Anda di halaman 1dari 31

BAB VII

PERENCANAAN JEMBATAN

7.1 Alternatif Pemilihan Jenis Struktur


7.1.1 Struktur atas jembatan
Jembatan yang direncanakan dengan bentang 25,00 meter. Hal ini akan memberikan
beberapa alternatif pemilihan jenis jembatan yang akan direncanakan untuk mengganti jembatan
lama. Adapun alternatif bahan tersebut dengan mempertimbangkan segi biaya dan waktu adalah
sebagai berikut :

Tabel 7.1. Jenis Tipe Jembatan


No. Type Jembatan Bentang (m)
Jembatan Komposit I
1. 6 - 24
Gelagar baja + plat beton
Jembatan beton bertulang
2. 6 - 26
Gelagar beton ( konv ) balok T
Jembatan beton bertulang
3. 12 – 28
Gelagar beton ( konv ) box
4. Jembatan gelagar prategang I 10 – 36
5. Jembatan gelagar pratekan T terbalik 14 – 24
6. Jembatan gelagar pratekan T 18 - 44
7. Jembatan gelagar pratekan V 16 - 36

Tabel 7.2. Alternatif Struktur Bangunan Atas


No. Type Struktur Atas Jembatan Bentang (m)
1. Rangka lantai bawah dengan papan kayu 20 – 50
2. Rangka lantai atas dengan papan kayu 20 – 50
3. Gelagar baja dengan lantai papan kayu 5 – 35
4. Gelagar baja dengan lantai baja 5 – 25
5. Gelagar baja dengan lantai beton
komposit 35 - 90

34
6. Gelagar beton T 6 – 25
7. Gelagar beton boks 12 – 30
8. Gelagar I dengan lantai komposit 12 – 35
9. Gelagar T pasca penegangan 20 – 45
10 Gelagar boks pasca penegangan dengan
lantai komposit 18 - 40

Dari beberapa altenatif tersebut diatas, jembatan yang direncanakan menggunakan tipe
jembatan dengan struktur atas berupa gelagar prategang I dengan lantai komposit bentang
sederhana. Jembatan tipe ini dipilih karena proses dapat dikerjakan dipabrik atau dilokasi
pekerjaan dengan menggunakan beton ready mix sehingga mutunya terjamin (seragam). Selain
itu, jembatan tipe ini mudah dalam pelaksanaan dan biaya pemeliharaan lebih rendah.

7.1.2 Struktur Bawah Jembatan


Pangkal Jembatan (Abutment)
Jenis abutment yang dipilih dilihat dari tinggi badan abutment tersebut. Bentuk alternatif
abutment tertera seperti dibawah ini :

Tabel 7.3. Jenis Abutment Jembatan

Jenis Abutment Tinggi ( meter )


Pangkal Tembok Penahan kantilever 0-8
Pangkal Tembok Penahan Gravitasi 3-4
Pangkal Tembok Penahan Kontrafort 6-20
Pangkal Kolom ”Spill Through ” 0-20
Pangkal Balok Cap Tiang Sederhana 0-20
Pangkal Tanah Bertulang 5-15

Dari beberapa alternatif tersebut diatas dipilih tipe abutment tembok penahan
kontrafort dengan bahan beton. Abutmen tipe ini dipilih karena kemampuan abutment
menahan beban, kekuatan bahan abutment dan pelaksanaannya mudah.

35
Pondasi
Penentuan jenis pondasi dilihat dari kedalaman lapisan tanah pendukung. Bentuk
alternatif pondasi tertera pada tabel dibawah ini :

Tabel 7.4. Jenis – jenis pondasi


Jenis Pondasi Kedalaman Lap. Pendukung
Pondasi langsung 0–3 m
Pondasi sumuran 3 – 15 m
Pondasi tiang beton 15 – 60 m
Pondasi tiang baja 7-~m

7.2 Perancangan Struktur


7.2.1 Data - Data Perancangan
Panjang jembatan (L) = 25.00 m
Lebar lantai kendaran (B) = 4.00 m
Jarak antar gelagar (s) = 2.00 m
Lebar kantilever (c') = 0.50 m
Lebar trotoar = 0.50 m
Jumlah gelagar baja (Ng) = 3 gelagar

Tebal lantai beton (d) = 20 cm


Tinggi voute (t) = 5 cm
Tebal lapisan aspal = 5 cm
Tebal trotoar = 20 cm
Tebal genangan air hujan = 5 cm
Bangunan bawah = abutment tembok penahan kontrafort
Tipe pondasi = pondasi sumuran

Berat sendiri beton = 2.4 t/m3


Berat sendiri aspal = 2.2 t/m3

36
Berat sendiri trotoar = 2.1 t/m3
Berat tiang + sandaran = 0.5 t/m3
Berat sendiri air = 1.0 t/m3

Kuat tekan beton (fc ') = 25.0 MPa


Tegangan leleh baja (fy) = 400.0 MPa
Modulus elsatisitas baja (Es) = 200000.0 MPa

Profil Baja Wide Flange (W 838 x 296)


ws = 296.0 kg/m
bs = 40.0 cm
hs = 83.8 cm
As = 380.0 cm2
Ws = 10966.0 cm3
Is = 462017.0 cm4

7.2.2 Spesifikasi bahan untuk struktur


a. Beton
Struktur utama dalam perencanaan ini hampir seluruhnya menggunakan konstruksi
dari beton bertulang. Mutu beton yang digunakan dalam perencanaan konstruksi
jembatan dapat dilihat dibawah ini :
1. Gelagar Prategang = K – 500
2. Plat lantai, plat injak dan diafragma = K – 350
3. Deck slab, cincin pondasi, wingwall, sandaran = K – 225
4. Abutment = K – 250

b. Baja Tulangan
Tulangan yang digunakan dalam perencanaan ini adalah tulangan yang ada di pasaran
dengan alasan mudah didapat dan umum bagi pelaksana di lapangan. Mutu baja yang
digunakan :
1. Kuat tarik ulur baja prestress 18.000 kg/cm2

37
2. Baja tulangan D > 13 mm menggunakan U – 39
3. Baja tulangan D < 13 mm menggunakan U – 24
4. Mutu baja railing mengikuti SK-SNI yang ada atau Standard ASTM

c. Balok Prategang
Balok prategang yang digunakan dipesan dari PT.Wijaya Karya dengan dimensi yang
sudah ada dengan tinggi balok 170 cm dan panjang 30,80 m. Adapun untuk
spesifikasi dimensi yang sudah ada adalah sebagai berikut :

Gambar 7.1 Dimensi Balok Girder

d. Kabel Prategang ( Tendon )


Kabel prategang yang digunakan mempunyai spesifikasi sebagai berikut:
Diameter nominal = ½”
Tegangan ultimate minimum ( fpu ) = 190 kg / mm2
Tegangan leleh minimum (fpy) = 160 kg / mm2
Nominal section Ap = 98,71 kg / mm2
Kabel tendon yang digunakan = Seven Wire Strand

e. Elastomer
Dimensi elastomer yang digunakan dalam perencanaan ini dapat didimensi sendiri,
kemudian dipesankan lepada pihak suplier. Dimensi rencana yang digunakan dalam
perhitungan adalah (40 x 45 x 45) cm.

38
f. Pipa Baja
Pipa baja digunakan dalam sandaran. Dipasang pada jarak tepi 150 cm dan jarak
tengah setiap 200 cm. Diameter pipa yang digunakan Ø 7,63 cm.

7.3 Analisa Pembebanan


7.3.1 Beban Mati
Beban Mati Primer (w DL)
Berat sendiri lantai beton = 1.00000 t/m
Berat sendiri voute = 0.05625 t/m
Berat sendiri gelagar = 0.29600 t/m
Berat sendiri diafragma = 0.05920 t/m
w DL = 1.41145 t/m
Beban Mati Sekunder (w SDL)
Berat sendiri aspal = 0.87400 t/m
Berat sendiri trotoar = 0.88000 t/m
Berat tiang + sandaran = 1.00000 t/m
Berat air hujan = 0.38000 t/m
w SDL = 3.13400 t/m
Karena beban mati sekunder dipikul sama besar oleh setiap gelagar, maka besarnya
beban mati sekunder (w SDL ) yang dipikul oleh gelagar tengah adalah :
𝑤𝑆𝐷𝐿 = 𝑤𝑆𝐷𝐿 /𝑁𝑔w
𝑤𝑆𝐷𝐿 = 0.62680 𝑡/𝑚

7.3.2 Beban Hidup


Beban merata (q )
Beban merata (q ) yang bekerja pada jembatan dengan panjang bentang 15,0 m
adalah :
q = 2.20 t/m (jika panjang bentang jembatan L < 30,0 m)
Besarnya beban merata (q ) yang dipikul oleh setiap gelagar tengah adalah :
𝑞
𝑞′ = ( )𝑥 𝛼 𝑥 𝑠
2.75
39
dimana :

α = faktor distribusi
= 1.0 (jika tidak ada gelagar melintang pada jembatan)
Maka :
𝑞
𝑞′ = ( )𝑥 𝛼 𝑥 𝑠
2.75
𝑞 ′ = 1.60 𝑡/𝑚

Beban garis (p )
Beban garis (p ) yang bekerja pada jembatan adalah :
p = 12.00 ton
Besarnya beban garis (p ) yang dipikul oleh setiap gelagar tengah adalah :
𝑝
𝑝′ = ( )𝑥 𝛼 𝑥 𝑠 𝑥 𝐾
2.75
dimana :
K = koefisien kejut
= 1 + [20/(50 + 𝐿)]
= 1.26667
Maka :
𝑝
𝑝′ = ( )𝑥 𝛼 𝑥 𝑠 𝑥 𝐾
2.75
= 11.05458 𝑡𝑜𝑛

7.4 Lebar Efektif Lantai Beton


Berdasarkan Spesifikasi AASHTO
Lebar efektif lantai beton (b ) untuk gelagar tengah berdasarkan spesifikasi
AASHTO, adalah nilai terkecil dari nilai-nilai berikut :
b = L/4 = 625.0 cm
b=s = 200.0 cm
b = 12 d = 240.0 cm
Jadi, lebar efektif lantai beton (b) untuk gelagar tengah berdasarkan spesifikasi
AASHTO adalah :

40
b = 200.0 cm
Berdasarkan PERATURAN BINA MARGA
Lebar efektif lantai beton (b ) untuk gelagar tengah menurut peraturan BINA
MARGA adalah :
𝑏 = 2𝜆 + 𝑒
Dimana :
𝑒 = 𝑏𝑠 + 2𝑡 = 50.0 𝑐𝑚
𝑠−𝑒
𝑎= = 75.0 𝑐𝑚
2
𝑎
= 0.03
𝐿
Untuk a/L = 0.03, dari tabel diperoleh :
𝜆
=1
𝑎
Maka :
𝜆 = 𝑎 = 75.0 𝑐𝑚
Jadi, lebar efektif lantai beton (b) untuk gelagar tengah menurut peraturan BINA
MARGA adalah :
𝑏 = 2𝜆 + 𝑒
𝑏 = 200.0 𝑐𝑚

7.5 Perencanaan Gelagar Jembatan Secara Ultimit (Ultimate Design)


Perencanaan gelagar jembatan secara ultimit (ultimate design) bertujuan untuk
mendapatkan momen kapasitas ultimit (ultimate momen capacity, Mu) yang dapat dipikul oleh
penampang gelagar jembatan.
Asumsikan Garis Netral Penampang Komposit berada di daerah Beton
 Tinggi Blok Tegangan Tekan Beton (a) :
𝑎 = (𝐴𝑠 𝑓𝑦 )/(0.85 𝑓𝑐′ 𝑏)
𝑎 = 357.64706 𝑚𝑚
 Lokasi garis netral penampang komposit (x) :
𝑥 = 𝑎/𝛽1
Dimana:

41
𝛽1 = 0.85 (jika kuat tekan beton, f c ' < 30,0 MPa)
Maka :
𝑥 = 𝑎/𝛽1
𝑥 = 420.76125 𝑚𝑚
Karena lokasi garis netral penampang (x = 420,76125 mm) lebih besar dari tebal
lantai beton (d = 200,0 mm), berarti Asumsi Salah, garis netral penampang komposit
berada di daerah baja.
Untuk Garis Netral Penampang Komposit berada di daerah Baja.
 Lokasi garis netral penampang komposit terhadap serat atas beton (x) :
𝑥 = [𝜀𝑐𝑢 /(𝜀𝑐𝑢 + 𝜀𝑠 )](𝑑 + ℎ𝑠 )
Dimana :
𝜀𝑐𝑢 = 0.003
𝜀𝑠 = 𝑓𝑦 /𝐸𝑠 = 0.002
Maka :
𝑥 = [𝜀𝑐𝑢 /(𝜀𝑐𝑢 + 𝜀𝑠 )](𝑑 + ℎ𝑠 )
𝑥 = 652.80 𝑚𝑚
 Gaya Tekan Ultimit Beton (Cc ) :
𝐶𝑐 = 0.85 𝑓𝑐′ 𝑏 𝑑
𝐶𝑐 = 8500000.0 𝑁
 Gaya Tarik Ultimit Baja (Cs ) :
𝐶𝑠 = 0.5 (𝐴𝑠 𝑓𝑦 − 𝐶𝑐 )
𝐶𝑐 = 3350000.0 𝑁
 Momen Kapasitas Ultimit Penampang Komposit (Mu ) :
𝑀𝑢 = 𝐶𝑐 𝑑 ′ + 𝐶𝑠 𝑑 ′′
Dimana :
𝑑′ = 0.5(ℎ𝑠 + 3𝑡 + 𝑥) = 820.40 𝑚𝑚
𝑑" = 0.5(ℎ𝑠 + 𝑡 = 444.0 𝑚𝑚
Maka :
𝑀𝑢 = 8460800000.00 𝑁. 𝑚𝑚
𝑀𝑢 = 8460.80 𝑘𝑁. 𝑚 = 846.08 𝑡. 𝑚

42
7.6 Perencanaan Gelagar Jembatan Secara Elastis (Elastic Design)
Perencanaan gelagar jembatan secara elastis (elastic design ) bertujuan untuk
mendapatkan tegangan yang terjadi pada penampang komposit.
7.6.1 Properties Penampang
 Lebar efektif Lantai Beton (b) :
𝑏 = 200.00 𝑐𝑚
 Modulus Rasio (n) :
𝑛 = 𝐸𝑠 /𝐸𝑐
Dimana :
𝐸𝑠 = 200000.00 𝑀𝑃𝑎
𝐸𝑐 = 4700 (𝑓𝑐′ )0.5 = 23500.00 𝑀𝑃𝑎
Maka :
𝑛 = 𝐸𝑠 /𝐸𝑐
𝑛 = 8.510638 → 𝑛=9
 Lokasi Garis Netral Penampang Komposit :
Asumsikan Garis Netral Penampang Kmposit berada di daerah Baja.

[𝐴𝑐 (𝑑/2) + 𝐴𝑠 (𝑑 + 𝑡 + 2𝑠 )]
𝑦𝑐 =
[𝐴𝑐 + 𝐴𝑠 ]
Dimana :
𝐴𝑐 = (𝑏/𝑛)𝑑 = 444.44444 𝑐𝑚2
Maka :

[𝐴𝑐 (𝑑/2) + 𝐴𝑠 (𝑑 + 𝑡 + 2𝑠 )]
𝑦𝑐 =
[𝐴𝑐 + 𝐴𝑠 ]
𝑦𝑐 = 36.22615 𝑐𝑚
Karena 𝑦𝑐 > 𝑑, berarti asumsi benar → garis netral penampang komposit berada di
daerah baja. Selanjutnya dapat dihitung :
𝑦𝑠 = (𝑑 + 𝑡 + ℎ𝑠 ) − 𝑦𝑐 = 72.57385 𝑐𝑚
𝑑𝑐 = 𝑦𝑐 − 0.5𝑑 = 26.22615 𝑐𝑚
𝑑𝑠 = 𝑦𝑠 − 0.5ℎ𝑠 = 30.67385 𝑐𝑚

43
 Momen Inersia Total Penampang Komposit (I t ) :
𝐼𝑡 = 𝐼𝑐 + 𝐴𝑐 𝑑𝑐 2 + 𝐼𝑠 + 𝐴𝑠 𝑑𝑠 2
Dimana :
𝐼𝑐 = 1/12 (𝑏/𝑛)𝑑3 = 14814.81481 𝑐𝑚4
𝐴𝑐 𝑑𝑐 2 = 305693.64913 𝑐𝑚4
𝐼𝑠 = 462017.00000 𝑐𝑚4
𝐴𝑠 𝑑𝑠 2 = 357536.43173 𝑐𝑚4
Maka :
𝐼𝑡 = 𝐼𝑐 + 𝐴𝑐 𝑑𝑐 2 + 𝐼𝑠 + 𝐴𝑠 𝑑𝑠 2
𝐼𝑡 = 1140061.89568 𝑐𝑚4

7.6.2 Tegangan Pada Penampang Komposit


a. Tanpa Tumpuan Sementara (Unshoring)
 Momen Maksimum pada Gelagar Jembatan (Momen di Tengah Bentang Jembatan)

Sebelum Komposit :
𝑀1 = 1/8 𝑤𝐷𝐿 𝐿2 = 110.26953 𝑡. 𝑚
Setelah Komposit :
𝑀2 = 1/8 𝑤𝑠𝐷𝐿 𝐿2 = 88.14375 𝑡. 𝑚
𝑀3 = 1/8 𝑞′ 𝐿2 + 1/4 𝑝′𝐿 = 114.09112 𝑡. 𝑚
 Tegangan pada Penampang Komposit di Tengah Bentang Jembatan
Tegangan pada serat atas beton (fc-a ) :
𝑓𝑐−𝑎 = 𝑓𝑐−𝑎1 + 𝑓𝑐−𝑎2 + 𝑓𝑐−𝑎3
Dimana :
𝑓𝑐−𝑎1 = 0.0 = 0.00000 𝑘𝑔/𝑐𝑚2
𝑓𝑐−𝑎2 = (𝑀2 𝑦𝑐 )/(𝑛 𝐼𝑡 ) = 31.12023 𝑘𝑔/𝑐𝑚2
𝑓𝑐−𝑎3 = (𝑀3 𝑦𝑐 )/(𝑛 𝐼𝑡 ) = 40.28126 𝑘𝑔/𝑐𝑚2
Maka :
𝑓𝑐−𝑎 = 𝑓𝑐−𝑎1 + 𝑓𝑐−𝑎2 + 𝑓𝑐−𝑎3 < 0.45 𝑓𝑐′
𝑓𝑐−𝑎 = 71.40149 𝑘𝑔/𝑐𝑚2 < 112.50 𝑘𝑔/𝑐𝑚2…….... OK

44
Tegangan pada serat bawah beton (fc-b) :
𝑓𝑐−𝑏 = 𝑓𝑐−𝑏1 + 𝑓𝑐−𝑏2 + 𝑓𝑐−𝑏3
Dimana :
𝑓𝑐−𝑏1 = 0.0 = 0.00000 𝑘𝑔/𝑐𝑚2
𝑓𝑐−𝑏2 = [𝑀2 (𝑦𝑐 − 𝑑]/(𝑛 𝐼𝑡 ) = 45.16379 𝑘𝑔/𝑐𝑚2
𝑓𝑐−𝑏3 = [𝑀3 (𝑦𝑐 − 𝑑]/(𝑛 𝐼𝑡 ) = 58.45891 𝑘𝑔/𝑐𝑚2
Maka :
𝑓𝑐−𝑏 = 𝑓𝑐−𝑏1 + 𝑓𝑐−𝑏2 + 𝑓𝑐−𝑏3 < 0.45 𝑓𝑐′
𝑓𝑐−𝑏 = 103.62270 𝑘𝑔/𝑐𝑚2 < 112.50 𝑘𝑔/𝑐𝑚2…….... OK

Tegangan pada serat atas baja (fs-a) :


𝑓𝑠−𝑎 = 𝑓𝑠−𝑎1 + 𝑓𝑠−𝑎2 + 𝑓𝑠−𝑎3
Dimana :
𝑓𝑠−𝑎1 = 𝑀1 /𝑊𝑠 = 1005.55836 𝑘𝑔/𝑐𝑚2
𝑓𝑠−𝑎2 = [𝑀2 (ℎ𝑠 − 𝑦𝑠 ]/𝐼𝑡 = 86.79485 𝑘𝑔/𝑐𝑚2
𝑓𝑠−𝑎3 = [𝑀3 (ℎ𝑠 − 𝑦𝑠 ]/𝐼𝑡 = 112.34513 𝑘𝑔/𝑐𝑚2
Maka :
𝑓𝑠−𝑎 = 𝑓𝑠−𝑎1 + 𝑓𝑠−𝑎2 + 𝑓𝑠−𝑎3 < 𝑓𝑦 /1.5
𝑓𝑠−𝑎 = 1204.69834 𝑘𝑔/𝑐𝑚2 < 2666.66 𝑘𝑔/𝑐𝑚2 …….... OK

Tegangan pada serat bawah baja (fs-b) :


𝑓𝑠−𝑏 = 𝑓𝑠−𝑏1 + 𝑓𝑠−𝑏2 + 𝑓𝑠−𝑏3
Dimana :
𝑓𝑠−𝑏1 = 𝑀1 /𝑊𝑠 = 1005.55836 𝑘𝑔/𝑐𝑚2
𝑓𝑠−𝑏2 = (𝑀2 𝑦𝑠 )/𝐼𝑡 = 561.10386 𝑘𝑔/𝑐𝑚2
𝑓𝑠−𝑏3 = (𝑀3 𝑦𝑠 )/𝐼𝑡 = 726.27915 𝑘𝑔/𝑐𝑚2
Maka :
𝑓𝑠−𝑏 = 𝑓𝑠−𝑏1 + 𝑓𝑠−𝑏2 + 𝑓𝑠−𝑏3 < 𝑓𝑦 /1.5
𝑓𝑠−𝑏 = 2292.94137 𝑘𝑔/𝑐𝑚2 < 2666.66 𝑘𝑔/𝑐𝑚2 …….... OK

45
b. Dengan Tumpuan Sementara Sepanjang Bentang (Full Shoring)
 Momen Maksimum pada Gelagar Jembatan (Momen di Tengah Bentang Jembatan)

Sebelum Komposit :
𝑀1 = 0 = 0.00000 𝑡. 𝑚
Setelah Komposit :
𝑀2 = 1/8 𝑤𝐷𝐿 𝐿2 = 110.26953 𝑡. 𝑚
𝑀3 = 1/8 𝑤𝑠𝐷𝐿 𝐿2 = 88.14375 𝑡. 𝑚
𝑀4 = 1/8 𝑞′ 𝐿2 + 1/4 𝑝′𝐿 = 114.09112 𝑡. 𝑚
 Tegangan pada Penampang Komposit di Tengah Bentang Jembatan
Tegangan pada serat atas beton (fc-a) :
𝑓𝑐−𝑎 = 𝑓𝑐−𝑎1 + 𝑓𝑐−𝑎2 + 𝑓𝑐−𝑎3 + 𝑓𝑐−𝑎4
Dimana :
𝑓𝑐−𝑎1 = 0.0 = 0.00000 𝑘𝑔/𝑐𝑚2
𝑓𝑐−𝑎2 = (𝑀2 𝑦𝑐 )/(𝑛 𝐼𝑡 ) = 38.93200 𝑘𝑔/𝑐𝑚2
𝑓𝑐−𝑎3 = (𝑀3 𝑦𝑐 )/(𝑛 𝐼𝑡 ) = 31.12023 𝑘𝑔/𝑐𝑚2
𝑓𝑐−𝑎4 = (𝑀4 𝑦𝑐 )/(𝑛 𝐼𝑡 ) = 40.28126 𝑘𝑔/𝑐𝑚2
Maka :
𝑓𝑐−𝑎 = 𝑓𝑐−𝑎1 + 𝑓𝑐−𝑎2 + 𝑓𝑐−𝑎3 + 𝑓𝑐−𝑎4 < 0.45 𝑓𝑐′
𝑓𝑐−𝑎 = 110.33349 𝑘𝑔/𝑐𝑚2 < 112.50 𝑘𝑔/𝑐𝑚2…….... OK

Tegangan pada serat bawah beton (fc-b) :


𝑓𝑐−𝑏 = 𝑓𝑐−𝑏1 + 𝑓𝑐−𝑏2 + 𝑓𝑐−𝑏3 + 𝑓𝑐−𝑏4
Dimana :
𝑓𝑐−𝑏1 = 0.0 = 0.00000 𝑘𝑔/𝑐𝑚2
𝑓𝑐−𝑏2 = [𝑀2 (𝑦𝑐 − 𝑑]/(𝑛 𝐼𝑡 ) = 17.43814 𝑘𝑔/𝑐𝑚2
𝑓𝑐−𝑏3 = [𝑀3 (𝑦𝑐 − 𝑑]/(𝑛 𝐼𝑡 ) = 13.93914 𝑘𝑔/𝑐𝑚2
𝑓𝑐−𝑏4 = [𝑀4 (𝑦𝑐 − 𝑑]/(𝑛 𝐼𝑡 ) = 18.04249 𝑘𝑔/𝑐𝑚2
Maka :
𝑓𝑐−𝑏 = 𝑓𝑐−𝑏1 + 𝑓𝑐−𝑏2 + 𝑓𝑐−𝑏3 + 𝑓𝑐−𝑏4 < 0.45 𝑓𝑐′
𝑓𝑐−𝑏 = 49.41977 𝑘𝑔/𝑐𝑚2 < 112.50 𝑘𝑔/𝑐𝑚2…….... OK

46
Tegangan pada serat atas baja (fs-a) :
𝑓𝑠−𝑎 = 𝑓𝑠−𝑎1 + 𝑓𝑠−𝑎2 + 𝑓𝑠−𝑎3 + 𝑓𝑠−𝑎4
Dimana :
𝑓𝑠−𝑎1 = 0.0 = 0.00000 𝑘𝑔/𝑐𝑚2
𝑓𝑠−𝑎2 = [𝑀2 (ℎ𝑠 − 𝑦𝑠 ]/𝐼𝑡 = 108.58202 𝑘𝑔/𝑐𝑚2
𝑓𝑠−𝑎3 = [𝑀3 (ℎ𝑠 − 𝑦𝑠 ]/𝐼𝑡 = 86.79485 𝑘𝑔/𝑐𝑚2
𝑓𝑠−𝑎4 = [𝑀4 (ℎ𝑠 − 𝑦𝑠 ]/𝐼𝑡 = 112.34513 𝑘𝑔/𝑐𝑚2
Maka :
𝑓𝑠−𝑎 = 𝑓𝑠−𝑎1 + 𝑓𝑠−𝑎2 + 𝑓𝑠−𝑎3 + 𝑓𝑠−𝑎4 < 𝑓𝑦 /1.5
𝑓𝑠−𝑎 = 307.72200 𝑘𝑔/𝑐𝑚2 < 2666.66 𝑘𝑔/𝑐𝑚2 …….... OK

Tegangan pada serat bawah baja (fs-b) :


𝑓𝑠−𝑏 = 𝑓𝑠−𝑏1 + 𝑓𝑠−𝑏2 + 𝑓𝑠−𝑏3 + 𝑓𝑠−𝑏4
Dimana :
𝑓𝑠−𝑏1 = 0.0 = 0.00000 𝑘𝑔/𝑐𝑚2
𝑓𝑠−𝑏2 = (𝑀2 𝑦𝑠 )/𝐼𝑡 = 701.95174 𝑘𝑔/𝑐𝑚2
𝑓𝑠−𝑏3 = (𝑀3 𝑦𝑠 )/𝐼𝑡 = 561.10386 𝑘𝑔/𝑐𝑚2
𝑓𝑠−𝑏4 = (𝑀4 𝑦𝑠 )/𝐼𝑡 = 726.27915 𝑘𝑔/𝑐𝑚2
Maka :
𝑓𝑠−𝑏 = 𝑓𝑠−𝑏1 + 𝑓𝑠−𝑏2 + 𝑓𝑠−𝑏3 + 𝑓𝑠−𝑏4 < 𝑓𝑦 /1.5
𝑓𝑠−𝑏 = 1989.33475 𝑘𝑔/𝑐𝑚2 < 2666.66 𝑘𝑔/𝑐𝑚2 …….... OK

7.7 Perencanaan Penghubung Geser (Shear Connector)


Karena hubungan antara lantai jembatan dengan gelagar beton ptategang merupakan
hubungan komposit, dimana dalam hubungan ini, lantai dengan gelagar beton tidak dicor dalam
satu kesatuan, maka perlu diberi penahan geser agar hubungan antara lantai dengan gelagar beton
dapat bekerja secara bersamaan dalam menahan beban.
Direncanakan :
Diameter angkur : 2D16 ( 2 kaki )
Tinggi angker masuk ke pelat : HSC-P = 17 cm

47
Tinggi angker masuk ke gelagar : HSC-G = 27 cm

Gambar 7.2 Shear Connector

7.7.1 Menghitung kekuatan angkur


Kekuatan q buah stud shear connector (Bina Marga) :
𝐻
≥ 5.5 → 𝑄 = 5.5 𝑥 𝑑2 √𝑓𝑐 ′
𝑑
Angkur yang masuk ke plat :
17
10,63 ≥ 5,5 → 𝑄 = 5.5 𝑥 1,62 √350 = 2634,13 𝑘𝑔
1.6
Dipakai 2 kaki, maka Q = 5268,25 kg
Angkur yang masuk ke plat :
27
16,88 ≥ 5,5 → 𝑄 = 5.5 𝑥 1,62 √350 = 3148,38 𝑘𝑔
1.6
Dipakai 2 kaki, maka Q = 6296,76 kg

7.7.2 Menghitung jarak dan jumlah angkur


𝑄
Jarak angkur : 𝑠 = 𝑞

Kekuatan shear connector per panjang 1 m (lungitudinal shear connector) :


𝐷𝑥 𝑥 𝑠𝑥𝑝
𝑞=
𝐼𝑥
Besar Gaya Lintang (Dx) pada jarak tinjauan :

48
Untuk L = 3,125 m D = 27259,2 kg = 27259 ton
Untuk L = 6,250 m D = 13629,6 kg = 13629 ton
Jarak shear connector tiap bagian setengah bentang dihitung dalam tabel berikut :

Tabel 7.5 Jarak shear connector tiap bagian setengah bentang

Jarak Dx Sx Ixk Q q S (Q/q)


(m) (kg) (cm3) (cm4) (kg) (kg/cm) (cm)
0 54518.4 762363.8 27018103.6 6296.76 1538.33 4.09
3.125 27259.2 762363.8 27018103.6 6 296.76 769.17 8.19
6.250 13629.6 762363.8 27018103.6 6296.76 384.58 16.37

Gambar 7.3 Penempatan Shear Connector

49
7.8 Perencanaan Sandaran
7.8.1 Pipa Sandaran
Spesifikasi teknis :
- Muatan Horizontal = 100 kg/m
- Jarak tiang sandaran = 200 cm
- Tinggi tiang sandaran = 50 cm
- Dimensi tiang sandaran = pipa baja galvanis Ø 76,3 mm BJ-37
( σijin = 1600 kg/cm2 )
- Dari tabel baja diperoleh : T = 2,4 mm
G = 4,73 kg/m
W = 9,98 cm3
Pembebanan :
- Beban Vertikal
Beban mati = 4,73 kg/m ( berat pipa )
Beban hidup = 100 kg/m
qVertikal ( qv ) = ( 1,2 x 4,73 ) + ( 1,6 x 100 )
= 165,68 kg/m
- Beban Horizontal = 100 kg/m

Perhitungan :

𝑅 = √(𝑞𝑣 2 + 𝐻 2 )

𝑅 = √(165,6822 + 1002 )
𝑅 = 193,52 𝑘𝑔/𝑚
Cek kekuatan pipa :
1
𝑀𝑚𝑎𝑥 = 𝑥 𝑅 𝑥 𝐿2
8
1
𝑀𝑚𝑎𝑥 = 𝑥 193,52 𝑥 22
8
𝑀𝑚𝑎𝑥 = 9676 𝑘𝑔. 𝑚
Tegangan yang terjadi :
𝑀 9676 𝑘𝑔 𝑘𝑔
𝜎= = = 969,54 2 ≤ 1600 … … … . 𝐴𝑚𝑎𝑛.
𝑊 9,98 𝑐𝑚 𝑐𝑚2

50
7.8.2 Tiang sandaran
Tiang sandaran diasumsikan sebagai struktur jembatan yang diperhitungkan mampu
menahan beban horisontal sebesar 100 kg dan mampu menahan railing sandaran.
Data perhitungan :
- f’c = 22,5 Mpa
- fy = 320 Mpa
- b = 15 cm
- h = 20 cm
- p = 4 cm
- ØTulangan = 12 mm
- ØBegel = 8 mm
- Jarak tiang sandaran = 2 m

Gambar 7.4 Detail Dimensi Sandaran

51
7.9 Perencanaan Abutment Jembatan
7.9.1 Pembebanan Abutment
a. Beban Mati
 Berat sendiri

Gambar 7.5 Bagian-bagian abutment dan letak titik beratnya

Tabel 7.6 Pembebanan abutment akibat berat sendiri


Jarak Momen
Bagian Gaya Vertikal Vs (ton)
(m) (tm)
1 0.3 x 0.8 x 3.25 0.780 3.85 3.00
2 0.8 x 0.5 x 3.25 1.300 3.95 5.14
3 0.7 x 0.2 x 3.25 0.455 4.05 1.84
4 0.5 x 1.6 x 3.25 2.600 3.40 8.84
5 2 x 0.5 x 3.25 3.250 2.10 6.83
6 1.2 x 0.7 x 3.25 x 0.5 1.365 3.73 5.09
7 1.2 x 0.9 x 3.25 3.510 3.05 10.71
8 1.2 x 0.4 x 3.25 x 0.5 0.780 2.47 1.93
9 0.9 x 4.7 x 3.25 13.747 3.05 41.93

52
10 4.00 23.40
11 3 x 0.6 x 3.25 x 0.5 2.925 1.73 10.12
3 x 0.6 x 3.25 x 0.5 2.925
12 3.25 205.97
3 x 6.5 x 3.25 63.375
Vtotal 97.013 Momen 324.79
total

Untuk lebar 5 m, maka :


V𝑆 = 97.013 𝑥 5 = 485.065 𝑇
M𝑠 = 324.79 𝑥 5 = 1623.95 𝑇𝑚
Jarak titik berat abutment terhadap titik A :
∑ 𝑀𝑥 1623.95
𝑋= = = 3.348 𝑚
∑ 𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 485.065
Momen yang terjadi terhadap titik A :

𝑀𝑔 = ∑ 𝑀𝑥 = 1623.95 𝑇𝑚

 Beban mati bangunan atas


Pembebanan akibat beban mati bangunan atas adalah :
Beban aspal : 0.05 𝑥 4 𝑥 30.8 𝑥 2.2 = 13.552 𝑡𝑜𝑛
Beban air hujan : 0.05 𝑥 5 𝑥 30.8 𝑥 1.0 = 7.7 𝑡𝑜𝑛
Beban plat lantai : 0.2 𝑥 11 𝑥 30.8 𝑥 3.25 = 220.22 𝑡𝑜𝑛
30.8
Beban sandaran : 2 (0.25 𝑥 0.3 𝑥 30.8)3.25 + 2 ( + 1) 0.9 𝑥 0.2 𝑥 0.15 𝑥 3.25 +
2

2(30.8/2 + 1)0.25 𝑥 0.12 𝑥 3.14 𝑥 0.2 𝑥 3.25 = 13.39 𝑡𝑜𝑛


Beban balok prestress :0.4775 𝑥 30.8 𝑥 3.15 𝑥 5 = 231.635 𝑡𝑜𝑛
Beban diafragma : 1.459 𝑥 3 𝑥 6 = 15.66 𝑡𝑜𝑛
Total = 502.147 ton
Jadi total beban mati untuk abutment : 0.5 𝑥 502.147 = 251.0735 𝑡𝑜𝑛

53
Gambar 7.6 Pembebanan abutment akibat beban mati bangunan atas

Pm = 251.0735 T
Lengan terhadap G (x) = 3,05 m
Momen terhadap G :
𝑀𝑔 = x × 𝑃𝑚 = 3.05 × 251.0735 = 765.7742 𝑇𝑚
Lengan terhadap CL (x) = 0,165 m
Momen terhadap CL :
𝑀𝑔 = x × 𝑃𝑚 = 0.165 × 251.0735 = 41.4271 𝑇𝑚

54
 Gaya akibat beban vertikal tanah

Gambar 7.7 Pembebanan abutment akibat beban vertikal tanah timbunan

Untuk tanah timbunan digunakan tanah pada kedalaman 1-3 m, karena γd nya
tertinggi dari kedalaman yang lain.
𝛾𝑑 = 1,4242 gr/cm3 = 1,4242 T/m3

Tabel 7.7 Pembebanan abutment timbunan tanah diatas pondasi


Bagian GayaVertikal Vs (ton) Jarak ke A (m) Momen thdp A
(ton m)
1 2.50 x 0.80 x 1.42 2.85 5.05 14.38
2 2.30 x 2.00 x 1.42 6.55 5.15 33.74
3 2.30 x 1.20 x 1.42 3.93 5.15 20.24
4 0.50 x 1.20 x 1.42 x 0.50 0.43 3.83 1.64
5 3.00 x 4.70 x 1.42 20.08 5.00 100.41
6 3.00 x 0.60 x 1.42 x 0.50 1.28 5.50 7.05
Jumlah 35.12 177.46
Untuk lebar 5 m, maka :

55
𝑉𝑠 = 35.12 × 5 = 175.6 𝑇
𝑀𝑠 = 177.46 × 5 = 887.3 𝑇
Jarak titik berat timbunan terhadap titik A adalah :
∑ 𝑀𝑥 887.3
𝑋= = = 5.053 𝑚
∑ 𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 175.6
Momen yang terjadi terhadap titik A :

𝑀𝑔 = ∑ 𝑀𝑥 = 887.3 𝑇𝑚

b. Beban Hidup
 Beban hidup bangunan atas
Beban merata ‘D’ : 0.79 × 30.8 × 5.5 + 0.5 × 0.79 × 30.8 × 5.5 + 0.5 × 0.79 ×
30.8 × 0.25 = 136.870 𝑇
Beban garis ‘KEL’ : 6.16 × 30.8 = 189.728 𝑇
Total = 326,598 T
Jadi total beban hidup untuk satu abutment : 0.5 × 326.598 𝑇

Gambar 7.8 Pembebanan abutment akibat beban hidup bangunan atas

56
Lengan terhadap 𝐺 = 𝑥 = 3.05 𝑚
SLS (Serviceability Limit State) P = 163,299 T
Momen terhadap G =
𝑀𝑔 = x × 𝑃𝑚 = 3.05 × 163,299 = 498,016 𝑇𝑚
ULS (Ultimate Limit State) 𝑃 = 163.299 × 2 = 326,598 T
Momen terhadap G =
𝑀𝑔 = x × 𝑃𝑚 = 3.05 × 326,598 = 996,124 𝑇𝑚
Momen terhadap CL =
𝑀𝑔 = x × 𝑃ℎ = 0,165 × 326,598 = 53,89 𝑇𝑚

 Gaya horisontal akibat rem dan traksi


BMS 1992 : ”pengaruh percepatan dan pengereman dari lalu lintas harus
diperhitungkan sebagai gaya dalam arah memanjang, dan dianggap bekerja pada
permukaan lantai jembatan.” Besar gaya rem untuk L < 80 m = 250kN = 25 T.

Gambar 7.9 Pembebanan pilar akibat gaya rem dan traksi

57
Tinggi Abutmen rencana = 10 m
SLS (Serviceability Limit State) P = 25 T
Momen terhadap G =
𝑀𝑔 = 𝑃ℎ × x = 25 × 10 = 250 𝑇𝑚
ULS (Ultimate Limit State) 𝑃 = 25 × 2 = 50 𝑇
Momen terhadap G =
𝑀𝑔 = 𝑃ℎ × x = 50 × 10 = 500 𝑇𝑚
Momen terhadap CL =
𝑀𝑔 = 𝑃ℎ × x = 50 × 10 = 500 𝑇𝑚

 Gaya akibat tekanan tanah aktif


Besarnya tekanan tanah yang bekerja pada abutmen tergantung dari properties tanah
dan ketinggian tanah dibelakang abutmen.
Parameter tanah :
𝐵10 − 1𝑚 𝛾𝑑 = 1.2914 𝑔𝑟/𝑐𝑚3 𝜑1 = 150 C = 0.11 kg/cm2
𝑔𝑟 kg
𝐵1 − 3𝑚 𝛾𝑑 = 1.4242 𝜑1 = 230 C = 0.19
𝑐𝑚3 cm2
Koefisien tekanan tanah :
𝐾𝑎 = 𝑡𝑎𝑛2 (45 − 𝜑1) = 0.3197
𝐾𝑝 = 𝑡𝑎𝑛2 (45 − 𝜑1) = 3.1162

Tegangan tanah aktif :


𝑃𝑎1 = 𝐾𝑎 × 𝑔 × 𝐻 = 5.599 𝑡/𝑚2
𝑃𝑎1 = 𝐾𝑎 × 𝑞 = 0.697 𝑡/𝑚2

Tegangan tanah pasif :


𝑃𝑝 = 𝐾𝑝 × 𝑔 × 𝐻 = 0 𝑡/𝑚2

Besarnya tekanan tanah aktif / pasif :


Rencana tinggi abutmen H = 10,00 m
Lebar telapak abutmen B = 5,00 m

58
Panjang abutmen arah melintang L = 5,00 m
Beban hidup yang bekerja diatas oprit q = 2,182 t/m
𝑃𝑎1 = 1/2 × 𝑔 × 𝐻 2 × 𝐾𝑎 × 𝐿 = 251.944 𝑡
𝑃𝑎2 = 𝑝𝑎2 × 𝐻 × 𝐿 = 62.775 𝑡
𝑃𝑝 = 1/2 × 𝐻 × 𝑝𝑝 × 𝐿 = 0 𝑡
𝑓 = 251.944 + 62.775 = 314.719 𝑡

 Gaya gesek akibat tumpuan-tumpuan bergerak


𝑓𝐺𝐸𝑆 = 𝑃𝑚 × 𝐶
dimana:
𝑓𝐺𝐸𝑆 = gaya gesek tumpuan bergerak (rol)
Pm = beban mati konstruksi atas (T) = 262,674 T
C = koefisien tumpuan gesekan karet dengan baja = 0,15
𝑓𝐺𝐸𝑆 = 262.674 × 0.15 = 33.028 𝑇

Gambar 7.10 Gaya gesek tumpuan bergerak

Lengan gaya terhadap titik G :


Yges = 8,2 m

59
Momen terhadap titik G :
𝑀𝑔𝑒𝑠 = 𝐹𝑔𝑒𝑠 × 𝑌𝑔𝑒𝑠 = 33.028 × 8.2 = 270.83 𝑚
Momen terhadap titik CL :
𝑀𝑔𝑒𝑠 = 𝐹𝑔𝑒𝑠 × 𝑌𝑔𝑒𝑠 = 33.028 × 8.2 = 270.83 𝑚
 Beban angin (w = 62,1 kg/m2)
Beban angin pada sisi struktur atas jembatan (d1) :
𝑑1 = 100% × 𝐴 × 𝑤/2 = 100% × (2 × 30.8) × 62.1/2 = 1912.68 𝑘𝑔
Beban angin pada muatan hidup setinggi 2 m (d2) :
𝑑2 = 100% × 𝑤 × 𝐿 × 2𝑚/2 = 100% × 62.1 × 30.8 × 2/2 = 1912.68 𝑘𝑔
𝑑𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 = 𝑑1 + 𝑑2 = 1912.68 + 1912.68 = 3825.36 𝑘𝑔
Lengan terhadap A:
Y1 = 8,4 + 1 = 9,4 m
Y2 = 10,0 + 1 = 11 m
Momen terhadap titik A :
𝑀𝑎 = 𝑑1 × 𝑌1 + 𝑑2 × 𝑌2 = 1912.68 × 9.4 + 1912.68 × 11 = 39.02 𝑇𝑚
Momen terhadap titik CL :
𝑀𝑎 = 𝑑1 × 𝑌1 + 𝑑2 × 𝑌2 = 1912.68 × 9.4 + 1912.68 × 11 = 39.02 𝑇𝑚

7.9.2 Perhitungan Kapasitas Pondasi Telapak


𝑃𝑣 x y
𝑃𝑚𝑎𝑥 = ( ) × (𝑀ℎ𝑥 × ( )) + (𝑀ℎ𝑦 × ( ))
𝐴 𝐼𝑦 𝐼𝑥

dimana :
Pmax = beban maksimum total pondasi
Pv = beban vertikal total
A = luas dasar pondasi
Mx = momen arah x
My = momen arah y
x = 3,6 / h
y = 13 / h
Ix = momen inersia arah x
Iy = momen inersia arah y

60
Gambar 7.11 Dimensi Kaki Abutment
𝑥 = 0.5 × 0.5 = 2.5 𝑚
𝑥 = 0.5 × 0.9 = 4.5 𝑚
𝐼𝑥 = 1/12 × 𝐵𝑥 × 𝐵𝑦 3 = 1/12 × 5.0 × 93 = 554.58 𝑚4
𝐴 = 5.0 × 9 = 45𝑚2
Kapasitas dukung tanah dasar (bearing capacity) dipengaruhi oleh parameter ϕ, c,dan γ.
Besarnya kapasitas dukung tanah dasar dapat dihitung dengan metode Terzaghi, yaitu :
𝑃𝑢𝑙𝑡 = 𝐴𝑝(𝑐 × 𝑛𝑐 (1 + 0.3𝐵/𝐿) + 𝛾 × 𝐷𝑓 × 𝑁𝑞 + 0.5 × 𝛾 × 𝐵 × 𝑁𝛾 (1 − 0.2𝐵/𝐿)
dimana :
Pult = daya dukung ultimate tanah dasar (t/m2)
c = kohesi tanah dasar (t/m2)
γ = berat isi tanah dasar (t/m3)
B = D = lebar pondasi (meter)
Df = kedalaman pondasi (meter)
Nγ , Nq, Nc = faktor daya dukung Terzaghi
Ap = luas dasar pondasi
B = lebar pondasi
L = panjang pondasi

61
Tabel 7.8 Nilai-nilai daya dukung Terzaghi
Keruntuhan Geser Umum Keruntuhan Geser Lokal
φ
Nc Nq Nγ N’c N’q N’γ
0 5,7 1,0 0,0 5,7 1,0 0,0
5 7,3 1,6 0,5 6,7 1,4 0,2
10 9,6 2,7 1,2 8,0 1,9 0,5
15 12,9 4,4 2,5 9,7 2,7 0,9
20 17,7 7,4 5,0 11,8 3,9 1,7
25 25,1 12,7 9,7 14,8 5,6 3,2
30 37,2 22,5 19,7 19,0 8,3 5,7
34 52,6 36,5 35,0 23,7 11,7 9,0
35 57,8 41,4 42,4 25,2 12,6 10,1
40 95,7 81,3 100,4 34,9 20,5 18,8
45 172,3 173,3 297,5 51,2 35,1 37,7
48 258,3 287,9 780,1 66,8 50,5 60,4
50 347,6 415,3 1153,2 81,3 65,6 87,1

Berdasar data tanah diperoleh nilai :


φ1 = 230
gr
γd = 1.4242 = 0.001424 kg/cm3
cm2
𝐶 = 1.9 𝑡/𝑚2 = 0.19 𝑘𝑔/𝑐𝑚2
Sehingga diperoleh ( hasil interpolasi ) :
Nc = 22,15
Nq = 10,58
N γ = 7,82
Daya dukung ijin pondasi dangkal menurut formula Terzaghi & Peck :
𝜎𝑢𝑙𝑡 = (𝑐 × 𝑛𝑐 (1 + 0.3𝐵/𝐿) + 𝛾 × 𝐷𝑓 × 𝑁𝑞 + 0.5 × 𝛾 × 𝐵 × 𝑁𝛾 (1 − 0.2𝐵/𝐿)
𝜎𝑢𝑙𝑡 = (0.19 × (22.15)(1 + 0.3 × 500/1100) + (1.4242/1000) × 100 × (10.58)
+ 0.5(1.4242/1000) × 500 × (7.82)(1 − 0.2 × 500/1100))
𝜎𝑢𝑙𝑡 = 8,82 𝐾𝑔/𝑐𝑚2

62
𝜎𝑎𝑙𝑙 = 1/3 × 𝜎𝑢𝑙𝑡 = 1/3 × 8,82 = 29,4 𝑇𝑜𝑛/𝑚2

Tabel 7.9 Kombinasi Pembebanan 1


Kombinasi 1 (Aksi Tetap ULS + Aksi Transien ULS
+ Gaya Rem
AKSI ULS + Gaya Gesek SLS + Beban Angin SLS)
V Vertikal V M M ULS/SL
Horisontal Vertikal Horisontal S
1. Aksi Tetap:
berat sendiri 1067,143 3572,69
prategang 425,973 801,156
Tekanan tanah 314,719 1573,595
2. Aksi transien x
beban lajur “D”, atau 326,598 966,124
beban truk “T”
3. 3. Gaya rem, atau gaya 50 500 x
sentrifugal
4. beban pejalan kaki
5. Gesekan pada perletakan 33,028 125.508 0
6. Beban angin 3,83 39,02 0
7. Aksi lain: gempa

Jumlah 1819,714 401,377 5339,97 2238,123

Digunakan kombinasi 1 dengan gaya dan momen sebagai berikut :


Vv = 1819,714 t
Vh = 401,377 t
Mv = 5339,97 tm
Mh = 2283,123 tm

63
Kontrol Terhadap:
a. Gaya Guling
∑ 𝑀𝑣 5339,97
𝐹𝑠 = = ̅ = 1.5 → Aman
= 2,338 > SF
∑ 𝑀ℎ 2283,123

b. Gaya Geser
∑ 𝑣 × 𝑡𝑎𝑛𝛿 + 𝐶𝑎 × 𝐵
𝐹𝑠 =
∑𝐻
1819,714 × 0,45 + 0 × 5,0
𝐹𝑆 = ̅ = 1.5 → 𝐴𝑚𝑎𝑛
= 2,040 > SF
401,377

c. Eksentrisitas
𝐵 ∑ 𝑀𝑣 − ∑ 𝑀ℎ 𝐵 4.5
𝑒= − < = = 0.75 𝑚
2 ∑𝑉 6 6
5.0 5339,97 − 2283,123
𝑒= − = 0.71 < 0.75 𝑚 → 𝐴𝑚𝑎𝑛
2 1819,714

d. Pmax Pondasi
𝑃𝑣 x y
𝑃𝑚𝑎𝑥 = ( ) × (𝑀ℎ𝑥 × ( )) + (𝑀ℎ𝑦 × ( ))
𝐴 𝐼𝑦 𝐼𝑥
1819,714 (2283,123) 2,5
𝑃𝑚𝑎𝑥 = + = 82.9 𝑇/𝑚2 > 𝑃𝑎𝑙𝑙 = 29.4 𝑇/𝑚2
55 114.58

64

Anda mungkin juga menyukai