Refinery 09 - Delayed Coking Unit PDF
Refinery 09 - Delayed Coking Unit PDF
BAB IX
DELAYED COKING UNIT
(DCU)
I. Pendahuluan
Ketika hidrokarbon ditahan pada temperatur yang tinggi selama periode waktu
tertentu dapat diasumsikan akan pecah menjadi dua atau lebih radikal bebas.
Radikal bebas ini kemudian masuk ke sederetan reaksi yang menghasilkan
produk total dengan rentang molekul yang lebar. Rentang produk ini mulai dari
hidrogen sampai bitumen dan coke. Secara teori, reaksi yang terjadi adalah
sebagai berikut : panas dipergunakan untuk mendisosiasikan senyawa
(compound) membentuk radikal bebas.
Radikal reaktif yang lebih tinggi tidak muncul dalam effluent produk yang di
direngkah secara thermal, tetapi tergantung pada ukuran dan lingkungan
dimana mereka bereaksi dengan radikal yang lain. Senyawa-senyawa
hydrocarbons terdekomposisi menjadi olefins, bergabung dengan radikal yang
lain atau bereaksi dengan permukaan logam. Radikal yang besar tidak stabil
dan terdekomposisi membentuk olefins serta radikal yang lebih kecil.
Reaksi rantai radikal bebas berhenti ketika dua radikal berkombinasi atau
ketika terjadi reaksi radikal dengan logam atau racun (poison).
Teknologi Proses Kilang Minyak Bumi Halaman 1 dari 19 Kontributor : Adhi Budhiarto
BUKU PINTAR MIGAS INDONESIA
C8H17* + H* → C8H18
x C 4H 8 + y C4H 6 + zC3 H →
Coke dan bitumen adalah polimer terakhir (ultimate polymers). Molekul menjadi
sangat besar dengan ikatan silang yang banyak. Tidak adanya hidrogen akan
menurunkan kelarutannya didalam hidrokarbon. Coke mempunyai rasio
hidrogen terhadap carbon kira-kira 1 : 1.
Sumber utama dari umpan Delayed Coking Unit adalah reduced crude dari
Vacuum Distillation Unit. Clarified oil yang merupakan produk dari Fluid
Catalytic Crackers (FCC) dan thermal cracking tars dianggap sebagai
komponen umpan yang juga penting yaitu untuk meningkatkan kualitas coke.
Coking yields dan sifat produk tergantung pada karakteristik umpan dan
kondisi operasi. Terkait dengan operasi coking, klasifikasi yang sangat umum
dipakai untuk menggambarkan unsur utama dari residu adalah asphaltenes,
resins, dan aromatics.
Fraksi resin dari residu mempunyai struktur yang sama dengan asphaltenes.
Resin merupakan material yang kental (viscous), yang menjelujur (tacky
materials) dengan volatilitas yang rendah. Berat molekul resin sedikit lebih
rendah daripada asphaltenes dan mengandung sejumlah material yang lebih
terkonsentrasi dari nitrogen dan sulfur.
Sifat-sifat yang ikut membantu terjadinya superior coke adalah low sulfur, low
volatile matter content, low metals and ash content, low porosity, low
Teknologi Proses Kilang Minyak Bumi Halaman 2 dari 19 Kontributor : Adhi Budhiarto
BUKU PINTAR MIGAS INDONESIA
Kandungan sulfur yang tinggi tidak disukai untuk pembuatan anoda. Selama
proses grafitisasi (graphitization), evolusi sulfur dari kompleks carbon-sulfur
akan mendorong untuk mematahkan (fracturing) anoda. Kandungan logam
yang tinggi dari coke merusak kedua sifat electrical dan mechanical dari coke.
Volatile carbon matter merupakan sifat coke yang sangat menentukan yang
mempengaruhi harga jual dari green coke yang digunakan untuk industri
pabrik elektroda. Material ini mengandung volatile heavy hydrocarbon yang
tersimpan didalam coke matrix. Selama langkah kalsinasi dari peng-
konversian green coke menjadi calcined coke untuk carbon anodes,
hidrokarbon yang berat diuapkan dan secara esensial dihilangkan untuk
memperbanyak hasil coke yang mempunyai nilai carbon (carbon values)
melebihi 98 persen.
Tiga klasifikasi yang umum dari produk coke adalah sponge (bunga karang),
honeycomb (sarang madu), dan needle (jarum).
Sponge coke dihasilkan dari high resin asphaltene feedstock. Karena adanya
impurities dan low electrical conductivity, sponge coke tidak cocok untuk
pembuatan anoda. Penampakan fisis sponge coke adalah mengandung pori-
pori yang kecil yang dipisahkan oleh dinding yang tebal. Penggunaan dari
coke jenis ini adalah untuk :
Needle coke dihasilkan dari highly aromatic thermal tar atau decanted oil
feedstocks. Pada penampakannya, pori-pori yang unidirectional adalah sangat
kecil (very slender), berbentuk elliptical, dan dihubungkan pada major
diameter. Coke dengan sekelilingnya hampa yg mudah pecah dan setelah
pecah membentuk serpihan (splintery) atau bagian berbentuk jarum (needle).
Cracked distillates Delayed Coking Unit (LCGO dan HCGO) sungguh berbeda
dari distillate yang dihasilkan oleh unit lainnya. Cracked materials lebih olefinic,
lebih padat (denser), kurang stabil, dan incompatible untuk blending dengan
material yang murni (virgin materials). Olefins bersifat tidak stabil, dengan
adanya udara yang cenderung untuk bereaksi membentuk gum. Blending dari
cracked materials dengan virgin materilas pada proporsi tertentu menyebabkan
perubahan pada pelarutan material yang menghasilkan peningkatan
kandungan BS & W-nya, selain juga akan mem-promote terjadinya color
unstability produk.
Seksi coking terdiri dari coking heaters (2 unit jika 1 train atau 4 unit jika 2
train), coke chambers (2 unit jika 1 train atau 4 unit jika 2 train), sebuah
fasilitas injeksi anti foam, dan sebuah coke chamber condensate receiver.
Teknologi Proses Kilang Minyak Bumi Halaman 5 dari 19 Kontributor : Adhi Budhiarto
BUKU PINTAR MIGAS INDONESIA
Bottom kolom fraksinasi (yang disebut sebagai combined feed karena terdiri
dari fresh feed dan recycle liquid) ditarik oleh pompa bottom fraksinasi dan
dialirkan ke coking heaters.
Sepasang coke chamber beroperasi dengan kerangan empat arah (four way
valve) pada inlet coke chamber untuk memungkinkan switching dari satu coke
chamber ke coke chamber lainnya. Untuk mengetahui level coke pada coke
chamber digunakan level detector radioaktif. Sebagai tambahan terhadap line
proses, disediakan line untuk quench water, steam, condensate removal, dan
blowdown.
Material yang tidak membentuk coke (fraksi ringan) meninggalkan top coke
chamber melalui vapor line dan dialirkan ke main fractionator dibawah bottom
tray.
Seksi fraksinasi terdiri dari main fractionator, LCGO Stripper, HCGO stripper,
charge surge drum, main fractionator overhead receiver, dan tanki cracked
slop.
Cold feed ke DCU dipompa dari tangki umpan dengan pompa storage feed
yang dikendalikan oleh flow controller yang di-cascade dengan surge drum
Teknologi Proses Kilang Minyak Bumi Halaman 7 dari 19 Kontributor : Adhi Budhiarto
BUKU PINTAR MIGAS INDONESIA
bottom level controller. Cold feed bercampur dengan hot feed dari vacuum
bottom di Vacuum Distillation Unit sebelum masuk ke feed surge drum.
Total fresh feed dari feed surge drum dipompa oleh feed pump dengan
dikendalikan oleh flow controller yang di-cascade ke fractionator bottom level
controller. Aliran ini kemudian dipanaskan di feed/HCGO heat exchanger, dan
kemudian masuk ke main fractionator melalui distributor. Sebagai alternatif,
terdapat line feed yang masuk ke bottom main fractionator melalui sebuah
distributor yang berada di bawah level liquid normal (50%). Line alternatif ini
biasanya dipakai selama start up atau kapan saja diperlukan untuk
mempertahankan panas didalam kolom. Cracked slop oil dari tangki cracked
slop juga dapat ditambahkan ke fresh feed upstream dari feed/HCGO heat
exchanger yang dikendalikan oleh flow controller.
Seksi konsentrasi gas terdiri dari fractionator off gas compressor, high
pressure separator, kolom absorber, kolom debutanizer, dan LPG splitter.
LPG splitter berfungsi untuk menghilangkan ethane dan komponen yang lebih
ringan dari stream produk LPG. Bottom LPG splitter yang merupakan produk
LPG sebagian dialirkan ke thermosiphon LPG splitter reboiler dan sebagian
lagi diambil sebagai produk LPG dikirim ke tangki penyimpanan setelah
sebelumnya melalui LPG splitter feed/bottom heat exchanger, digunakan
sebagai pemanas. LPG splitter overhead vapor dikondensasi secara parsial di
LPG splitter overhead condenser sebelum masuk ke LPG splitter overhead
receiver. Liquid dari receiver dipompa dengan pompa LPG splitter reflux
kembali ke LPG splitter digunakan sebagai reflux. Sedangkan gas dari
receiver dikirim ke fuel gas system.
Teknologi Proses Kilang Minyak Bumi Halaman 9 dari 19 Kontributor : Adhi Budhiarto
BUKU PINTAR MIGAS INDONESIA
Seksi pembangkit steam terdiri dari sebuah steam disengaging drum, dua
common convection steam generators, sebuah circulating HCGO steam
generator, sebuah product HCGO steam generator, sebuah blowdown system
dan sebuah chemical feed system.
Fasilitas water handling dan blowdown terdiri dari sebuah coke pit, sebuah
clarifier, sebuah jet water storage tank, sebuah blowdown condenser knock
out drum, sebuah blowdown condenser, dan sebuah blowodown condenser
separator. Peralatan water handling dipakai untuk hydraulic decoking, water
quench dari coke chambers, dan fines handling. Line blowdown coke
chamber, yang dipakai secara intermittent selama cooling down dan warming
up dari chamber, mengalir ke blowdown condenser knock out drum.
Liquid yang ada di blowdown separator dan blowdown knock out drum
dipompakan dengan pompa blowdown condenser knock out drum melalui
blowdown condenser knockout drum cooler menuju tanki cracked slop pada
seksi fraksinasi. Vapour dari blowdown knock out drum mengalir ke blowdown
condenser separator. Air yang ada di blowodown condenser separator
mengalir ke blowdown separator secara gravitasi. Vapor dari blowdown
condenser separator mengalir ke flare header. Hidrokarbon dari blowdown
separator dan blowdown knock out drum dipompa dengan pompa slop
blowdown condenser separator dan dikirim ke tanki cracked slop pada seksi
fraksionasi.
Teknologi Proses Kilang Minyak Bumi Halaman 10 dari 19 Kontributor : Adhi Budhiarto
BUKU PINTAR MIGAS INDONESIA
tanki penampungan inilah yang digunakan untuk membor coke yang ada di
coke chamber dengan menggunakan pompa jet hidrolik ke peralatan decoking.
Teknologi Proses Kilang Minyak Bumi Halaman 11 dari 19 Kontributor : Adhi Budhiarto
BUKU PINTAR MIGAS INDONESIA
Best practice perhitungan yield Delayed Coking Unit dapat digambarkan dalam
tabel berikut :
Basis perhitungan :
a).
1. Coke drum pressure 35 – 45 psig Gunakan actual Conradson carbon bila ada
2. Feed adalah straight run residu b).
Semua °API adalah untuk fresh feed coker
3. End point gasoil 875 – 925 °F
4. End point gasoline 400°F
Teknologi Proses Kilang Minyak Bumi Halaman 12 dari 19 Kontributor : Adhi Budhiarto
BUKU PINTAR MIGAS INDONESIA
3,2 meter
Top point
Top source 137Cs
point detector
3 meter
Middle point
source 137Cs
Middle 18,4 meter
3 meter rod detector
Bottom point 15,4 meter
source 137Cs
12,4 meter
Bottom
9,4 meter
rod detector
19,6-19,8
meter
Coking unit dapat dioperasikan untuk menghasilkan high quality coke ataupun
untuk memaksimumkan yield gas, gasoline, dan produk middle distillate. Yield
dan kualitas produk dipengaruhi oleh variable-variabel operasi sebagai berikut:
Sumber crude dan jenis umpan mempunyai pengaruh yang besar pada yield
dan kualitas coke. Conradson carbon content umpan merupakan sifat yang
paling menonjol yang menentukan yield dari coke. Kandungan conradson
carbon yang lebih tinggi dari feed menghasilkan coke yield yang lebih tinggi.
Sifat-sifat umpan, yang terdiri dari komponen-komponen asphaltenes, resin,
dan aromatic, serta tingkat impuritiesnya, sangat mempengaruhi kualitas dari
coke.
yang tinggi, coke yang dihasilkan dari senyawa resin dan asphaltene
tidak dikehendaki untuk menghasilkan high grade carbon anodes.
• Mekanisme reaksi kedua meliputi polimerisasi dan kondensasi dari
aromatics. Coke dihasilkan melalui mekanisme kedua ini mengandung
konsentrasi aromatics yang tinggi dan konsentrasi impurities yang
rendah, yang kemudian akan memberikan premium grade carbon
anode setelah calcining dan graphitization.
Untuk rentang temperatur 485°C s/d 510°C untuk jenis umpan yang sama
maka kenaikan temperatur akan memperbaiki kualitas coke. Kenaikan
temperatur coke chamber akan meningkatkan penguapan hidrokarbon,
sehingga akan mengurangi coke volatile carbon matter content, yang
kemudian akan menghasilkan coke yang lebih keras (kualitas yang diinginkan
untuk anode). Namun hal ini akan menyebabkan kandungan impurities
meningkat, karena hidrokarbon yang teruapkan lebih banyak mengandung
hidrokarbon daripada impurities seperti logam dan sulfur yang sebagian besar
tertinggal dalam coke.
Secara umum reaksi thermal cracking adalah fungsi waktu dan temperatur.
Namun tekanan coke chamber dapat juga berpengaruh, yaitu dalam hal
menentukan derajat penguapan. Semakin rendah tekanan maka semakin
keras coke yang terbentuk, dan sebaliknya semakin tinggi tekanan maka
semakin lunak coke yang terbentuk. Namun biasanya tekanan coke chamber
dijaga pada kondisi disain, yaitu sekitar 4 kg/cm2g.
Seperti dijelaskan dalam point V.3, reaksi thermal cracking salah satunya
merupakan fungsi waktu, yaitu residence time. Semakin lama residence time-
nya maka yield coke semakin meningkat. Namun kondisi optimum harus
dicapai untuk mengakomodir yield coke dan kecepatan pembentukan coke
pada tube coking heater maupun pada transfer line (antara coking heater dan
switching valve).
Teknologi Proses Kilang Minyak Bumi Halaman 14 dari 19 Kontributor : Adhi Budhiarto
BUKU PINTAR MIGAS INDONESIA
Teknologi Proses Kilang Minyak Bumi Halaman 15 dari 19 Kontributor : Adhi Budhiarto
BUKU PINTAR MIGAS INDONESIA
Coke
Chamber
Gantry
Crane
Coke Pit
Belt Conveyor
VI. Troubleshooting
Teknologi Proses Kilang Minyak Bumi Halaman 16 dari 19 Kontributor : Adhi Budhiarto
BUKU PINTAR MIGAS INDONESIA
Tabel VI. Contoh Permasalahan, Penyebab, dan Troubleshooting Delayed Coking Unit
Permasalahan Penyebab Troubleshooting
Inlet pressure coking Terbentuknya coke pada bagian dalam tube coking • Perbaiki flame pattern.
heater meningkat. heater karena : • Cek properties umpan, atur kembali
• Flame pattern tidak bagus sehingga api komposisi umpan.
menyentuh tube yang menyebabkan hot spot. • Imbangi penurunan CFR dengan
• Perubahan properties umpan (umpan yang lebih penurunan temperatur coking heater.
ringan pada temperatur yang sama akan lebih • Jika inlet pressure meningkat sangat
mudah membentuk coke). tajam (dari 15 ke 19 kg/cm2) berarti
• Penurunan CFR yang drastis tidak diimbangi pembentukan coke pada bagian dalam
penurunan temperatur coking heater. tube coking heater sudah sangat
excessive, sehingga unit harus stop untuk
melakukan SAD (Steam-Air Decoking).
• Cleaning strainer pompa bottom
fractionator; over strainer ke strainer yang
stand by (strainer pompa bottom
fractionator dibuat tersendiri dan dibuat
memiliki spare, sedikit berbeda dengan
pompa pada umumnya).
• Strainer pompa bottom main fractionator penuh • Jika strainer bersih, cek flow fresh feed.
coke. Jika flow fresh feed normal maka
Pompa bottom main
• Loss of feed. kemungkinan besar terjadi penumpukan
fractionator loss suction
• Menumpuknya coke pada bottom main coke pada bottom main fractionator. Jika
fractionator. demikian maka unit harus distop dan
main fractionator harus dibuka untuk
mengeluarkan coke yang ada di bottom-
nya. Coke yang menumpuk di bottom ini
dapat berasal dari coke carry over dari
coke chamber (bentuk coke akan seperti
pasir, lunak dan berkaca-kaca karena
Teknologi Proses Kilang Minyak Bumi Halaman 17 dari 19 Kontributor : Adhi Budhiarto
BUKU PINTAR MIGAS INDONESIA
Teknologi Proses Kilang Minyak Bumi Halaman 18 dari 19 Kontributor : Adhi Budhiarto
BUKU PINTAR MIGAS INDONESIA
VII. Istilah-istilah
Teknologi Proses Kilang Minyak Bumi Halaman 19 dari 19 Kontributor : Adhi Budhiarto