Anda di halaman 1dari 8

Bekerjanya Hukum

Eko Mukminto
Prolog
 Jika hukum dilihat dari proses bekerjanya, maka kita akan
melihat regenerasi norma-norma. Proses ini disebut
kongkretisasi norma.
 Dalam Stufenbau theorie– teori hukum yang melihat hukum
sebagai susunan peraturan yang berjenjang maka hukum akan
dilihat (dlm prosesnya) berelasi dengan penerapan hukum ,
penafsiran, pembuatan konstruksinya dll.
 Jika melihat hukum sebagai suatu pranata, maka akan dilihat
adanya faktor perantara yang memungkinkan terjadinya
regenerasi atau kongkretisasi norma.Yakni faktor manusia.
Yang memungkinkan suatu hukum bekerja.
All others Societal and Chamblis & Seidman model
Personal factors bekerjanya hukum.

Rule making
Institutions Feedback

Feedback
Norms

Rule Rule Ocuppant


Sanctioning
Institutions

All others Societal and All others Societal and


Personal factors Personal factors
Uraian Model Bekerjanya HK
 Setiap peraturan hukum memberitahu tentang bagaimana seorang pemegang
peranan (rule ocupant) itu diharapkan bertindak
 Bagaimana seorang pemegang peranan itu akan bertindak sebagai suatu respons
thd peraturan hukum merupakan fungsi peratuaran-peraturan yg ditujukan
kepadanya , sanksinya, aktivitas dari lembaga-lembaga pelaksana serta
keseluruhan kompleks kekuatan sosial , politik , dan lainnya mengenai dirinya
 Bagaimana lembaga-lembaga pelaksana itu akan bertindak sbg respons thd
peraturan hukum merupakan fungsi peraturan hukum yang ditujukan kpd
mereka , sanksi-sanksinya. keseluruhan kompleks kekuatan sosial , politik dan
lainnya mengenai diri merka serta umpan-umpan balik yg datang dari para
pemegang peranan
 Bagaimana para pembuat Undang-Undang itu akan bertindak merupakan fungsi
peraturan-peraturan yg mengatur tingkah laku mereka, sanksi-sanksinya, sanksi-
sanksinya. keseluruhan kompleks kekuatan sosial , politik dan lainnya mengenai
diri merka serta umpan-umpan balik yg datang dari para pemegang peranan
serta birokrasi
Pembuatan Hukum

Chambliss & Seidman membuat dua Model Masyarakat dari


segi pembuatan hukum:

1. Model Masyarakat berdasar pada kesepakatan nilai-nilai


(value consensus)
2. Model Masyarakat berbasis konflik
Pembentukan hukum pada masyarakat
Model Konflik

 Pembentukan hukum akan dilihat sebagai suatu proses adu


kekuatan, dimana negara merupakan senjata ditangan lapisan
yng berkuasa
 Sekalipun terdapat pertentangan nilai-nilai di dalam
masyarakat , namun negara tetap dapat berdiri sebagai badan
yang tidak memihak (value netral) didalam mana nilai-nilai
dan kepentingan-kepentingan yang bertentangan dapat
diselesaikan tanpa mengganggu kehidupan masyarakat.
Didalam pembentukan hukum – ada pertentangan nilai-nilai
serta kepentingan maka Schuyt menunjukkan bahwa ada dua
kemungkinan yang dapat timbul yakni:
1. Sebagai sarana mencairkan pertentangan
2. Sebagai tindakan yang memperkuat terjadinya pertentangan
lebih lanjut.
Bahan Diskusi
 1. Dengan adanya globalisasi perkembangan teknologi yang
sangat pesat, dilihat dari pembentukan hukum berdasarkan 2
(dua) model yang dikemukakan oleh Chambliss dan Seidman
apakh Pembentukan hukum di indonesia dapat dikategorikan
kedalam model konflik atau model kesepakatan, mengingat
pembagian kerja yg berimplikasi pada pembagian kelas sosial?

 2. Dalam realitas sosial kontemporer Indonesia, apakah


negara hadir sebagai pencairan akan konflik kepentingan atau
malah sebaliknya , membuat pertentangan lebih lanjut?
Produk hukum yang mana yang dpt dilihat sebagai contoh?

Anda mungkin juga menyukai