FISIOLOGI LARING
Oleh
Halaman
2.1 Kartilago 4
2.3 Otot-otot 13
2.4 Persendian 18
2.6 Persarafan 22
2.7 Vaskularisasi 23
DAFTAR PUSTAKA 33
Laring adalah bagian dari saluran pernafasan bagian atas yang merupakan
suatu rangkaian tulang rawan yang berbentuk corong dan terletak setinggi vertebra
cervicalis IV – VI, dimana pada anak-anak dan wanita letaknya relatif lebih tinggi.
Laring pada umumnya selalu terbuka, hanya kadang-kadang saja tertutup bila sedang
menelan makanan. 4
Lokasi laring dapat ditentukan dengan inspeksi dan palpasi dimana
didapatkannya kartilago tiroid yang pada pria dewasa lebih menonjol kedepan dan
disebut Prominensia Laring atau disebut juga Adam’s apple atau jakun. 4
Batas-batas laring berupa sebelah kranial terdapat Aditus Laringeus yang
berhubungan dengan Hipofaring, di sebelah kaudal dibentuk oleh sisi inferior
kartilago krikoid dan berhubungan dengan trakea, di sebelah posterior dipisahkan dari
vertebra cervicalis oleh otot-otot prevertebral, dinding dan cavum laringofaring serta
disebelah anterior ditutupi oleh fascia, jaringan lemak, dan kulit. Sedangkan di
sebelah lateral ditutupi oleh otot-otot sternokleidomastoideus, infrahyoid dan lobus
kelenjar tiroid. 4
Laring berbentuk piramida triangular terbalik dengan dinding kartilago
tiroidea di sebelah atas dan kartilago krikoidea di sebelah bawahnya. Os Hyoid
dihubungkan dengan laring oleh membrana tiroidea. Tulang ini merupakan tempat
melekatnya otot-otot dan ligamenta serta akan mengalami osifikasi sempurna pada
usia 2 tahun.4
Secara keseluruhan laring dibentuk oleh sejumlah kartilago, ligamentum dan
otot-otot.4
Kartilago Krikoidea
Kartilago ini merupakan bagian terbawah dari dinding laring. Merupakan
lkartilago hialin yang berbentuk cincin stempel (signet ring) dengan bagian alsanya
terdapat di belakang. Bagian anterior dan lateralnya relatif lebih sempit darpada
Kartilago Aritenoidea
Kartilago ini juga merupakan kartilago hyalin yang terdiri dari sepasang
kartilago berbentuk piramid 3 sisi dengan basis berartikulasi dengan kartilago
krikoidea, sehingga memungkinkan pergerakan ke medio lateral dan gerakan rotasi.
Dasar dari piramid ini membentuk 2 tonjolan yaitu prosesus muskularis yang
merupakan tempat melekatnya m. krikoaritenoidea yang terletak di posterolateral, dan
di bagian anterior terdapat prosesus vokalis tempat melekatnya ujung posterior pita
suara. Pinggir posterosuperior dari konus elastikus melekat ke prosesus vokalis.
Ligamentum vokalis terbentuk dari setiap prosesus vokalis dan berinsersi pada garis
tengah kartilago tiroidea membentuk tiga per lima bagaian membranosa atau
vibratorius pada pita suara. Tepi dan permukaan atas dari pita suara ini disebut
glotis.2
Kartilago aritenoidea dapat bergerak ke arah dalam dan luar dengan sumbu
sentralnya tetap, karena ujung posterior pita suara melekat pada prosesus vokalis dari
aritenoid maka gerakan kartilago ini dapat menyebabkan terbuka dan tertutupnya
glotis. Kalsifikasi terjadi pada dekade ke 3 kehidupan.4
Kartilago Epiglotis
Bentuk kartilago epiglotis seperti bet pingpong dan membentuk dinding
anterior aditus laringeus. Tangkainya disebut petiolus dan dihubungkan oleh
Kartilago Kuneiforme
Merupakan kartilago fibroelastis dari Wrisberg dan merupakan kartilago kecil
yang terletak di dalam plika ariepiglotika.4
Adapted from: Harry M. Tucker, The Larynx, Thieme 1987, p.8, fig.1.7
Adapted from: Harry M. Tucker, The Larynx, Thieme 1987, p.8, fig.1.7
Membrana Tirohioidea
Membrana ini menghubungkan tepi atas kartilago tiroidea dengan tepi atas
belakang os hioidea yang pada bagian medial dan lateralnya mengalami penebalan
membentuk ligamentum tirohioideus lateral dan medial. Membrana ini ditembus oleh
a. laringeus superior cabang interna n. laringeus superior dan pembuluh limfe.4
Membrana Kuadrangularis.
Merupakan bagian atas dari jaringan ikat longgar elastis laring, membentang
dari tepi lateral epiglotis ke kartilago aritenoid dan kartilago kornikulata, di bagian
inferior meluas ke pita suara palsu. Tepi atasnya membentuk plika ariepiglotika,
sedangkan yang lainnya membentuk dinding diantara laring dan sinus piriformis
Morgagni.5
http://www.virtualpediatrichospital.org/providers/ElectricAirway/AnatImages/Larynx
GrossAnatomy.jpg
Otot-otot ekstrinsik.4
Otot-otot ini menghubungkan laring dengan struktur disekitarnya. Kelompok
otot ini menggerakkan laring secara keseluruhan.
Adapted from: Netter F, Atlas of Human Anatomy 2nd Ed. Novartis, East Hanover,
New Jersey. 1997, p. 47
2. Otot-otot abduktor : 4
M. Krikoaritenoideus posterior
Berfungsi untuk membuka pita suara.
3. Otot-otot tensor : 4
Tensor Internus : M. Tiroaritenoideus dan M. Vokalis
Tensor Eksternus : M. Krikotiroideus
Mempunyai fungsi untuk menegangkan pita suara. Pada orang tua, m. tensor
internus kehilangan sebagian tonusnya sehingga pita suara melengkung ke lateral
mengakibatkan suara menjadi lemah dan serak.
Adapted from: Harry M. Tucker, The Larynx, Thieme 1987, p.14, fig.1.14
2.4 PERSENDIAN
Artikulasio Krikotiroidea
Merupakan sendi antara kornu inferior kartilago tiroidea dengan bagian
posterior kartilago krikoidea. Sendi ini diperkuat oleh 3 (tiga) ligamenta, yaitu :
ligamentum krikotiroidea anterior, posterior, dan inferior. Sendi ini berfungsi untuk
pergerakan rotasi pada bidang tiroidea, oleh karena itu kerusakan atau fiksasi sendi
ini akan mengurangi efek m. krikotiroidea yaitu untuk menegangkan pita suara.4
Adapted from: Harry M. Tucker, The Larynx, Thieme 1987, p.6, fig.1.5
Artikulasio Krikoaritenoidea.
Merupakan persendian antara fasies artikulasio krikoaritenoidea dengan tepi
posterior cincin krikoidea. Letaknya di sebelah kraniomedial artikulasio krikotiroidea
dan mempunyai fasies artikulasio yang mirip dengan kulit silinder, yang sumbunya
mengarah dari mediokraniodorsal ke laterokaudoventral serta menyebabkan gerakan
menggeser yang sama arahnya dengan sumbu tersebut. Pergerakan sendi tersebut
penting dalam perubahan suara dari nada rendah menjadi nada tinggi.5
Aditus Laringeus
Pintu masuk ke dalam laring yang dibentuk di anterior oleh epiglotis, lateral
oleh plika ariepiglotika, posterior oleh ujung kartilago kornikulata dan tepi atas m.
aritenoideus. 4
Rima Vestibuli.
Merupakan celah antara pita suara palsu.2
Rima glottis
Di depan merupakan celah antara pita suara sejati, di belakang antara prosesus
vokalis dan basis kartilago aritenoidea.4
Vallecula
Terdapat diantara permukaan anterior epiglotis dengan basis lidah, dibentuk
oleh plika glossoepiglotika medial dan lateral.4
Plika Ariepiglotika
Dibentuk oleh tepi atas ligamentum kuadringulare yang berjalan dari kartilago
epiglotika ke kartilago aritenoidea dan kartilago kornikulata.4
Incisura Interaritenoidea
Suatu lekukan atau takik diantara tuberkulum kornikulatum kanan dan kiri. 4
Vestibulum Laring
Ruangan yang dibatasi oleh epiglotis, membrana kuadringularis, kartilago
aritenoid, permukaan atas proc. vokalis kartilago aritenoidea dan m.interaritenoidea.4
Laring dipersarafi oleh cabang N. Vagus yaitu Nn. Laringeus Superior dan
Nn. Laringeus Inferior (Nn. Laringeus Rekuren) kiri dan kanan.6
2.7 VASKULARISASI
Laring mendapat perdarahan dari cabang A. Tiroidea Superior dan Inferior
sebagai A. Laringeus Superior dan Inferior. 4
Mukosa laring dibentuk oleh epitel berlapis silindris semu bersilia kecuali
pada daerah pita suara yang terdiri dari epitel berlapis gepeng tak bertanduk. Diantara
sel-sel bersilia terdapat sel goblet.4
LARYNGEAL MUCOSA
Membrana basalis bersifat elastis, makin menebal di daerah pita suara. Pada
daerah pita suara sejati, serabut elastisnya semakin menebal membentuk ligamentum
tiroaritenoidea. Mukosa laring dihubungkan dengan jaringan dibawahnya oleh
jaringan ikat longgar sebagai lapisan submukosa.4
Kartilago kornikulata, kuneiforme dan epiglotis merupakan kartilago hialin.
Plika vokalis sendiri tidak mengandung kelenjar. Mukosa laring berwarna merah
muda sedangkan pita suara berwarna keputihan.4
Laring mempunyai 3 (tiga) fungsi dasar yaitu fonasi, respirasi dan proteksi
disamping beberapa fungsi lainnya seperti terlihat pada uraian berikut : 7
1. Fungsi Fonasi.6
Pembentukan suara merupakan fungsi laring yang paling kompleks. Suara
dibentuk karena adanya aliran udara respirasi yang konstan dan adanya interaksi
antara udara dan pita suara. Nada suara dari laring diperkuat oleh adanya tekanan
udara pernafasan subglotik dan vibrasi laring serta adanya ruangan resonansi seperti
rongga mulut, udara dalam paru-paru, trakea, faring, dan hidung. Nada dasar yang
dihasilkan dapat dimodifikasi dengan berbagai cara. Otot intrinsik laring berperan
penting dalam penyesuaian tinggi nada dengan mengubah bentuk dan massa ujung-
ujung bebas dan tegangan pita suara sejati. Ada 2 teori yang mengemukakan
bagaimana suara terbentuk :
Teori Neuromuskular.7
Teori ini sampai sekarang belum terbukti, diperkirakan bahwa awal dari
getaran plika vokalis adalah saat adanya impuls dari sistem saraf pusat melalui N.
Vagus, untuk mengaktifkan otot-otot laring. Menurut teori ini jumlah impuls yang
dikirimkan ke laring mencerminkan banyaknya / frekuensi getaran plika vokalis.
Analisis secara fisiologi dan audiometri menunjukkan bahwa teori ini tidaklah benar
(suara masih bisa diproduksi pada pasien dengan paralisis plika vokalis bilateral).
2. Fungsi Proteksi.7
Benda asing tidak dapat masuk ke dalam laring dengan adanya reflek otot-otot
yang bersifat adduksi, sehingga rima glotis tertutup. Pada waktu menelan, pernafasan
berhenti sejenak akibat adanya rangsangan terhadap reseptor yang ada pada epiglotis,
plika ariepiglotika, plika ventrikularis dan daerah interaritenoid melalui serabut
afferen N. Laringeus Superior. Sebagai jawabannya, sfingter dan epiglotis menutup.
Gerakan laring ke atas dan ke depan menyebabkan celah proksimal laring tertutup
oleh dasar lidah. Struktur ini mengalihkan makanan ke lateral menjauhi aditus dan
masuk ke sinus piriformis lalu ke introitus esofagus.
3. Fungsi Respirasi.5
Pada waktu inspirasi diafragma bergerak ke bawah untuk memperbesar
rongga dada dan M. Krikoaritenoideus Posterior terangsang sehingga kontraksinya
menyebabkan rima glotis terbuka. Proses ini dipengaruhi oleh tekanan parsial CO 2
dan O 2 arteri serta pH darah. Bila pO 2 tinggi akan menghambat pembukaan rima
4. Fungsi Sirkulasi.6
Pembukaan dan penutupan laring menyebabkan penurunan dan peninggian
tekanan intratorakal yang berpengaruh pada venous return. Perangsangan dinding
laring terutama pada bayi dapat menyebabkan bradikardi, kadang-kadang henti
jantung. Hal ini dapat karena adanya reflek kardiovaskuler dari laring. Reseptor dari
reflek ini adalah baroreseptor yang terdapat di aorta. Impuls dikirim melalui N.
Laringeus Rekurens dan Ramus Komunikans N. Laringeus Superior. Bila serabut ini
terangsang terutama bila laring dilatasi, maka terjadi penurunan denyut jantung.
5. Fungsi Fiksasi.35
Berhubungan dengan mempertahankan tekanan intratorakal agar tetap tinggi,
misalnya batuk, bersin dan mengedan.
6. Fungsi Menelan.7
Terdapat 3 (tiga) kejadian yang berhubungan dengan laring pada saat
berlangsungnya proses menelan, yaitu :
Pada waktu menelan faring bagian bawah (M. Konstriktor Faringeus Superior, M.
Palatofaringeus dan M. Stilofaringeus) mengalami kontraksi sepanjang kartilago
krikoidea dan kartilago tiroidea, serta menarik laring ke atas menuju basis lidah,
kemudian makanan terdorong ke bawah dan terjadi pembukaan faringoesofageal.
Laring menutup untuk mencegah makanan atau minuman masuk ke saluran
pernafasan dengan jalan menkontraksikan orifisium dan penutupan laring oleh
epiglotis.
7. Fungsi Batuk.8
Bentuk plika vokalis palsu memungkinkan laring berfungsi sebagai katup,
sehingga tekanan intratorakal meningkat. Pelepasan tekanan secara mendadak
menimbulkan batuk yang berguna untuk mempertahankan laring dari ekspansi benda
asing atau membersihkan sekret yang merangsang reseptor atau iritasi pada mukosa
laring.
8. Fungsi Ekspektorasi.8
Dengan adanya benda asing pada laring, maka sekresi kelenjar berusaha
mengeluarkan benda asing tersebut.
9. Fungsi Emosi.8
Perubahan emosi dapat meneybabkan perubahan fungsi laring, misalnya pada
waktu menangis, kesakitan, menggigit dan ketakutan.