Anda di halaman 1dari 21

1

LAPORAN PENDAHULUAN
PARTUS PREMATURUS IMMINENS

1. Konsep Anatomi Fisiologi Sistem Reproduksi Wanita


1.1 Anatomi

1.2 Fisiologi
Anatomi organ reproduksi wanita secara garis besar dibagi dalam dua
golongan yaitu: genetalia eksterna dan genetalia interna.
1.2.1 Genetalia Eksterna (bagian luar).
Meliputi semua organ-organ yang terletak antara os pubis, ramus
inferior dan perineum. Antara lain:
a. Mons veneris / mons pubis (daerah tumbuhnya rambut)
Merupakan bagian yang menonjol (bantalan) berisi jaringan lemak
dan sedikit jaringan ikat yang terletak di atas shympisis
pubis. Setelah pubertas kulit dari mons veneris tertutup oleh
rambut-rambut. Mons veneris berfungsi untuk melindungi alat
genetalia dari masuknya kotoran selain itu untuk estetika.
b. Labia Mayora (bibir besar)
Merupakan kelanjutan dari mons veneris berbentuk lonjong dan
menonjol, berasal dari mons veneris dan berjalan ke bawah dan
belakang.Kedua bibir ini di bagian bawah bertemu membentuk
perineum (pemisah anus dengan vulva). Permukaan ini terdiri dari :
2

1) Bagian luar : tertutup rambut, yang merupakan kelanjutan


dari rambut pada mons veneris.
2) Bagian dalam : tanpa rambut, merupakan selaput yang
mengandung kelenjar sebasea (lemak). Berfungsi untuk
menutupi organ-organ genetalia di dalamnya dan mengeluarkan
cairan pelumas pada saat menerima rangsangan.
c. Labia Minora atau Nimfae (bibir kecil)
Merupakan lipatan di bagian dalam bibir besar, tanpa
rambut.Dibagian atas klitoris, bibir kecil bertemu membentuk
prepusium klitoridis dan di bagian bawahnya bertemu membentuk
frenulum klitoridis. Bibir kecil ini mengelilingi orifisium vagina.
d. Clitoris (kelentit/ jaringan yang berisi saraf)
Merupakan sebuah jaringan erektil kecil yang serupa dengan penis
laki-laki. Mengandung banyak urat-urat syaraf sensoris dan
pembuluh-pembuluh darah sehingga sangat peka. Letaknya anterior
dalam vestibula.Berfungsi untuk menutupi orga-organ genetalia di
dalamnya serta merupakan daerah erotik yang mengandung
pambuluh darah dan syaraf.
e. Vestibulum (muara vagina)
Merupakan alat reproduksi bagian luar yang dibatasi oleh kedua
bibir kecil, bagian atas klitoris, bagian belakang (bawah) pertemuan
kedua bibir kecil. Pada vestibulum terdapat muara uretra, dua
lubang saluran kelenjar Bartholini, dua lubang saluran
Skene. Berfungsi untuk mengeluarkan cairan yang berguna untuk
melumasi vagina pada saat bersenggama.
f. Kelenjar Bartholini (kelenjar lendir)
Merupakan kelenjar terpenting di daerah vulva dan vagina karena
dapat mengeluarkan lendir. Pengeluaran lendir meningkat saat
hubungan seks, dan salurannya keluar antara himen dan labia
minora.
g. Hymen (selaput dara)
Merupakan jaringan yang menutupi lubang vagina, bersifat rapuh
dan mudah robek. Himen ini berlubang sehingga menjadi saluran
dari lendir yang dikeluarkan uterus dan darah saat menstruasi. Bila
3

himen tertutup seluruhnya disebut hymen imperforata dan


menimbulkan gejala klinik setelah mendapat menstruasi.
h. Lubang kencing (orifisium uretra externa)
Tempat keluarnya air kencing yang terletak dibawah klitoris.
Fungsinya sebagai saluran untuk keluarnya air kencing.
i. Perineum (jarak vulva dan anus)
Terletak diantara vulva dan anus, panjangnya kurang lebih
4cm.Terdapat otot-otot yang penting yaitu sfingter anus
eksterna daninterna serta dipersyarafi oleh saraf pudendus dan
cabang-cabangnya.

1.2.2 Genetalia Interna (bagian dalam). Genetalia interna antara


kandung terdiri dari:
a. Vagina (liang senggama)
Merupakan saluran muskulo-membraneus yang menghubungkan
uterus dengan vulva. Jaringan muskulusnya merupakan kelanjutan
dari muskulus sfingter ani dan muskulus levator ani, oleh karena itu
dapat dikendalikan. Vagina terletak di antara kandung kemih dan
rektum. Panjang bagian depannya sekitar 9 cm dan dinding
belakangnya sekitar 11 cm. Pada dinding vagina terdapat lipatan-
lipatan melintang disebur rugae dan terutama di bagian bawah.
Pada puncak (ujung) vagina, menonjol serviks bagian dari uterus.
Bagian serviks yang menonjol ke dalam vagina disebut porsio.
Porsio uteri membagi puncak vagina menjadi forniks anterior
(depan), forniks posterior (belakang),forniks dekstra (kanan),
forniks sinistra (kiri). Sel dinding vagina mengandung banyak
glikogen yang menghasilkan asam susu dengan PH 4,5. Keasaman
vagina memberikan proteksi terhadap infeksi. Fungsi utama vagina
adalah:
1) Sebagai saluran keluar dari uterus yang dapat mengalirkan darah
pada waktu haid dan sekret dari uterus.
2) Sebagai alat persetubuhan.
3) Sebagai jalan lahir pada waktu partus.
4

b. Uterus (rahim)
Uterus adalah organ yang tebal, berotot, berbentuk buah pir,
terletak di dalam pelvis (panggul), antara rektum di belakang dan
kandung kencing di depan. Berfungsi sebagai tempat calon bayi
dibesarkan. Bentuknya seperti buah alpukat dengan berat normal
30-50 gram. Pada saat tidak hamil, besar rahim kurang lebih
sebesar telur ayam kampung. Diding rahim terdiri dari 3 lapisan :
1) Peritoneum
Yang meliputi dinding uterus bagian luar, dan merupakan
penebalan yang diisi jaringan ikat dan pembuluh darah limfe dan
urat saraf. Bagian ini meliputi tuba dan mencapai dinding
abdomen (perut).
2) Myometrium
Merupakan lapisan yang paling tebal, terdiri dari otot polos yang
disusun sedemikian rupa hingga dapat mendorong isinya keluar
saat proses persalinan.Diantara serabut-serabut otot terdapat
pembuluh darah, pembulh lymfe dan urat syaraf.
3) Endometrium
Merupakan lapisan terdalam dari uterus yang akan menebal
untuk mempersiapkan jika terjadi pembuahan. Tebalnya
sususnannya dan faalnya berubah secara siklis karena
dipengaruhi hormon-hormon ovarium. Dalam kehamilan
endometrium berubah menjadi decidua.
Fungsi uterus yaitu untuk menahan ovum yang telah di buahi
selama perkembangan. Sebutir ovum, sesudah keluar dari ovarium,
diantarkan melalui tuba uterina ke uterus. (pembuahan ovum secara
normal terjadi di dalam tuba uterina). Endometrium disiapkan
untuk penerimaan ovum yang telah dibuahi itu dan ovum itu
sekarang tertanam di dalamnya. Sewaktu hamil, yang secara
normal berlangsung selama kira-kira 40 minggu, uterus bertambah
besar, dindingnya menjadi tipis, tetapi lebih kuat dan membesar
sampai keluar pelvis masuk ke dalam rongga abdomen pada masa
pertumbuhan fetus.
Pada waktu saatnya tiba dan mulas tanda melahirkan mulai, uterus
berkontraksi secara ritmis dan mendorong bayi dan plasenta keluar
5

kemudian kembali ke ukuran normalnya melalui proses yang


dikenal sebagai involusi.
c. Tuba Uterina (saluran telur)
Tuba uterina atau saluran telur, terdapat pada tepi atas ligamentum
latum, berjalan ke arah lateral, mulai dari ostium tuba internum
pada dinding rahim.Tuba fallopi merupakan tubulo muskular,
dengan panjang sekitar 12 cm dan diametrnya 3 dan 8 mm. Tuba
fallopi terbagi menjadi 4 bagian:
1) Pars interstitialis (intramularis), terletak di antara otot rahim,
mulai dari ostium internum tuba.
2) Pars isthmika tuba, bagian tuba yang berada di luar uterus dan
merupakan bagian yang paling sempit.
3) Pars ampularis tuba, bagian tuba yang paling luas dan berbentuk
S
4) Pars infundibulo tuba, bagian akhir tubae yang memiliki umbai
yang disebut fimbriae tuba.
Fungsi tuba fallopi sangat penting, yaitu untuk menangkap ovum
yang dilepaskan saat ovulasi, sebagai saluran dari spermatozoa
ovum dan hasil konsepsi,tempat terjadinya konsepsi, dan tempat
pertumbuhan dan perkembangan hasil konsepsi sampai mencapai
bentuk blastula, yang siap mengadakan implantasi.
d. Ovarium (indung telur)
Ovarium adalah kelenjar berbentuk buah kenari, terletak di kanan
dan kiri uterus, di bawah tuba uterina, dan terikat di sebelah
belakang oleh ligamentum latum uteri. Ovarium berisi sejumlah
besar ovum belum matang, yang disebut oosit primer. Setiap oosit
dikelilingi sekelompok sel folikel pemberi makanan. Pada setiap
siklus haid sebuah dari ovum primitif ini mulai mematang dan
kemudian cepat berkembang menjadi folikel ovari yang vesikuler
(folikel Graaf).
Sewaktu folikel Graff berkembang, perubahan terjadi di dalam sel-
sel ini, dan cairan likuor folikuli memisahkan sel-sel dari membran
granulosa menjadi beberapa lapis. Pada tahap inilah dikeluarkan
hormon estrogen. Pada masa folikel Graff mendekati
pengembangan penuh atau pematangan, letaknya dekat permukaan
6

ovarium, dan menjadi makin mekar karena cairan, sehingga


membenjol, seperti pembengkakan yang menyerupai kista pada
permukaan ovarium. Tekanan dari dalam folikel menyebabkannya
sobek dan cairan serta ovum lepas melalui rongga peritoneal masuk
ke dalam lubang yang berbentuk corong dari tuba uterina. Setiap
bulan sebuah folikel berkembang dan sebuah ovum dilepaskan dan
dikeluarkan pada saat kira-kira pertengahan (hari ke-14) siklus
menstruasi.

2. Konsep Penyakit
2.1 Definisi/deskripsi
Partus prematurus atau persalinan prematur dapat diartikan sebagai
dimulainya kontraksi uterus yang teratur yang disertai pendataran dan
atau dilatasi servix serta turunnya bayi pada wanita hamil yang
lama kehamilannya kurang dari 37 minggu (kurang dari 259 hari) sejak
hari pertama haid terakhir. Menurut Nugroho (2010) persalinan preterm
atau partus prematur adalah persalinan yang terjadi pada kehamilan
kurang dari 37 minggu (antara 20-37 minggu) atau dengan berat janin
kurang dari 2500 gram. Partus preterm adalah kelahiran setelah 20 minggu
dan sebelum kehamilan 37 minggu dari hari pertama menstruasi terakhir
(Benson, 2012). Menurut Rukiyah (2010), partus preterm adalah
persalinan pada umur kehamilan kurang dari 37 minggu atau berat badan
lahir antara 500-2499 gram.

2.2 Etiologi
a. Komplikasi medis dan obstetrik.
 28% persalinan preterm kehamilan tunggal disebabkan oleh
beberapa hal :
 50% akibat pre eklampsia
 25% akibat gawat janin
 25% akibat IUGR (intra uterin growth retardation), solusio plasenta
atau kematian janin.
72% persalinan preterm kehamilan tunggal sisanya adalah persalinan
spontan preterm dengan atau tanpa disertai KPD (ketuban pecah
dini).
7

b. Abortus iminen
Perdarahan pervaginam pada awal kehamilan seringkali berkait dengan
meningkatnya perubahan pada outcome kehamilan.
Weiss dkk (2002) : melaporkan adanya kaitan antara perdarahan
pervaginam pada kehamilan 6 – 13 minggu dengan kejadian
meningkatnya persalinan sebelum kehamilan 24 minggu, persalinan
preterm dan solusio plasenta.
c. Gaya hidup
Merokok, kenaikan BB selama kehamilan yang tidak memadai serta
penggunaan obat-obatan tertentu memiliki peranan penting dalam
angka kejadian dan outcome BBLR.
Casaenuva 2005 : menyimpulkan bahwa faktor maternal lain yang
berkaitan dengan persalinan preterm adalah :
1) Kehamilan remaja atau kehamilan pada usia “tua”
2) Tubuh dengan posture pendek
3) Sosial ekonomi kurang
4) Defisiensi vit C
5) Faktor pekerjaan (berjalan jauh, berdiri lama, pekerjaan berat, jam
kerja yang terlalu lama).
d. Faktor genetik
Perkiraan bahwa terdapat hubungan antara faktor genetik dengan
persalinan preterm adalah berdasarkan pada sifat persalinan preterm
yang seringkali berulang, menurun dalam keluarga dan banyak
dijumpai pada ras tertentu.
e. Chorioamnionitis
Infeksi selaput ketuban dan cairan amnion yang disebabkan oleh
berbagai jenis mikroorganisme dapat menjelaskan peristiwa KPD
(ketuban pecah dini) dan atau persalinan preterm.
Jalan masuk mikroorganisme kedalam cairan amnion pada kondisi
selaput ketuban yang masih utuh tidak jelas. Endotoksin sebagai produk
dari bakteri dapat merangsang monosit desidua untuk menghasilkan
cytokine yang selanjutnya dapat merangsang asam arachidonat dan
produksi prostaglandine.
Prostaglandine E2 dan F2α bekerja dengan modus parakrin untuk
merangsang terjadinya kontraksi miometrium.
8

2.3 Tanda dan gejala


Partus prematurus iminen ditandai dengan :
a. Kontraksi uterus dengan atau tanpa rasa sakit.
b. Rasa berat dipanggul.
c. Kejang uterus yang mirip dengan dismenorea.
d. Keluarnya cairan pervaginam.
e. Nyeri punggung
Gejala diatas sangat mirip dengan kondisi normal yang sering lolos dari
kewaspadaan tenaga medis. Menurut Manuaba (2009), jika proses
persalinan berkelanjutan akan terjadi tanda klinik sebagai berikut :
a. Kontraksi berlangsung sekitar 4 kali per 20 menit atau 8x/ dalam satu
jam.
b. Terjadi perubahan progresif serviks seperti pembukaan lebih dari 1 cm
perlukaan sekitar 75-80 % bahkan terjadi penipisan serviks.

2.4 Patofisiologi
Persalinan prematur menunjukkan adanya kegagalan mekanisme
yang bertanggung jawab untuk mempertahankan kondisi tenang uterus
selama kehamilan atau adanya gangguan yang menyebabkan singkatnya
kehamilan atau membebani jalur persalinanan normal sehingga memicu
dimulainya proses persalinan secara dini. Empat jalur terpisah, yaitu stress,
infeksi, regangan dan perdarahan (Norwintz, 2007). Enzim sitokinin dan
prostaglandin, ruptur membran, ketuban pecah, aliran darah ke plasenta
yang berkurang mengakibatkan nyeri dan intoleransi aktifitas yang
menimbulkan kontraksi uterus, sehingga menyebabkan persalinan
prematur. Akibat dari persalinan prematur berdampak pada janin dan pada
ibu. Pada janin, menyebabkan kelahiran yang belum pada waktunya
sehingga terjailah imaturitas jaringan pada janin. Salah satu dampaknya
terjdilah maturitas paru yang menyebabkan resiko cidera pada janin.
Sedangkan pada ibu, resiko tinggi pada kesehatan yang menyebabkan
ansietas dan kurangnya informasi tentang kehamilan mengakibatkan
kurangnya pengetahuan untuk merawat dan menjaga kesehatan saat
kehamilan.
9

2.5 Patway

2.6 Komplikasi
Menurut Nugroho (2010), komplikasi partus prematurus iminens
yang terjadi pada ibu adalah terjadinya persalinan prematur yang dapat
menyebabkan infeksi endometrium sehingga mengakibatkan sepsis dan
lambatnya penyembuhan luka episiotomi. Sedangkan pada bayi prematur
memiliki resiko infeksi neonatal lebih tinggi seperti resiko distress
pernafasan, sepsis neonatal, necrotizing enterocolitis dan perdarahan
intraventikuler. Menurut Benson (2012), terdapat paling sedikit enam
bahaya utama yang mengancam neonatus prematur, yaitu gangguan
respirasi, gagal jantung kongestif, perdarahan intraventrikel dan kelainan
neurologik, hiperilirubinemia, sepsis dan kesulitan makan. Sedangkan
10

menurut Oxorn (2010), prognosis yang dapat terjadi pada


persalinan prematuritas adalah :
a. Anoksia 12 kali lebih sering terjadi pada bayi prematur.
b. Gangguan respirasi.
c. Rentan terhadap kompresi kepala karena lunaknya tulang tengkorak dan
immaturitas jaringan otak.
d. Perdarahan intracranial 5 kali lebih sering pada bayi prematur
dibanding bayi aterm.
e. Cerebral palsy.
f. Terdapat insidensi kerusakan organik otak yang lebih tinggi pada bayi
prematur (meskipun banyak orang- orang jenius yang dilahirkan
sebelum aterm).

2.7 Prognosisi
Persalinan prematurus merupakan faktor tersering yang menyebabkan
mortalitas dan morbiditas bayi. Bayi prematur dengan berat badan lahir
rendah kemungkinan besar akan mengalami kematian kurang dari 28 hari
setelah kelahiran, gangguan respirasi menjadi penyebab 74% dari
kematian bayi prematur, lunaknya tulang kepala dan immaturitas jaringan
otak menyebabkan rentan terjadi kompresi kepala, perdarahan intra cranial
lebih mungkin terjadi dibandingkan dengan bayi yang lahir aterm,
prognosis dari bayi preterm tidak sebagus bayi yang lahir aterm.

2.8 Penanganan medis


Persalinan preterm tidak bisa diprediksi, namun bisa dicegah. Yaitu
dengan pemberian obat yang bekerja melemaskan otot-otot rahim sehingga
tidak terjadi kontraksi. Pemberian obat ini dimaksudkan untuk menahan
bayi agar tidak lahir, karena janin kurang dari 36 minggu dan berat kurang
2,5 kg, paru-parunya belum sempurna sehingga dapat mengakibatkan
gagal nafas. Gagal nafas ini bisa menyebabkan kematian.
Oleh karena usia hamil dan berat lahir merupakan faktor penentu dari fetal
survival, maka yang menjadi tujuan utama pengelolaan persalinan adalah:
a. Meningkatkan usia hamil
b. Meningkatkan berat lahir
c. Menurunkan morbiditas dan mortalitas perinatal
11

Prinsip pengelolaan persalinan preterm yang membakat adalah tergantung


pada :
a. Kondisi ketuban masih utuh atau sudah pecah.
b. Usia kehamilan dan perkiraan berat janin.
c. Ada atau tidak adanya gejala klinis dari infeksi intra uterin.
d. Ada atau tidak petanda-petanda yang meramalkan persalinan dalam
waktu yang relatif dekat (kontraksi, penipisan servik dan kadar IL-6
dalam air ketuban).

Pengelolaan persalinan preterm dengan ketuban yang masih intak.


Pada dasarnya apabila tidak ada bahaya untuk ibu dan/atau janin maka
pengelolaan persalinan preterm yang membakat adalah konservatif, yakni :
a. Menunda persalinan dengan tirah baring dan pemberian obat-obat
tokolitik.
b. Memberikan obat-obat untuk memacu pematangan paru janin.
c. Memberikan obat-obat antibiotika untuk mencegah risiko terjadinya
infeksi perinatal.
d. Merencanakan cara persalinan prterm yang aman dan dengan trauma
yang minimal.
e. Mempersiapkan perawatan neonatal dini yang intensif untuk bayi-bayi
prematur.

Setiap persalinan preterm harus dirujuk ke rumah sakit, cari apakah mat
ada faktor penyulit, dinilai apakah termasuk risiko tinggi atau rendah.
a. Sebelum dirujuk, berikan air minum 1000 ml dalam waktu 30 menit dan
nilai apakah kontraksi berhenti atau tidak.
b. Bila kontraksi masih berlanjut, berikan obat tokolitik seperti fenoterol 5
mg peroral dosis tunggal sebagai pilihan pertama atau ritodrin 10 mg
peroral dosis tunggal sebagai pilihan kedua atau ibuprofen 400 mg
peroral dosis tunggal pilihan ketiga.
c. Bila pasien menolak dirujuk, pasien harus istirahat baring dan banyak
minum, tidak diperbolehkan bersenggama. Pasien diberi tokolitik
seperti fenoterol 5 mg peroral tiap 6 jam atau ritodrin 10 mg peroral tiap
4 jam atau ibuprofen 400 mg peroral tiap 8 jam sampai 2 hari bebas
kontraksi.
12

d. Persalinan tidak boleh ditunda bila ada kontraindikasi mutlak ( gawat


janin, korioamnionitis, perdarahan antepartum yang banyak) dan
kontraindikasi relative (gestosis, diabetes mellitus, pertumbuhan janin
terhambat dan pembukaan serviks 4 cm).

Di rumah sakit dilakukan:


a. Observasi pasien selama 30-60 menit. Penatalaksanaannya tergantung
kontraksi uterus serta dilatasi dan pembukaan serviks.
b. Hidrasi dan sedasi, yaitu dengan NaCl 0,9%; dekstrosa 5% atau RL;
dektrosa 5% sebanyak 1: 1 dan sedasi dengan morfin sulfat 8- 12 mg
IM selama 1 jam sambil mengobservasi ibu dan janin.
c. Pasien kemudian dikelompokan menjadi 3 kelompok:
Kelompok I : Pembukaan serviks terus berlangsung maka diberikan
tokolisis.
Kelompok II : Tidak ada perubahan pembukaan dan kontraksi secara
masih terjadi maka diberikan tokolisis.
Kelompok III : Tidak ada perubahan dan kontraksi uterus berkurang
maka pasien hanya diobservasi.
d. Berikan tokolisis bila janin dalam keadaan baik, kehamilan 20-37
minggu, pembukaan serviks kurang dari 4 cm, dan selaput ketuban
masih ada. Jenis tokolisis adalah betamimetik adrenergik, magnesium
sulfat 4g, etil alkohol dan glukokortikoid.
e. Lakukan persalinan pervaginam bila janin presentasi kepala atau
episiotomi lebar dan ada perlindungan forseps terutama pada kehamilan
35 minggu. Lakukan persalinan dengan SC bila janin letak sungsang,
gawat janin dengan syarat partus pervaginam terpenuhi, infeksi
intrapartum dengan syarat partus pervaginam tidak terpenuhi, janin
letak lintang, plasenta previa dan tafsiran berat janin 1500 gr.

3. Rencana asuhan klien dengan partus prematurus


3.1 Pengkajian
3.1.1 Riwayat keperawatan
a. Data Subyektif
Informasi yang dicatat mencakup identitas, keluhan yang
diperoleh dari hasil wawancara langsung kepada pasien / klien
13

(anamnesis) atau dari keluarga dan tenaga kesehatan, menurut


Wildan (2009 : 34) adalah :
1) Identitas / Biodata Pasien suami dan istri adalah nama, umur,
agama, suku/bangsa, pendidikan, pekerjaan, dan alamat.
2) Alasan datang : Untuk mengetahui alasan pasien datang ke
tempat pelayanan kesehatan.
3) Keluhan utama : Alasan wanita datang mengunjungi klinik /
RB / RS / dan diungkapkan dengan kata-kata sendiri.
4) Riwayat perkawinan
Dikaji untuk mengetahui berapa kali menikah, berapa usia
pasien saat menikah, usia pasangan pasien saat menikah,
berapa lama pasien menikah dan berapa jumlah anaknya.
5) Riwayat obstetric
6) Riwayat menstruasi
Untuk mengetahui tentang pertama kali pasien mendapatkan
menstruasi (menarce), siklus, lama menstruasi, banyak
menstruasi, bentuk darah apakah cair atau menggumpal, warna
darah, dismenorea, flour albus dan untuk mengetahui hari
pertama menstruasi terakhir serta tanggal kelahiran dari
persalinan.
7) Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu
Untuk mengetahui pada tanggal, bulan, tahun berapa anaknya
lahir, tempat persalinan, umur kehamilan, jenis persalinan,
penolong persalinan, penyulit dalam bersalinan, jenis kelahiran
berat badan lahir, panjang badan lahir, riwayat nifas yang lalu,
keadaan anak sekarang, untuk mengetahui riwayat yang lalu
sehingga bisa menjadi acuan dalam pemberian asuhan,
menurut Prawiroharjo (2008 : 414).
8) Riwayat kehamilan sekarang
Untuk mengetahui ibu hamil yang ke berapa, HPHT, HPL,
berat badan sebelum dan sekarang, periksa ANC sebelumnya
dimana, berapa kali dan keluhannya apa, suntik TT berapa kali,
obat-obatan yang pernah dikonsumsi apa saja, gerakan janin
yang pertama pada usia kehamilan berapa bulan dan gerakan
14

sekarang kuat atau lemah, kebiasaan ibu dan keluarga yang


berpengaruh negatif terhadap kehamilannya.
9) Riwayat KB
Untuk mengetahui sebelum ibu hamil pernah menggunakan
alat kontrasepsi atau tidak, berapa lama menggunakannya, alas
an mengapa ibu menggunakan alat kontrasesi tersebut, dan
mengapa ibu menghentikan pemakaian alat kontrasepsi
tersebut, menurut Huliana (2007 :76-77).
10) Pola kebutuhan sehari-hari meliputi pola nutrisi, pola eliminsi,
pola aktivitas pekerjaan, pola istirahat, personal hygiene, pola
seksual, menurut Muslihatun (2009 : 137).
11) Psikososial spiritual meliputi tanggapan dan dukungan
keluarga, pengambilan keputusan dalam keluarga, ketaatan
beribadah, lingkungan yang bepengaruh.
b. Data Obyektif
Menurut Wildan (2009 : 34), pencatatan dilakukan dari hasil
pemeriksaan fisik, pemeriksaan khusus kebidanan, data
penunjang, hasil laboratorium seperti VDRL, HIV, pemeriksaan
radiodiagnostik, ataupun USG yang dilakukan sesuai dengan
beratnya masalah. Data yang telah dikumpulkan diolah,
disesuaikan dengan kebutuhan pasien kemudian dilakukan
pengolahan data yaitu menggabungkan dan menghubungkan data
satu dengan yang lainnya sehingga menunjukkan fakta. Tujuan
dari pengolahan data adalah untuk menunjukkan fakta
berdasarkan kumpulan data. Data yang telah diolah dianalisis dan
hasilnya didokumentasikan.
3.1.2 Riwayat kesehatan antara lain riwayat kesehatan dahulu, sekarang,
dan riwayat kesehatan keluarga, juga riwayat alergi dan pengobatan.
3.1.3 Pemeriksaan fisik
a. Keadaan Umum (KU)
Untuk menilai keadaan pasien pada saat itu secara umum.
b. Kesadaran
Untuk mengetahui tingkat kesadaran ibu apakah composmentis
(Kesadaran penuh dengan memberikan respon yang cukup
terhadap stimulus yang diberikan), somnolen (kesadaran yang
15

mau tidur saja, dapat dibangunkan dengan rasa nyeri tetapi tidur
lagi), koma (tidak dapat bereaksi terhadap stimulus yang
diberikan atau rangsangan apapun, reflek pupil terhadap cahaya
tidak ada).
c. Tanda-tanda Vital (TTV)
Pada pengukuran tanda-tanda vital yang diukur adalah tekanan
darah, nadi, respirasi, dan suhu.
d. Berat Badan (BB)
Untuk mengetahui berat badan pasien dalam satuan kilogram
(Buku Panduan Praktik Klinik Kebidanan).
e. Tinggi Badan (TB)
Dikaji untuk mengetahui tinggi badan ibu dalam satuan
sentimeter, menurut Saminem (2009 : 23).
f. LILA (Lingkar Lengan Atas)
Untuk mengetahui status gizi pasien.
Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik / Status Present adalah pemeriksaan kepala, muka,
mata, hidung, telinga, mulut, leher, ketiak, dada, abdomen,
punggung, genetalia, ektermitas atas dan bawah, anus.
a. Inspeksi
Inspeksi adalah proses pengamatan dilakukan untuk mengetahui
apakah ada pembengkakan pada wajah dan ekstermitas, pada
perut apakah ada bekas operasi atau tidak.
b. Palpasi
Palpasi adalah pemeriksaan dengan indra peraba yaitu tangan,
yang berguna untuk memeriksa payudara apakah ada benjolan
atau tidak, pemeriksaan abdomen yaitu memeriksa Leopold I, II,
III, dan IV.
c. Auskultasi
Denyut Jantung Janin (DJJ) yaitu salah satu tanda pasti hamil dan
kehidupan janin. DJJ mulai terdengar pada usia kehamilan 16
minggu. Dengan dopler DJJ mulai terdengar usia kehamilan 12
minggu. Normalnya denyut jantung janin (DJJ) yaitu 120-
160x/menit.
16

3.1.4 Pemeriksaan penunjang


a. Ultrasonografi : Pengkajian getasi (dengan berat badan janin 500
sampai 2500 gram)
b. Tes nitrazin : menentukan KPD
c. Jumlah sel darah putih : Jika mengalami peningkatan, maka itu
menandakan adanya infeksi amniosentesis yaitu radio lesitin
terhadap sfingomielinn (L/S)
d. Mendeteksi fofatidigliserol (PG) untuk maturitas paru janin, atau
infeksi amniotik
e. Pemantauan elektronik : memvalidasi aktifitas uterus/status janin.

3.2 Diagnosa Keperawatan yang mungkin muncul


Diagnosa 1 : Nyeri persalinan
3.2.1 Definisi:
Pengalaman sensori dan emosional yang bervariasi dari
menyenangkan sampai tidak menyenangkan, yang dikaitkan dengan
persalinan dan melahirkan.
3.2.2 Batasan Karakteristik
 Diaforeasi
 Dilatasi pupil
 Ekspresi wajah (mis, mata kurang bercahaya, tampaka kacau,
gerakan mata berpencar atatu tetap pada satu fokus, meringis)
 Fokus pada diri sendiri
 Kontraksi uterin
 Mual
 Muntah
 Nyeri
 Peningkatan nafsu makan
 Penurunan nafsu makan
 Penyempitan fakus
 Perilaku distraksi
 Peri;aku ekspresif
 Perilaku melindungi yang sakit
 Perubahan frekuensi jantung
 Perubahan frekuensi pernapasan
17

 Perubahan fungsi neuroendokrin


 Perubahan fungsi urinarius
 Perubahan pola tidur
 Perubahan tegangan otot
 Perubahan tekanan darah
 Posisi rileks untuk mengatasi nyeri
 Nyeri tekan
3.2.3 Faktor yang berhubungan
 Dilatasi serviks
 Ekspulsi fetal

Diagnosa 2 : Intoleransi aktivitas


3.2.4 Definisi
Ketidakcukupan energi fisiologi atau psikologis untuk melanjutkan
atau menyelesaikan aktivitas sehari-hari yang ingin atau harus
dilakukan.
3.2.5 Batasan Karakteristik
Subjektif
Ketidaknyamanan atau dispnea saat beraktivitas
Melaporkan ke;etihan atau kelemahan secara verbal.
Objektif
Frekuensi jantung atau tekanan darah tidak normal sebagai respons
terhadap aktivitas.
Perubahan EKG jantung yang menunjukkan aritmia atau iskemia.
3.2.6 Faktor yang berhubungan
Tirah baring dan imobilitas
Kelemahan umum
Ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen
Gaya hidup kurang baik

Diagnosa 3 : Resiko infeksi


3.2.7 Definisi
Mengalami peningkatan resiko terserang organisme patogenik
3.2.8 Faktor resiko
 Penyakit kronis
18

 Pengetahuan yang tidak cukup


 Pertahanan tubuh primer yang tidak adekuat
 Ketidakadekuatan pertahanan sekunder
 Vaksinasi tdak adekuat
 Pemajanan terhadap patogen lingkungan meningkat
 Prosedur invasif
 Malnutrisi

3.3 Perencanaan
Diagnosa 1 : Nyeri persalinan
3.3.1 Tujuan dan kriteria hasil
 Pain level
 Pain control
 Comfort level
Kriteria hasil
3.3.1.1 Mampu mengontrol nyeri (tahu penyebab nyeri, mampu
menggunakan tekhnik nonfarmakologi untuk mengurangi
nyeri, mencari bantuan)
3.3.1.2 Melaporkan bahwa nyeri berkurang dengan menggunakan
manajemen nyeri
3.3.1.3 Mampu mengenali nyeri (skala, intensitas, frekuensi dan
tanda nyeri)
3.3.1.4 Menyatakan rasa nyaman setelah nyeri berkurang
3.3.2 Intervensi keperawatan
3.3.2.1 Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif termasuk
lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas dan fak/tor
presipitasi
3.3.2.2 Observasi reaksi nonverbal dari ketidaknyamanan
3.3.2.3 Gunakan teknik komunikasi terapeutik untuk mengetahui
pengalaman nyeri pasien
3.3.2.4 Kaji kultur yang mempengaruhi respon nyeri
3.3.2.5 Evaluasi pengalaman nyeri masa lampau
3.3.2.6 Bantu pasien dan keluarga untuk mencari dan menemukan
dukungan
3.3.2.7 Ajarkan tentang teknik nonfarmakologi
19

3.3.2.8 Kolaborasi pemberian analgetik

Diagnosa 2 : Intoleransi aktivitas


3.3.3 Tujuan dan kriteria hasil
 Menoleransi aktivitas yang biasa dilakukan, yang dibuktikan oleh
toleransi aktivitas, ketahanan, pengamatan energi kebugaran fisik,
energi psikomotor dan perawatan diri: aktivitas kehidupan sehari-
hari (dan AKSI).
 Menunjukkan toleransi aktivitas: yang dibuktikan oleh indikator
sebagai berikut (sebutkan 1-5 gangguan ekstrim, berat, sedang,
ringan, atau tidak mengalami gangguan:
- Saturasi oksigen saat beraktivitas
- Frekuensi pernafasan saat beraktivitas fisik
- Kemampuan untuk berbicara saat beraktivitas fisik
 Mendemonstrasikan pengamatan energi: yang dibuktikan oleh
indikator sebagai berikut (sebutkan 1-5: tidak pernah, jarang,
kadang-kadang, sering, atau selalu ditampilkan)
- Menyadari keterbatasan energi
- Menyimbangkan aktivitas dan istirahat
- Mengatur jadwal aktivitas untuk menghemat energi
3.3.4 Intervensi keperawatan dan rasional:
3.3.4.1 Terapi aktivitas: memberi anjuran tentang dan bantuan
dalam aktivitas fisik, kognitif, sosial dan spiritual yang
spesifik.
R/ meningkatkan rentang, frekuensi atau durasi aktivitas
individu (atau kelompok)
3.3.4.2 Terapi latihan fisik: Mobilitas sendi: mengggunakan
gerakan tubuh katif atau pasif untuk.
R/ mempertahankan atau memperbaiki fleksibilitas sendi.
3.3.4.3 Terapi latihan fisik: pengendalian otot: menggunakan
aktivitas atau protokol latihan yang spesifik.
R/ meningkatkan atau memulihkan gerakan tubuh yang
terkontrol.
3.3.4.4 Bantuan perawatan diri: AKSI: membantu dan
mengarahkan individu.
20

R/ melakukan aktivitas kehidupan sehari-hari instrumental


(AKSI) yang diperlukan untuk berfungsi dirumah atau
dikomunitas.

Diagnosa 3 : Resiko infeksi


3.3.5 Tujuan dan kriteria hasil
 Status imunitas
 Pengetahuan : kontrol infeksi
 Kontrol resiko
Kriteria hasil :
 Klien bebas dari tanda gejala infeksi
 Menunjukan kemampuan untuk mencegah timbulnya infeksi
 Jumlah leukosit dalam batas normal
 Menunjukan perilaku hidup sehat
3.3.6 Intervensi keperawatan
3.3.6.1 Bersihkan lingkungan setelah dipakai pasien lain
3.3.6.2 Batasi pengunjung bila perlu
3.3.6.3 Instruksikan pada pengunjung untuk mencuci tangan saat
berkunjung
3.3.6.4 Cuci tangan setiap sebelum dan sesudah tindakan
3.3.6.5 Gunakan alat pelindung diri
3.3.6.6 Tingkatkan intake nutrisi
3.3.6.7 Berikan terapi antibiotik bila perlu
3.3.6.8 Monitor tanda dan gejala infeksi
3.3.6.9 Berikan perawatan kulit yang luka
3.3.6.10 Dorong istirahat
3.3.6.11 Ajarkan cara menghindari infeksi
21

4. DAFTAR PUSTAKA
Manuaba. 2009. Memahami Kesehatan Reproduksi Wanita Edisi 2. Jakarta :
EGC.

Oxorn Harry, dkk. 2010. Ilmu Kebidanan Patologi dan Fisiologi Persalinan
(Human Labor and Birth). Yogyakarta : YEM.

Wilkinson, J.M., & Ahern N.R., 2012. Buku Saku Diagnosis Keperawatan
Diagnosa NANDA Intervensi NIC Kriteria Hasil NOC. Edisi Kesembilan.
Jakarta : EGC.
Nugroho, Taufan. 2010. Kesehatan Wanita, Gender dan Permasalahannya.
Yogyakarta: Nuha Medika.

Rukiyah, Ai Yeyeh, dkk. 2010. Asuahan Kebidanan Patologi. Jakarta : Trans


Info Media.

Banjarmasin, 18 April 2017

Preseptor akademik, Preseptor klinik,

( Meti Agustini, Ns., M.Kep ) ( )

Anda mungkin juga menyukai