Anda di halaman 1dari 80

GAMBARAN KEJADIAN KECELAKAAN KERJA, PENCEGAHAN, DAN

PENANGGULANGANNYA
DI PT.TIFICO,Tbk
TAHUN 2008

LAPORAN MAGANG

Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Kuliah Semester 8 dan Menunjang


Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat

OLEH :
Puti Nurhidayati
NIM : 105101003247

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1430 H / 2009 M
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA
Magang, Februari 2009

Puti Nurhidayati, NIM : 105101003247

Gambaran Kejadian Kecelakaan Kerja, Pencegahan, Dan Penanggulangannya


Di PT.TIFICO,Tbk Tahun 2008

xii + 68 halaman, 8 daftar tabel, 2 daftar bagan, 11 daftar istilah, 5 lampiran

ABSTRAK

Pembangunan sektor industri saat ini merupakan salah satu andalan dalam
pembangunan nasional Indonesia yang berdampak positif terhadap penyerapan tenaga kerja,
peningkatan pendapatan dan pemerataan pembangunan. Disisi lain kegiatan industri dalam
proses produksinya selalu disertai faktor-faktor yang dapat menimbulkan kerugian yang
mengandung resiko bahaya yaitu dengan terjadinya kecelakaan maupun penyakit akibat kerja
Kecelakaan industri adalah kejadian kecelakaan yang terjadi di tempat kerja khususnya di
lingkungan industri. Menurut data PT Jamsostek, pekerja yang meninggal dunia karena
kecelakaan pada 2008 mencapai 2.124 orang. Jumlah pekerja yang meninggal itu merupakan
peningkatan dari 2007 yang mencapai 1.883 orang dan pada 2006 sebanyak 1.597 orang.
Pada 2005 mencapai 2.045 orang, sedangkan data dari Dewan Keselamatan dan Kesehatan
Kerja Nasional (DK3N) dari tahun 1999 sampai dengan 2001 menunjukkan bahwa
kecenderungan kejadian kecelakaan kerja meningkat dari tahun ke tahun yaitu 82.456 kasus
di tahun 1999 meningkat menjadi 98.905 kasus di tahun 2000 dan naik lagi mencapai
104.774 kasus pada tahun 2001.
PT. Teijin Indonesia Fiber Corporation atau yang lebih dikenal dengan PT. TIFICO,
Tbk bergerak dalam bidang produksi polyester serat sintetis, dimana hasil akhirya ialah chip
(bahan baku pembuat kapas dan benang sintetis), filament yarn (benang), dan staple fiber
(kapas sintetis) dimana kegiatan produksinya tidak lepas dari segala jenis mesin yang
berteknologi tinggi. Setiap pelaksanaan kegiatan produksi beresiko untuk terjadinya
kecelakaan kerja. Berdasarkan data PT. TIFICO, Tbk tahun 2008, kecelakaan yang dialami
perusahaan terdiri dari 2 kasus working accident, 1 kasus fire accident, 3 kasus contractor
accident.
Kejadian accident di PT.TIFICO,Tbk berdasarkan penyebab terdiri dari manusia,
peralatan dan standard. Yang disebabkan oleh manusia termasuk unsafe act, sedangkan
kejadian yang disebabkan oleh peralatan dan standar termasuk unsafe condition. Kejadian
accident di PT.TIFIO,Tbk berdasarkan tingkat cedera terdiri dari meninggal atau tidak
mampu bekerja lagi yang berhubungan dengan tingkat lost time injuries/ LTI (cedera dengan
istirahat) dan cedera ringan (DI); Cedera akibat sesudah tugas yang berhubungan dengan
tingkat lost time injuries/ LTI (cedera dengan istirahat) dan cedera ringan (DI); Tidak
berfungsi sementara yang berhubungan dengan tingkat lost time injuries/ LTI (cedera dengan
istirahat) dan cedera ringan (DI); Tidak ada yang tidak berfungsi yang berhubungan dengan
cedera ringan (DI) dan cedera dengan pertolongan pertama pada kecelakaan (FAI). Cedera
yang dialami oleh para pekerja TIFICO termasuk kedalam kategori LTI - 3
Pencegahan yang dilakukan perusahaan salah satu diantaranya yaitu Perusahaan telah
membuat peraturan-peraturan yang memenuhi standar keselamatan kerja. Pencegahan yang
dilakukan sudah maksimal, hanya saja para pekerja masih ada yang melanggar peraturan
yang ada sehingga kecelakaan kerja masih terjadi.
Penanggulangan accident di PT.TIFICO, Tbk terdiri dari tiga yaitu penanggulangan
pada manusia; pada peralatan dan pada standard.
Training safety dilaksanakan secara berkala misalnya training pemadaman
kebakaran, sedangkan untuk training yang terkait dengan alat tergantung pada setiap
departemennya untuk dilakukan secara berkala atau tidak. Sebaiknya setiap departemen
melaksanakan training yang terkait dengan alat secara berkala, hal ini dilakukan untuk
mengurangi frekuensi kejadian kecelakaan. Pada tahun 2008 terdapat WI yang belum di
review dimana hal ini tidak sesuai dengan salah satu aktivitas dari tema safety dan kebijakan
ESH di PT.TIFICO,Tbk Tahun 2008 yaitu meninjau kembali WI, sebaiknya pelaksanaan
peninjauan kembali seluruh WI yang ada di setiap departemen harus dilaksanakan secara
berkala dan konsisten sesuai dengan salah satu aktivitas dari tema safety dan kebijakan ESH
di PT.TIFICO,Tbk Tahun 2008 yaitu meninjau kembali WI, sehingga dengan melakukan
review terhadap WI diharapkan WI selalu up to date.

Daftar bacaan : 15 ( 1970 - 2009)


DAFTAR BAGAN

3.1 Alur Kegiatan Magang....................................................................................22

4.1 Struktur Organisasi..........................................................................................28


DAFTAR ISI

Abstrak ………………………………………………….…….…….............................i

Lembar Persetujuan……………………………….…….……....................................iii

Lembar Persetujuan Penguji………………………………………………….……....iv

Daftar Riwayat Hidup ………………………………………………….…….…….....v

Kata Pengantar…………………………….…….........................................................vi

Daftar isi………………………………………………….…….…….......................viii

Daftar Tabel ………………………………………………….…….……....................x

Daftar Bagan......……………………………………..………….…….……...............xi

Daftar Istilah………………………………………………………....……................xii

Bab I Pendahuluan……………………………………………………...….……..1

A. Latar Belakang………………………………….…………………....…….1

B. Tujuan………….…………………………………………..…..….……….4

1. Umum …………………………………………………….……….….4

2. Khusus ……………………………………………………….…….….4

C. Manfaat…………..…………………………………………………...........4

1. Bagi Mahasiswa………………………………………………………....4

2. Bagi Perusahaan……………………………………………………....…5

3. Bagi Fakultas…………………………………………………………....5

Bab II Tinjauan Pustaka ………………………………………………………...6

A. Definisi Kecelakaan……..………………………………………………....6

B. Penyebab Kecelakaan ……………………………………………………...6


C. Pencegahan Kecelakaan Kerja …………………………………………...18

D. Penanggulangan Kecelakaan Kerja …..…………………………………..20

E. Penggolongan Cidera akibat kecelakaan……....………………………....21

BabIII Alur dan Jadwal Kegiatan ……………………………………………......22

A. Alur Kegiatan………………………………………………………......…23

B. Jadwal Kegiatan ………………………………………………….....…24

BabIV Hasil dan Pembahasan……………………………………………………26

A. Gambaran Umum Perusahaan …………………………………………....26

B. Gambaran Kejadian Kecelakaan .........…..……………………………….42

1. Berdasarkan penyebabnya………………………………………...…...42

2. Berdasarkan Tingkat cederanya……………………………………......47

C. Pencegahan Accident ………………………………………….....…50

D. Penanggulangan Accident………………………………………………...62

BAB V Kesimpulan dan Saran………………………………………………........65

A. Kesimpulan…………………………………………………………….....65

B. Saran ……………………………………………………………………...66

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN
DAFTAR ISTILAH

1. Proses drawing adalah proses lanjutan untuk mengubah benang setengah matang
(UDY) menjadi kapas sintetis (Staple Fiber) yang berkualitas tinggi.
2. Proses Packing pada proses produksi staple fiber adalah rangkaian terakhir dari
tahap Drawing, yaitu proses pengepakan (balling process) kapas sintetis (staple
fiber) dengan berat 300 kg yang kemudian siap untuk dipasarkan
3. Proses Cutting adalah proses pemotongan dengan alat bernama rotor yang
dipotong dengan panjang tertentu (38 mm dan 44 mm) yang disebut Staple Fiber.
4. Proses creeling pada proses produksi staple fiber adalah penyusunan 18 buah can
UDY dan ditarik sekaligus dengan tegangan yang sama (jumlah can tergantung
dari tipe yang diproses). Hasil akhirnya merupakan produk spinning
5. Hiyari Hatto adalah kejadian hampir celaka yang dialami dan mengakibatkan rasa
kaget ataupun rasa takut
6. KY. Hiyari Hatto adalah melihat keadaan yang berbahaya, yang dapat
menyebabkan terjadinya bahaya atau kecelakaan.
7. Working Instruction = instuksi kerja
8. Check Genba = cek lapangan
9. LTI = Lost Time Injuries / cedera dengan istirahat adalah cedera yang
memerlukan istirahat mulai dari kecelakaan terjadi sebagai hasil diagnosis
seorang spesialis.
10. DI = Disable injuries / cedera ringan adalah cedera yang memerlukan perhatian
kesehatan secara terus – menerus tetapi tidak perlu istirahat sejak terjadinya
kecelakaan sebagai diagnosis seorang spesialis
11. FAI = First Aid Injuries / cedera dengan pertolongan pertama pada kecelakaan
adalah cedera yang ringan bisa dibantu dengan apa yang ada dalam alat
pertolongan pertama yang terdapat di tempat kerja.
DAFTAR TABEL

3.1 Jadwal Kegiatan Magang di PT. TIFICO, Tbk, Periode Februari-Maret 2009 23

4.1 Distribusi Karyawan PT. TIFICO, Tbk Berdasaran Jenis Kelamin

26

Tahun 2009

4.2 Hasil identifikasi masalah pada proses produksi di PT.TIFICO,Tbk

37

Tahun 2008

4.3 Kejadian Kecelakaan Kerja ( working accident ) di PT.TIFICO,Tbk

41

Tahun 2008

4.4 Kejadian contractor accident di PT.TIFICO,Tbk Tahun 2008

42

4.5 Kejadian fire accident di PT.TIFICO,Tbk Tahun 2008

42

4.6 Kejadian Hiyari Hatto Serius di PT.TIFICO,Tbk Tahun 2008

43

4.7 Tingkat kecelakaan kerja berdasarkan cedera Tahun 2008

47
RIWAYAT HIDUP

1. Nama : Puti Nurhidayati


2. TTL : Jakarta, 15 Juli 1987
3. Jenis Kelamin : Perempuan
4. Usia : 21 Tahun
5. No telp : 021-5384745
6. No.Hp : 085693092865
7. Alamat : BSD, Blok C5 No 12 Sekt. I.1 Jl. Cemara IV
8. E-mail : Ri_poetdul@yahoo.com

Riwayat Pendidikan:
1. TK PUTRA BSD : tahun 1992 s/d 1993
2. SDN Karya Bhakti 01 : tahun 1993 s/d 1999
3. SLTP Negeri 4 Puspiptek : tahun 1999 s/d 2002
4. SMU Negeri 1 Serpong : tahun 2002 s/d 2005
5. S1 Kesehatan Masyarakat : tahun 2005 s/d sekarang
KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim
Assalammualaikum Wr. Wb
Segala Puji bagi ALLAH S.W.T yang selalu memberikan kenikmatan yang
tak terhingga kepada kita semua. Dengan memanjat rasa syukur atas segala nikmat
dan rahmat – Nya hingga laporan magang yang berjudul ” Gambaran Kejadian
Kecelakaan Kerja, Pencegahan, dan Penanggulangannya di PT.TIFICO,Tbk tahun
2008” ini dapat tersusun dengan baik. Shalawat dan salam semoga tercurah kepada
baginda besar Nabi Muhammad S.A.W yang telah membawa umatnya menuju pintu
pencerahan dan peradaban.
Penyusun laporan magang ini semata – mata bukanlah hasil usaha penulis
melainkan banyak pihak yang memberikan bantuan, bimbingan, motivasi, dan
petunjuk. Penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Terima kasih kepada kedua orang tua dan keluarga yang telah memberikan
motivasi dan doa yang luar biasa kepada saya.
2. Terima kasih kepada bu Yuli sebagai dosen pembimbing yang telah membantu
dan membimbing saya dalam pembuatan laporan magang ini, terima kasih banyak
bu.........
3. Terima kasih kepada pak Yuli selaku ketua kaprodi kesmas dan dosen penguji
magang.
4. Terima kasih kepada bu Iting selaku dosen K3 FKIK UIN yang sering
meminjamkan buku – buku yang terkait dengan materi magang saya dan materi
skripsi.
5. Terima kasih kepada seluruh dosen yang telah memberi ilmu baik ilmu yang
terkait dengan materi kuliah maupun ilmu agama kepada saya.
6. Terima kasih kepada Pak Timbul yang telah membantu saya masuk ke TIFICO
sehingga saya bisa melaksanakan magang.
7. Terima kasih kepada Pak Sopingi sebagai pembimbing lapangan yang telah
membantu, meluangkan waktunya dan membimbing saya dalam pembuatan
laporan magang ini
8. Terima kasih kepada Pak Mulyana, Pak Sipenhadi, Pak Handono yang telah
meluangkan waktunya untuk memberikan informasi – informasi dan data yang
terkait laporan magang saya.
9. Terima kasih kepada bapak – bapak dan ibu bagian ESH PT.TIFICO,Tbk yang
telah meluangkan waktunya untuk memberikan data – data yang terkait laporan
magang saya.
10. Terima kasih kepada bagian ESH yang telah menerima saya untuk magang di
bagian ESH
11. Terima kasih kepada bagian HRD yang telah menerima mahasiswa magang.
12. Terima kasih kepada Pak Babel dan Pak Udin yang mau diikuti pada saat bekerja,
maaf ya pak kalo ngerepotin....
13. Terima kasih kepada bapak – bapak bagian departemen produksi yang telah
meluangkan waktunya untuk menjelaskan lingkungan kerja di bagian departemen
produksi
14. Terima kasih kepada bapak – bapak di workshoop ESH / kandang burung
15. Terima kasih kepada Azis yang telah memberikan motivasi dan masukan –
masukan selama ini. Thanks yank.....................
16. Terima kasih untuk semua teman – temanku baik di K3 maupun di Gizi yang
telah membantu dan memberikan semangat pada saat sidang. Untuk umi N the
gank tetep kompak yaaa............
17. Terima kasih kepada kak putri, kak anisa atas bantuannya yaa........
Akhir kata dengan penuh rasa hormat dan kerendahan hati, penulis berharap
semoga laporan magang ini dapat memberikan manfaat bagi penulis maupun
pembaca lain.

Wassalammualaikum Wr. Wb
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Masyarakat pekerja di Indonesia mengalami peningkatan terus dari tahun ke

tahun. Menurut data BPS tahun 2003, pada tahun 1995 jumlah pekerja sekitar

88,5 juta dan meningkat pada tahun 2003 pekerja di Indonesia berjumlah

100.316.000 (Riyadina, 2007). Pembangunan sektor industri saat ini merupakan

salah satu andalan dalam pembangunan nasional Indonesia yang berdampak

positif terhadap penyerapan tenaga kerja, peningkatan pendapatan dan pemerataan

pembangunan. Disisi lain kegiatan industri dalam proses produksinya selalu

disertai faktor-faktor yang dapat menimbulkan kerugian yang mengandung resiko

bahaya yaitu dengan terjadinya kecelakaan maupun penyakit akibat kerja

(Riyadina, 2007).

Kecelakaan industri adalah kejadian kecelakaan yang terjadi di tempat kerja

khususnya di lingkungan industri. Menurut International Labour Organization

(ILO), 120 juta kecelakaan kerja setiap tahunnya di seluruh dunia, dalam jumlah

tersebut 210.000 kasus adalah kasus kecelakaan fatal (Saari, 1998). Menurut data

PT Jamsostek, pekerja yang meninggal dunia karena kecelakaan pada 2008

mencapai 2.124 orang. Jumlah pekerja yang meninggal itu merupakan

peningkatan dari 2007 yang mencapai 1.883 orang dan pada 2006 sebanyak 1.597

orang. Pada 2005 mencapai 2.045 orang (Saepulloh, 2009), sedangkan data dari

Dewan Keselamatan dan Kesehatan Kerja Nasional (DK3N) dari tahun 1999
sampai dengan 2001 menunjukkan bahwa kecenderungan kejadian kecelakaan

kerja meningkat dari tahun ke tahun yaitu 82.456 kasus di tahun 1999 meningkat

menjadi 98.905 kasus di tahun 2000 dan naik lagi mencapai 104.774 kasus pada

tahun 2001. Dari kasus-kasus kecelakaan kerja 9,5% diantaranya (5.476 tenaga

kerja) mendapat cacat permanen. Ini berarti setiap hari kerja ada 39 orang pekerja

yang mendapat cacat baru atau rata-rata 17 orang meninggal karena kecelakaan

kerja (Riyadina, 2007).

Kecelakaan secara umum disebabkan oleh 2 hal pokok yaitu perilaku kerja

yang berbahaya (unsafe act) dan kondisi yang berbahaya (unsafe condistions).

Beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor manusia memegang peranan

penting timbulnya kecelakaan kerja. Berdasarkan hasil penelitian 80 – 85 %

kecelakaan disebabkan oleh kelalaian atau kesalahan faktor manusia seperti

bekerja tidak tepat; ada sebagian dari mereka masih segan menggunakan alat

pelindung atau mematuhi aturan yang sebenarnya dan lain – lain (Suma’mur,

1996).

Kejadian kerugian perusahaan akibat kecelakaan kerja dapat terjadi dimana

saja dan kapan saja. Kecelakaan dan kerugiannya pun bervariasi, yang meliputi

unsur manusia, mesin (material) dan lingkungan kerja. Orang yang ditimpa

kecelakaan akan mengeluh dan menderita, tidak jarang berakibat luka – luka

bahkan dapat berakibat cacat bagi penderita. Bagian mesin; pesawat; alat kerja;

bahan; proses; tempat dan lingkungan kerja mungkin akan rusak bila terjadi

kecelakaan, akibat dari itu terjadilah kekacauan organisasi dalam proses. Banyak

contoh kejadian kerugian akibat kecelakaan kerja, seperti baru-baru ini ledakan di
sebuah pabrik petrokomia dengan korban jiwa dan kerugian material yang tidak

sedikit. Untuk mencegah terjadinya kecelakaan dan kerugian yang terjadi

dibutuhkan kerja sama yang baik dalam hal keselamatan dan kesehatan kerja atau

K3. Keselamatan kerja adalah keselamatan yang berhubungan dengan mesin,

pesawat, alat kerja, bahan & proses pengolahannya, landasan tempat kerja &

lingkungannya serta cara-cara melakukan pekerjaan. Keselamatan kerja dapat

ditempatkan di segala tempat kerja. Tempat –tempat kerja tersebut merupakan

tempat kegiatan ekonomi, seperti pertanian, industri, pertambangan, perhubungan,

pekerjaan umum, jasa, dll. Keselamatan kerja menyangkut segenap proses

produksi distribusi baik barang maupun jasa (Suma’mur, 1996).

PT. Teijin Indonesia Fiber Corporation atau yang lebih dikenal dengan PT.

TIFICO, Tbk bergerak dalam bidang produksi polyester serat sintetis, dimana

hasil akhirya ialah chip (bahan baku pembuat kapas dan benang sintetis), filament

yarn (benang), dan staple fiber (kapas sintetis) dimana kegiatan produksinya tidak

lepas dari segala jenis mesin yang berteknologi tinggi. Setiap pelaksanaan

kegiatan produksi beresiko untuk terjadinya kecelakaan kerja. Berdasarkan data

PT. TIFICO, Tbk tahun 2008, kecelakaan yang dialami perusahaan terdiri dari 2

kasus working accident, 1 kasus fire accident, 3 kasus contractor accident.

Sebagai perusahaan yang mempunyai slogan No Accident tentunya PT.

TIFICO, Tbk akan senantiasa berusaha mencegah terjadinya kecelakaan. Tujuan

slogan ini akan terhambat jika masih terjadi accident di industri.


Oleh sebab uraian di atas maka penulis tertarik untuk melihat gambaran

kejadian kecelakaan kerja, pencegahan, dan penanggulangannya di PT. TIFICO,

Tbk tahun 2008.

B. Tujuan

1. Umum

Diketahuinya gambaran kejadian kecelakaan kerja, pencegahan, dan

penanggulangannya di PT.TIFICO,Tbk tahun 2008

2. Tujuan Khusus

a. Diketahuinya gambaran umum PT.TIFICO,Tbk tahun 2009

b. Diketahuinya gambaran kejadian kecelakaan kerja berdasarkan

penyebabnya (manusia, peralatan, dan standard) dan berdasarkan tingkat

cedera di PT.TIFICO,Tbk pada tahun 2008

c. Diketahuinya pencegahan kecelakaan kerja di PT.TIFICO,Tbk pada tahun

2008

d. Diketahuinya penanggulangan kecelakaan kerja di PT.TIFICO,Tbk pada

tahun 2008

C. Manfaat

1. Bagi Mahasiswa

a. Dapat mengenal secara dekat dan secara nyata karakteristik dan kondisi di

lingkungan kerja

b. Dapat menerapkan keilmuan K3 yang diperoleh di bangku kuliah dalam

praktek pada kondisi kerja yang sebenarnya.


2. Bagi Perusahaan

a. Hasil dari kegiatan magang dapat dijadikan sebagai suatu sumber ilmu

baru yang lebih akurat dan dapat dijadikan masukan yang bermanfaat

tentang aspek K3 bagi perusahaan

b. Menciptakan kerja sama yang saling menguntungkan dan bermanfaat

antara institusi tempat magang dengan program S1 K3 FKIK UIN.

3. Bagi Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan program studi Kesehatan dan

Keselamatan Kerja (K3) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

a. Sebagai sarana pemantapan keilmuan bagi mahasiswa dengan

mempraktekkan ilmu yang didapat di dunia kerja.

b. Hasil dari magang diharapkan dapat berguna bagi kalangan akademis

sebagai informasi terhadap penelitian selanjutnya,

c. Sebagai sarana untuk membina kerja sama dengan institusi lain dibidang

K3

d. Sarana pengembangan keilmuan K3


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi Kecelakaan

Kecelakaan kerja adalah suatu kejadian atau peristiwa yang tidak diinginkan

yang merugikan terhadap manusia, merusak harta benda atau kegiatan terhadap

proses (Budiono dan Pusparini, 2003).

Menurut Sulaksmono (1997) kecelakaan adalah suatu kejadian tak diduga dan

tidak dikehendaki yang mengacaukan proses suatu aktivitas yang telah diatur

(Santoso, 2004).

Kecelakaan digambarkan sebagai kejadian yang tidak direncanakan yang

dapat mengakibatkan luka-luka, kematian, hilangnya produksi atau kerusakan

pada property dan asset (Raouf, 1998).

Menurut Suma’mur (1996) kecelakaan adalah kejadian yang tak terduga dan

tidak diharapkan.

Menurut UU No 1 Tahun 1970, kecelakaan kerja adalah suatu kejadian yang

tidak dikehendaki dan tidak diduga semula yang dapat menimbulkan korban

manusia dan atau harta benda.

B. Penyebab kecelakaan

Kecelakaan tidak terjadi secara kebetulan, melainkan ada sebabnya. Oleh

karena itu kecelakaan dapat dicegah, asal kita cukup kemauan untuk

mencegahnya. Oleh karena itu pula sebab- sebab kecelakaan harus diteliti dan

ditemukan, agar untuk selanjutnya dengan usaha – usaha koreksi yang ditujukan
kepada sebab, maka kecelakaan dapat dicegah dan tidak terulang kembali

(Suma’mur, 1976).

1. Teori – teori penyebab kecelakaan

a. Penyebab terjadinya kecelakaan kerja yang tercantum dalam ILCI Loss

Causation Model (Budiono dan Pusparini, 2003) yaitu penyebab langsung

( immediate causes ). Penyebab langsung atau kecelakaan adalah suatu

keaadan yang biasanya bisa dilihat dan dirasakan langsung, yang dibagi

dalam dua kelompok yaitu unsafe acts dan unsafe condition. Dalam

konsep ”Modern Safety Management” istilah ” unsafe acts” diganti

dengan istilah yang lebih profesional yaitu ”substandard practices”

kemudian ” unsafe conditions” diganti dengan ”substandard conditions”.

Berikut adalah pengelompokan dari substandard practices dan

substandard conditions :

1) Tindakan – tindakan yang tidak standar / tindakan – tindakan yang

tidak aman (Substandard Practices / unsafe Acts) yaitu tingkah laku,

tindak – tanduk atau perbuatan yang akan menyebabkan kecelakaan.

Tindakan –tindakan yang tidak standar / aman berupa :

a) Mengoperasikan alat / peralatan tanpa wewenang

b) Gagal untuk memberi peringatan

c) Gagal untuk mengamankan

d) Bekerja dengan kecepatan yang salah

e) Menyebabkan alat –alat keselamatam tidak berfungsi

f) Memindahkan alat –alat keselamatan


g) Menggunakan alat – alat yang rusak

h) Menggunakan alat dengan cara yang salah

i) Kegagalan memakai alat pelindung / keselamatan diri secara

Benar

j) Membongkar secara salah

k) Menempatkan / menyusun secara salah

l) Mengangkat secara salah

m) Mengambil posisi yang salah

n) Memperbaiki alat/ peralatan yang sedang jalan / hidup/ bergerak

o) Bersenda gurau di tempat kerja

p) Mabuk karena minuman beralkohol dan atau minuman / obat

keras lainnya.

2) Kondisi – kondisi yang tidak standard / tidak aman ( substandard

condition / unsafe condiions ) yaitu keadan yang akan menyebabkan

kecelakaan. Kondisi – kondisi yang tidak standard berupa :

a) Peralatan pengaman / pelindung / rintangan yang tidak memadai

atau tidak memenuhi syarat

b) Bahan, alat – alat/ peralatan rusak

c) terlalu sesak / sempit

d) Sistem – sistem tanda peringatan yang kurang memadai

e) Bahaya –bahaya kebakaran dan ledakan

f) Kerapihan / tata letak (housekeeping ) yang jelek


g) Lingkungan berbahaya / beracun : gas, debu, asap, uap, dan lain-

lain

h) Bising

i) Paparan radiasi

j) Ventilasi dan penerangan yang kurang

b. Sebelum adanya teori Heinrich

Menurut Petersen (1971) bahwa sebelum tahun 1911 tentang

keselamatan kerja dalam industri hampir tidak diperhatikan. Pekerja tidak

dilindungi dengan hukum. Tidak ada santunan kecelakaan bagi pekerja.

Bila terjadi kecelakaan, perusahaan menganggap bahwa kecelakaan itu :

1) Disebabkan oleh kesalahan tenaga kerja (karyawan) sendiri

2) Disebabkan teman sekerja sehingga ia (pekerja) mengalami

kecelakaan

3) Tanggungan pekerja, karena mengaggap perusahaan merasa sudah

membayar (menggaji) maka resiko kecelakaan menjadi tanggungan

pekerja

4) Karena pekerja mengalami kelalaian, sehingga terjadi kecelakaan.

Baru pada tahun 1908 di New York, merupakan kompensasi pertama

bagi pekerja yang mengalami kecelakaan. Kemudian setelah tahun 1911,

menurut Petersen (1971) bahwa pekerja mendapat kompensasi Penyakit

Akibat Kerja (PAK) bila disebabkan terkena panas ( atsmopohere ) dan

harusnya panas dalam industri diberi pelindung (safety). Dengan demikian


tenaga kerja mulai mendapatkan perlindungan secara hukum. (Santoso,

2004)

c. Teori Heinrich

Teori penyebab kecelakaan yang dikembangkan menurut

W.H.Heinrich ( 1931) disebut teori domino yaitu 88% dari semua

kecelakaan disebabkan oleh perilaku yang tidak aman (unsafe acts ), 10%

oleh tindakan tak aman ( unsafe conditions) dan 2% dari “acts of god”.

Heinrich mengusulkan lima urutan faktor kecelakaan di mana masing-

masing faktor akan menggerakkan langkah yang berikutnya dengan cara

merobohkan baris domino secara berturut –turut. Urutan faktor kecelakaan

sebagai berikut:

I II III IV V

Gambar I. Domino berjajar tegak

Keterangan :

I. Hereditas (Keturunan), misalnya :

1) Keras kepala

2) Pengetahuan yang jelek


Karena hal tersebut di atas akhirnya kurang hati – hati dan

akibatnya akan terjadi kecelakaan.

II. Kesalahan Manusia

Kelemahan sifat perseorangan yang menunjang terjadinya

kecelakaan. Misalnya:

1) Kurang Pendidikan

2) Angkuh

3) Cacat Fisik atau mental

III. Perbuatan salah karena kondisi bahaya ( tak aman ), misalnya :

1) Secara fisik / mekanik meninggalkan alat pengaman

2) Pencahayaan tidak memadai

3) Mesin sudah tua

4) Mesin tidak ada pelindungnya

IV. Kesalahan, misalnya :

1) Akan menimpa pekerja

2) Mengakibatkan kecelakaan orang lain ( termasuk keluarganya )

V. Dampak Kerugian, misalnya :

1) Pekerja : luka, cacat, tidak mampu bekerja atau meninggal dunia

2) Supervisor : kerugian biaya langsung dan tidak langsung

3) Konsumen : pesanan tertunda dan barang menjadi langka.

Apabila satu jatuh, maka akan mengenai semua, akhirnya sama – sama

jatuh. Untuk mengatasi agar yang lainya tidak berjatuhan, salah satu

domino misalnya domino nomor II harus diambil. Dengan demikian


kecelakaan yang lain dapat dihindari. Hal tersebut juga merupakan

pencegahan kecelakaan.

d. Teori Frank E. Bird Petersen

International Loss Control Institute (ILCI) pada tahun 1972 yang

dipelopori oleh Frank Bird mengemukakan teori Loss Caution Model yang

menyatakan bahwa faktor manajemen merupakan latar belakang penyebab

terjadinya kecelakaan (Gempur, 2004). Teori yang dikemukakan Frank

Bird pada dasarnya merupakan penyempurnaan dari yang ditemukan H.W.

Heinrich. Frank Bird menggambarkan cara berfikir modern terjadinya

kecelakaan/banyak dipergunakan sebagai landasan berfikir untuk

pencegahan terjadinya kecelakaan. Frank E Bird sebagai pakar ilmu

keselamatan mengemukakan teori penyebab kecelakaan berdasarkan

berdasarkan urutan sebagai berikut :

1) Manajemen

Kurangnya pengawasan terutama dalam fungsi managerial, seperti :

a) Perencanaan

b) Organisasi

c) Pimpinan

d) Pengawasan/Controlling

2) Sebab-sebab utama

a) Human factor (Faktor manusia):

(1) Pengetahuan kurang

(2) Motivasi kurang


(3) Keterampilan kurang

(4) Problem/stress fisik atau mental

(5) Kemampuan yang tidak cukup secara fisik dan mental

b) Job factor (Faktor pekerjaan):

(1) Standar mutu pekerjaan yang tidak memadai

(2) Desaign dan maintenance yang tidak baik

(3) Pemakaian yang tidak normal dan lain-lain

3) Penyebab langsung

a) Tindakan yang tidak aman

b) Keadaan kerja yang tidak aman

Pada kartu domino bila dasarnya penyebab langsung dengan gejala

ini, maka kartu domino akan jatuh terjadi efek kecelakaan.

4) Incident (peristiwa)

Terjadinya kontak dengan sumber energi (energi kinetik, elektrik,

akustik, panas, radiasi, kimia dan lain-lain) yang melebihi nilai

ambang batas kemampuan badan atau struktur. Misalnya beban

berlebih, kontak sumber energi berbahaya.

5) Loss (kerugian)

Kehilangan manusia, harta benda, proses produksi dan image pada

perusahaan. Biaya yang ditanggung dari kejadian kecelakaan seperti

fenomena gunung es. Dalam Loss Caution Model terlihat bahwa

kehilangan (loss) apa saja terjadi karena akibat dari

ketidakseimbangan yang dialami oleh sesuatu. Ketidakseimbangan


terjadi karena ada sesuatu kejadian yang tidak normal karena adanya

sebab-sebab langsung, kemudian kalau ditelusuri ada sebab-sebab

dasarnya yang datang dari kontrol yang lemah.

Urutan teori domino seperti diuraikan di atas perlu dicermati

sebagai penyebab terjadinya incident baik langsung maupun tidak

langsung pada setiap kegiatan guna meningkatkan sistem pengawasan,

dimana pengawasan ini sangat luas arti dan bentuknya, dapat berupa

pengawasan langsung melalui peraturan perusahaan yang ada serta

pengawasan mandiri. Setiap sistem pengawasan yang ada tetap harus

dikaji ulang guna mengikuti perubahan-perubahan atau kemajuan

teknologi yang begitu pesat. Setiap pekerja selalu dituntut untuk

meningkatkan kesadaran dalam menjaga keselamatan .

Setiap kecelakaan mempunyai tipe dan tingkatan yang sangat

bervariasi tergantung dari bagaimana dan di mana kejadian itu terjadi.

Besar kecilnya kerugian yang dialami akibat dari suatu kecelakaan

akan sangat tergantung dari sebab-sebab yang ada. Kalau

dikategorikan tentang variasi kecelakaan mulai dari seseorang tergores

jari tangan sampai musnahnya suatu kilang serta korban manusia

dalam jumlah besar. Banyak sudah contoh kecelakaan yang dialami

industri besar di dunia ini sehingga menderita kerugian yang cukup

besar pula meliputi material, mesin, manusia dan lingkungan

sekitarnya.
e. The Energy Transfer Theories

Baru-baru ini William haddon mengusulkan gagasan di mana banyak

kecelakaan dan injury melibatkan perpindahan energi. Interaksi antara

lingkungan atau peristiwa dengan orang inilah yang menggambarkan

gagasan ini, seperti api, angin topan, proyektil, kendaraan bermotor,

berbagai format radiasi dan materi lain menyebabkan injury dan berbagai

jenis penyakit. Kadang – kadang teori ini disebut the energy release

theories, karena tingkat pelepasan ini merupakan komponen yang penting.

Teori ini menarik untuk berbagai permasalahan keselamatan engineering

dan memberikan saran untuk pengendalian kondisi-kondisi yang tidak

aman.

f. Menurut Suma’mur (1996) bahwa kecelakaan ada sebabnya. Cara

penggolongan sebab – sebab kecelakaan di berbagai negara tidak sama.

Namun ada kesamaannya yaitu bahwa kecelakaan disebabkan oleh dua

golongan penyebab yaitu:

1) Tindak perbuatan manusia yang tidak memenuhi keselamatan (unsafe

human acts)

2) Keadaan – keadaan lingkungan yang tidak aman (unsafe conditions)

Dari penyelidikan – penyelidikan, ternyata faktor manusia dalam

timbulnya kecelakaan sangat penting. Dari hasil penelitian – penelitian

yang ditemui bahwa 80 – 85 % kecelakaan disebabkan oleh kelalaian atau

kesalahan manusia.
2. Kecelakaan kerja Karena factor manusia

Hasil penelitian bahwa kecelakaan disebabkan oleh factor manusia. Unsur

– unsure tersebut menurut buku “ management losses” Bab II tentang “ The

Causes and Effects of loss” ( Gempur, 2004) antara lain :

a. Ketidakseimbangan fisik/ kemampuan fisik tenaga kerja, antara lain:

1) Tidak sesuai berat badan, kekuatan dan jangkauan

2) Posisi tubuh yang menyebabkan melemah

3) Kepekaan tubuh

4) Kepekaan panca indera terhadap bunyi

5) Cacat fisik

6) Cacat sementara

b. Ketidakseimbangan kemampuan psikologis pekerja, antara lain:

1) Rasa takut / phobia

2) Gangguan emosional

3) Sakit jiwa

4) Tingkat kecakapan

5) Tidak mampu memahami

6) Sedikit pendapat

7) Gerakan lamban

8) Ketrampilan kurang

c. Kurangnya pengetahuan, antara lain :

1) Kurang pengalaman

2) Kurang orientasi
3) Kurang latihan memahami tombol – tombol

4) Kurang latihan memahami data

5) Salah pengertian terhadap suatu perintah

d. Kurangnya terampil, antara lain :

1) Kurang mengadakan latihan praktik

2) Penampilan kurang

3) Kurang kreatif

4) Salah pengertian

e. Stress mental, antara lain :

1) Emosi berlebihan

2) Beban mental berlebihan

3) Pendiam dan tertutup

4) Problem dengan suatu yang tidak dapat dipahami

5) Frustasi

6) Sakit mental

f. Stess fisik, antara lain :

1) Beban sakit

2) Beban tugas berlebihan

3) Kurang istirahat

4) Kelelahan sensori

5) Terpapar bahan berbahaya

6) Terpapar panas tinggi

7) Kekurangan oksigen
8) Gerakan terganggu

9) Gula darah menurun

g. Motivasi menurun, antara lain :

1) Mau bekerja bila ada hadiah

2) Frustasi berlebihan

3) Tidak ada umpan balik

4) Tidak mendapat intensif produksi

5) Tidak mendapat pujian dari hasil kerjanya

6) Terlalu tertekan

C. Pencegahan Kecelakaan Kerja

Kecelakaan kerja pada prinsipnya dicegah dan pencegahan kecelakaan ini

menurut Bennet NBS (1995) merupakan tanggung jawab para manajer lini,

penyelia, mandor kepala, dan juga kepala urusan. Tetapi menurut M. Sulaksmono

(1997) dan yang tersirat dalam UU no.1 tahun 1970 pasal 10, bahwa tanggung

jawab kecelakaan kerja selain pihak perusahaan juga karyawan dan pemerintah

(Gempur, 2004).

Dibawah ini adalah cara Pencegahan kecelakaan kerja menurut beberapa orang:

1. Menurut Bennet NBS (1995) bahwa teknik pencegahan kecelakaan harus

didekati dengan dua aspek, yakni :

a. Aspek perangkat keras ( peralatan, perlengkapan, mesin, letak, dsb)

b. Aspek perangkat lunak ( manusia, dan segala unsure yang berkaitan)

2. Menurut Olishifki (1985) bahwa aktivitas pencegahan kecelakaan dalam

keselamatan kerja professional dapat dilakukan dengan beberapa hal berikut :


a. Memperkecil (menekan) kejadian yang membahayakan dari mesin, cara

kerja, material, dan struktur perencanaan

b. Memberikan alat pengaman agar tidak membahayakan sumber daya yang

ada dalam perusahaan tersebut

c. Memberikan pendidikan ( training) kepada tenaga kerja atau karyawan

tentang kecelakaan dan keselamatan kerja

d. Memberikan alat pelindung diri tertentu terhadap tenaga kerja yang

berada pada area yang membahayakan.

3. Menurut Suma’mur (1996) bahwa kecelakan akibat kerja dapat dicegah

dengan 12 hal berikut:

a. Peraturan perundangan, yaitu ketentuan –ketentuan yang diwajibkan

mengenai kondisi kerja pada umumnya, perencanaan, konstruksi,

perawatan, dan pemeliharaan pengawasan, pengujian dan cara kerja

peralatan industri, tugas – tugas pengusaha dan buruh, latihan, supervisi

medis, P3K dan pemeriksaan medis.

b. Standarisasi yang ditetapkan secara resmi, setengah resmi, atau tidak

resmi mengenai misalnya syarat – syarat keselamatan sesuai konstruksi

peralatan industri dan alat pelindung diri (APD)

c. Pengawasan, yaitu pengawasan tentang dipatuhinya ketentuan – ketentuan

perundang – undangan yang diwajibkan.

d. Penelitian bersifat teknik, yang meliputi sifat dan ciri –ciri dari bahan –

bahan berbahaya, pengujian alat – alat pelindung diri.


e. Riset medis, terutama meliputi efek fisiologis dan patologis, faktor

lingkungan dan teknologi dan keadan yang mengakibatkan kecelakaan

f. Penelitian psikologis, meliputi penelitian tentang pola – pola kejiwaan

yang mengakibatkan kecelakaan

g. Penelitian secara statistik, untuk menetepkan jenis – jenis kecelakaan yang

terjadi, banyaknya, mengenai siapa saja, dalam pekerjaan apa, dan apa

sebab - sebabnya

h. Pendidikan, yang menyangkut pendidikan keselamatan dalam kurikulum

teknik, sekolah – sekolah perniagaan atau kursus – kursus pertukangan

i. Latihan – latihan, yaitu latihan praktek bagi tenaga kerja, khusunya tenaga

kerja baru dalam keselamatan kerja

j. Penggairahan yaitu penggunaan aneka cara penyuluhan atau pendekatan

lain untuk menimbulkan sikap selamat

k. Asuransi yaitu insentif finansial untuk meningkatkan pencegahan

kecelakaan misalnya dalam bentuk pengurangan premi yang dibayar oleh

perusahaan, jika tindakan – tindakan keselamatan sangat baik

l. Usaha keselamatan pada tingkat perusahaan, yang merupakan ukuran

utama efektif tidaknya penerapan keselamatan kerja.

D. Penanggulangan Kecelakaan Kerja

Haddon (1972) mengungkapkan bahwa intervensi terhadap injury dilakukan

pada manusia, peralatan (seperti mobil, mesin) dan lingkungan fisik atau

psychosocial pada tahap peristiwa sebelum kejadian, pada saat kejadian dan

setelah kejadian (Smith dan Venezie, 1998)


Tindakan penanganan setelah terjadi kecelakaan kerja Berdasarkan UU No. 3

Tahun 1992 bahwa perusahaan pada saat mulai memakai tenaga kerja, harus

membantu tenaga kerjanya untuk mendaftar keikutsertaan asuransi tenaga kerja,

demi menjamin keselamatan tenga kerja. Selain itu, setelah terjadi kecelakaan

kerja, perusahaan wajib membayai iuran kecelakaan kerja, apabila pemilik usaha

tidak mendaftarkan tenaga kerjanya ikut serta asuransi tenaga kerja sesuai dengan

UU Standar Ketenagakerjaan, maka pemilik usaha akan dikenakan denda.

Berdasarkan UU kecelakaan (1947 - 1951), bahwa di perusahaan yang

diwajibkan memberi tunjangan, majikan berwajib membayar ganti kerugian

kepada buruh yang mendapat kecelakaan berhubungan dengan hubungan kerja

pada perusahaan itu. (Suma’mur 1996)

E. Penggolongan Cidera Akibat Kecelakaan Kerja

Penggolongan cidera akibat kecelakaan berdasarkan Kepmentamben No.

555.K/26/M.PE/1995 dibagi menjadi tiga yaitu (mulya, 2008):

1. Kecelakaan cidera ringan : cidera akibat kecelakaan yang menyebabkan

pekerja tidak mampu melakukan tugas semula lebih dari satu minggu dan

kurang dari tiga minggu.

2. Kecelakaan cidera berat :

a. cidera akibat kecelakaan yang menyebabkan pekerja tidak mampu

melakukan tugas semula lebih dari tiga minggu

b. kecelakaan yang menyebabkan pekerja menjadi cacat tetap


c. cidera yang mengakibatkan pekerja mengalami :

1) Keretakan kepala, tulang punggung, pinggul, lengan bawah, lengan

atas, paha atau kaki.

2) Pendarahan di dalam, atau pingsan disebabkan oleh kekurangan

oksigen

3) Luka berat atau luka terbuka / terkoyak yang dapat mengakibatkan

ketidakmampuan tetap

4) Persendian yang lepas dimana sebelumnya tidak pernah terjadi.

3. Kecelakaan fatal / mati : kecelakaan yang mengakibatkan pekerja meninggal

dalam waktu 24 jam terhitung dari terjadinya kecelakaan


BAB III

ALUR DAN JADWAL KEGIATAN

A. Alur Kegiatan Magang

Bagan 3.1

Alur Kegiatan Magang

Pembuatan Pencarian Penyebaran


Proposal Perusahaan Proposal

Penyajian Laporan
(Presentasi/Sidang)

Pelaksanaan Magang :
a. Perkenalan
b. Pengambilan Data
Penyusunan (Primer, Sekunder)
Laporan
c. Observasi lapangan

Langkah pertama yang dilakukan sebelum kegiatan magang dilaksanakan

adalah menyusun proposal yang kemudian akan disebarluaskan ke perusahaan

yang telah dicari dan direncanakan sebagai tempat magang. Ketika proposal

diterima (accepted), maka mahasiswa dapat langsung melaksanakan magang

sesuai kesepakatan dengan perusahaan.

Pelaksanaan magang mencakup perkenalan, pengambilan data (baik primer,

sekunder), dan observasi lapangan. Setelah kegiatan magang selesai dilaksanakan


maka mahasiswa harus menyusun laporan yang akan dipresentasikan di depan

pembimbing lapangan dan pembimbing akademik.

B. Jadwal Kegiatan MAGANG

Tabel 3.1.
Jadwal Kegiatan Magang di PT. TIFICO, Tbk, Periode Februari-Maret 2009
Tanggal
No. Kegiatan Tempat Kegiatan
(2008)
1. 02 Februari  Briefing Company Profile  Meeting Room
 Perkenalan dan Briefing dengan  Kantor ESH
pembimbing

2. 03 Februari Pengambilan data gambaran  Main Office


umum perusahaan

3 04 Februari Konsul pertama kali dengan dosen Ruang Kelas


pembimbing kampus

4. 05 Februari Pengambilan data gambaran unit  Main Office


K3

5. 06 Februari  Pengambilan data kecelakaan kerja  Main Office


 Diskusi dengan pembimbing  Workshop ESH
lapangan

6 09 Februari Pembekalan magang Ruang kelas

7 10 Februari  Observasi lapangan:  Departemen SF


- departemen SF  Gudang Sementara Debu Batu
- Gudang Sementara Debu Batu Bara (Dept.ESH)
Bara

8 11 Februari  Diskusi dengan pembimbing  Workshoop ESH


lapangan  Main Office
 Pengambilan data IPLK

9 12 februari  Ikut pemeriksaan tabung pemadam  Plant Site


api  Ruang dosen
 Konsultasi dengan pembimbing
fakultas

10 13 Februari Observasi & Wawancara Departemen Filamen


Tanggal
No. Kegiatan Tempat Kegiatan
(2008)
11 16 Februari Mengamati pemeriksaan ITD Films
pengencangan penutup tabung
pemadam api

12 17 Februari Mengamati pemeriksaan hydran Departemen SF

13 18 Februari Pengambilan Data Main Office

14 19 Februari Diskusi dengan pembimbing Workshoop ESH

15 20 Februari  Observasi & Wawancara  Departemen Texturing Yarn


 Mengamati pemeriksaan hidrant  Departemen SF

16 23 Februari  Mengamati penggantian Hose  Departemen SF


APAR  Workshoop ESH
 Diskusi Dengan Pembimbing

17 24 Februari Pengambilan data laporan hasil Main office


P2K3 bulan Desember 2008 &
bulan Januari tahun 2009

18 25 Februari Mengamati Pengecekan Hydrant DTY

19 26 Februari Pengambilan data WI  Main Office


 Filamen

20 27 Februari  Mengamati Safety Check  Utility
 SF
 M2D room
 Electric & Instrument
 WWT Polymer
 SDY warehouse

21 02 Maret Diskusi Workshoop ESH

22 03 Maret Mengamati pengcekan Hydrant Dept. Filament

23 04 Maret  Mengamati pengecekan Hydrant  Dept.Filament


 Pengambilan data disnaker  Workshoop ESH

24 05 Maret Pengambilan data IPLK Polymer Main Office

25 06 Maret  Pengambilan data Main Office


 Perpisahan dengan pihak
PT.TIFICO,Tbk

26 10 Maret  Penilaian oleh pembimbing Workshoop ESH


lapangan
 Ucapan terima kasih dan
Perpisahan dengan pihak PT.
TIFICO, Tbk
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Perusahaan

1. Profil Perusahaan

a. Sejarah dan Perkembangan PT.TIFICO, Tbk

PT. Teijin Indonesia Fiber Corporation atau yang lebih dikenal

dengan sebutan PT. TIFICO, Tbk merupakan perusahaan penanaman

modal asing (PMA) yang berasal dari kerja sama (joint venture) antara dua

perusahaan Jepang, yakni Teijin Limited dan Tokyo Menka Kaisha

Limited. Nama PT. TIFICO, Tbk disahkan oleh kedua perusahaan

berdasarkan akta notaris Eliza Pondang bertanggal 25 Oktober 1973

No.60 jo.akta tertanggal 16 April 1974 No.37 yang dibuat di Jakarta.

Awal produksi komersil perusahaan ini dimulai pada bulan Juli 1976

dan dilaksanakan di sebuah pabrik seluas 64.000 m2 (64 Ha) yang

berlokasi di Jalan Raya M.H.Thamrin, Desa Panunggangan, Kecamatan

Pinang, PO Box 485, Kota Tangerang, Propinsi Banten dengan batas

lokasi sebagai berikut :

1) Batas Utara : Pemukiman Penduduk

2) Batas Selatan : PT. Surya Siam Tile

3) Batas Timur : Pabrik Citra Sandang

4) Batas Barat : Jl. Raya Serpong dan PT. Surya Toto Inc.
Setahun kemudian, tepatnya pada tanggal 29 Oktober 1977 pabrik ini

secara resmi dibuka oleh Presiden RI Bapak H.M. Soeharto. Sejak tanggal

26 Februari 1980, perusahaan menjadi produsen Polyester Synthetic Fiber

(benang polyester sintetik) sebagai bahan baku tekstil (kain) dan telah

terdaftar sebagai 1 dari 5 perusahaan yang go public (menjual saham

kepada masyarakat atau publik) dengan komposisi pemegang saham

yaitu:

1) Teijin Limited (Jepang) 94,9 %

2) Bursa Saham Indonesia 2.5 %

3) Tomen Corporation (Jepang) 2.6 %

Karyawan perusahaan merupakan masyarakat lokal dan hanya

sebagian kecil karyawan merupakan tenaga kerja asing yang pada

umumnya berkebangsaan Jepang. Akan tetapi, tenaga kerja asing yang

berjumlah minoritas tersebut berkedudukan sebagai jajaran direksi

manajer ke atas. Jumlah karyawan PT.TIFICO, Tbk pada sampai Januari

2009 berjumlah 1002 orang dengan distribusi karyawan berdasarkan jenis

kelamin terlihat pada tabel di bawah ini:

Tabel 4.1.
Distribusi Karyawan PT. TIFICO, Tbk Berdasaran Jenis Kelamin
Tahun 2009

Jenis Kelamin Jumlah %

Laki-laki 938 93,61

Perempuan 64 6,39

Total 1002 100


Sumber : Departemen HRD, Data Karyawan Tifico, 2009

(Tidak termasuk doktor, honorer, dan kontraktor)

Dari tabel di atas terlihat bahwa mayoritas jenis kelamin karyawan PT.

TIFICO, Tbk adalah laki-laki, yaitu sebesar 93,61% atau sebanyak 938

orang, sedangkan 6,39% lainnya adalah jumlah karyawan perempuan

yaitu sebanyak 64 orang.

Produk hasil akhir PT. TIFICO, Tbk adalah chip (bahan baku pembuat

kapas dan benang sintetis), filament yarn (benang sintetis), dan staple

fiber (kapas sintetis). Kapasitas produksi PT. TIFICO, Tbk setiap

bulannya mencakup 360 ton/hari produksi staple fiber, 150 ton/hari

produksi filament yarn, 334 ton/hari produksi polymerization, dan 46

ton/hari produksi polymer chip.

Fasilitas yang terdapat di PT.TIFICO,Tbk berupa : 45 rumah

perusahaan; 40 kamar asrama; kantin; masjid; sarana olahraga yaitu

sepakbola, tenis, dan volley; klinik yang buka selama 16 jam

b. Nilai dan Visi PT.TIFICO, Tbk

1) Nilai

Kejujuran, kepercayaan, saling menghargai untuk kemajuan TIFICO

yang berkesinambungan.

2) Visi

Kesejahteraan bersama STAKEHOLDERS dan menjadikan TIFICO

lebih baik yang dikelola oleh karyawan INDONESIA


c. Struktur Organisasi PT.TIFICO, Tbk

Bagan 4.1
Struktur organisasi PT.TIFICO,Tbk
President
{DIVISION} {DEPARTMENT}

Accounting

Administration
IT

Purchasing

Internal
Control

HRD

Planning

SF Marketing

Marketing FY Marketing

Polymer
Production DGMP- 2 Production
and
Technology SF
Production

FY
Production

Utility
DGMP- 1

Electricity&
Instrumentation

Machinery

Business Audit

ESH
2. Gambaran Departemen Environment, Safety and

Health (ESH)

a. Profil ESH

Departemen ESH PT. TIFICO, Tbk merupakan suatu departemen

struktural, yang berarti departemen ini sudah terintegrasi ke dalam

organisasi perusahaan. Seluruh kegiatan Departemen ESH langsung

dipertanggungjawabkan kepada Presiden Direktur.

Secara garis besar Departemen ESH bertanggung jawab mengenai

Safety and Environment, yang terdiri dari :

1) Bagian Safety and Fire Control, yang mengurusi masalah safety

control, fire permits control, training and education, fire drill,

Koordinator Badan Penanggulangan Keadan Darurat (BPKD), dan

Koordinator Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja

(P2K3) semua departemen.

2) Bagian Pollution Control and Industrial Hygiene, yang mengurusi

masalah waste water analysis, industrial waste water, hazardous

material control, industrial hygiene and health control, cleaning

service, monitoring emisi dari insinerator dan chimney (cerobong), dan

Koordinator Program 5S Working Group.

3) Bagian International Organization for Standardization (ISO) dan

Occupational Health Safety Assestment Series (OHSAS) Project, yang

mengurusi masalah ISO 9001, ISO 14001, dan OHSAS 18001,


mencakup audit (internal dan eksternal), pelaporan, kelengkapan

dokumen, laporan dan izin ke pemerintah.

Ketiga bagian ini di bantu oleh bagian administrasi Departemen

ESH yang mengurusi budget, work order, control purchase material

goods, absensi dan kesehatan.

b. Visi, Misi, dan Tujuan Departemen ESH

1) Visi

a) Melindungi tenaga kerja PT. TIFICO, Tbk dari risiko kecelakaan

dan penyakit akibat kerja

b) Ciptakan lingkungan kerja yang aman pada tingkat risiko yang

masih dapat diterima

2) Misi

a) Implementasi Sistem Manajemen Kesehatan dan Keselamatan

Kerja (SMK3) secara konsisten

b) Pelatihan K3 secara berkala pada semua tenaga kerja

c) Informasi program K3 kepada semua seluruh karyawan, relasi,

tamu, kontraktor, pelanggan, dan pemasok

d) Penyediaan anggaran dan sumber daya serta sarana yang

diperlukan untuk mendukung K3

e) Jalin kerja sama dengan pihak terkait untuk mengembangkan dan

pelaksanaan perbaikan yang berkelanjutan

3) Tujuan
a) Environment : Pollution (water, air, ground, noise) = Zero

b) Safety Fire Protection : Occupational Injury and Fire = Zero

c) Hygiene : Poisoning and Illness = Zero

c. Program ESH

Program ESH PT. TIFICO, Tbk meliputi 3 area utama dan 12 elemen,

yaitu:

1) Kesadaran kebijakan tentang K3, meliputi:

a) Pengenalan program K3 (introduction of safety program)

b) Pengamanan umum pada pelaksanaan pekerjaan (general safe

working practice)

c) Pelaksanaan khusus pada pelaksanaan pekerjaan (specific safe

working practice)

2) Kemampuan K3, meliputi:

a) Observasi keselamatan kerja (job safety observation)

b) Analisis keselamatan kerja (Job Safety Analysis)

c) Penilaian risiko (risk _ystem_ent)

d) Pengendalian risiko (risk control)

3) Program Sistem manajemen, meliputi:

a) Komitmen dan kebijakan (commitment and policy)

b) Perencanaan K3 (health safety planning)

c) Implementasi dan penerapan K3 (health safety implementation)

d) Pengukuran dan evaluasi K3 (health safety evaluation)

e) Tinjauan manajemen (management review)


d. Kebijakan ESH

1) Penguatan managemen keselamatan dan kepatuhan ESH

a) Melaksanakan prosedur ESH Assesment pada konstruksi baru

b) Meningkatkan aktivitas pencegahan terhadap resiko kebakaran

(1) Pengawasan yang ketat terhadap standar pemakaian api

(2) Tindakan mencegah resiko kebakaran, khusus panel listrik (

Inspeksi overheat dengan thermoviewer & renovation /

penggantian komponen panel)

(3) Laporan Hiyari Hatto api 5%

c) Melaksanakan program Teijin secara berkelanjutan (ESH,

Complience, RM) yaitu management pencegahan FLU BURUNG

yaitu kampanye cuci tangan sebelum makan

2) Meningkatkan kekuatan organisasi untuk mencapai kecelakaan kerja

ZERO

a) Meningkatkan kesadaran ESH dengan mengutamakan check

Genba oleh manager (memperkuat iklim “utamakan keselamatan“)

b) Meninjau kembali dan training kembali working instruction

c) Training karyawan baru


d) Aktivitas keseluruhan mencegah kecelakaan kerja karyawan

termasuk sub contractor

(1) Menetapkan jadwal rapat dengan sub contractor ( 1 x 3 bln)

(2) Melanjutkan kampanye Do Not Touch

(3) Training bahan berbahaya dan beracun

(4) Mengurangi kecelakaan kerja di jalan saat berangkat atau

pulang kerja (kampanye berangkat dari rumah 5 menit lebih

awal).

3) Meningkatkan aktivitas ESH

a) Menyebarkan laporan kecelakaan kerja dilapangan dan

meningkatkan kesadaran keselamatan, menempelkan di papan

komunikasi laporan kecelakaan yang telah diterjemahkan ke

dalam bahasa Indonesia

b) Menggolong- golongkan dan menyempurnakan sistem laporan

untuk PDCA yang lebih baik ( tindakan preventive terhadap

terjadinya Hiyari Hatto Serius)

c) Penyelidikan yang tepat, pengarahan saat safety patrol oleh

manager
4) Mengusulkan tema untuk mengurangi gas emisi CO2

Melaksanakan projek saving energy

e. Thema Safety 2008

1) Meningkatkan Kewaspadaan Dan Pengetahuan Untuk Mencegah

Kecelakaan, Bahaya Api Dan Pencemaran Lingkungan.

Aktivitas :

a) Memeriksa kembali APD

b) Memeriksa tools ( peralatan elektrik, alat angkat dan angkut, dll)

c) Pemeriksaan APAR secara rutin dan area merokok

d) Melanjutkan training BPKD dan standar periksa alat pemadam api

e) Lomba poster dan pemasangan poster keselamatan

f) Don’t touch training dan sosialisasi

g) Meninjau kembali WI (Working Instruction), MSDS, prosedur

penanganan serta penyimpanan B3 dan limbah B3

h) Memeriksa, mendata dan penggantian asbes

i) Evaluasi system komunikasi keadaan darurat, lay out area evakuasi

dan APAR serta kebutuhan ideal alat pemadam api

j) Sosialisasi HH sebagai sarana informasi dan training


k) Training Lalu lintas

2) Meninjau Kembali Pekerjaan Berbahaya Dan Pelaksanaan Training

Untuk Meningkatkan Kesadaran Kesalamatan

Aktivitas :

a) Pemeriksaan 10 jenis pekerjaan berbahaya

(1) Berhubungan dengan benda panas

(2) Berhubungan dengan benda tajam

(3) Berhubungan dengan benda berputar

(4) Berhubungan dengan tempat tinggi

(5) Berhubungan dengan benda berat

(6) Berhubungan dengan tekanan

(7) Berhubungan dengan B3

(8) Berhubungan dengan area bising

(9) Berhubungan dengan area berdebu

(10) Berhubungan dengan area licin

b) Review WI yang berhubungan dengan pekerjaan berbahaya dan re

– training

c) Sosialisasi HH sebagai sarana informasi dan training


d) Memeriksa standard keselamatan dan keamanan kerja

3. Gambaran Organisasi Panitia Pembina

Keselamatan dan Kesehatan Kerja (P2K3)

Dalam pelaksanaan tanggung jawabnya sehari-hari, Departemen ESH

dibantu oleh P2K3, sehingga organisasi P2K3 merupakan organisasi

fungsional dari departemen ESH. Struktur organisasi P2K3 terdiri atas ketua

yang merupakan presiden direktur, sekretaris yang dijabat oleh manajer

Departemen ESH, dan anggota yang merupakan perwakilan dari Divisi

International Teijin Duppont Film (ITDF), Divisi Ikeda (IKI), dan seluruh

departemen yang bernaung pada Divisi Administrasi maupun Divisi Factory.

a. Program P2K3

1) Menentukan tema untuk satu tahun (1

periode = 6 bulan sekali), dan tema untuk tahun 2008, periode bulan

Januari-Juni adalah :

“Meningkatkan kewaspadaan dan pengetahuan untuk mencegah

kecelakaan, bahaya api dan pencemaran lingkungan“

2) Mencegah terjadinya kecelakaan,

kebakaran, dan penyakit akibat kerja

3) Evaluasi alat kerja, alat pengaman

mesin, dan pelindung diri

4) Pembinaan K3
5) Meningkatkan kesadaran K3 untuk

semua karyawan

b. Kegiatan P2K3

1) Rapat bulanan (satu bulan satu kali)

2) Safety patrol setiap hari oleh sub departemen dan safety patrol setiap

bulan bersama general manager manufacturing dan manajer

departemen.

4. Produksi di PT.TIFICO,Tbk dan identifikasi masalah

Jenis- jenis produksi di PT.Tifico, Tbk yaitu proses polimerisasi secara

Batch dan continue, proses SF, proses filament SDY & POY , proses

Texturing Yarn. Identifikasi masalah dari jenis – jenis produksi dapat dilihat

pada tabel 4.2 dibawah ini.

Tabel 4.2
Hasil identifikasi masalah pada proses produksi di PT.TIFICO,Tbk
Tahun 2008

No Proses Resiko yang APD yang


Aktivitas Potensi Bahaya
produksi ditimbulkan digunakan
1 Polimer secara  Penerimaan  Lantai licin  Terpeleset  Safety
Batch dan material  Benda panas  Luka bakar shoes
continue  Kebisingan  Patah tulang  Sarung
 Benda berat  Mata terkena tangan
percikan  Ear plug
material  Masker
 Tuli debu
 Tertimpa  Face
 Menghirup protector
material  Helmet
 Kaca mata
safety

 Proses  Tempat  Patah tulang  Safety


Direct tinggi  Luka bakar shoes
 Terkena  Helmet
olygomer  Safety belt
panas  Sarung
tangan kulit
 Face
protector

 Proses  Zat kimia  Iritasi kulit  Ear plug


polimerisasi (EG)  Tuli  Sarung
 kebisingan tangan
karet
 Kacamata
safety
No Proses Resiko yang APD yang
Aktivitas Potensi Bahaya
produksi ditimbulkan digunakan
 Helmet
 Proses chip  Polymer  Luka bakar  Face
cutting panas  Luka sayat protector
 Benda tajam  Tuli  Sarung
 kebisingan tangan kulit
 Ear plug
 helmet

 Proses chip  Benda berat  Tertimpa benda  Helmet


handling  Lalu lintas berat  Safety
 Forklift shoes
tabrakan  Safety belt

 Proses  Polymer  Luka bakar  Face


pengiriman panas  Kebakaran protector
polimer ke  Sarung
SF tangan kulit

2. Staple Fiber  Proses  Pure water  Luka bakar  Sarung


oiling panas  Tertimpa benda tangan kulit
 Benda berat berat  Face
 Lantai licin  Terkena protector
percikan zat  Safety
 Jatuh terpeleset shoes
 Kacamata
safety

 Proses take-  Terkena  Luka bakar  Ear plug


up budging  Tuli  Sarung
 Kebisingan  Tangan terjepit tangan
 Tangan  Debu masuk ke  Masker
terjepit mata / hidung  Kacamata
putaran shaft  Tertusuk benda safety
 Kena debu tajam
oligomer
 gunting

 Proses  Roll berputar  Tangan terbawa  Sarung


drawing  Roll panas rol tangan
 Alat berat  Luka bakar  Helmet
 Tempat  Tertimpa benda  Face
tinggi dan berat protector
licin  Jatuh terpeleset  Safety
 Tangan terjepit shoes
 Tangan terkilir  Sarung
 Terkena benda lengan
tajam

 Proses  Gunting  Luka kena  Sarung


delivery  Terkena gunting tangan
benda panas  Luka bakar  Safety
No Proses Resiko yang APD yang
Aktivitas Potensi Bahaya
produksi ditimbulkan digunakan
 Tertimpa  Luka memar  shoes
benda berat  Jatuh terpeleset  Safety belt
 Tempat  Tertabrak
tinggi  Tertimpa benda
 Kendaraan berat
TCM  Terbentur pintu
bergerak
maju mundur
 Benda berat
 Area sempit

 Proses  TOW tertarik  Tangan  Sarung


crimping mundur terbentur tangan
beban dancer  Luka kena  Fece
roll gunting protector
 Benda tajam  Luka bakar  Safety
(gunting)  Area sempit shoes
 Benda panas  Jatuh terpeleset
 Lantai licin
 Area sempit

 Proses  Benda tajam  Terluka kena  Sarung


cutting  Lantai licin benda tajam tangan
 Benda berat  Tertimpa benda  Helmet
berat  Safety
 Jatuh terpeleset shoes

 Proses  Benda panas  Luka bakar  Face


packing  Benda berat  Tertimpa benda protector
 Bahan kimia barat  Sarung
 Terkena bahan tangan
kimia(iritasi  Helmet
pada kulit)  Sarung
 Luka bakar lengan
 Safety
shoes
 Masker

3. Filament  Penerimaan  Tempat licin  Terpeleset  Safety


material  Benda berat  Tertimpa benda shoes
 Benda tajam berat  Sarung
 Emisi / debu  Terluka oleh tangan
benda tajam  Helmet
 Terhirup debu

 Proses  Tempat  Patah tulang  Safety soes


coveyying tinggi  Terjatuh  Helmet
 Safety belt

 Proses  Panas  Luka bakar  Helmet


No Proses Resiko yang APD yang
Aktivitas Potensi Bahaya
produksi ditimbulkan digunakan
 drying  Emisi / debu  Terhirup debu  Sarung
 Tempat  Patah tulang tangan
tinggi  TBC  Masker
 Sesak nafas  Safety belt
 Safety
shoes

 Proses  Panas  Luka bakar  Sarung


melting  Sesak nafas  TBC tangan
 Tertimpa  Memar  Sarung
shutter  Gatal-gatal lengan
 Memar  Helmet
 Face
protector
 Masker
 Safety
shoes

 Proses  Tempat licin  Tertimpa drum  Safety


winding  Benda berat  Terhirup oil shoes
 Tempat  Terpeleset  Masker
tinggi  Terjatuh  Safety belt
 kebisingan  Patah tulang  Sarung
 tuli tangan
 Ear plug

 Inspection  Emisi / debu  Terhirup debu  Masker


 Tertimpa  Memar  Safety
material shoes
 Safety belt

 Delivery  Gunting  Luka kena  Sarung


 Terkena gunting tangan
benda panas  Luka bakar  Safety
 Tertimpa  Luka memar shoes
benda berat  Jatuh terpeleset  Safety belt
 Tempat  Tertabrak
tinggi  Tertimpa benda
 Kendaraan berat
TCM  Terbentur pintu
bergerak
maju mundur
 Benda berat
 Area sempit

4. Texturing yarn  Penerimaan  Tempat licin  Jatuh terpeleset  Masker


material  Benda berat  Tertimpa benda  Safety
 Benda tajam berat shoes
 Emisi debu  Terluka oleh  Sarung
benda tajam tangan
No Proses Resiko yang APD yang
Aktivitas Potensi Bahaya
produksi ditimbulkan digunakan
 Terhirup debu

 Proses  Benda tajam  Terluka oleh  Sarung


handling  Benda berat benda tajam tangan
dan knotting  Tempat  Tertimpa oleh  Safety
yarn tinggi benda berat shoes
 kebisingan  Patah tulang  Ear plug
 Tuli  Safety belt

 Draw  Kebisingan  Tuli  Sarung


texturing  Benda berat  Tertimpa benda tangan
 Benda tajam berat  Ear lug
 Terluka oleh  Safety belt
benda tajam

 Inspection  Benda berat  Tertimpa benda  Safety


dan packing  Benda tajam berat shoes
 Emisi / debu  Terluka oleh  Sarung
benda tajam tangan
Berdasarkan tabel 4.2 dapat disimpulkan bahwa di perusahaan terdapat

potensi bahaya kimia seperti zat kimia (EG); bahaya fisika seperti kebisingan;

dan bahaya mekanik seperti : terluka oleh benda tajam, terjatuh, tertimpa

benda berat.

B. Gambaran kejadian kecelakaan berdasarkan penyebabnya (manusia,

peralatan, dan standard) dan berdasarkan tingkat cedera di

PT.TIFICO,Tbk pada tahun 2008

1. Gambaran kejadian kecelakaan berdasarkan penyebabnya (manusia, peralatan,

standard)
Berdasarkan Data of Incident di PT.TIFICO,Tbk tahun 2008 diperoleh

data mengenai accident dan data mengenai kejadian hampir terjadi kecelakaan

yang dinamakan Hiyari Hatto, sebagai berikut :

Tabel 4.3
Kejadian Kecelakaan Kerja ( working accident )di PT.TIFICO,Tbk
Tahun 2008
Date Kejadian Kecelakaan Kerja
Mei 1

Juli 1

Total 2

(sumber : data of incident tahun 2008 PT.TIFICO,Tbk )


Berdasarkan tabel 4.3 , kejadian working accident pada tahun 2008
sebanyak dua kasus.

Tabel 4.4
Kejadian contractor accident di PT.TIFICO,Tbk
Tahun 2008
Date Kejadian contractor accident
Februari 1

Mei 1

Agustus 1

Total 3
(sumber : data of incident tahun 2008 PT.TIFICO,Tbk )
Berdasarkan tabel 4.5, kejadian contractor accident pada tahun 2008
sebanyak tiga kasus.

Tabel 4.5
Kejadian fire accident di PT.TIFICO,Tbk
Tahun 2008
Date Kejadian fire accident
April 1

Total 1

(sumber : data of incident tahun 2008 PT.TIFICO,Tbk )


Berdasarkan tabel 4.4 , kejadian fire accident pada tahun 2008 sebanyak
tiga kasus.

Tabel 4.6
Kejadian Hiyari Hatto Serius di PT.TIFICO,Tbk
Tahun 2008

Date Kejadian Hiyari Hatto Serius


Januari 1

Februari 2

Maret 1

April 2

Mei 2

Agustus 2

Oktober 6

November 2

Total 18
(sumber : data of incident tahun 2008 PT.TIFICO,Tbk )
Berdasarkan tabel 4.6, kejadian Hiyari Hatto serius terdapat 18 kasus pada
tahun 2008.

a. Kejadian kecelakaan yang disebabkan oleh manusia

1) Working accident

i. Kurang hati – hati terhadap

kemungkinan bahaya yang timbul


ii. Kondisi pekerja sedang tidak

sehat (kurangnya kemampuan fisik)

2) Contractor accident

a) Cara memegang jig kurang benar

b) Pekerja menyentuh nip roll yang sedang berputar untuk melakukan

cleaning sisi nip roll

c) Pekerja tidak mematuhi peraturan bahwa kontraktor dilarang meng

ON kan atau meng Off kan mesin

3) Fire accident

Kasus fire accident yang terjadi pada tahun 2008 hanya satu kali,

kejadian ini disebabkan oleh unsafe acts yaitu seseorang menggunakan

korek api untuk membakar.

b. Kejadian kecelakaan yang disebabkan peralatan

1) Working accident

a) Ujung dari foot step tidak ada indikasi

b) Ruang untuk melempar waste dari lantai crimper ke can waste

lantai satu terlalu sempit

2) Contractor accident

a) Mesin belum dilengkapi alat pengaman switch off saat safety cover

terbuka

b) Jig bagan ujung melebar / rusak karena sering dipukul

c. Kejadian kecelakaan yang disebabkan standard

1) Working accident
a) Tidak memiliki standar penanganan waste.

2) Contractor accident

a) Belum ada standar pemeriksaan tool’s maintanance

b) WI belum direvisi sejak tahun 2003

c) WI penggantian Nip Roll belum di review sejak tahun 2002, dan

cleaning nip roll tidak tercatat dalam WI tersebut.

Kecelakaan kerja adalah suatu kejadian atau peristiwa yang tidak

diinginkan yang merugikan terhadap manusia, merusak harta benda atau

kegiatan terhadap proses (Sugeng dan Adriana, 1994). Menurut UU No 1

Tahun 1970, kecelakaan kerja adalah suatu kejadian yang tidak dikehendaki

dan tidak diduga semula yang dapat menimbulkan korban manusia dan atau

harta benda. Sedangkan menurut Suma’mur (1996) kecelakaan adalah

kejadian yang tak terduga dan tidak diharapkan. Kejadian Kecelakaan di

PT.TIFICO terdiri dari working accident, fire accident, contrator accident,

ketiga hal ini termasuk peristiwa yang tidak diinginkan karena dapat

menimbulkan korban, dan kerugian yang tidak sedikit.

Menurut Suma’mur (1996) bahwa kecelakaan kerja disebabkan oleh dua

hal yaitu tindak perbuatan manusia yang tidak memenuhi keselamatan (unsafe

act) dan keadaan – keadaan lingkungan yang tidak aman (unsafe condition).

Sekitar 80 – 85% kecelakaan disebabkan oleh prilaku yang tidak aman.

Penyebab kejadian kecelakaan kerja di PT.TIFICO,Tbk dibagi menjadi

tiga yaitu yang disebabkan oleh manusia, peralatan dan standard. Kecelakaan

yang disebabkan oleh manusia termasuk unsafe act sedangkan kecelakaan


yang disebabkan oleh peralatan dan standard termasuk unsafe condition.

Penyebab kejadian kecelakaan di PT.TIFICO, Tbk sebagian besar disebabkan

oleh unsafe act.

Kejadian working accident yang disebabkan oleh Unsafe act di

PT.TIFICO,Tbk tahun 2008 adalah kurang hati – hati terhadap kemungkinan

bahaya yang timbul; kondisi pekerja sedang tidak sehat (kurangnya

kemampuan fisik). Sedangkan kejadian working accident yang disebabkan

oleh unsafe condition yaitu ujung dari foot step tidak ada indikasi; ruangan

yang sempit; tidak memiliki standard penanganan waste.

Kejadian contractor accident di PT.TIFICO,Tbk tahun 2008 yang

disebabkan oleh unsafe act yaitu cara memegang jig kurang benar; pekerja

menyentuh nip roll yang sedang berputar untuk melakukan cleaning sisi nip

roll; pekerja tidak mematuhi peraturan bahwa kontraktor dilarang meng ON

kan atau meng Off kan mesin. Sedangkan yang disebabkan oleh unsafe

condition yaitu mesin belum dilengkapi alat pengaman switch off saat safety

cover terbuka; jig bagan ujung melebar / rusak karena sering dipukul; belum

ada standard pemeriksaan tool’s maintanance; WI belum direvisi sejak tahun

2003; WI penggantian Nip Roll belum di review sejak tahun 2002 dan

cleaning nip roll tidak tercatat dalam WI tersebut.

Kejadian fire accident yang terjadi pada tahun 2008 hanya satu kali,

kejadian ini disebabkan oleh unsafe acts yaitu seseorang sengaja

melakukannya dengan memakai korek api.

2. Gambaran kejadian kecelakaan berdasarkan tingkat cedera


Berdasarkan laporan kecelakaan PT.TIFICO,Tbk tahun 2008, cedera –

cedera yang dialami oleh pekerja yaitu luka sobek di bagian pelipis kiri dan

luka memar di bagian bahu yang memerlukan istirahat selama 2 hari; kulit

sobek ± 1 cm yang memerlukan istirahat 3 hari; jari tengah tangan kiri sobek

1,5 cm; kulit dan daging terkelupas satu ruas yang memerlukan istirahat 30

hari; jari tengah terkilir yang memerlukan istirahat selama 10 hari.

Penggolongan cidera akibat kecelakaan berdasarkan Kepmentamben No.

555.K/26/M.PE/1995 dibagi menjadi tiga yaitu (mulya, 2008):

a. Kecelakaan cidera ringan : cidera akibat kecelakaan yang menyebabkan

pekerja tidak mampu melakukan tugas semula lebih dari satu minggu dan

kurang dari tiga minggu.

b. Kecelakaan cidera berat terdiri dari cidera akibat kecelakaan yang

menyebabkan pekerja tidak mampu melakukan tugas semula lebih dari

tiga minggu; kecelakaan yang menyebabkan pekerja menjadi cacat tetap;

dan cidera yang mengakibatkan pekerja mengalami : keretakan kepala,

tulang punggung, pinggul, lengan bawah, lengan atas, paha atau kaki;

pendarahan di dalam, atau pingsan disebabkan oleh kekurangan oksigen;

luka berat atau luka terbuka / terkoyak yang dapat mengakibatkan

ketidakmampuan tetap; persendian yang lepas dimana sebelumnya tidak

pernah terjadi.

c. Kecelakaan fatal / mati : kecelakaan yang mengakibatkan pekerja

meninggal dalam waktu 24 jam terhitung dari terjadinya kecelakaan


PT.TIFICO,Tbk membagi Tingkat cedera seperti yang terlihat pada tabel 4.7

di bawah ini :

Tabel 4.7
Tingkat kecelakaan kerja berdasarkan cedera
Tahun 2008

Yang berhubungan dengan tingkat cedera yang ada


Ranking Tingkat cedera
LTI DI FAI
1 Meninggal atau tidak O O
mampu bekerja lagi

2 Cedera akibat sesudah O O


tugas

3 Tidak berfungsi O O
sementara

4 Tidak ada yang tidak O O


berfungsi

Keterangan :

1) Lost time injuries ( LTI ) / tingkat cedera dengan istirahat yaitu

cedera yang memerlukan istirahat mulai dari kecelakaan terjadi

sebagai hasil diagnosis seorang spesialis

2) Cedera ringan (DI) yaitu cedera yang memerlukan perhatian

kesehatan secara terus – menerus tetapi tidak perlu istirahat sejak

terjadinya kecelakaan sebagai diagnosis seorang spesialis

3) Cedera dengan pertolongan pertama pada kecelakaan (FAI) yaitu

cedera yang ringan bisa dibantu dengan apa yang ada dalam alat

pertolongan pertama yang terdapat di tempat kerja.

O yaitu : menyatakan adanya hubungan antara tingkat cedera seperti

meninggal atau tidak mampu bekerja lagi; cedera akibat sesudah

tugas; tidak berfungsi sementara; tidak ada yang tidak berfungsi


dengan tingkat cedera Lost time injuries ( LTI ); cedera ringan (DI);

cedera dengan pertolongan pertama pada kecelakaan (FAI).

Cidera kulit dan daging terkelupas satu ruas yang dialami oleh pekerja

TIFICO, dikategorikan sebagai LTI – 3. Sedangkan berdasarkan

Kepmentamben tahun 1995 cidera ini merupakan cidera berat karena cedera

ini menyebabkan pekerja tidak mampu melakukan tugas semula lebih dari tiga

minggu.

Untuk cidera seperti luka sobek di bagian pelipis kiri dan luka memar di

bagian bahu; kulit sobek ± 1 cm; jari tengah tangan kiri sobek 1,5 cm

dikategorikan sebagai LTI – 3, sedangkan menurut Kepmentamben tahun

1995 cidera tersebut tidak ada dalam kategorinya karena cidera – cidera

tersebut menyebabkan pekerja tidak mampu melakukan tugas semula hanya

kurang dari seminggu. Untuk cidera jari tengah terkilir termasuk dalam

kategori LTI – 3, sedangkan berdasarkan Kepmentamben 1995, cidera

tersebut termasuk dalam cidera ringan karena cidera tersebut menyebabkan

pekerja tidak mampu melakukan tugas semula lebih dari satu minggu dan

kurang dari tiga minggu.

C. Pencegahan Kecelakaan Kerja di PT. Tifico,Tbk tahun 2008

Upaya pencegahan – pencegahan yang dilakukan oleh PT.TIFICO,Tbk sesuai

dengan dua belas item yang dijelaskan oleh suma’mur dan juga sesuai dengan

empat item yang dijelaskan oleh olishifki (1985). Pencegahan – pencegahan di

PT,TIFICO,Tbk secara rinci akan dibahas pada sub bab berikut ini:
1. Perusahaan telah membuat peraturan-peraturan tentang keselamatan kerja

untuk dipatuhi oleh setiap kontraktor, subkontraktor, tamu pelanggan, tamu

relasi, tamu instansi atau tamu pengunjung lainnya yang mengunjungi lokasi

kerja tertentu, seperti adanya peraturan yang mewajibkan menggunakan APD

yang ditetapkan selama berada dilingkungan produksi di tiap unit; adanya

rambu – rambu keselamatan yang harus dipatuhi; dan adanya jalur khusus

pejalan kaki yang merupakan jalur aman untuk dilewati.

Pencegahan tersebut sesuai dengan item pertama dari pencegahan yang

dipaparkan oleh Suma’mur (1996) yaitu Peraturan perundangan dan item

keduabelas yang dijelaskan oleh suma’mur yaitu usaha keselamatan pada

tingkat perusahaan. Di Indonesia Peraturan perundangan yang dimaksud oleh

suma’mur terdapat pada UU no 1 tahun 1970 yaitu dengan peraturan

perundangan ditetapkan syarat – syarat keselamatan kerja diantaranya adalah:

memperoleh keserasian antara tenaga kerja, alat kerja, lingkungan cara dan

proses kerjanya; memberikan pertolongan pada kecelakaan, memberikan

pemeriksaan kesehatan secara berkala; mencegah dan mengurangi kebakaran;

memberikan alat pelindung diri pada pekerja; mengamankan dan memelihara

segala jenis bangunan; dan pengurus diwajibkan menunjukkan dan

menjelaskan pada tiap tenaga kerja baru mengenai kondisi-kondisi dan

bahaya- bahaya yang dapat timbul ditempat kerjanya, juga cara – cara yang

aman dalam melaksanakan pekerjanya.

2. Perusahaan membuat working instuction / instruksi kerja (WI) yang harus

diikuti oleh pekerja selama melaksanakan pekerjaannya dan mereview


kembali WI, berdasarkan kejadian kecelakaan pada tahun 2008 terdapat

working instruction yang belum di review yaitu WI penggantian Nip roll dan

belum terdapat standard cleaning nip roll, hal ini tidak sesuai dengan salah

satu aktivitas dari tema safety dan kebijakan ESH di PT.TIFICO,Tbk Tahun

2008 yaitu meninjau kembali WI, sebaiknya pelaksanaan peninjauan kembali

seluruh WI yang ada di setiap departemen harus dilaksanakan secara berkala

dan konsisten sesuai dengan salah satu aktivitas dari tema safety dan

kebijakan ESH di PT.TIFICO,Tbk Tahun 2008 yaitu meninjau kembali WI,

sehingga dengan melakukan review terhadap WI diharapkan WI selalu up to

date.

Pencegahan tersebut sesuai dengan item pertama dari pencegahan yang

dipaparkan oleh olishifki (1985) yaitu pencegahan kecelakaan dilakukan

dengan memperkecil (menekan) kejadian yang membahayakan dari cara kerja.

Tujuan dari adanya instruksi ini adalah untuk mengingatkan para pekerja agar

mengikuti prosedur kerja yang aman ( Lehto & Miller, 1992).

3. Adanya MSDS (Material Safety Data Sheet) pada bahan- bahan kimia

berbahaya yang digunakan oleh perusahaan. Dalam MSDS dapat diketahui

cara kerja dari bahan yang digunakan, juga mengetahui dosis yang tepat, dan

apa saja yang dilakukan jika terjadi kontak berlebih yang diakibatkan oleh

bahan – bahan kimia yang berbahaya tersebut (Annisa, 2008). Dengan adanya

MSDS pekerja dapat bekerja sesuai dengan prosedur penggunaan bahan

kimia berbahaya dan untuk mengurangi kejadian yang berbahaya ( Lehto &

Miller, 1992). Pencegahan tersebut sesuai dengan item keempat dari


pencegahan yang dipaparkan oleh Suma’mur (1996) yaitu penelitian bersifat

teknik, yang meliputi sifat dan ciri –ciri dari bahan – bahan berbahaya. Selain

itu pencegahan ini sesuai dengan item pertama dari pencegahan yang

dipaparkan olishifki (1985) yaitu pencegahan dilakukan dengan memperkecil

kejadian berbahaya dari material.

4. Adanya pelatihan yang diberikan kepada semua karyawan baik karyawan

lama maupun karyawan baru, pekerja yang naik jabatan, termasuk karyawan

yang dipindahkan mengenai prosedur keadaan darurat sesuai dengan tingkat

resiko pekerjaanya dengan jelas dan terperinci agar mereka melaksanakan

tugasnya secara aman. Training ada dua yaitu external training ( dengan

melakukan training keluar ), khususnya materi yang tidak ada di internal atau

hanya instansi tertentu yang boleh memberikan; dan internal training

(training di dalam), maksudnya training yang dilakukan di dalam TIFICO.

Training safety dilaksanakan secara berkala misalnya training pemadaman

kebakaran, sedangkan untuk training yang terkait dengan alat tergantung pada

setiap departemennya untuk dilakukan secara berkala atau tidak. Sebaiknya

setiap departemen melaksanakan training yang terkait dengan alat secara

berkala, hal ini dilakukan untuk mengurangi frekuensi kejadian kecelakaan.

Pencegahan ini sesuai dengan item pertama dari pencegahan yang dipaparkan

oleh Suma’mur (1996) yaitu peraturan perundangan mengenai adanya

pelatihan dan juga sesuai dengan item kedelapan dari pencegahan yang

dipaparkan oleh Suma’mur (1996) yaitu pendidikan, yang menyangkut

pendidikan keselamatan dalam kurikulum teknik, sekolah – sekolah


perniagaan atau kursus – kursus pertukangan. Selain itu pencegahan ini sesuai

dengan item kesembilan dari pencegahan yang dipaparkan oleh Suma’mur

(1996) yaitu latihan praktek bagi tenaga kerja, khusunya tenaga kerja baru

dalam keselamatan kerja; dan juga sesuai dengan item ketiga dari pencegahan

yang dipaparkan oleh olishifki (1985) yaitu memberikan pendidikan (training)

kepada tenaga kerja atau karyawan tentang kecelakaan dan keselamatan

kerja.. Pemberian latihan pada pekerja dapat mengurangi jumlah kecelakaan

karena meningkatnya pengetahuan dan ketrampilan pekerja ( Suma’mur,

1976).

5. Mengadakan perbaikan, perawatan, dan perubahan terhadap sarana produksi

yang dilakukan oleh bagian maintanance atau yang ditunjuk harus

mempertimbangkan syarat – syarat K3. Pencegahan ini sesuai dengan item

pertama yang dipaparkan oleh olishifki (1985) yaitu kegiatan untuk

memperkecil kejadian yang membahayakan dari mesin.

6. Menyediakan alat-alat pengaman mesin dan alat pengaman diri

a. Memberikan alat – alat pengaman untuk mesin – mesin berputar.

Pencegahan ini sesuai dengan item kedua dari pencegahan yang

dipaparkan oleh suma’mur (1996) yaitu standarisasi yang ditetapkan

secara resmi, setengah resmi, atau tidak resmi mengenai misalnya syarat –

syarat keselamatan sesuai konstruksi peralatan industri. Selain itu

pencegahan ini juga sesuai dengan item kedua dari pencegahan yang

dipaparkan oleh olishifki (1985) yaitu memberikan alat pengaman agar

tidak membahayakan sumber daya yang ada dalam perusahaan tersebut.


Mesin dilengkapi dengan alat pelindung agar tidak membahayakan

manusia, misalnya mesin berputar diberikan alat pelindung ”garding”

untuk menghindari baju atau rambut pekerja tertarik oleh mesin yang

berputar pada saat bekerja (suma’mur, 1976).

b. Memberikan alat pengaman diri (APD) yang sesuai dengan kondisi

bahaya yang dihadapi. Pencegahan ini sesuai dengan item kedua yang

dipaparkan oleh suma’mur (1996) yaitu standarisasi yang ditetapkan

secara resmi, setengah resmi, atau tidak resmi mengenai alat pelindung

diri (APD). Selain itu pencegahan ini juga sesuai dengan item keempat

dari pencegahan yang dipaparkan oleh olishifki (1985) yaitu memberikan

alat pelindung diri tertentu terhadap tenaga kerja yang berada pada area

yang membahayakan. Perlindungan tenaga kerja melalui usaha – usaha

teknis pengamanan tempat; peralatan; dan lingkungan kerja adalah sangat

perlu diutamakan, namun kadang – kadang keadaan bahaya masih belum

dapat dikendalikan sepenuhnya sehingga digunakan alat pelindung diri

(Suma’mur, 1976).

7. Peningkatan disiplin, sensitivitas dan kesadaran karyawan tentang

keselamatan kerja

Peningkatan sensitivitas pekerja terhadap keselamatan merupakan salah

satu cara untuk menimbulkan sikap selamat. Pencegahan ini sesuai dengan

item kesepuluh dari pencegahan yang dipaparkan oleh suma’mur (1996) yaitu

Penggairahan yang merupakan penggunaan aneka cara penyuluhan atau

pendekatan lain untuk menimbulkan sikap selamat. Untuk meningkatkan


disiplin, sensitivitas dan kesadaran karyawan tentang keselamatan kerja maka

dibuat ketentuan – ketentuan sebagai berikut:

a. Laporan KY.Hiyari Hatto

Laporan KY.Hiyari Hatto yaitu laporan pada saat melihat keaadan

berbahaya yang dapat menyebabkan bahaya atau kecelakaan, misalnya

saat sedang mengecek PCF – 2 banyak sludge dilantai, kemungkinan bak

tersebut bocor. Hal ini dilaporakan untuk ditindak lanjuti sebelum terjadi

kecelakaan pada pekerja yang tidak mengetahui hal ini. Laporan ini wajib

diberikan oleh setiap pekerja untuk minimal satu laporan setiap bulannya.

b. Pengibaran bendera keselamatan setengah tiang selama 3 bulan untuk

jenis kecelakaan kerja meninggal

c. Seluruh karyawan harus memakai badge ”JAGA KESELAMATAN” di

lengan baju sebelah kiri untuk jenis kecelakaan kerja meninggal selama 3

bulan

d. Karyawan dengan jabatan pekerja sampai dengan Departemen Manager

dari departemen yang terkena musibah, karyawan dengan jabatan Manager

Operasional keatas memakai badge ”JAGA KESELAMATAN” untuk

jenis kecelakaan kerja istirahat selama 1 bulan.

8. Adanya poster keselamatan.

Terdapat poster keselamatan di perusahaan yang dipasang di tempat –

tempat yang telah ditentukan. Poster – poster keselamatan digunakan untuk

meningkatkan pengetahuan pekerja dan kemampuan juga untuk mengurangi

pelanggaran yang disengaja terhadap peraturan keselamatan (Lehto & Miller,


1998). Pencegahan ini sesuai dengan item kesepuluh dari pencegahan yang

dipaparkan oleh suma’mur (1996) yaitu Penggairahan yang merupakan

penggunaan aneka cara penyuluhan atau pendekatan lain untuk menimbulkan

sikap selamat.

9. Pengawasan K3 PT.TIFICO,Tbk

Masing – masing manager dan atau Ka. Unit kerja harus melakukan

pengawasan terhadap pelaksanaan pekerjaan dan lingkungan dengan

mengikuti prosedur dan petunjuk yang telah ditetapkan serta mengawasi,

menyeleksi setiap orang yang melakukan pekerjaan sesuai dengan

kemampuan dan resiko kerjanya. Selain itu, Departemen manager

adiministrasi melalui anggota satpam berkewajiban melaksanakan

pengawasan terhadap tamu pengunjung dan kontraktor tentang kepatuhan

terhadap tata tertib dan peraturan K3. Diperusahaan terdapat pengawasan

yang ketat terhadap standar pemakaian api; pengawasan terhadap kepatuhan

pekerja dalam penggunaan APD pada saat bekerja, jika ditemukan pekerja

yang tidak menggunakan APD pada saat bekerja maka distop aktivitas

kerjanya kemudian disuruh menggunakan APD; dan pengawasan terhadap

penggunaan rambu – rambu K3. Menurut Notoadmojo (1993) pengawasan

adalah salah satu faktor pemantauan yang dilakukan oleh pengawas terhadap

pelaksanaan kerja seluruh pekerja bawahannya. (Riswanto,2008). Pengawasan

dibutuhkan untuk meningkatkan disiplin kerja pekerja meskipun nampaknya

adalah memantau bawahannya didalam menyelesaikan tugas – tugas secara

bertanggung jawab (Riswanto,2008). Pencegahan ini sesuai dengan item


ketiga dari pencegahan yang dipaparkan oleh suma’mur (1996) yaitu

pengawasan tentang dipatuhinya ketentuan – ketentuan perundang – undangan

yang diwajibkan.

10. Pemeliharaan, pemeriksaan dan perbaikan sarana

Upaya pemeliharaan, pemeriksaan dan perbaikan sarana merupakan

tindakan untuk mencegah terjadinya kecelakaan. Upaya – upaya yang

dilakukan oleh PT.TIFICO,Tbk adalah pemeriksaan dan pemeliharaan sarana

produksi dilakukan sesuai jadwal; terdapat suatu sistem penandaan bagi alat

yang sudah tidak aman lagi jika digunakan atau yang sudah digunakan atau

yang telah dinyatakan rusak; kewajiban setiap pekerja untuk memelihara dan

merawat rambu –rambu K3 yang sudah dipasang; supervisor secara berkala

memeriksa kondisi rambu –rambu K3; dilakukan pemeriksaan APD;

pemeriksaan peralatan proteksi kebakaran secara rutin. Upaya pemeliharaan,

perawatan terhadap sarana dilakukan untuk mencegah terjadinya bencana

yang besar, misalnya seperti peledakan mesin – mesin diesel (suma’mur,

1976). Pemeriksaan dan pemeliharaan sarana merupakan pencegahan yang

sesuai dengan item pertama dari pencegahan yang dipaparkan oleh suma’mur

(1996) yaitu peraturan perundangan mengenai adanya ketentuan –ketentuan

yang diwajibkan mengenai perawatan, dan pemeliharaan.

11. Pemeriksaan Kesehatan

Terdapat pemeriksaan kesehatan secara berkala di perusahaan yang

dilaksanakan satu tahun sekali, dengan adanya pemeriksaan kesehatan ini

maka kondisi fisik pekerja dapat terkontrol sehingga dapat mencegah


terjadinya kecelakaan (mulya, 2008). Pemeriksaan kesehatan sebelum dan

pada waktu – waktu kerja akan berguna dalam menemukan faktor – faktor

manusia yang mendatangkan kecelakaan (suma’mur, 1976). Pencegahan ini

sesuai dengan item kelima dari pencegahan yang dipaparkan oleh suma’mur

(1996) yaitu Riset medis, terutama penyelidikan dampak fisiologis dan

patologis, dari keadaan yang mengakibatkan kecelakaan.

12. Untuk memberikan perlindungan kepada tenaga kerja diselenggarakan

program jaminan sosial tenaga kerja yang pengelolaannya dapat dilaksanakan

dengan mekanisme asuransi (UU No 3 Tahun 1992). Perusahaan

mendaftarkan keikutsertaan tenaga kerja dalam program JAMSOSTEK

(Jaminan Sosial Tenaga Kerja) dan perusahaan membayar iuran kecelakaan

kerja pada pekerja yang mengalami kecelakaan kerja. Menurut UU No 3

tahun 1992 bahwa perlu adanya peningkatan perlindungan tenaga kerja dalam

program jaminan sosial tenaga kerja yang bertujuan untuk memberikan

ketenangan bekerja dan jaminan kesejahteraan tenaga kerja beserta

keluarganya. Pencegahan ini sesuai dengan item kesebelas dari pencegahan

yang dipaparkan oleh suma’mur (1996) yaitu asuransi merupakan insentif

finansial untuk meningkatkan pencegahan kecelakaan.

13. Program 5S.

PT.TIFICO,Tbk telah melaksanakan program 5S. Sasaran 5S adalah

terciptanya tempat kerja yang bersih, cerah dan menyenangkan, terawatnya

peralatan dan perlengkapan serta bangunan selama proses kerja, terwujudnya

disiplin kerja yang dibutuhkan untuk mencapai standar kerja, terjaganya


keselamatan dan kestabilan kerja selama operasi berlangsung, tercapainya

perbaikan mutu kerja dengan mengurangi keragaman hasil kerja,

terselenggaranya perbaikan efisien masing-masing bagian, terbinanya suasana

kerja yang nyaman dan menyenangkan, disiplin dan saling menghargai antar

karyawan. Pencegahan ini sesuai dengan item pertama dari pencegahan yang

dipaparkan oleh suma’mur (1996) yaitu Peraturan perundangan mengenai

kondisi kerja pada umumnya.

Yang dimaksud dengan program 5S yakni:

a. Seiri (Pemilihan), yaitu pemilahan barang yang berguna dan tidak

berguna, jika berguna disimpan dan jika tidak berguna maka dibuang

b. Seiton (Penataan), yaitu penataan barang yang berguna agar mudah dicari

dan aman, serta diberi indikasi

c. Seiso (Pembersihan), yaitu pembersihan barang dan ruangan yang sudah

ditata dengan rapi agar tidak kotor

d. Seiketsu (Penjagaan), yaitu penjagaan lingkungan kerja yang sudah rapi

dan bersih menjadi suatu standar kerja

e. Shitsuke (penyadaran), yaitu penyadaran diri akan etika kerja yang terdiri

dari disiplin terhadap standar, saling menghormati, malu melakukan

pelanggaran, dan senang melakukan perbaikan

14. Melakukan statistik terhadap kejadian kecelakaan kerja

Setiap kecelakaan yang terjadi di PT.TIFICO,Tbk akan dilakukan

penyelidikan untuk mempelajari bagaimana kecelakaan tersebut terjadi

(kronologis kecelakaan) untuk mengetahui penyebab – penyebab kecelakaan ,


kemudian bagaimana usaha penanggulangannya, sehingga kecelakaan serupa

tidak terulang kembali, hal tersebut dibuat laporan tertulis sesuai dengan form

laporan kecelakaan atau form laporan kebakaran. Kemudian membuat laporan

kecelakaan kerja secara statistik, yang dilaporkan dalam bentuk tabel,

grafik,diagram. Informasi penyajian statistik dari Laporan kecelakaan di

PT.TIFICO,Tbk beberapa diantaranya adalah jumlah kecelakaan tiap

departemen (lampiran 2); persentase kecelakaan berdasarkan waktu (time)

(lampiran 3); data of incident ( FY - 2008) (lampiran 4); jumlah serius hiyari

hatto (lampiran 5). Selain pelaporan kecelakaan secara statistik,

PT.TIFICO,Tbk juga membuat laporan Hiyari Hatto secara statistik.

Penyajian statistik tersebut merupakan informasi dan peringatan kepada setiap

orang agar mengetahui situasi kecelakaan kerja dalam rangka mendorong dan

memotivasi untuk lebih meningkatkan upaya keselamatan dan kesehatan kerja

(Budiono& Pusparini, 2003). Pencegahan ini sesuai dengan item ketujuh dari

pencegahan yang dipaparkan oleh suma’mur (1996) yaitu Penelitian secara

statistik, untuk menetepkan jenis – jenis kecelakaan yang terjadi, banyaknya,

mengenai siapa saja, dalam pekerjaan apa, dan apa sebab – sebabnya.

Item keenam dari pencegahan yang dipaparkan oleh suma’mur (1996)

yaitu penelitian psikologis, meliputi penelitian tentang pola – pola kejiwaan

yang mengakibatkan kecelakaan. Dalam hal ini, jika terjadi kecelakaan

perusahaan akan melakukan penyelidikan terhadap kecelakaan yang terjadi

untuk mengetahui penyebabnya. Pada tahun 2008 terdapat kejadian fire

accident setelah diselidiki diketahui penyebabnya yaitu seseorang menyalakan


api untuk membakar, setelah dilakukan pemeriksaan oleh dokter ternyata yang

bersangkutan mengalami mental disorder lalu perusahaan mengeluarkan

pekerja tersebut.

D. Penanggulangan Kecelakaan

Haddon (1972) mengungkapkan bahwa intervensi pengendalian injury

dilakukan pada manusia; peralatan; dan lingkungan. Intervensi pengendalian

injury pada manusia contohnya memberikan perawatan pada kondisi pekerja yang

lemah; pada peralatan (seperti mobil, mesin) contohnya merancang tangki bahan

bakar yang aman untuk mencegah terjadinya kebakaran; dan pada lingkungan

atau psychosocial contohnya tersedianya perawatan medis yang cukup untuk

keadaan darurat. Pengendalian injury pada lingkungan adalah pengendalian yang

dilakukan diluar dari peralatan dan manusianya misalnya terhadap standarnya.

Pengendalian injury dilaksanakan pada tahap peristiwa sebelum kejadian, pada

saat kejadian dan setelah kejadian (Smith dan Venezie, 1998). Sedangkan

penanggulangan terhadap pekerja menurut UU no 3 Tahun 1992 yaitu setelah

terjadi kecelakaan kerja, perusahaan wajib membayar iuran kecelakaan kerja pada

pekerja yang mengalami kecelakaan kerja.

Penanggulangan yang dilakukan oleh PT.TIFICO,Tbk sesuai dengan teori

yang dikemukakan oleh Haddon (1972) dan UU no 3 Tahun 1992 yaitu

PT.TIFICO,Tbk melakukan penanggulangan kecelakaan terhadap tiga hal yaitu

penanggulangan pada manusianya, equipment, dan standardnya. Penanggulangan

terhadap manusia misalnya perusahaan membayar iuran kecelakaan kerja pada

pekerja yang mengalami kecelakaan kerja; melaksanakan training kembali


tergantung penyebab kecelakaan yang terjadi misalnya kecelakaan yang terjadi

disebabkan pada saat pemasangan V – Pulley pekerja memegang jig kurang

benar, maka pekerja tersebut diberikan training kembali pemasangan V- Pulley

mesin cc. Berikut dijelaskan secara rinci mengenai Penanggulangan yang

dilakukan terhadap kecelakaan kerja (working accident), fire accident, contractor

accident di PT.TIFICO, Tbk pada tahun 2008 yaitu:

1. Penanggulangan pada manusianya, yaitu:

a. Dibawa ke klinik PT.TIFICO / ke rumah sakit terdekat untuk diobati, dan

perusahaan membayar iuran kecelakaan kerja pada pekerja yang

mengalami kecelakaan kerja.

b. Untuk pekerja yang kondisi badan kurang sehat agar menginformasikan ke

SV

c. Menyelenggarakan training kembali pemasangan V-Pulley

d. Training cara memukul / memahat

e. Training Do not touch kepada seluruh karyawan

f. Training kembali WI setelah revisi kepada seluruh karyawan

g. Training operator mengenai WI pembuangan waste area crimper 1k – 4k

h. Pekerja dikeluarkan dari perusahaan karena dengan sengaja menggunakan

api untuk membakar

2. Penanggulangan pada equipmentnya yaitu :

a. Membuat tempat khusus untuk waste setelah crimper karena tempat

bekerja sebelumnya sempit


b. Ujung dari foot step di cat dengan warna yang cerah (safety line kuning),

menambah hand rell.

c. Pemasangan safety switch off jika safety cover terbuka pada mesin di SF

Drawing CR Nip roll 1B

d. Jig harus ada perawatan / perbaikan jika bagian ujung melebar

3. Penanggulangan pada standarnya, yaitu :

a. Buat standard pemeriksaan tool’s maintanance tiga bulan sekali.

b. Memeriksa kembali seluruh WI di maintanance salah satunya review dan

revisi W1 penggantian nip roll dengan memasukkan standard cleaning nip

rol

c. Membuat WI pembuangan waste area crimper 1k – 4k

d. Pembuatan display sebagai peringatan agar kejadian yang sama tidak

terulang lagi, seperti : ”pergunakan pegangan pada saat naik turun

tangga”; tidak boleh membuang waste dekat mesin berputar.


BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN

1. PT. Teijin Indonesia Fiber Corporation atau PT. TIFICO, Tbk merupakan

perusahaan penanaman modal asing (PMA) yang bergerak dalam bidang

produksi Polyester Synthetic Fiber (benang polyester sintetik) sebagai bahan

baku tekstil (kain). Produk hasil akhir PT. TIFICO, Tbk adalah chip (bahan

baku pembuat kapas dan benang sintetis), filament yarn (benang sintetis), dan

staple fiber (kapas sintetis).

2. Dari hasil laporan incident pada tahun 2008 di PT.TIFICO,Tbk diketahui

gambaran kejadian kecelakaan sebagai berikut :

a. Kejadian working accident pada tahun 2008 sebanyak dua kasus

b. Kejadian fire accident pada tahun 2008 sebanyak satu kasus

c. Kejadian contractor accident pada tahun 2008 sebanyak tiga kasus

Kejadian kecelakaan baik working accident, fire accident, contractor

accident pada tahun 2008 berdasarkan penyebabnya terdiri dari manusia;

peralatan; dan standard. Kecelakaan yang disebabkan oleh manusia termasuk

unsafe act dan kecelakaan yang disebabkan oleh peralatan dan standar

termasuk dalam unsafe condition. Sedangkan kejadian kecelakaan

berdasarkan tingkat cidera yang dialami pekerja termasuk LTI – 3.


3. Upaya pencegahan kecelakaan di PT.TIFICO,Tbk dilaksanakan dengan

maksimal, hanya saja para pekerja masih ada yang melanggar peraturan yang

ada sehingga kecelakaan kerja masih terjadi.

4. Penanggulangan yang dilakukan di PT.TIFICO,Tbk terdiri dari tiga hal, yaitu

penanggulangan pada manusianya, penanggulangan pada equipmentnya/

peralatannya, dan pada standarnya.

B. SARAN

1. Training safety dilaksanakan secara berkala misalnya training pemadaman

kebakaran, sedangkan untuk training yang terkait dengan alat tergantung pada

setiap departemennya untuk dilakukan secara berkala atau tidak. Sebaiknya

setiap departemen melaksanakan training yang terkait dengan alat secara

berkala, hal ini dilakukan untuk mengurangi frekuensi kejadian kecelakaan.

2. Adanya WI yang belum di review pada tahun 2008 dimana hal ini tidak sesuai

dengan salah satu aktivitas dari tema safety dan kebijakan ESH di

PT.TIFICO,Tbk Tahun 2008 yaitu meninjau kembali WI, sebaiknya

pelaksanaan peninjauan kembali seluruh WI yang ada di setiap departemen

harus dilaksanakan secara berkala dan konsisten sesuai dengan salah satu

aktivitas dari tema safety dan kebijakan ESH di PT.TIFICO,Tbk Tahun 2008

yaitu meninjau kembali WI, sehingga dengan melakukan review terhadap WI

diharapkan WI selalu up to date.


Daftar Pustaka

Budiono,A.M Sugeng, dan Pusparini,Adriana. 2003.Keselamatan Kerja dan


Pencegahan Kecelakaan Kerja. Bunga Rampai Hiperkes dan Keselamatan
Kerja. Edisi ke – 2. Semarang; Universitas Diponogoro

Budiono,sugeng, dan Pusparini, adriana. 2003.Analisis dan Statistik Kecelakaan


Kerja. Bunga Rampai Hiperkes dan Keselamatan Kerja. Edisi ke – 2.
Semarang; Universitas Diponogoro

Lehto. Mark R dan Miller. James M.1998. principles of prevention : safety


information. Encyclopedia OF Occupational Health and Safety. Vol 14.
Edition International Labour Office.Ganeva

Mulya, Adi. 2008. Gambaran Kecelakaan Kerja di PT.ANTAM,Tbk UBPE Pongkor.


Program Kesehatan Masyarakat. Universitas Islam Negeri Syahid Jakarta.

Raouf,Abdul. 1998. Theory of Accident causes. Encyclopedia OF Occupational


Health and Safety. Vol 14. Edition International Labour Office.Ganeva

Riswanto. 2008. studi tentang hubungan tingkat pengetahuan dan pengawasan


terhadap penggunaan APD pada pekerja bagian x PT. X. Program Kesehatan
Masyarakat. Universitas Islam Negeri Syahid Jakarta.

Riyadina, Woro. 2007. Kecelakaan Kerja Dan Cedera Yang Dialami Oleh Pekerja
Industri Di Kawasan Industri Pulo Gadung Jakarta. Makara, Kesehatan, VOL.
11, NO. 1. 22 Maret 2009. 25-31. Available from World Wide Web:
(http://repository.ui.ac.id/doc/jurnal/33)

Saari. 1998. principles of preventions : safety information. Encyclopedia OF


Occupational Health and Safety. Vol 14. Edition International Labour
Office.Ganeva

Saepulloh, Rahmat. 2009. Kecelakaan Kerja Meningkat. 12 Maret 2009. Available


from World Wide Web: (http://www.karir-up.com/2009/02/kecelakaan-kerja-
meningkat/)

Santoso,Gempur. 2004. Pemikiran Setiap Kecelakaan Pasti Ada Sebabnya. Tim


Prestasi. Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Jakarta; Prestasi
Pustaka, 1-9.

Smith. Gordon.S. dan Venezie.Mark.A.1998. principles of preventions : the public


health approach to reducing injuries in the workplace. Encyclopedia OF
Occupational Health and Safety. Vol 14. Edition International Labour
Office.Ganeva

Suma’mur,Dr.M.SC. 1996. Keselamatan Kerja dan Pencegahan Kecelakaan. Jakarta;


PT.Gunung Agung

Suma’mur, Dr.M.Sc. 1976. Higiene Perusahaan dan Kesehatan Kerja. Jakarta;


Saksama

Undang-Undang Republik Indonesia No. 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja

Undang-Undang Republik Indonesia No. 3 Tahun 1992 tentang Jaminan Sosial


Tenaga Kerja

Anda mungkin juga menyukai