LP Diare
LP Diare
A. PENGERTIAN
Gastroenteritis merupakan suatu peradangan yang biasanya disebabkan
baik oleh virus maupun bakteri pada traktus intestinal (Guyton & Hall,
2006).
Gastroenteritis diartikan sebagai buang air besar yang tidak normal atau
bentuk tinja yang encer dengan frekwensi yang lebih banyak dari biasanya
(Mansjoer, 2006).
Gastroentritis ( GE) adalah peradangan yang terjadi pada lambung dan
usus yang memberikan gejala diare dengan atau tanpa disertai muntah
(Capernito,2007).
Diare adalah dimana terjadi frekuensi defekasi yang abnormal (lebih dari
3x per hari) serta perubahan dalam isi (lebih dari 200gr/hari) dan konsistensi
feses cair. (Smeltzer,2001).
Gastroenteritis adalah inflamasi pada daerah lambung dan intestinal yang
disebabkan oleh bakteri yang bermacam-macam,virus dan parasit yang
patogen (Whaley & Wong’s,2007).
Dapat disimpulkan gastroentritis adalah peradangan yang terjadi pada
lambung dan usus yang memberikan gejala diare dengan frekuensi lebih
banyak (lebih dari 3x perhari) serta perubahan dalam isi (lebih dari
200gr/hari) dan konsistensi feses cair dari biasanya yang disebabkan oleh
bakteri,virus dan parasit yang patogen.
B. ETIOLOGI
1. Faktor infeksi
Infeksi bakteri :
Vibrio, E. Coli, Salmonella, Shigelia Compylobacter, Yersina,
Aeromonas, dan sebagainya.
Infeksi virus :
Eterovirus (virus ECHO, Coxsackie Poliofelitis), Adenovirus,
Rotavirus, Astrovirus, dan lain-lain.
Infeksi parasit : cacing (Ascaris, Triguris, Oxyyuris, Strongyloides),
protozoa (Entamoeba Hstolitica, Glardialambia, Trichomonas Hominis).
2. Faktor malabsorbsi: Malabsorbsi karbohidrat, lemak, atau protein.
3. Faktor makanan, Makanan basi, beracun, dan alergi terhadap makanan.
4. Factor psikologis, Rasa takut dan cemas.
5. Imunodefisiensi, Dapat mengakibatkan terjadinya pertumbuhan bakteri.
6. Infeksi terhadap organ lain, seperti radang tonsil, bronchitis, dan radang
tenggorokan.
C. KLASIFIKASI
Gastroenteritis (diare) dapat di klasifikasi berdasarkan beberapa faktor :
1. Berdasarkan lama waktu :
a. Akut : berlangsung < 5 hari
b. Persisten : berlangsung 15-30 hari
c. Kronik : berlangsung > 30 hari
2. Berdasarkan mekanisme patofisiologik
a. Osmotik, peningkatan osmolaritas intraluminer
b. Sekretorik, peningkatan sekresi cairan dan elektrolit
3. Berdasarkan derajatnya
a. Diare tanpa dihindrasi
b. Diare dengan dehidrasi ringan/sedang
c. Diare dengan dehidrasi berat
4. Berdasarkan penyebab infeksi atau tidak
a. Infektif
b. Non infeksif
D. PATOFISIOLOGI
Sebagian besar diare akut di sebabkan oleh infeksi. Banyak dampak yang
terjadi karena infeksi saluran cerna antara lain: pengeluaran toksin yang dapat
menimbulkan gangguan sekresi dan reabsorbsi cairan dan elektrolit dengan
akibat dehidrasi,gangguan keseimbangan elektrolit dan gangguan
keseimbangan asam basa. Invasi dan destruksi pada sel epitel, penetrasi ke
lamina propia serta kerusakan mikrovili yang dapat menimbulkan keadaan
maldigesti dan malabsorbsi,dan apabila tidak mendapatkan penanganan yang
adekuat pada akhirnya dapat mengalami invasi sistemik.
F. KOMPLIKASI
1. Dehidrasi
2. Renjatan hipovolemik
3. Kejang
4. Bakterimia
5. Malnutrisi
6. Hipoglikemia
7. Intoleransi sekunder akibat kerusakan mukosa usus
G. PATHWAY
Hiperperistaltik
GEA
Hipertermihipotalamus
Merangsang Perubahan nutrisi
kurang dari
kebutuhan tubuh
Resiko tinggi
kekurangan volume
cairan
H. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Pemeriksaan laboratorium.
a. Pemeriksaan tinja.
b. Pemeriksaan gangguan keseimbangan asam basa dalam darah
astrup,bila memungkinkan dengan menentukan PH keseimbangan
analisa gas darah atau astrup,bila memungkinkan.
c. Pemeriksaan kadar ureum dan creatinin untuk mengetahui pungsi
ginjal.
2. Pemeriksaan elektrolit intubasi duodenum untuk mengetahui jasad renik
atau parasit secara kuantitatif,terutama dilakukan pada penderita diare
kronik.
I. PENATALAKSANAAN
1. Terapi Cairan
Untuk menentukan jumlah cairan yang perlu diberikan kepada penderita
diare, harus diperhatikan hal-hal sebagai berikut :
a. Jumlah cairan : jumlah cairan yang harus diberikan sama dengan
jumlah cairan yang telah hilang melalui diare dan/muntah muntah PWL
(Previous Water Losses) ditambah dengan banyaknya cairan yang
hilang melalui keringat, urin dan pernafasan NWL (Normal Water
Losses).
b. Cairan yang hilang melalui tinja dan muntah yang masih terus
berlangsung CWL (Concomitant water losses) (Suharyono dkk., 1994
dalam Wicaksono, 2011)
3. Pemerikasaan fisik.
Inspeksi : mata cekung,ubun-ubun besar,selaput lendir,mulut dan bibir
kering,berat badan menurun,anus kemerahan.
Perkusi : adanya distensi abdomen.
Palpasi : Turgor kulit kurang elastic
Auskultasi : terdengarnya bising usus.
K. DIAGNOSA KEPERAWATAN YANG MUNGKIN MUNCUL
Intervensi
1. Kaji tanda gejala hipertemi
R/: Dapat didentifikasi pola/ tingkat demam
2. Ajarkan klien dan keluarga pentingnya mempertahankan masukan yang
adekuat sedikitnya 2000 ml/ hari
R/: Untuk memenuhi kebutuhan cairan dalam tubuh klien
3. Monitor intake dan output dehidrasi
R/: Peningkatan suhu tubuh mengakibatkan penguapan cairan tubuh
meningkat sehingga perlu diimbangi dengan asupan cairan yang
banyak
4. Monitor suhu dan tanda vital
R/: Suhu 38,9-41,1 C menunjukkan proses penyakit infeksius akut
5. Kolaborasi dengan TIM Medis (dokter) pemberian obat antipiretik
R/: Digunakan untuk mengurangi demam dengan aksi centralnya pada
hipotalamus, meskipun demam mungkin dapat berguna dalam
membatasi pertumbuhan organism, dan meningkatkan autodekstruksi
dari sel-sel yang terinfeksi.
q.blogspot.com/2008/09/asuhan-keperawatan-medikalbedah
dengan_8181.html.
LAPORAN PENDAHULUAN
KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH DENGAN GASTROENTERITIS
AKUT
DI RUANG MAWAR 2 RSUD KARANGANYAR
Disusun Oleh :
LEMBAR PERSETUJUAN
Tim Pembimbing
Disusun Oleh :
LEMBAR PERSETUJUAN
Tim Pembimbing