Jika tidak, well, pada akhirnya, yang kamu butuhkan adalah pasangan yang menerima kamu dengan sepenuh
hati. Jadi kalau hatinya belum berkenan menerima kamu -oh maaf, dalam hal ini kita harus tegas dan jelas dan
tanpa ba-bi-bu basa-basi- aku ulang sekali lagi ya; Jadi kalau dia tidak menerima kamu, entah dengan bahasa
penolakan selembut dan sehalus apapun, it’s so simple;
Mungkin dia memang orang yang kamu inginkan, tapi dia bukan orang yang kamu butuhkan.
Menyakitkan memang, tapi lagi-lagi maaf, aku tak akan menghibur kamu dengan kata-kata mutiara pelipur lara
semisal;
‘tenang saja, nanti kamu akan mendapat pengganti yang lebih baik’
karena pada kenyataannya, kamu belum tentu dapat yang lebih baik.
Atau kalimat;
‘mungkin dia bukan jodoh kamu’
karena pada kenyataannya dia memang bukan jodoh kamu, bukan mungkin lagi.
Atau kalimat;
‘kalau jodoh nggak akan kemana’
karena itu artinya kamu masih berharap, belum bisa move-on.
Udahlah, nggak usah menghibur diri dengan mencari pembenaran sana-sini. Nanti kamu capek sendiri, tahu.
Lebih baik belajar menerima kenyataan walaupun pahit dan menyakitkan.
Cause you know what? Tuhan memang menciptakan rasa pahit, sedih, menyakitkan, menyesakkan, tak lain dan
tak bukan, agar kita bisa merasakan kebahagiaan yang lebih mendalam. Nanti kalau waktunya tiba, saat kamu
bertemu dengan seseorang yang sepenuhnya menerima kamu, juga hati yang akan kamu tinggali, pecayalah,
kamu akan merasakan kebahagiaan yang berkali-lipat, kebahagiaan yang begitu mendalam, kebahagiaan yang
diresapi dari rasa sakit dan menyesakkan tadi. Kebahagiaan yang memang sudah disiapkan-Nya sebagai
pengganti bagi mereka yang merelakan apa yang telah berlalu, bagi mereka yang menerima apa yang sudah
terjadi, bagi mereka yang berusaha untuk memulai kembali.
So, It’s time to move on, to open up of yourself again. I am not telling you it’s going to be easy, I am telling you
it’s going to be worth it.