Anda di halaman 1dari 10

REVISI

LAPORAN PRAKTIKUM
ILMU MATERIAL KEDOKTERAN GIGI II

Topik : AMALGAM
Kelompok : A-12
Tgl.Praktikum : Senin, 28 Agustus 2017
Pembimbing : Helal Soekartono, drg., M. Kes

Penyusun:
NO NAMA NIM
1. Aisyah Ekasari R 021611133053
2. Jeveline Amelia 021611133054
3. Maidel Salsabila 021611133055

DEPARTEMEN MATERIAL KEDOKTERAN GIGI


FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
UNIVERSITAS AIRLANGGA
2017
1. TUJUAN
1.1 Mahasiswa mampu memanipulasi bahan restorasi amalgam dengan benar
menggunakan perbandingan antara bubuk amalgam dengan merkuri tepat.
1.2 Mahasiswa mampu membedakan antara hasil triturasi bahan restorasi amalgam secara
manual dengan mekanik.
1.3 Mahasiswa mampu melakukan aplikasi bahan restorasi amalgam dalam kavitas
(cetakan model) dengan tepat.

2. ALAT DAN BAHAN


2.1 Bahan
a. Bubuk amalgam
b. Cairan merkuri

Gambar 1. A. Bubuk Amalgam B. Cairan Merkuri


2.2 Alat
a. Mortar dan pestle amalgam
b. Kondenser amalgam
c. Kain kasa
d. Pistol amalgam
e. Cetakan model
f. Dispenser bubuk amalgam
g. Dispenser cairan merkuri
h. Sonde
i. Spatula semen
j. Brander
k. Burnisher
l. Pinset
m. Pisau model
n. Amalgamator
o. Timbangan digital

Gambar 2. A. Mortar dan pestle amalgam B. Kondenser amalgam C. Kain kasa D.


Pistol amalgam E. Cetakan model F. Dispenser bubuk amalgam G. Dispenser cairan
merkuri H. Sonde I. Spatula semen J. Brander K. Burnisher L. Pinset M. Pisau model
N. Amalgamator O. Timbangan digital

3. CARA KERJA
3.1 Triturasi secara Manual
a. Cairan merkuri dikeluarkan dari dispenser sebanyak satu kali tekanan (arah tegak lurus)
lalu ditimbang sebanyak 0,58 mg, kemudian dimasukkan dalam mortar.

Gambar 3. Menjelaskan bahwa cairan merkuri ditimbang dan dimasukan dalam


mortar.
b. Bubuk amalgam ditimbang sebanyak 0,58 mg, kemudian dimasukan dalam mortar.

Gambar 4. Menjelaskan bubuk amalgam ditimbang lalu dimasukan dalam mortar.

c. Bubuk amalgam dan cairan merkuri diaduk dengan cara menekan pestle pada dinding
mortar (pen-type grip) dengan gerakan memutar sampai homogen selama 60 detik. Pada
saat mulai pengadukan waktu dicatat.

Gambar 5. Pengadukan amalgam

d. Adonan yang telah diaduk dimasukkan ke dalam kain kasa, kelebihan merkuri
dikeluarkan dengan cara memeras dalam kain kasa. Kain kasa dijepit kuat dengan pinset
kemudian kain kasa diputar dan digerakkan ke atas, maka sisa merkuri akan keluar dari
kasa. Pekerjaan ini dilakukan beberapa kali sampai tidak ada sisa merkuri yang keluar
dari kasa. Apabila dengan cara tersebut sisa merkuri tidak keluar, pemerasan dilakukan
dengan tangan.

Gambar 6. Mengeluarkan cairan merkuri dengan cara memeras.


e. Adonan didalam kain kasa disatukan dengan cara memelintir, kemudian diambil dengan
amalgam pistol dan dimasukkan dalam cetakan model. Penempatan adonan amalgam
dalam cetakan model sedikit demi sedikit sambil dilakukan kondensasi menggunakan
kondenser sampai adonan padat. Pekerjaan ini dilakukan berulang-ulang sampai cetakan
model penuh, kemudian dihaluskan dengan burnisher. Kekerasan permukaan diamati
dengan menggurat permukaan amalgam menggunakan sonde dengan cara ditarik tanpa
tekanan dengan interval setiap 5 detik.

Gambar 7. Pengambilan amalgam dari kain kasa lalu dilakukan penempatan amalgam
diatas cetakan model dilanjutkan dengan kondensasi menggunakan condenser dan
dihaluskan dengan burnisher lalu dilakukan pengguratan menggunakansonde tanpa
tekanan.

f. Amalgam ditunggu sampai mengeras. Waktu yang diperlukan sampai amalgam


mengeras dicatat.

3.2 Triturasi secara Mekanik


a. Amalgamator disambungkan ke sumber listrik.

Gambar 8. Amalgamator disambungkan ke sumber listrik


b. Kapsul yang telah berisi amalgam dan merkuri sesuai takaran pabrik, diletakkan di
tempat pengaduk pada amalgamator dengan tepat.
c. Ditentukan waktu pengadukan selama 8 detik untuk kecepatan pengadukan High dan 4
detik untuk kecepatan pengadukan Low. Kemudian tombol ON dinyalakan.

Gambar 9. Pengadukan amalgam dengan amalgamator.

d. Triturasi sesuai dengan waktu yang ditentukan, selanjutnya kapsul dikeluarkan dari
amalgamator. Kapsul dibuka dan amalgam diletakkan di atas kain kasa, kemudian di
peras (cara yang sama dengan triturasi manual).
e. Adonan pada kain kasa diambil dengan amalgam pistol, dimasukkan ke cetakan model.
Penempatan adonan amalgam dalam cetakan model sedikit demi sedikit sambil
dilakukan kondensasi menggunakan kondenser sampai adonan padat. Pekerjaan ini
dilakukan berulang-ulang sampai cetakan model penuh, kemudian dihaluskan dengan
burnisher.
g. Kekerasan permukaan diamati dengan menggurat permukaan amalgam menggunakan
sonde dengan interval setiap 5 detik. Amalgam ditunggu sampai mengeras. Waktu yang
diperlukan sampai amalgam mengeras dicatat.
4. HASIL PRAKTIKUM
Tabel 4.1 Triturasi manual
Rasio (1:1)
No Triturasi Manual Waktu
Bubuk Amalgam Cairan Merkuri
1 Manual 0,58 mg 0,58 mg 13 menit

Tabel 4.2 Triturasi mekanik low speed

Rasio (1:1)
No Triturasi Mekanik Waktu
Bubuk Amalgam Cairan Merkuri
1 Low Speed Takaran Pabrik Takaran Pabrik 9 menit 10 detik

Tabel 4.3 Triturasi mekanik high speed


Rasio (1:1)
No Triturasi Mekanik Waktu
Bubuk Amalgam Cairan Merkuri
1 High Speed Takaran Pabrik Takaran Pabrik 6 menit 30 detik

Pada percobaan triturasi secara manual yang pertama, bubuk amalgam 0,58 mg dan
cairan merkuri sebanyak 0,58 mg memerlukan waktu 13 menit.
Pada percobaan triturasi mekanik, kapsul yang berisi bubuk amalgam dan cairan
merkuri, diletakkan pada tempat pengaduk pada amalgamator. Waktu yang diperlukan dalam
triturasi mekanik dengan high speed sesuai percobaan adalah 6 menit 30 detik. Sementara itu,
waktu yang diperlukan sampai amalgam mengeras pada percobaan triturasi mekanik dengan
low speed adalah 9 menit 10 detik.
Dari hasil praktikum didapatkan initial setting pada percobaan pertama yaitu triturasi
secara mekanik dengan kecepatan high selama 6 menit 30 detik. Sedangkan pada percobaan
kedua yaitu triturasi secara mekanik dengan kecepatan low selama 9 menit 10 detik. Sedangkan
initial setting triturasi secara manual selama 13 menit.

5. PEMBAHASAN
Dari hasil percobaan yang telah dilakukan, initial setting amalgam untuk teknik manual
lebih lama daripada initial setting time untuk mekanik Low dan mekanik High, teknik mekanik
Low memiliki initial setting lebih cepat dari teknik manual dan lebih lama daripada teknik
mekanik high. Menurut Anusavice 2013, dengan rasio bubuk amalgam dengan merkuri yang
sama, maka peningkatan kecepatan triturasi dapat mempersingkat setting time amalgam. Hal
ini mengacu pada teori bahwa selalu ada lapisan oksida dari permukaan alloy yang
menghambat difusi merkuri ke alloy. Lapisan ini dapat dihapus oleh abrasi ketika partikel alloy
dan merkuri tertriturasi (Anusavice,2013). Dengan kata lain, semakin tinggi kecepatan
pengadukan maka semakin tinggi proses abrasi yang terjadi sehingga alloy dapat berdifusi
dengan merkuri dengan waktu yang semakin singkat dan semakin cepat pula setting time dari
amalgam tersebut
Amalgam adalah alloy yang mengandung merkuri. Merkuri berwujud cair pada
temperatur ruang (Anusavice, 2013, p. 340). Triturasi adalah salah satu dari variabel yang
sangat penting. Sebelum melakukan triturasi manual maupun mekanik, hal yang perlu
dilakukan terlebih dahulu adalah menakar bubuk amalgam dan cairan merkuri. Perbandingan
takaran cairan merkuri dan bubuk amalgam yang dipakai adalah 1:1. Cairan merkuri ditimbang
sesuai takaran yang telah ditentukan, yaitu antara 0,48 hingga 0,58 mg baru kemudian bubuk
amalgam ditakar. Hal ini dilakukan karena pengukuran cairan merkuri lebih susah bila
dibandingkan dengan pengukuran takaran bubuk amalgam. Waktu triturasi yang dibutuhkan
tergantung dari jenis logam campuran yang digunakan, serta teknik pencampuran dan
kelarutannya. Logam jenis spherical alloy cenderung membutuhkan waktu triturasi yang
pendek. Ini dikarenakan partikelnya lebih mudah terbasahi daripada lathe-cut alloy
(Anusavice, 2013, p. 341, 343).
Proses pencampuran bubuk amalgam dan merkuri disebut triturasi (Anusavice, 2013,
p. 341). Tirturasi yang dilakukan dalam percobaan ini adalah triturasi manual dan mekanik.
Triturasi memiliki dua fungsi yaitu untuk memberikan penggabungan yang tepat dari bubuk
amalgam dan merkuri serta untuk menghilangkan oksida pada lapisan permukan amalgam.
Setting time dari proses triturasi dipengaruhi oleh rasio bubuk amalgam dengan merkuri dan
pengadukan amalgam. Namun, karena rasio bubuk amalgam dengan merkuri yang digunakan
pada praktikum adalah 1:1 maka faktor utama yang mempengaruhi setting time dari proses
triturasi adalah cara pengadukan amalgam.
Waktu triturasi yang tepat tergantung pada teknik pencampuran pada sistem yang
berjalan dengan kecepatan 4000 rpm dan pergerakan sekitar 50 mm, waktu amalgamasi dapat
berlangsung sekitar 5 detik. Untuk sistem yang lebih lambat, dengan kecepatan 2600 rpm
waktu triturasi bisa mejadi 20 detik atau lebih. Jika ditemukan bahwa amalgam setting terlalu
cepat, maka waktu triturasi harus ditingkatkan dan bukan diturunkan seperti yang kebanyakan
dilakukan, triturasi tambahan akan menyediakan lebih banyak campuran yang plastis dengan
waktu kerja yang lebih lama (Van Noort, 2007, p.87)
Dalam percobaan triturasi manual, cairan merkuri dituang pada bubuk amalgam yang
ada di mortar, kemudian diaduk dengan cara menekan pestle pada dinding mortar hingga
homogen selama 40 detik. Posisi pestle yang dipakai untuk mengaduk, bagian permukaannya
yang tidak rata berada di bawah (berhadapan langsung dengan mortar). Dalam percobaan
triturasi mekanik, kapsul berisi bubuk amalgam dan cairan merkuri yang telah ditakar
diletakkan pada tempat pengaduk pada amalgamator. Amalgamator dapat diatur lama triturasi
dan kecepatannya sesuai dengan yang dibutuhkan. Keuntungan triturasi secara mekanik antara
lain; didapatkan hasil pencampuran yang seragam (homogen), waktu untuk proses triturasi
lebih pendek daripada triturasi secara manual, dan rasio alloy dan merkuri yanglebih besar
dapat digunakan dalam teknik triturasi mekanik (Mc Cabe and Walls, 2008, p. 191-192). Selain
itu, triturasi secara mekanik dapat mengurangi adanya kontaminasi antara merkuri dengan
pekerja.
Menurut (Anusavice, 2013, p. 347) penyebab utama penuangan merkuri yang tidak
akurat adalah merkuri yang terkontaminasi, yang menyebabkan bahan pencemar terperangkap
di dalam dispenser dan mulut dispenser. Jika hal-hal tersebut tidak dikontrol maka keluarnya
merkuri dapat bervariasi 3% atau 4%. Apabila digunakan metode rasio cairan merkuri : bubuk
amalgam yang rendah, variasi persentase merkuri dapat menghasilkan adonan amalgam yang
tidak dapat dipakai. Ketidaktepatan rasio bubuk dan cairan karena ketidakakuratan timbangan
yang digunakan, dapat membuat adonan amalgam lebih cepat atau lebih lambat waktu
settingnya.
Pada proses pemerasan, tiap-tiap orang memiliki kekuatan yang berbeda-beda.
Kemungkinan, jumlah cairan merkuri yang keluar dari kedua percobaan tidak sama, sehingga
rasio bubuk dan cairan tidak sesuai. Menurut (Anusavice, 2013, p. 346 - 347) pada tahap awal,
pembuangan kelebihan merkuri dilakukan dengan memeras campuran amalgam dalam kain
kasa sebelum dimasukkan ke dalam preparasi yang telah dibuat. Selain itu, kelebihan merkuri
akan terdorong ke atas pada saat proses kondensasi, dan kelebihan ini dibuang sementara
campuran amalgam terbentuk menjadi restorasi. Sekalipun dihasilkan restorasi yang bagus dari
prosedur tersebut, namun jumlah merkuri yang dibuang dengan menggunakan kain kasa dan
saat kondensasi bervariasi. Oleh karena itu, ada kemungkinan terjadi kesalahan.
Pada proses kondensasi, pemberian kekuatan tekanan yang berbeda akan mengurangi
kepadatan pada cetakan sehingga akan mempengaruhi waktu setting. Tujuan kondensasi adalah
memadatkan amalgam ke dalam kavitas yang telah dipreparasi sehingga tercapai kepadatan
yang maksimal, dengan jumlah merkuri yang cukup untuk menjamin kelanjutan tahap matriks
di antara partikel-partikel amalgam. Pada amalgam dengan kandungan merkuri yang tinggi,
kondensasi harus berhasil mengangkat merkuri ke permukaan agar penambahan amalgam
berikutnya dapat menyatu dengan baik (Anusavice, 2013, p. 348).
6. KESIMPULAN
Initial setting amalgam yang didapatkan dengan triturasi menggunakan amalgamator
dengan kecepatan high 6 menit 30 detik dan kecepatan low 9 menit 10 detik lebih singkat
dibandingkan dengan triturasi amalgam dengan menggunakan metode manual yaitu 13 menit.

7. DAFTAR PUSTAKA
Anusavice KJ. 2013. Phillips' Science of Dental Materials 11th ed. St. Louis: Elsevier.
Mc Cabe J.F. and Walls A.W.G.Applied Dental Materials. 9thed.Oxford. Blackwell
Publishing Ltd. 2008
Powers J.M and Wataha J.C.Dental Materials. 9thed. St Louis. MosbyElsevier. 2012
Van Noort R.Introduction to Dental Materials. 3th ed. London, NewYork, Mosby.
Elsevier Limited. 2007

Anda mungkin juga menyukai