. Potensi tersebut terdapat di
Pulau Sumatera, Kepulauan Riau, Kalimantan Barat, Kalimantan
Selatan, dan Sulawesi Selatan.
PASIR KWARSA

Pasir kuarsa adalah bahan galian yang terdiri atas


kristal-kristal silika (SiO2) dan mengandung senyawa
pengotor yang terbawa selama proses pengendapan.
Pasir kuarsa juga dikenal dengan nama pasir putih
merupakan hasil pelapukan batuan yang mengandung
mineral utama, seperti kuarsa dan feldspar. Hasil
pelapukan kemudian tercuci dan terbawa oleh air
atau angin yang terendapkan di tepi-tepi sungai,
danau atau laut.

Pasir kuarsa mempunyai komposisi gabungan dari


SiO2, Fe2O3, Al2O3, TiO2, CaO, MgO, dan K2O,
berwarna putih bening atau warna lain bergantung
pada senyawa pengotornya, kekerasan 7 (skala
Mohs), berat jenis 2,65, titik lebur 17150C, bentuk
kristal hexagonal, panas sfesifik 0,185, dan
konduktivitas panas 12 – 1000C.

Dalam kegiatan industri, penggunaan pasir kuarsa


sudah berkembang meluas, baik langsung sebagai
bahan baku utama maupun bahan ikutan. Sebagai
bahan baku utama, misalnya digunakan dalam
industri gelas kaca, semen, tegel, mosaik keramik,
bahan baku fero silikon, silikon carbide bahan abrasit
(ampelas dan sand blasting). Sedangkan sebagai
bahan ikutan, misal dalam industri cor, industri
perminyakan dan pertambangan, bata tahan api
(refraktori), dan lain sebagainya.

Cadangan pasir kuarsa terbesar terdapat di Sumatera


Barat, potensi lain terdapat di Kalimantan Barat, Jawa
Barat, Sumatera Selatan, Kalimantan Selatan, dan
Pulau Bangka dan Belitung.

Anda mungkin juga menyukai